Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PNEOMONIA PADA BAYI

Disusun Oleh :
ERVAN EFENDI
NIM.22300015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
2022

1
A. TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Penyakit

1. Definisi Pneoumonia

Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh

mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasite. pneumonia juga disebabkan

oleh bahan kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi (Djojodibroto, 2014).

Pneumonia merupakan infeksi pada paru yang bersifat akut.

Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan

fisik dari paru-paru, dan bisa juga disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya.

Pneumonia disebabkan oleh Bakteri Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia,

sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia yaitu Adenoviruses, Rhinovirus,

Influenza virus, Respiratory syncytial virus (RSV) dan para influenza (Athena &

Ika, 2014).

2. Penyebab Pneoumonia

Menutut Padila (2013) etiologi pneumonia:

a. Bakteri

Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram

positif seperti: Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus

pyogenesis. Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza,

klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

b. Virus

Virus Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet.

Penyebab utama pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.

2
c. Jamur

Disebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara

yang mengandung spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah serta

kompos.

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).

Biasanya pada pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2013).

Penyebaran infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh streptococcus

pneumonia, melalui selang infus yaitu stapilococcus aureus dan pemakaian

ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan bisa terjadi karena

kekebalan tubuh dan juga mempunyai riwayat penyakit kronis.

Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia yaitu dari Non

mikroorganisme:

1) Bahan kimia

2) Paparan fisik seperti suhu dan radiasi (Djojodibroto, 2014)

3) Merokok

4) Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan (Ikawati, 2016)

3
3. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi

Gambar 1. Sistem Pernafasan (Smeltzer, 2001)

System pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen

(O2). Paru dihubunungkan dengan lingkungan luarnya melalui serangkaian

saluran, berturut turut, hidung, faring, laring, trachea dan bronchi, saluran

saluran itu relative kaku dan tetap terbuka, keseluruhannya merupakan

bagian konduksi dari system pernafasan, meskipun fungsi utama

pernafasan utama adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida, masih

ada fungsi tambahan lain, yaitu tempat menghasilkan suara, meniup

(balon, kopi/ teh panas, tangan, alat music, dan lain sebagainya). Tertawa,

menangis, bersin, batuk homostatik (PH darah) otot-otot pernafasan

membantu kompresi abdomen (Tambayong, 2001).

4
Gambar 2. Tampilan pernafasan bawah trachea, bronkiolus dan

lobus (Sumber : Smetlzer, 2001)

a) Saluran pernafasan bagian atas menurut (Evelyn, 2004)

1) Hidung/naso : Nasal

Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang

(kavumrasi) dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi), terdapat bulu-

bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang

masuk kedalam lubang hidung

2) Faring

Merupakan tempat persimpanan antara jalan makan, yang

berbentuk seperti pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar

tengkorak sampai dengan osofagus. Letaknya didasar tengkorak

dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang

belakang.

3) Laring : Pangkal tenggorok

5
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan

atau penghasil suara yang diapaki berbicara dan bernyanyi, terletak

didepan dibagian faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan

masuk kedalam trachea dan tulang- tulang bawah yang berfungsi pada

waktu kita menelan makan dan menutup laring.

4) Trackhea : Batang tenggorok

Batang tenggorokan kira-kira panjangnya 9 cm, trachea

tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan

yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran

disebelah belakang trackhea.

5) Bronckhus : Cabang tenggorok

Merupakan lanjutan dari trachea ada dua buah yang terdapat

pada ketinggian vertebrata torakolis ke IV dan V,mempunyai struktur

serupa dengan trchea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama, bronchus

kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronchus kiri.

6) Paru-paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung-gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel

epitel dan sel endotel. Pernafasan paru-paru (pernafasan pulmoner)

merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada

paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen diambil oleh sel darah

merah dibawa ke jantung disampaikan ke seluruh tubuh. Didalam paru-

paru karbondioksida dikeluarkan melalui pipa bronchus berakhir pada

mulut dan hidung (Evelyn, 2004).

6
b. Fisiologi

Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) didalam

tubuh terdapat tiga tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi

(Guyton, 1997) .

1) Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen dari

atmosfer kedalam alveoli atau alveoli keatmosfer, dalam proses

ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya

adalah perbedaan tekanan antar atmosfer dengan paru, semakin

tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.

2) Difusi Gas

Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler

paru dan CO2kapiler dan alveoli. Dalam proses pertukaran ini

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, diantaranya

pertama luasnya permukaan paru. Kedua, tebal membrane

respirase/ permeabilitas yang terdiri dari epitel alveoli dan

intestinal keduanya.

3) Transportasi gas

Merupakan transportasi antara O2 kapiler kejaringan tubuh dan

CO2 jaringan tubuh kapiler. Proses transportasi, O2akan berkaitan

dengan Hb membentuk oksihemoglobin, dan larutan dalam plasma.

Kemudian pada transportasi CO2 akan berkaitan dengan Hb

membentuk karbohemoglobin dan larut dalam plasma, kemudian

sebagaian menjadi HCO3 (Hidayat, 2006)

7
c. Pathway Penyakit Pneumonia

Normal (sistem
Organisme
pertahanan) terganggu

Organisme Sel napas bagian Stapilokokus


bawah pneumokokus

Kuman pathogen Trombus


Eksudat masuk ke
mencapai bronkioli
alveoli
terminalis merusak sel
epitel bersilia, sel goblet
Toksin, coagulase
Alveoli

Cairan edema+leukosit Permukaan laisan pleura


Sel darah merah tertutup tebal eksudat
ke alveoli
leukosit, pneumokokus thrombus vene pulmonalis
mengisi alveoli

Konsolidasi paru
Nekrosis hemoragik
Leukosit+fibrin
mengalami konsolidasi
Kapasitas vital,
compliance menurun,
hemoragik Leukositosis

Intoleransi aftivitas Suhu tubuh meningkat


defisiensi pengetahuan

Resiko kekurangan
cairan hipertermi

Produksi sputum Abses pneatoecele


meningkat (kerusakan jaringan parut)

Ketidakefektifan Ketidakefektifan pola


bersihan jalan napas napas

8
Gambar 3. Pathway Penyakit Pneumonia (Nanda, 2015)

4. Manifestasi Klinik

Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penebab dan

penyakit pasien Brunner & Suddarth (2011).

a. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 o

C sampai 40,5 o C)

b. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk

c. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali

pernapasan/menit) dan dyspnea, prtopnea ketika disangga

d. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat

peningkatan suhu tubuh (Celcius)

e. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus,

infeksi mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.

f. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah,

nyeri pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum

mucoid atau mukopurulen dikeluarkan

g. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan

sianosis sentral

h. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau

hijau, bergantung pada agen penyebab

i. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah

j. 10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi

utama pasien (misal, yang menjalani terapi imunosupresan, yang

menurunkan resistensi terhadap infeksi

9
5. Komplikasi

Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, effusi pleura,

empyema, abses paru, dan bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh

lain yang menyebabkan meningitis, endocarditis, dan pericarditis (Paramita 2011).

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Misnadiarly (2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan

adalah:

a. Sinar X

Mengidentifikasi distribusi (missal: lobar, bronchial), luas abses atau

infiltrate, empyema (stapilococcus), dan penyebaran infiltrate.

b. GDA

Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA Tidak normal tergantung

pada luas paru yang sakit.

c. JDL

Leukositosis Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan

kondisi imun.

d. LED

Meningkat Terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan

napas meningkat.

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung

dkk (2009) adalah :

a. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia

b. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator

10
c. Pemberian oksigen

d. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi. Sedangkan untuk

penyebab pneumonia bervariasi sehingga penanganannya pun akan

disesuaikan dengan penyebab tersebut.

Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat keparahan

gejala yang timbul. (Shaleh, 2013)

1) Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Dengan pemberian

antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit sampai benar-

benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu, hasil

pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak tampak adanya bakteri

pneumonia (Shaleh, 2013).

a. Untuk bakteri Streptococcus pneumonia Dengan

pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin yaitu

pneumococcal conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi

bayi dan untuk anak dibawah usia 2 tahun dan

pneumococcal polysaccharide vaccine

direkomendasikan bagi orang dewasa. Antibiotik yang

digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini yaitu

penicillin, amoxicillin, dan clavulanic acid, serta

macrolide antibiotics (Shaleh, 2013).

b. Untuk bakteri Hemophilus influenzae Antibiotik

cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan

clavulanic acid, fluoroquinolones, maxifloxacin oral,

gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan

trimethoprim. (Shaleh, 2013).

11
c. Untuk bakteri Mycoplasma Dengan antibiotik

macrolides, antibiotic ini diresepkan untuk mycoplasma

pneumonia, (Shaleh, 2013).

2) Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus Pengobatannya sama

dengan pengobatan pada penderita flu. Yaitu banyak beristirahat

dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu daya tahan

tubuh. Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan juka daya

tahan yubuh sangat baik, (Shaleh, 2013).

3) Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur Cara pengobatannya

akan sama dengan cara mengobati penyakit jamur lainnya. Hal

yang paling penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa

mengatasi pneumonia (Shaleh, 2013).

II. Konsep Asuhan Keperawatan Abortus

1. Pengkajian

2. Diganose Keperawatan

3. Intervensi Keperawatan

4. Kriteria Evaluasi

12
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. Ayieko. (2012). Variations in Mortality in

Children Admitted with Pneumonia to Kenyan Hospitals. PLoS ONE, 7(11), 5–11.

Hanindita, M. (2018). MOMMYCLOPEDIA Tanya Jawab tentang Nutrisi di 1000 Hari Pertama Kehidupan

Anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hasdinah & Siyoto, S. (2014). Gizi, Pemantapan Gizi, Diet dan Obsitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Hidayat. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes. (2010). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. https://doi.org/641.1.ind k

Kemenkes. (2015).

Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Vol. 51).

https://doi.org/10.1037/0022-3514.51.6.1173

Kemenkes. (2017). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Kemenkes, 100. Kemenkes R.I.

(2012). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan akut untuk Penanggulan gan

Pneumonia Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Latifin & Kusuma. (2014). Panduan Dasar Klinik Keperawatan. Malang: Gunung Samudra.

M.Bulecheck, G., K.Butcher, H., M.Dochterman, J., & M.Wagner, C. (2016). Nursing Intervension

Clasification ( NIC) (6 ed.). Singapore: Elsevier Science.

Mardalena, I. (2017). Dasar-Dasar Ilmu Gizi (Konsep dan Penerapan pada Asuhan Keperawatan) (1 ed.).

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak Balita, Orang Dewasa, Usia

Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:

Salemba Medika.

Nanda. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta:

Mediaction Jogja.

Nataprawira. (2010). Faktor risiko morbiditas dan mortalitas pneumonia berat pada anak usia balita. Maj

Kedokt Indon, (60), 443–7.

Nurrachmah, E. (2001). Nutrisi Dalam Keperawatan (1 ed.). Jakarta: Sagung Seto. Nursalam. (2008). Konsep

dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Potter, P. A., &

13
Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan KOnsep, Proses, dan Praktik. In D. Yulianti &

M. Ester (Ed.) (4 ed., hal. 1152). Jakarta: EGC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI. PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnosik (1 ed.). Jakarta: Dewan Pengurus

Pusat PPNI.

UNICEF. (2016). One is too many: Ending child deaths from pneumonia and diarrhea. New York: UNICEF.

WHO. (2015). Media Center: Pneumonia. Diambil 1 November 2017, dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/ Wulandari et al. (2013). Kematian Akibat

Pneumonia berat pada Anak Balita. Mkb, 45(1), 50–55.

14

Anda mungkin juga menyukai