Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

DI RUANGAN TERATAI (ANAK)

DISUSUN OLEH:

MARIA YUNITA ASUNG

23203038

PROGRAM STUDI SARJANAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2023/2024
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

DI RUANGAN TERATAI (ANAK)

A. DEFINISI

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan yang terjadi di parenkim paru.


Rata – rata pneumonia pada anak disebabkan oleh virus, hanya sebagian kecil
disebabkan oleh infeksi bakteri (Bernstein and Shelov, 2016). Pneumonia adalah
peradangan paru dimana asinus tensi dengan cairan dengan atau tanpa disertai
infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga interstitium (Ridha, 2017).

Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari


bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas sekitar
(PAPDI, 2014). Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru
akibat mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit selain itu juga dapat
disebabkan oleh bahan kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi. Pneumonia
yang disebabkan selain mikroorganisme sering disebut pneumonistis (Djojodibroto,
2014). Pneumonia umumnya terjadi pada anak – anak, tetapi lebih sering pada bayi
dan toddler awal (Kyle and S.Carman, 2018).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar. Struktur Sistem Respirasi (Nurarif & Kusuma, 2013)

1. Anatomi

Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan yaitu :

a. Nares Anterior
Adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu
bermuara di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke
dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung.
Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan
kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang
ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga
hidung (Syaifuddin, 2014).

b. Rongga Hidung

Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan


pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir
semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Daerah pernafasan dilapisi epitelium silinder dan sel spitel berambut
yang mengandung sel cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu membuat
permukaan nares basah dan berlendir. Di atas septum nasalis dan
konka, selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Tiga
tulang kerang (konka) yang diselaputi epitelium pernafasan, yang
menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat
memperbesar permukaan selaput lendir tersebut. Sewaktu udara
melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam
vestibulum. Karena kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya,
udara menjadi hangat, dan karena penguapan air dari permukaan
selaput lendir, udara menjadi lembap (Syaifuddin, 2014). lendir yang
dilaluinya, udara menjadi hangat, dan karena penguapan air dari
permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap (Syaifuddin, 2014).
c. Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan dengan esofagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di
belakang mulut (orofaring) dan di belakang laring (faring-laringeal)
(Syaifuddin, 2014).
d. Laring (tenggorok)
Terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring terdiri atas
kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan
membran. Yang terbesar di antaranya ialah tulang rawan tiroid, dan
disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal
sebagai jakun, yaitu sebelah depan leher. Laring terdiri atas dua
lempeng ataunlamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas
terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah
tiroid, bentuknya seperti cincin mohor di sebelah belakang (ini adalah
tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang
rawan lainnya adalah kedua tulang rawan arytenoid yang menjulang
di sebelah belakang krikoid, kanan dan kiri tulang rawan kuneiform
kornikulata yang sangat kecil (Syaifuddin, 2014).
e. Trakea ( batang tenggorok)
Trakea atau batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter
panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebratorakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang di ikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea
dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel
cangkir. Silia ini bergeak menuju ke atas ke arah laring, maka dengan
gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang larut masuk
bersama dengan pernafasan dapat dikeluarkan.
f. Bronkus (cabang tenggorokan)
Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang terdapat
pada ketinggian vertebratorakalis IV dan V mempunyai struktur
serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampak paru-
paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
dan mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang- cabang, cabang yang
paling kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli terdapat
gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli (Syaifuddin, 2014).
g. Paru-paru
Paru-paru ada dua , dan merupakan alat pernafasan utama. Paru- paru
mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan
struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum. Paru-paru adalah
organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) di atas dan
muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher.
Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, diatas
diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh
iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi
belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang
menutupi sebagian sisi depan jantung.
2. Fisiologi
Menurut (Pearce, 2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna,
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen
masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan
erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan
dipungut oleh haemoglobin sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini
dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-
paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobin 95%
jenuh oksigen. Didalam paru-paru CO2, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler-kapiler darah ke alveoli,
dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui
hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan
eksterna :
1) Ventilasi Pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar
2) Arus darah melalui paru-paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh
4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.
CO2 lebih mudah berdifusi daripada O2. Semua proses ini telah diatur
sedemikian rupa sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih
banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang
pusat pernafasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan.

C. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya pneumonia dapat disebabkan oleh :
1) Bakteri
2) Virus
3) Jamur
4) Aspirasi makanan
5) Pneumonia hipostatik
6) Sindrom Loefler. (Bradley et.al., 2011)
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus
dan bakteri seperti Pneumokokus, Staphilococcus Pneumoniae, dan H. influenzae.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini diantaranya adalah
defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER, aspirasidan lain-lain.

D. PATOFISIOLOGI DAN PATOFLODIAGRAM


Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan
respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme memasuki
saluran pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi
dapat terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien dengan penurunan
kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk. Pneumonia
sangat jarang tersebar secara hematogen.
Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur
trakeobronkial yang bercabang cabang mencegah mikroorganisme dengan mudah
memasuki saluran pernapasan. Faktor lain yang berperan adalah refleks batuk dan
refleks tersedak yang mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi
mikroorganisme di orofaring.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih
memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag
membunuh mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme
bertahan hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi repons inflamasi host. Pada saat
ini lah manifestasi klinis pneumonia akan muncul. Respons inflamasi tubuh akan
memicu penglepasan mediator inflamasi seperti IL (interleukin) 1 dan TNF ( Tumor
Necrosis Factor) yang akan menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke
paru paru dan menyebabkan leukositosis perifer sehingga meningkatkaan sekresi
purulen. Menurut Bernstein dan Shelov (2016), pemeriksaan diagnostik pada
pneumonia adalah sebagai berikut :
1) Hitung darah lengkap dengan hitung jenis.
2) Biakan darah (jika dicurigai bakteri).
3) Radiografi thoraks.
4) Sputum (hanya bisa dilakukan pada anak > 12 tahun) untuk pewarnaan
garam, biakan bakteri, apusan BTA, biakan BTA).
5) Pemeriksaan virus langsung dari spesimen nasofaring (jika dicurugai
patogen virus).
6) IgM dan IgG Mycoplasma pneumoniae.
7) Oksimetri denyut / gas darah arteri, jika anak tampak sakit berat, sianotik,
atau dalam distres pernapasan.

PATOFLODIAGRAM

Sistem pertahana
tubuh terganggu

Virus, bakteri, protozoa,

Masuk saluran pernafasan

Menyerang alveoli

Kerusakan pada membrane mucus Virus, pada parenkim


Peradangan bakteri
paru Melepaskan toksin
alveolus mengeluarkan toksin lipoproteinsakarida
(zat pirogen)
Konsolidasi eksudatif jaringan ikat
Perkembangan edema paru dan
paru
Peningkatan set poin
dihipotalamus
Penurunan compliance paru
Peningkatan sekresi mucus

Menggigil
Pengembangan paru tidak maksimal
Bersihan jalan napas tidak
efektif Demam
Sesak napas

Pola napas tidak efektif Hipetermi

Pneumonia

Dirawat di RS

Hospitalisasi

Resiko tumbuh
kembang

E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Lalani dan Suzan (2020), pneumonia memiliki beberapa manifestasi
klinis, sebagai berikut:
1) Demam, kesulitan bernapas, dan > 1 manifestasi berikut : takipnea, batuk,
napas cuping hidung, retraksi, crackle, dan penurunan bunyi napas.
2) Dapat disertai pula dengan letargi, nafsu makan yang buruk atau nyeri lokal
pada dada dan abdomen.
3) Demam, takipnea, dan retraksi interkostal biasanya
digunakan untuk menegakkan diagnosis pneumonia pada anak dibandingkan
auskultasi.
4) Takipnea (frekuansi napas >50 x/menit), merupakan indikator paling
sensitif untuk pneumonia pada anak.
5) Mengi dan hiperinflasi mengindikasikan bahwa penyakit disebabkan oleh
virus pada anak yang berusia lebih muda, dan Mycoplasma pada anak yang
lebih tua.
6) Pada anak yang lebih tua, riwayat kesulitan bernapas membantu
menegakkan pneumonia ketimbang retraksi nyata.
7) Anak yang lebih tua dapat menunjukkan tanda-tanda klasik, seperti
perkusi redup, crackle, bunyi napas bronkial, dan peningkatan fremitus
taktil.
Manisfestasi lain:
a. Tipikal : demam, menggigil, nyeri dada pleuritik, dan batuk yang
produktif.
b. Atipikal : onset yang muncul bertahap dalam beberapa hari hingga
minggu, didominasi oleh gejala nyeri kepala dan malaise, batuk
nonproduktif, dan demam derajat rendah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang umumnya dijalani oleh penderita
pneumonia untuk pengkajian, meliputi (Kyle and S.Carman, 2018) :
1) Oksimetri nadi : saturasi oksigen dapat menurun drastis atau dalam rentang
normal.
2) Radiografi dada : beragam bergantung apada usia anak dan agens penyebab.
Pada bayi dan anak yang masih kecil, pemerangkapan udara di bilateral dan
infiltrat (pengumpulan sel radang, debris sel, dan organisme asing) perihilus
merupakan penemuan paling umum. Area bercak konsolidasi juga dapat
ditemukan. Pada anak yang lebih besar, konsolidasi lobus terlihat lebih
sering.
3) Kultur sputum : dapat berguna dalam menentukan bakteri penyebab pada
anak yang lebih besar dan pada remaja.
4) Hitung sel darah putih : dapat meningkat pada kasus pneumonia bakteri.
Menurut Bernstein dan Shelov (2016), pemeriksaan diagnostik pada pneumonia

adalah sebagai berikut :

1) Hitung darah lengkap dengan hitung jenis.

2) Biakan darah (jika dicurigai bakteri).

3) Radiografi thoraks.

4) Sputum (hanya bisa dilakukan pada anak > 12 tahun) untuk pewarnaan

garam, biakan bakteri, apusan BTA, biakan BTA)

5) Pemeriksaan virus langsung dari spesimen nasofaring (jika dicurugai

patogen virus).

6) IgM dan IgG Mycoplasma pneumoniae.

7) Oksimetri denyut / gas darah arteri, jika anak tampak sakit berat, sianotik,

atau dalam distres pernapasan.

G. KOMPLIKASI
Menurut (Misnadiarly, 2008) komplikasi pada pneumonia yaitu :
1) Abses paru
2) Edusi pleural
3) Empisema
4) Gagal napas
5) Perikarditis
6) Meningitis
7) Atelektasis
8) Hipotensi
9) Delirium
10) Asidosis metabolic
11) Dehidrasi
H. TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN (SECARA TEORI
1) PENGKAJIAN
a. Biodata
a) Identitas Pasien
Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir, usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi.
b) Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab
Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan,
pekerjaan, sumber penghasilan, agama, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada
tenaga professional.
b) Riwayat Keluhan Utama. Hal yang berhubungan dengan
keluhan utama:
 Munculnya keluhan
Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya
keluhan (gradual/tiba-tiba), presipitasi/predisposisi
(perubahan emosional, kelelahan, kehamilan,
lingkungan, toksin/allergen, infeksi).
 Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan
radiasi, timing (terus menerus/intermiten, durasi
setiap kalinya), hal-hal yang
meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan,
gejala- gejala lain yang berhubungan.
 Masalah sejak muncul keluhan
Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak
berubah.
 Keluhan pada saat pengkajian
 Riwayat Keluarga Penyakit yang pernah atau sedang
diderita oleh keluarga (baik berhubungan/tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita klien),
gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku
(symbol dan 3 generasi).
c. Riwayat Tumbuh Kembang
a) Pertumbuhan Fisik : Berat badan, tinggi badan, waktu tumbuh
gigi, jumlah gigi, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran
lingkar kepala.
b) Perkembangan Tiap Tahap : Usia anak saat berguling, duduk,
merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain
pertama kali, bicara pertama kali, kalimat pertama yang
disebutkan dan umur mulai berpakaian tanpa bantuan.
d. Riwayat Nutrisi
a) Pemberian ASI
b) Pemberian Susu Formula : Alasan pemberian, jumlah
pemberian dan cara pemberian.
c) Pola Perubahan Nutrisi
e. Riwayat Spiritual
a) Support sistem dalam keluarga
b) Kegiatan keagamaan
f. Reaksi Hospitalisasi
a) Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap : Alasan
ibu membawa klien ke RS, apakah dokter menceritakan
tentang kondisi anak, perasaan orang tua saat ini, orang tua
selalu berkunjung ke RS, yang akan tinggal di RS dengan
anak.
b) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
g. Aktivitas Sehari-hari
a) Nutrisi : Selera makan anak sebelum sakit dan saat sakit.
b) Cairan : Jenis minuman sebelum sakit dan saat sakit,
frekuensi minum, kebutuhan cairan dan cara pemenuhan
sebelum sakit serta saat sakit.
c) Pola eliminasi : Tempat pembuangan sebelum sakit dan saat
sakit, frekuensi, konsistensi, kesulitan dan obat pencahar yang
diberikan sebelum sakit serta saat sakit.
d) Pola istirahat tidur : Jam tidur anak saat siang dan malam,
pola tidur, kebiasaan sebelum tidur, kesulitan tidur sebelum
sakit dan saat sakit.
e) Olahraga : Program olahraga, jenis dan frekuensi, kondisi
setelah keluarga sebelum sakit dan saat sakit.
f) Personal hygiene : Mandi (meliputi cara, frekuensi, dan alat
mandi), cuci rambut (Frekuensi dan cara), gunting kuku
(Frekuensi dan cara), gosok gigi (frekuensi dan cara).
g) Aktifitas mobilitas fisik : Kegiatan sehari-hari, pengaturan
jadwal harian, penggunaan alat bantu aktivitas, serta kesulitan
pergerakan tubuh ssebelum sakit dan saat sakit.
h) Rekreasi : Perasaan saat sekolah, waktu luang, perasaan
setelah rekreasi, waktu senggang keluarga dan kegiatan hari
libur sebelum sakit dan saat sakit.
h. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Kesadaran, postur tubuh
b) Tanda – tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
c) Ukuran anthropometric : Berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala
d) Kepala : Kebersihan, warna rambut, benjolan dan tekstur
rambut
e) Muka : Bentuk muka, ekspresi wajah dan kelainan
f) Mata : Penglihatan, konjungtiva, sclera, kelainan mata
g) Hidung : Kebersihan, kelainan
h) Telinga : Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
i) Mulut : Gigi, gusi, lidah dan bibir
j) Tenggorokan : Warna mukosa, nyeri tekan dan nyeri menelan
k) Leher : Inspeksi dan palpasi kelenjar thyroid
l) Thorax dan pernapasan : Inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi (dada)
m) Jantung : Palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung)
n) Abdomen : Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
o) Punggung : Ada/tidak kelainan
p) Genetalia dan anus : Kebersihan, terpasang kateter/tidak,
kelainan
q) Ekstremitas : Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
r) Kulit : Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan
s) Status neurologi : Saraf-saraf kranial dan tanda perangsangan
selaput otak
i. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 tahun)
Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver Development
Screening Test) untuk umur 0 – 6 tahun perkembangan anak diatur
dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang
meliputi:
a) Motorik kasar : Kemampuan anak untuk menggunakan dan
melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga.
b) Motorik halus : Kemampuan anak untuk menggunakan
bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot halus sehingga
tidak perlu tenaga, namun perlu koordinasi yang lebih
kompleks.
c) Kognitif dan bahasa : Kemampuan mengungkapkan perasaan,
keinginan, dan pendapat melalui pengucapan kata-kata,
kemampuan mengerti dan memahami perkataan orang lain
serta berfikir.
d) Kemandirian dan bergaul : Kemampuan anak untuk
menyesuaikan diri dengan orang lain.

2) MASALAH KEPERAWATAN
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Hipertemi
c. Pola napas tidak efektif
d. Intoleransi aktivitas
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3) PERENCANAAN (INTERVENSI)
No SDKI SLKI SIKI RASIONAL
.
1. Pola napas tidak POLA NAPAS MANAJEMEN a) Memonitor
efektif Setelah dilakukan JALAN NAPAS pola napas
berhubungan tindakan Observasi: b) Memonitor
dengan hambatan keperawatan a) Monitor pola bunyi napas
upaya napas selama 3x24 jam napas tambahan
dibuktikan dengan diharapkan b) Monitor c) Mempertahan
tanda dan gejala: kriteria hasil: bunyi napas kan kepatenan
a) Dyspnea: a) Dyspnea tambahan jalan napas
-Pola menurun c) Monitor d) Memposisika
napas b) Tekanan sputum n semi fowler
abnormal ekspirasi Terapeutik : atau fowler
b) Ortopnea : meningkat a) Pertahankan e) Melakukan
-tekanan c) Tekanan kepatenan fisiotrapi dada
ekspirasi inspirasi jalan napas f) Memberikan
menurun meningkat b) Posisikan oksigen
Tekanan semi fowler g) Berkolaborasi
inspirasi atau fowler pemberian
menurun c) Lakukan bronkodilator
fisiotrapi
dada
d) Berikan
oksigen
Edukasi :
a) Ajarkan
tekhnik batuk
efektif
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator

4) IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan disebut dengan
implementasi keperawatan. Implementasi dalam pelaksanaannya harus
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang memengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi (Dinarti dan Mulyanti, 2017).
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk intervensi yang
telah disusun pada tahap perencanaan dan mengakhiri tahap implementasi
denganS mendokumentasikan tindakan keperawatan serta respon klien
terhadap tindakan yang telah diberikan. Tindakan keperawatan merupakan
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan – tindakan pada
intervensi keparawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi, dan
kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

5) EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang telah dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan
lain. Dokumentasi pada tahap ini adalah dengan membandingkan secara
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan hasil yang didapat dari klien, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya
(Dinarti dan Mulyanti, 2017).
Proses evaluasi keperawatan biasanya menggunakan komponen
format dengan formula SOAP, yaitu :
a) S (data subjektif ), data berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh
pasien atau keluarga yang masih dirasakan oleh pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan (Budiono, 2016).
b) O (data objektif), data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil
observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan
klien setelah dilakukan tindakan keperawatan (Budiono, 2016).
c) A (Analisis), interpretasi dari data subjektif dan objektif. Analisis
merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi atau dapat dituliskan masalah/diagnosis baru akibat perubahan
status kesehatan klien yang telah teridentifiksasi datanya dalam data
subjektif dan objektif (Budiono, 2016).
d) P (Planning) Perencanaan keperawatan yang akan anda lanjutkan,
anda hentikan, anda modifikasi, atau anda tambahkan dari rencana
tindakan keperawatan. Tindakan yang telah menunjukan hasil yang
memuaskan dan tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya
dihentikan. Tindakan yang perlu dilakukan adalah tindakan kompeten
untuk menyelesaikan masalah klien dan membutuhkan waktu untuk
mencapai keberhasilannya. Tindakan yang perlu dimodifikasi adalah
tindakan yang dirasa dapat membantu menyelesaikan masalah klien
(Budiono, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/ 967822-


overview. (29 September 2014 pukul 15.50 WIB)

Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., et al. 2011. The Management of
Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age:
Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis 53 (7): 617-630

Dorlan. 2015. Pneumonia : Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi 2 Jilid 4. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2014. Nursing Interventions Classifications


(NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta
: Penerbit IDAI.

Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
NANDA International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sarwono. 2013. Praktek klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta: Sagung Seto. Ngastiyah.
1997.

Anda mungkin juga menyukai