Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PNEMONIA PADA AN.

DI RUANG TONDANO RSUD DR.SYAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh :
NAMA : PERAWATI SULASTRI
NIM : 023.021.139

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES MATARAM

2023/2024
A. Konsep Penumonia

1. Definisi

suatu infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala
batuk disertai sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma, dan substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru)
tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti vinis,
bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019),
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran
pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini
diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakten, mycoplasma. (fungi),
dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak
berawan) pada paru-paru (Abdjul & Herlina, 2020).

2. Etiologi

Menurut Nurarif (2015), etiologi pneumonia terdiri dari:


1. Bacteria pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcus aureus.
haemophillus influenzae, mycobacterium tuberculosis.
2. Vims: virus influenza, adenovirus.
3. Jamur. hitoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides Aspirasi, makanan, kerosene (minyak tanah,bensin), cairan amnion,
benda asing)
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP) penyakit menahun,.
trauma pada paru, anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antubiotik yang tidak
sempurna (Ngastiyah, 2015).

3. Manifestasi Klinis

1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 oC sampai
40,5 oC).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea (25 sampai 45 kali pemapasan/menit)
dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.

2
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kalimenit per satu derajat
peningkatan suhu tubuh (Celcius).
5. Bradikandi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi vinus, infeksi
mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain: infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuritik. myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau,
bergantung pada agen penyebab
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah
pneumonia adalah:
1. Sinar X: Mengidentifikasikan distribusi struktural (misalnyanya: lobar, bronchial),
dapat juga menyatakan abses.
2. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fingsi paru untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udam yang diaspimsi.
7. Bronchoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

5. Patofisiologi

Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena

eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi,

respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan obstruksi jalan nafas. Sebagian besar

pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di

udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.

Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel

bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan

berhadapan dengan makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun. sistemik dan

humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan

dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah

3
6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:


1. Pleuritis: Peradangan pada selaput pembungkusan paru-paru atau pleura
2. Atelektasis: Keadaan dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan
sempuma. akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
3. Empiema: Adanya pus pada rongga pleura
4. Abses paru: Penyakit yang menyerang organ paru-paru karena infeksi bakteri
yang menyebabkan jaringan paru-paru menjadi bernanah
5. Edema pulmonary: Suatu keadaan dimana cairan merembes keluar dari
pembuluh darah kecil paru ke dalam kantong udara dan daerah disekitarny
6. Infeksi super perikarditis Peradangan yang terjadi pada selaput pembungkus
jantung (perikardium)
7. Meningitis: Infeksi yang menyenang selaput otak
8. Arthritis: Suatu penyakit dimana persendian mengalami peradangan (biasanya
terjadi pada kaki dan tangan).
7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pneumonia antara lain:


1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator.
d. Hidrasi: pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk
mempertahanakan hidrasi dan mencairkan sekresi
2. Operasi Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada mungkin diperlukan jika
masalah. sekunder seperti emfisema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia perlu diberikan tempi secepatnya maka biasanya
diberikan oantibiotik golongan Penicillin G untuk infeksi pneumonia virus,
Eritromicin, Tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.

4
8. WOC Pneumonia
Bakteri
CAP (Community Acquired Pneumonia) Jamur
Virus Aspirasi
1) Streptococcus Pneumonia Candida & Aspergilus
Respiratory syntial virus
2) Staphylococcus Aureus Influenza Virus
3) Myciplasma pneumonia
HAP ( Hospital Acquired Pneumonia)
1) Escherchia Coli
2) Haemophilus Influenza
3) Pseudomonas Aeurugimosa

Masuknya benda asing/ mikroorganisme ke


saluran pernafasan

Pengeluaran toksin

Inflamasi/ peradangan

Pelepasan sitoksin
Kerusakan membrane mukosa
alveolus (parenkim paru)
Mengaktifkan
leukosit dan
makrofag
Peningkatan Pelepasan zat Konsolidasi eksudatif jaringan
permeabilitas pirogen, ikat paru
Fagositosis
patogen kapiler prostaglandin dan
mediator kimia Penurunan compliance
lain paru
Terakumulasi Edema paru dan
bersama jaringan akumulasi
mati Meningkatkan set
transudat Pengembangan paru tidak
temostat di
hipotalamus maksimal
Transudat

peningkatan Sesak nafas


metabolisme dan
Berkurangnya area pertukaran
penghematan KETIDAKEFEKTIFAN
oksigen dan terhalang oleh cairan
panas POLA NAFAS
di alveoli

Gangguan pada difusi oksigen Vasokontriksi


pembuluh darah

Nafas sesak, cepat, suara nafas Menggigil dan HIPERTERMI


tambahan (wheezing) demam
Suhu tubuh meningkat
dispneu (sulit bernafas) anoreksia

GANGGUAN Gangguan intake KEKURANGAN VOLUME


PERTUKARAN GAS makanan dan cairan CAIRAN
Suplai O2 ke
jaringan menurun Peningkatan sekesi dan
mukus KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
Metabolisme tubuh KEBUTUHAN TUBUH
menurun KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN
ATP menurun NAFAS

fatigue

INTOLERANSI
AKTIVITAS
5
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Data Dasar Pengkajian

a) Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, Insomnia

Tanda : Letargi, Penurunan toleransi terhadap aktivitas

b) Sirkulasi

Gejala : Riwayat adanya GJK kronis

Tanda : Takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat

c) Integritas Ego

Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial

d) Makanan dan cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah

Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor

buruk, Malnutrisi

e) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala daerah frontus (influenza)

Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)

f) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Sakit kepala, Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada

substernal (influenza), Mialgia, artalgia

Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang

sakit untuk membatasi gerakan)

g) Pernapasan

Gejala : Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot

aksesori, pelebaran nasal.

6
Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen, Warna pucat atau

siunosis bibir/kaku. Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi. Fremitus :

taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi Gesekan fraksi

pleural. Bunyi napas : menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, atau

nafas bronchial.

h) Keamanan

Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, Demam

Tanda : Berkeringat, Menggigil berulang, gemetaran

i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
j) Pemeriksaan Diagnostik

2. Diagnosa yang mungkin muncul

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat

dalam alveoli.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-

kapiler.

c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan compliance paru menurun

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan

(demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

g. Hipertermi berhubungan dengan isolasi respiratory

7
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Mandiri : 1. Takipnea, pernapasan
efektif berhubungan keperawatan dalam waktu 1. Kaji frekuensi/kedalaman dangkal, dan gerak dada
dengan terbentuknya 3x24 jam maka masalah pernapasan dan gerak dada. tak simetris sering terjadi
eksudat dalam alveoli. keperawatan dapat diatasi 2. Auskultasi area paru, catat arena karena ketidaknyamanan
dengan kriteria hasil : penurunan/tak ada aliran udara gerakan dinding dada
a) Mengidentifikasi/ dan bunyi napas adventisus, misal dan/atau cairan paru.
menunjukkan perilaku : krekels, mengi. 2. Penurunan aliran udara
mencapai bersihan 3. Bantu pasien latihan napas sering. terjadi pada area
jalan napas. Tunjukkan/bantu pasien konsolidasi dengan cairan.
b) Menunjukkan jalan mempelajari melakukan batuk, Bunyi napas bronchial
napas paten dengan misal : menekan dada dan batuk (normal pada bronkus)
napas bersih, tak ada efektif sementara posisi batuk dapat terjadi juga pada
dispnea, sianosis. tinggi. area konsolidasi. Krekels,
4. Berikan cairan sedikitnya 2500 ronki dan mengi terdengar
ml/hari (kecuali kontraindikasi). pada inspirasi dan/atau
Tawarkan air hangat, daripada ekspirasi pada respons
dingin. terhadap pengumpulan
5. Penghisapan sesuai indikasi cairan, sekret kental dan
spasme jalan
Kolaborasi : napas/obstruksi.
1. Bantu mengawasi efek 3. Napas dalam
pengobatan nebuliser dan memudahkan ekspansi
fisioterapi lain. Lakukan maksimum paru-paru/
tindakan diantara waktu makan jalan napas lebih kecil.
dan batasi cairan bila mungkin. Batuk adalah mekanisme
2. Berikan cairan tambahan, pembersihan jalan napas
misal : IV, oksigen alami, membantu silia
humudifikasi, dan ruangan untuk mempertahankan
humudifikasi. jalan napas paten.
Penekanan menurunkan
ketidaknyamanan dada
dan posisi duduk
memungkinkan upaya
napas lebih dalam dan
lebih kuat.
4. Cairan (khususnya air
hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan secret
5. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan napas
secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu
melakukan karena batuk
tak efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.

Kolaborasi :
1. Memudahkan
pengenceran dan
pembuangan sekret.
Koordinasi
pengobatan/jadwal dan
masukan oral menurunkan
muntah karena batuk,
pengeluaran sputum.
2. Cairan diperlukan untuk
menggantikan kehilangan
dan memobilisasi sekret.

9
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan 1. Manifestasi distress
berhubungan dengan keperawatan dalam waktu kemudahan bernapas. pernapasan tergantung
perubahan membran 3x24 jam maka masalah 2. Tinggikan kepala dan dorong pada indikasi derajat
alveolar-kapiler. keperawatan dapat diatasi sering mengubah posisi, napas keterlibatan paru dan
dengan kriteria hasil : dalam dan batuk efektif. status kesehatan umum.
1. Menunjukkan 3. Pertahankan istirahat tidur. 2. Tindakan ini
perbaikan ventilasi dan Dorong menggunakan teknik meningkatkan inspirasi
oksigenasi jaringan relaksasi dan aktifitas senggang. maksimal, meningkatkan
dengan GDA dalam 4. Observasi penyimpangan kondisi, pengeluaran sekret untuk
rentang normal dan tak cacat hipotensi banyaknya jumlah memperbaiki ventilasi.
ada gejala distress sputum merah mudah/berdarah, 3. Mencegah terlalu lelah
pernapasan. pucat, sianosis, perubahan tingkat dan menurunkan
2. Berpartisipasi pada kesadaran, dispnea berat, gelisah kebutuhan/ konsumsi
tindakan untuk oksigen untuk
memaksimalkan memudahkan perbaikan
oksigenasi. infeksi.
4. Syok dan edema paru
adalah penyebab umum
kematian pada pneumonia
dan membutuhkan
intervensi medik segera.

3 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi kedalaman 1. kecepatan biasanya
nafas berhubungan dengan keperawatan dalam waktu pernafasan dan ekspansi dada. mencapai kedalaman
compliance paru menurun 3x24 jam maka masalah Catat upaya pernafasan termasuk pernafasan bervariasi
keperawatan dapat diatasi penggunaan otot bantu tergantung derajat gagal
dengan kriteria hasil : pernafasan / pelebaran nasal. nafas. Expansi dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat terbatas yang
1. Pola nafas efektif, adanya bunyi nafas seperti berhubungan dengan
2. bunyi nafas normal atau krekels, wheezing. atelektasis dan atau nyeri
bersih, 3. Tinggikan kepala dan bantu dada
3. TTV dalam batas mengubah posisi. 2. Ronki dan wheezing

10
normal, 4. Observasi pola batuk dan menyertai obstruksi jalan
4. ekspansi paru karakter sekret. nafas / kegagalan
mengembang. 5. Dorong/bantu pasien dalam pernafasan.
nafas dan latihan batuk. 3. Duduk tinggi
memungkinkan ekspansi
paru dan memudahkan
pernafasan.
4. Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
sering/iritasi.
5. Dapat
meningkatkan/banyaknya
sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya
bernafas.
4 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji perubahan tanda vital, 2. Peningkatan
berhubungan dengan keperawatan dalam waktu contoh : peningkatan suhu/memanjangnya
kehilangan cairan 3x24 jam maka masalah suhu/demam memanjang, demam meningkatkan laju
berlebihan, penurunan keperawatan dapat diatasi takikardia, hipotensi ortostatik. metabolik dan kehilangan
masukan oral. dengan kriteria hasil : 2. Kaji turgor kulit, kelembaban cairan melalui evaporasi.
membran mukosa (bibir, lidah). TD ortostatik berubah dan
1. Mempertahankan urin 3. Pantau masukan dan haluaran, peningkatan takikardia
output sesuai dengan catat warna, karakter urine, menunjukkan kekurangan
usia dan BB, BJ, urine hitung keseimbangan cairan. cairan sistemik.
normal, HT normal 3. Indikator langsung
2. Tekanan darah, nadi, Kolaborasi : keadekuatan volume
suhu dalam batas normal 1. Kolaborasi dengan tim medis cairan, meskipun
3. Tidak ada tanda-tanda pemberian anti piretik, anti membran mukosa mulut
dehidrasi, elastis turgor emetic. mungkin kering karena
kulit baik, membrane nafas mulut dan oksigen
mukosa lembab, tidak tambahan

11
ada rasa haus yang 4. Memberikan informasi
berlebihan. tentang keadekuatan
volume cairan dan
kebutuhan penggantian.

Kolaborasi :
1. Berguna menurunkan
kehilangan cairan.

5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi respon pasien terhadap 1. Merupakan kemampuan,
berhubungan dengan keperawatan dalam waktu aktivitas. kebutuhan pasien dan
ketidakseimbangan antara 3x24 jam maka masalah 2. Berikan lingkungan tenang dan memudahkan pilihan
suplai dan kebutuhan keperawatan dapat diatasi batasi pengunjung selama fase interan.
oksigen dengan kriteia hasil : akut sesuai indikasi 2. Menurunkan stress dan
1. Nafas normal 3. Bantu pasien memilih posisi rangsangan berlebihan,
2. Sianosis nyaman untuk istirahat atau tidur. meningkatkan istirahat.
3. Irama jantung 4. Bantu aktivitas perawatan diri 3. Pasien mungkin nyaman
yang diperlukan dengan kepala tinggi, tidur
di kursi.
4. Meminimalkan kelelahan
dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen

6 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu klien (derajat dan 1. Suhu 38,9ºC – 41,1ºC
dengan isolasi respiratory keperawatan dalam waktu polanya) perhatikan menggigil menunjukkan proses
3x24 jam maka masalah atau diaphoresis penyakit infeksi akut. Pola
keperawatan dapat diatasi 2. Pantau suhu lingkungan, demam dapat membantu
dengan kriteria hasil : batasi/tambahkan linen tempat dalam diagnosis,
1. Konvulsi tidur, sesuai indikasi . misalnyakurva demam
2. Kulit Kemerahan 3. Berikan kompres hangat, lanjut berakhir lebih dari 24
3. Peningkatan suhu tubuh hindari, hindarkan penggunaan jam menunjukkan

12
di atas kisaran normal alkohol. pneumonia pneumokokal,
4. Takikardi demam skarlet atau tifoid,
5. Takipnea Kolaborasi : demam remiten (bervariasi
6. Kulit terasa hangat 1. Kolaborasi dengan tim medis hanya beberapa derajat
pemberian antipiretik. pada arah tertentu).
2. Suhu ruangan/jumlah
selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal
3. Dapat membantu
mengurangi demam,
penggunaan air es/alkohol
mungkin menyebabkan
kedinginan, peningkatan
suhu secara aktual. Selain
itu, alkohol dapat
mengeringkan kulit.

Kolaborasi :
1. Digunakan untuk
mengurangi demam dengan
aksi sentralnya pada
hipothalamus, meskipun
demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Said, M.2019.Pneumonia atipik pada anak. Sari Pediatri 2019: 141.

Raharjo, N. 2018. Buku Ajar Respirologi Anak Jakarta: IDAI: 2018

PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III (Revisi)
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta Dewan pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II: Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai