Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN PNEUMONIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah 1
Di Ruang Dahlia RSI UNISMA

Oleh:
Nama : Nisa Tria Indriani
NIM : P17210201041

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa

Medis………………………………………….………. Di………………………………… Periode ………………………………. s/d

……………………..…… Tahun Ajaran …………………………………….

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal …… Bulan……………… Tahun…………

Malang,

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

_________________________ _________________________
NIP.
Mengetahui,
Kepala Ruang

_________________________
LAPORAN PENDAHULUAN GANGUAN PERNAFASAN

A. MASALAH KEPERAWATAN
Pasien gangguan pernafasan dengan diagnosa pneumonia

B. PENGERTIAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan gejala batuk
dandisertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksiusseperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi) dan aspirasisubstansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasidan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis (Nursalam, 2015).

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yangmeliputi alveolus dan jaringan
dan jaringan intersittel. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai
negara terutama di negara berkembang termasukIndonesia dan merupakan penyebab
kematian utama pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneuomonia
antara lain virus dan bakteri. Beberapa faktor yangdapat meningkatkan resiko untuk
terjadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan,
defisitimunologi, polusi, GER, dan aspirasi (Daud Dasril, 2013).

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya terjadi apada
anak-anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak dan secara klinis
penumoniadapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi dari penyakit lain
(Hockenberry dan Wilson, 2009 dalam SeyawatiAri, 2018).

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala berupa:
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Retraksi intercosta
e. Penggunaan otot bantu napas
f. Demam
g. Ronchii
h. Cyanosis
i. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar
j. Batuk
k. Sakit kepala
l. Sesak nafas
m.Menggigil
n. Berkeringat
o. Lelah.
D. POHON MASALAH

Bakteri: Virus: Jamur: Aspirasi


CAP ( Community Acquired Pneumonia) Respiratory
syntial virus Candida &
1. Streptococcus Pneumonia Aspergilus
Influensa virus
2) Staphylococcus Aureus

3) Myciplasma pneumonia

HAP ( Hospital Acquired Pneumonia)

1) Escherchia Coli

2) Haemophilus Influenza

3) Pseudomonas Aeurugimosa

Masuknya benda asing/mikroorganisme ke saluran pernafasan

Peradangan/inflamasi

Kerusakan membran mukosa alveolus (paru-paru)

Peningkatan Pelepasan zat pirogen, Penurunan compliance


permeabilitas kapiler protaglandin dan paru
mediator kimia lain

Edema paru dan Meningkatkan Pengembangan paru


akumulasi transudat pengaturan suhu tubuh tidak efektif
di hipotalamus

Peningkatan Pengembangan paru


Berkurangnya Peningkat metabolisme dan tidak maksimal
area pertukaran an sekresi penghemat panas
oksigen dan dan
terhalang oleh mukus
cairan
KETIDAKEF Menggigil dan Sesak nafas
EKTIFAN demam
Suplai O2 Sesak BERSIHAN
ke jaringan nafas, JALAN
menurun suara NAFAS KETIDAKEFE
tambaha
KTIFAN
n
POLA
Anoreksia HIPERTERMI NAFAS

ATP Dispnea
menurun (sulit
nafas) Gangguan Suhu tubuh
intake meningkat
makanan
dan cairan
fatugue GANGGUAN
PERTUKARA KETIDAKSEIMBA
N GAS NGAN VOLUME
DEFISIT CAIRAN
INTOLERANSI NUTRISI
AKTIVITAS
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Elizabeth, (2009)
a. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan absesluas/infiltrate,
empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate
nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar Xdada mungkin bersih.
b. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan penyakit
paru yang ada.
c. JDL
Veukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi padainfeksi virus,
kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat diambildengan biopsi
jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipeorganisme ada, bakteri yang umum
Diplococcus pneumonia, stapilococcusaureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus,
CMV.
e. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
f. LED
Meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantudiagnosis keadaan. Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas
mungkinmeningkat dan komplain menurun, mungkin terjadi perembesan.
h. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
i. Bilirubin
Mungkin meningkat
j. Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristiksel
raksasa.

F. PENATALAKSAAN MEDIS
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisadiberikan antibiotik per
oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak napas
atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harusdirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perludiberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan
alat bantunafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan responterhadap
pengobatan dan keadaanya membaik dalam waktu 2minggu. Penatalaksanaan umum yang
diberikan antara lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit
2. IVFD dekstrosa 10% NaCl 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500ml cairan. Jumlah cairan sesuai
berat badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat berat, dapat dimulai makananenteral bertahap melalui
selang nasogatrik dengan feedingdrip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapar diberikan inhalasidengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaikitransport mukosillier
(Nursalam, 2015)

Terapi lain dari pneuomonia, yaitu:


