Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

NY. Y DENGAN PNEUMONIA DIRUMAH SAKIT DR. SITANALA TANGGERANG

Disusun Oleh :

Didip Pramudi

202001010

Akademi Keperawatan Yatna Yuana Lebak


JL. JEND SUDIRMAN KM.2 RANGKASBITUNG 42315
TELP. (0252)201116/209831
Email : akperyatna@yahoo.co.id Website : www.akperyatna.ac.id
LEBAK – BANTEN
A. DEFINISI
1. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebabkan
oleh bekteri, jamur, virus, atau aspirasi karena makanan minuman atau benda
asing.Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan
pemgisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/infeksius
atau saluran trakheabronkialis (Rachman, 2018)
Pneumonia merupakan infeksi pada paru yang bersifat akut. Penyebabnya adalah
bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, dan bisa juga
disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya. Pneumonia disebabkan oleh Bakteri
Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan
pneumonia yaitu Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza virus, Respiratory syncytial virus
(RSV) dan para influenza (Kemenkes RI, 2012)

B. ANATOMI SALURAN PERNAPASAN

Menurut Kemenkes R.I. (2012). Anatomi psiologi adalah


a. Hidung Hidung atau nasal merupakan saluran udara pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-
bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam
lubang hidung.
1) Bagian luar didinding terdiri dari kulit.
2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot tulang rawan.
3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan
karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah:
a) Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
b) Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
c) Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
b. Faring Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan
dan jalan makan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga
beberapa tempat terdapat folikel getah bening. Di sebelah belakang terdapat epiglotis
(empang tenggorokan) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
Rongga tekan dibagi dalam 3 bagian:
1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana di sebut nasofaring.
2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium di sebut orofaring.
3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.
c. Laring Laring merupakan pangkal tenggororkan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentuk suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian
vertebrata servikalis dan masuk kedalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorokan
yang di sebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada
waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring dilapisi oleh selaput lendir,
kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel ephitalium berlapis. Pita
suara ini berjumlah 2 buah:
1) Di bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan yang di sebut
dengan ventrikulasris.
2) Di bagian bawah adalah pita suara sejati yang membentuk suara yang di sebut
vokalis.
C. FISIOLOGI SALURAN PERNAPASAN
a) Pernapasan paru (pernapasan eksternal) Fungsi paru adalah pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida pada pernapasan melalui paru/pernapasan
eksternal, oksigen di punggut melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan erat
berhubungan dengan darah dalam kapiler di pulmonar. Hanya satu lapisan
membran yaitu membran alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari darah,
darah menembus dan di pungut oleh hemoglobin sel darah merah dan di bawa
ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Didalam
paru, karbondioksida salah satu buangan metabolisme menembus membran
kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan
trakea di lepaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang
berhubungan dengan pernapasan pulmoner pernapasan eksterna :
1) Ventilasi polmuner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke
seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah
yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler
karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

D. ETIOLOGI
Menurut Padila (2013) etiologi pneumonia:
1. Bakteri
Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti: Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia
dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet. Penyebab utama
pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.
3. Jamur
Disebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang
mengandung spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
pada pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2013). Penyebaran
infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui
selang infus yaitu stapilococcus aureus dan pemakaian ventilator oleh P.
Aeruginosa dan enterobacter. Dan bisa terjadi karena kekebalan tubuh dan
juga mempunyai riwayat penyakit kronis.
Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia yaitu dari Non mikroorganisme:
a) Bahan kimia.
b) Paparan fisik seperti suhu dan radiasi (Djojodibroto, 2014).
c) Merokok.
d) Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan (Ikawati, 2016).

E. KLASIFIKASI
Menurut pendapat Amin & Hardi (2015)
1. Berdasarkan anatomi:
a. Pneumonia lobaris yaitu terjadi pada seluruh atau sebagian besar
dari lobus paru. Di sebut pneumonia bilateral atau ganda apabila kedua paru
terkena.
b. Pneumonia lobularis, terjadi pada ujung bronkhiolus, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen dan membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang
berada didekatnya.
c. Pneumonia interstitial, proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar
dan interlobular.
2. Berdasarkan inang dan lingkungan
a. Pneumonia komunitas
Terjadi pada pasien perokok, dan mempunyai penyakit penyerta
kardiopulmonal.
b. Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh bahan kimia yaitu aspirasi bahan toksik, dan akibat aspirasi
cairan dari cairan makanan atau lambung.
c. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi akibat proses penyakit dan terapi. Disebabkan oleh kuman pathogen
atau mikroorganisme seperti bakteri, protozoa, Parasite, virus, jamur dan
cacing.
F. PATOFISIOLOGI
Menurut pendapat Sujono & Sukarmin (2009), kuman masuk kedalam jaringan paru-
paru melalui saluran nafas bagian atas menuju ke bronkhiolus dan alveolus. Setelah
Bakteri masuk dapat menimbulkan reaksi peradangan dan menghasilkan cairan edema
yang kaya protein.
Kuman pneumokokusus dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus.
Eritrosit dan leukosit mengalami peningkatan, sehingga Alveoli penuh dengan cairan
edema yang berisi eritrosit, fibrin dan leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi
melebar, paru menjadi tidak berisi udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah
menurun sehingga alveoli penuh dengan leukosit dan eritrosit menjadi sedikit. Setelah
itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah merah yang akan
masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus Sehingga membran
dari alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses
difusi osmosis oksigen dan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa
oleh darah.
Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent
pada alveolus menyebabkan peningkatan tekanan pada paru, dan dapat menurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar serta mengakibatkan berkurangnya
kapasitas paru. Sehingga penderita akan menggunakan otot bantu pernafasan yang
dapat menimbulkan retraksi dada.
Secara hematogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada di paru
akan menyebar ke bronkus sehingga terjadi fase peradangan lumen bronkus. Hal ini
mengakibatkan terjadinya peningkan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia
sehingga timbul reflek batuk.

G. MANISFESTASI KLINIS
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penyebab dan penyakit pasien
Brunner & Suddarth (2011).
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 o C sampai
40,5 o C).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali
pernapasan/menit) dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat
peningkatan suhu tubuh (Celcius).
5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis
sentral.
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau,
bergantung pada agen penyabab.
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah
10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien (misal,
yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap infeksi.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, effusi pleura,
empyema, abses paru, dan bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh
lain yang menyebabkan meningitis, endocarditis, dan pericarditis (Bradley J.S., et al.
2011).

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut (Perencanaan et al.,
2022) adalah :
1. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia
2. Pemberian antipitretik, analgetik, bronkodilator
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.

Sedangakan untuk penyebab pneumonia bervariasi sehingga penangannya pun akan


disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung dari
tingkat keparahan gejala yang timbul .

1. Bagi pneumonia yang disebakan oleh bakteri.


Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit sampai benar-
benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray
dan sputum tidak tampak adanya bakteri pneumonia.
a. Untuk bakteri streptacocus pneumonia.
Dengan pmeberian vaksin dan anatibiotik. Ada dua vaksin yaitu
pneumococcal conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan untuk anak
dibawah usia 2 tahun dan pneumococcal polysaccharide vaccine
direkomendasikan bagi orang dewasa. Antibiotik yang digunakan dalam
perawatan tipe pneumonia ini yaitu penicillin, amoxicillin, dan clavulanic
acid, serta macrolide antibiotics.
b. Untuk bakteri Hemophilus influenzae
Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic acid,
fluoroquinolones, maxifloxacin oral, gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole
dan trimethoprim.
c. Untuk bakteri Mycoplasma
Dengan antibiotik macrolides, antibiotic ini diresepkan untuk mycoplasma
pneumonia.
2. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus
Pengobatannya sama dengan pengobatan pada penderita flu. Yaitu banyak
beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu daya tahan tubuh.
Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan juka daya tahan yubuh sangat baik.
3. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati penyakit jamur lainnya. Hal
yang paling penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi
pneumonia.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Menurut Misnadiarly (2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah:
1. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi (missal: lobar, bronchial), luas abses atau infiltrate,
empyema (stapilococcus), dan penyebaran infiltrate.
2. GDA
Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA Tidak normal tergantung pada luas paru
yang sakit.
3. JDL leukositosis
Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan kondisi imun.
4. LED meningkat
Terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR ASKEP

1. Pengkajian
A. Biodata Klien dan penanggung jawab (Nama, Usia, Jenis Kelamin, Agama, Alamat)
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan keluarga
A. Pemeriksaan fisik
1. Tingkat kesadaran
2. keadaan umum tanda-tanda vital
- Nadi :
- Suhu :
- Pernafasan :
- Spo2 :

4. pengkajian sistem tubuh

a. paru-paru

1. infeksi : kesimetrisan gerak nafas

2. palpasi : kesimetrisan sektil peremitus

3. perkusi : peka redup sonor hipersonor timpani

4. Aukultasi : bunyi jantung

5. pemeriksaan abdomen

1. Infeksi keadaan kulit besar dan bentuk abdomen

2. palpasi hati limpa teraba atau tidak adanya nyeri tekan

3. perkusi suara peristaltik usus

4. auskultasi prekuensi bising usus

5. pemeriksan ekstermitas kaji warna kulit oedema ,kemampuan gerakan dan adanya
alat bantu
 aktivitas dan istirahat
gejala : kelemahan,cape atau lelah insomnia,tidak bisa tidur malam hari
 eliminasi
gejala: tekstur feses berpariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair
tanda: kadang kadang terjadi bising usus
 makan atau cairan
gejala: klien mengalami anoreksia dan muntah terjadi penurunan BB
tanda : kelemahan, turgor klit klien bisa buruk membrane mukosa pucat
B. Diagnosa keperawatan
Menurut (Hermand dkk, 2015) ,masalah keperawatan yang lazim timbul pada pasien
:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra psiologis
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hanbatan upaya napas
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Ansietas behubungan dengan kurang terpapar informasi

Diagnosa (SDKI) Tujuan dan kriteria hasil Rencana intervensi (SIKI)


(SLKI)
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
2x24 jam Nyeri akut menurun Observasi
dengan agen pencedra dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi,
psiologis Tingkat nyeri karakteristik, durasi,
 Keluhan nyeri kualitas, intensitas
(menurun) nyeri
 Meringis (menurun) 2. Identifikasi skala nyeri
 Ketegangan otot Terapeutik
(menurun) 3. Berikan teknik non
 Pola napas (membaik) farmakologis untuk
 Perilaku (membaik) mengurangi nyeri
Edukasi
4. Jelaskan penyebab
periode, dan pemicu
nyeri
5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Pola napas tidak efektif Setelah
dilakukan asuhan Manajemen jalan napas
keperawatan selama 2x24jam Observasi
berhubungan dengan pola nafas membaik dan 1. Monitor pola napas
hanbatan upaya napas kriteria hasil : Teraupetik
- Menggunakan otot 2. Memberikan oksigen
bantu napas ( membaik Edukasi
) 3. Ajarkan teknik batuk
- Frekuensi napas efektif
(membaik ) Kolaborasi
- Kedalaman napas 4. Kolaborasi pemberian
(membaik ) bronkodilator,
- Ekskursi dada
ekspetoran, mukolitik,
(membaik)
jika perlu
Intoleransi aktivitas Setelahdilakukan Tindakan Terapi Aktivitas
2x24 jam Toleransi aktivitas Observasi
berhubungan dengan meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi defisit
kelemahan hasil: tingkat aktivitas
- Frekuensi nadi 2. Identifikasi
(meningkat) kemampuan
- Saturasi oksigen berpartisipasi dalam
(meningkat) aktivitas tertentu
- Keluhan lelah Terapeutik
(menurun) 3. Fasilitasi fokus pada
- Dispnea saat aktivitas kemampuan, bukan
(menurun) defisit yang dialami
- Perasaan lemah Edukasi
(menurun) 4. Jelaskana metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
5. Ajarkan cara
melakuakan aktivitas
yang di pilih
Kolaborasi
6. Kolaborasi dengan
terapis okupasi
merencanakan dan
memonitor progaram
aktivitas, jika perlu
Ansietas behubungan dengan Setelah dilakukan Intervensi Reduksi ansietas
keperawatan selama 1x24 Observasi
kurang terpapar informasi
jam tingkat ansietas menurun 1. Identifikasi saat
dengan membaik kriteria tingkat ansietas
hasil : berubah
Label : 09093
1. Verbalitas khawatir Terapeutik
akibat kondisi yang 1. Motivasi
dihadapi menurun (5) mengidentifikasi
2. Perilaku gelisah situasi yang memicu
kecemasan
menurun (5)
3. Perilaku tegang Edukasi
menurun(5) 1. Anjurkan keluarga
4. Keluhan pusing untuk bersama pasien
menurun (5) 2. Latihan teknik
relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
anelgetik
DAFTAR PUSTAKA

Perencanaan, ", Pengembangan, D., Usaha, S., Studi Manajemen, P., Ekonomi, F., & Bisnis,
D. (2022). Karya Tulis Ilmiah. 1–9.

Rachman, T. (2018). No Title No Title. Angewandte Chemie International Edition, 6(11),


951–952., 10–27.

Kemenkes RI, 2012,Modul Tatalaksana Standar Pneumonia, Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Kemenkes R.I. (2012). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan akut untuk
Penanggulan gan Pneumonia Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Bradley J.S., et al. (2011). The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and
Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious
Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630

Anda mungkin juga menyukai