Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH:
Ida Laila, S.Kep
2014901110035

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
BANJARMASIN 2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA

1.1 Pengertian

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.


Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara
inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia
bisa meninggal (Misnadiarly, 2008).

Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan


cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam
interstitium, menyebabkan sekumpulan gejala dan tanda khas biasanya
dengan gambaran infiltrat sampai konsolidasi pada foto rontgen dada.
Gejala/tanda tersebut antara lain, demam, sesak napas, batuk dengan dahak
purulen kadang disertai darah dan nyeri dada (Syahrir, 2008).

1.2 Klasifikasi

Secara garis besar pneumonia dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Aspirasi pneumonia

Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru-
paru.Pada bayi baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau ASI.

2. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur

Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti


streptococcus pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akan
muncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari
demam,batuk lalu sesak nafas.

3. Pneumonia akibat faktor lingkungan

Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.


Bila tidak segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan
bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.

1.3 Penyebab

a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi
organisme gram-positif atau gramnegatif seperti : Steptococcus
pneumoniae (pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus
aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella dan lain-lain. Sebenarnya
bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri
segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang
terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-
engah dan denyut jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial
adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus,
Virus herpes simpleks, Virus insial pernapasan, hanta virus dan lain-
lain. Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory Syncial Virus (RSV).Meskipun virus-virus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita
gangguan ini bisa memicu pneumonia.Tetapi pada umumnya sebagian
besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat.Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza,
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian (Misnadiarly,
2008).
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia.Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan
sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik
keduanya.Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan
tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling
sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat
rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis.Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP).Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada
bayi yang prematur.Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat
dalam hitungan hari.Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P.
Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru
(Djojodibroto, 2009).
e. Fungi
Pneumonia fungi yang terjadi sering diakibatkan oleh adanya jamur
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma
kapsulatum dan lain-lain.
f. Bahan Lain Non Infeksi
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga dapat diakibatkan
oleh adanya agen non infeksi seperti aspirasi lipid, zat-zat kimia,
polutan, allergen dan radiasi.Selain itu juga dapat diakibatkan oleh
konsumsi obat seperti nitofurantoin, busulfan dan metotreksat.
1.4 Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif seperti


menghirup bibit penyakit di uadara.Ada beberapa mekanisme yang pada
keadaan normal melindungi paru dari infeksi.Partikel infeksius difiltrasi di
hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi


akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif
di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto
toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan
dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial.Hal
ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti
yang terjadi pada bronkiolitis.
Micoplasma
virus Bakteri (mirip bakteri) jamur

Masuk sasaluran
pernafasan

Paru-paru

Bronkus & alveoli


Reseptor peradangan

Mengganggu krj
makrofag hipothalamus

Hipertermi
Resiko penyebaran infeksi infeksi
Kringat
berlebih

Peradangan/ inflamasi Risti kekurangan


Reseptor nyeri:
cairan &elektrolit
 Histamine
 Prostaglandin odema produksi Difusi gas antara O2 &
skreet mngkat CO2 di alveoli
 bradikinin terganggu

Nyeri dispnea batuk Kapasitas transportasi


O2 menurun

kelelahan Gangguan pola


napas Gangguan pertukaran
gas
Nadi lemah
Bersihan jln napas
tdk efektif Pnekanan diafragma

Pe tekanan Intra
abdomen

Anureksia Saraf pusat

Nutrisi berkurang

Peningkatan Risti terhadap


Metabolisme gangguan nutrisi
1.5 Tanda dan Gejala
a. Menggigil, demam
b. Nyeri dada
c. Takipnea
d. Bibir dan kuku sianosis
e. Sesak nafas
f. Batuk
g. Kelelahan

1.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,


bronchial); dapat juga menyatakan abses)

b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat


mengidentifikasi semua organisme yang ada.

c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis


organisme khusus.

d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan


luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

f. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda


asing

1.7 Penatalaksanaan
a. Kaji adanya distres pernafasan dengan memantau tanda-tanda vital
dan status pernafasan
b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.

c. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan


luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

d. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

e. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

f. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda


asing

g. Beri obat sesuai indikasi :

 Antibiotik diindikasikan untuk pengobatan pneumonia bakteri.


 Antibiotik tidak digunakan untuk mengobati pneumonia virus,
tetapi mungkin dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi
bakteri sekunder.
h. Tingkatkan oksigenasi yang adekuat dan pola nafas normal
i. Rekomendasikan vaksin pneumokokus untuk anak-anak usia 2 tahun
dan anak yang lebih besar yang berisiko terhadap pneumonia.
j. Berikan penyuluhan pada anak dan keluarga.

1.8 Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala: riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
4. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
6. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
7. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah
1.9 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial,


pembentukan edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.

2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen


darah ditandai dengan sianosis.

3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk


menetap.

4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhanb.d peningkatan


kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi

5. Gangguan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea

1.10 Perencanaan

Dx 1 :Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi


trachea bronchial, peningkatan produksi sputum ditandai dengan:

Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan

 Bunyi nafas tak normal

 Dispnea, sianosis

 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.

Jalan nafas efektif dengan kriteria:

 Batuk efektif
 Nafas normal

 Bunyi nafas bersis

 Sianosis

No. Intervensi Rasional


1 Kaji frekuensi/kedalaman takipnea, pernafasan dangkal dan
pernafasan dan gerakan dada gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.

2 Auskultasi area paru, catat area penurunan aliran darah terjadi


penurunan 1 kali ada aliran pada area konsolidasi dengan
udara dan bunyi nafas cairan.
3 Biarkan teknik batuk efektif batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami
untuk mempertahankan jalan
nafas paten.
4 Penghisapan (suction) sesuai merangsang batuk atau
indikasi. pembersihan jalan nafas suara
mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena batuk
efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5 Berikan cairan cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan
secret
6 Kolaborasi dengan dokter alat untuk menurunkan spasme
untuk pemberian obat sesuai bronkus dengan mobilisasi
indikasi sekret, analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.

Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa


oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
Dispnea, sianosis, takikardia, gelisah/perubahan mental, hipoksia, sianosis,
sesak, gelisah.

No. Intervensi Rasional

1 Kaji frekuensi/kedalaman dan manifestasi distress pernafasan


kemudahan bernafas tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
2 Observasi warna kulit, sianosis kuku menunjukkan
membran mukosa dan kuku. vasokontriksi respon tubuh
Catat adanya sianosis perifer terhadap demam/menggigil
(kuku) atau sianosis sentral. namun sianosis pada daun
telinga, membran mukosa dan
kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.
Kaji status mental. gelisah mudah terangsang,
bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia atau
penurunan oksigen serebral.

Kolaborasi: berikan terapi : mempertahankan PaO2 di atas


oksigen dengan benar misal 60 mmHg. O2 diberikan dengan
dengan nasal plong master, metode yang memberikan
master venturi. pengiriman tepat dalam toleransi.
Dx 3: Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap
ditandai dengan:nyeri dada, sakit kepala, gelisah

No. Intervensi Rasional

1 Tentukan karakteristik : nyeri dada biasanya ada dalam


nyeri, misal kejang, konstan seberapa derajat pada pneumonia,
ditusuk. juga dapat timbul karena pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis.
2 Pantau tanda vital Perubahan FC jantung/TD menu
bawa Pc mengalami nyeri, khusus
bila alasan lain tanda perubahan
tanda vital telah terlihat.
3 Berikan tindakan nyaman tindakan non analgesik diberikan
pijatan punggung, dengan sentuhan lembut dapat
perubahan posisi, musik menghilangkan ketidaknyamanan
tenang / berbincangan. dan memperbesar efek derajat
analgesik.
5 Kolaborasi: Berikan obat dapat digunakan untuk
analgesik dan antitusik menekan batuk non produktif atau
sesuai indikasi menurunkan mukosa berlebihan
meningkat kenyamanan istirahat
umum.

Dx 4 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB
No. Intervensi Rasional
1 identifikasi faktor yang pilihan intervensi tergantung pada
menimbulkan mual/muntah, penyebab masalah.
misalnya: sputum, banyak
nyeri.
3 Berikan makan porsi kecil tindakan ini dapat meningkat
dan sering termasuk masukan meskipun nafsu makan
makanan kering (roti mungkin lambat untuk kembali.
panggang) makanan yang
menarik oleh pasien.
4 Evaluasi status nutrisi adanya kondisi kronis keterbatasan
umum, ukur berat badan ruangan dapat menimbulkan
dasar. malnutrisi, rendahnya tahanan
terhadap inflamasi/lambatnya
respon terhadap terapi.

Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas
mulut, penurunan masukan oral. Kekurangan volume cairan tidak terjadi
dengan kriteria: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan
dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

No. Intervensi Rasiona


1 Kaji perubahan tanda vital contoh suhu/memanjangnya demam
peningkatan suhu demam meningkat laju metabolik dan
memanjang, takikardia. kehilangan cairan untuk evaporasi.
2 Kaji turgor kulit, kelembapan indikator langsung keadekuatan
membran mukosa (bibir, lidah) volume cairan, meskipun membran
mukosa mulut mungkin kering
karena nafas mulut dan O2
tambahan.
3 Catat laporan mual/muntah gejala ini menurunkan masukan oral
4 Kolaborasi: beri obat indikasi pada adanya penurunan masukan
misalnya antipiretik, antimitik. banyak kehilangan penggunaan
dapat memperbaiki/mencegah
kekurangan
5 Tekankan cairan sedikit 2400 pemenuhan kebutuhan dasar cairan
mL/hari atau sesuai kondisi menurunkan resiko dehidrasi.
individual

1.11 Implementasi

Dx 1: Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi


trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

Implementasi keperawatan:

a. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada

b. Melakukan pemeriksaan pada daerah paru, dengan cara auskultasi


pada lapang paru.

c. Menganjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif.

d. Melakukan penghisapan (suction) 2 kali sehari.

e. Memberi pasien air minum yang hangat

f. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat


sesuai indikasi
Dx 2: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah.

Implementasi keperawatan:

a. Mengkaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas pasien

b. mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku

c. Mengkaji status mental

d. Kolaborasi: berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan


nasal plong master, master venturi.

Dx 3: Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk


menetap.

Imlementasi Keperawatan :

a. Menentukan karakteristik nyeri: anamneses kepada pasien

b. Memantau tanda-tanda vital terutama TD

c. Memberikan rasa nyaman dengan cara memijat punggung pasien,


merubah posisi pasien, memutarkan musik tenang.

d. Melakukan kolaborasi dengan dokter yaitu diberikan analgesik dan


antitusik sesuai indikasi.

Dx 4: Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.

Implementasi Keperawatan :
a. Jika psien mual/muntah, mengkaji faktor yang menimbulkan
mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.

b. Memberikan makanan yang disukai/embalikan nafsu makan


pasien.

c. mengevaluasi status nutrisi umum, serta mengukur berat badan


dasar.

Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.

Implementasi Keperawatan :

a. Mengkaji perubahan TTV seperti peningkatan suhu demam

b. mengkaji turgor kulit normalnya kulit akan kembali dalam 2detik,


serta menginspeksi pada bibir dan lidah untuk mengetahui
kelembapan membran mukosa.

c. Mencatat berapa kali pasien mual/muntah dalam 1hari

d. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan diberikan obat indikasi


seperti: antipiretik, antimitik.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah: Klien


dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC ,
Jakarta
Carpenito, Lynda Juall (1995), Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan, EGC,Jakarta
Doengoes, Marilyn (1989), Nursing Care Plans Second Edition, FA Davis
Company, Philadelphia
Long, Barbara C (1989), Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Padjadjaran, Bandung
Luckmann’s Sorensen (1996), Medical Surgical Nursing, WB Saunders,
Philadelphia
Soeparman (1996), Ilmu Penyakit Dalam jilid 2, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta
Sjamsuhidajat, R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi, EGC, Jakarta
Baughman C Diane.2000, Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta
Doenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC,
Jakarta
Hudak,Carolyn M.1997,Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1,
EGC,Jakarta
Purnawan J. Dkk.1982,Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius.
FKUI
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada
Anak,Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer
Syahrir, Muhammad, dkk., 2008. Guideline Ilmu Penyakit Paru.Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Banjarmasin, Februari 2021

Ners Muda

(Ida Laila, S.Kep)

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Era Widia Sari, Ns., M.Kep) (Susanti Sulistiyo Dewi, S.Kep.Ns)

Anda mungkin juga menyukai