1. Medikamentosa
Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untukditentukan sehingga pemberian
antibiotik dilakukan secaraempirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Sterptococcus pneuminia dan haemophilus influenzae
Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur. Untuk bayi di bawah 3 bulan
diberikan golongan penisilindan aminoglikosida. Untuk usia >3 bulan, ampisilin
dipadudengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama. Bilakeadaan pasien
memberat atau terdapat empisema,antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin.
Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,dilanjutkan dengan
pemberian peroral selama 7-10 hari
2. Bedah
Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi komplikasi
pneumotoraks/pneumomediastinum.
3. Suportif
Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya. Nutrisi parenteral diberikan selama
pasien masih sesak. (Daud Dasril, 2013)

G. PENGKAJIAN
a) Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, Insomnia
Tanda : Letargi, Penurunan toleransi terhadap aktivitas
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya GJK kronis
Tanda : Takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat
c) Integritas Ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial
d) Makanan dan cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah
Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor buruk,
Malnutrisi
e) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontus (influenza)
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)
f) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dadasubsternal
(influenza), Mialgia, artalgia
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yangsakit untuk
membatasi gerakan)
g) Pernapasan
Gejala : Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan ototaksesori,
pelebaran nasal.
Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen, Warna pucat atausiunosis bibir/kaku.
Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi.
Fremitus :taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi Gesekan fraksi pleural.
Bunyi napas : menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, ataunafas bronchial.
h) Keamanan
Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, Demam
Tanda : Berkeringat, Menggigil berulang, gemetaran
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
j) Pemeriksaan Diagnostik

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudatdalam
alveoli.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler.
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan compliance paru menurun
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengananoreksia
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam,
berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
g. Hipertermi berhubungan dengan isolasi respiratory

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam
alveoli

Manajemen Jalan Napas (I.01011)

Tindakan:

Observasi:

□ Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

□ Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)

□ Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik:

□ Pertahankan kepatenan jalan napas dengan headtilt dan chin-lift (jawthrust jika curiga
trauma servical)

□ Posisikan semi-fowler atau fowler

□ Berikan minum hangat

□ Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

□ Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

□ Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal


□ Keluarkan sumbatan

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler.

PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)

Observasi

o Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas


o Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik0
o Monitor kemampuan batuk efektif
o Monitor adanya produksi sputum
o Monitor adanya sumbatan jalan napas
o Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
o Auskultasi bunyi napas
o Monitor saturasi oksigen
o Monitor nilai AGD
o Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik

o Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien


o Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

o Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


o Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan compliance paru menurun

MENEJEMEN JALAN NAPAS (I. 01011)

Observasi

o Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)


o Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
o Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

o Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma cervical)
o Posisikan semi-Fowler atau Fowler
o Berikan minum hangat
o Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
o Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
o Lakukan hiperoksigenasi sebelum
o Penghisapan endotrakeal
o Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
o Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

o Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.


o Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

o Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengankehilangan cairan berlebihan,


penurunan masukan oral

MANAJEMEN CAIRAN (I.03098)

Observasi

o Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
o Monitor berat badan harian
o Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin ,
BUN)
o Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia)

Terapeutik

o Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam


o Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
o Berikan cairan intravena bila perlu

Kolaborasi

o Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

5. Intoleransi aktivitas berhubungan denganketidakseimbangan antarasuplai dan


kebutuhan oksigen

MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)

Observasi

o Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


o Monitor kelelahan fisik dan emosional
o Monitor pola dan jam tidur
o Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

o Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
o Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
o Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
o Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

o Anjurkan tirah baring


o Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
o Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
o Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

o Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

6. Hipertermi berhubungandengan isolasi respiratory

MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)

Observasi

o Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan panas


penggunaan incubator)
o Monitor suhu tubuh
o Monitor kadar elektrolit
o Monitor haluaran urine

Terapeutik

o Sediakan lingkungan yang dingin


o Longgarkan atau lepaskan pakaian
o Basahi dan kipasi permukaan tubuh
o Berikan cairan oral
o Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
o Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
o Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
o Batasi oksigen, jika perlu

Edukasi

o Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

o Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

Aryani. (2009). Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : C.V. Trans Info Media

Betz & Sowden. (2004). Buku Saku Keperawatan Pediatrik . Jakarta: EGC.Bulechek, G.. et al. (2013).
Nursing Intervention Classification. Jakarta : Elsevier

Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGCE

lizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi: Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Herdman. (2015). Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017, Edisi 10. Jakarta : EGCJaypee
Brothers. (2006). IAP Textbook of Pediatrics: Third Edition. India: MedicalPublhishers.Lippincott
Williams & Wilkins. (2006). Oski’s Pediatrics: Principles & Practice: 4 th Edition. Philadelphia.
Mansjoer, arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta

Moorhead, s. et al.(2013). Nursing Outcomes Classification. Jakarta : Elsevier

Ridha, Nabiel. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak . Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Riyadi sujono, suharsono. (2010). Asuhan keperawatan pada anak sakit.

Gosyen publishing.Yogyakarta

Roudelph. (2007). Buku Peditria Rubolph.Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC

Sugihartono, Rashmastullah P. Nurjazuli. (2002) Analisis faktor resiko kejadian pneumonia pada
anak. Jurnal kesehatan lingkungan Indonesia. Bogor

Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai