Oleh
Regina Tri Agustin
1490123051
2. Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkanoleh
bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejalapanas tinggi
gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare sertabatuk kering dan
produktif (Hidayat, 2009 dalam Dewi & Erawati, 2016).
Bronkopneumonia adalah suatu radang paru-paru yang mempunyai
penyebaran bercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki
dan meluas ke parenkim paru (Smeltzer, 2003 dalam Dewi & Erawati, 2016).
3. Anatomi Fisiologi
A. Anatomi
Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan:
a) Saluran pernafasan bagian atas, antara lain :
1) Hidung (Nasal)
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara
terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai
penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke
dalam paruparu.
2) Faring
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus
respiratoriun dan digestif.
3) Laring
laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dengan
trachea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi.
Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk.
b) Saluran pernafasan bagian bawah
1) Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi
bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak
saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika
dirangsang.
2) Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih
pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir
vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan
dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan
kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis.
3) Bronkiolus.
Membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi
bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara
konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
4) Alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel alveolar,
sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel
alveolar tipe II sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu
fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel–sel fagositosis
yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan penting.
5) Alveoulus.
Struktur anatomi yang memiliki bentuk yang berongga. Terdapat pada
parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari pernapasan, dimana kedua sisi
merupakan tempat pertukaran darah.
6) Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelombung hawa, alveoli).
B. Fisiologi
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernafasan melalui par-paru atau pernafasan eksterna, oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut pada waktu bernafas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronchial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris (Pearce. C. E, 2010).
Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu :
1) Ventilasi paru, yang berarti pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus
paru
2) Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3) Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke
dan dari sel jaringan tubuh.
Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya itu
perubahan tekanan intrapulmonar, tekanan intrapleural, dan perubahan volume paru.
Keluar masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu :
1) Inspirasi : proses aktif dengan kontraksi otot-otot inspirasi untuk menaikkan
volume intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang,
tekanan dalam saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke
dalam paru-paru.
2) Ekspirasi : proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada
kembali ke posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada
seimbang, tekanan dalam saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga
udara mengalir keluar dari paru-paru, dalam hal ini otot-otot pernapasan
berperan ( Sherwood,2012).
Fungsi dari sistem pernapasan adalah:
1) Menyediakan area yang memadai untuk pertukaran gas antara udara dan
sirkulasi darah
2) transport udara dari dan ke pertukaran permukaan di paru-paru;
3) Melindungi permukaan pernafasan dari dehidrasi, perubahan suhu, dan variasi
lingkungan lainnya;
4) Mempertahankan sistem pernapasan, dan jaringan lain dari invasi oleh
pathogen mikroorganisme;
5) Memproduksi suara yang terlibat dalam berbicara, bernyanyi, atau komunikasi
nonverbal;
6) Membantu dalam regulasi volume darah, tekanan darah, dan control pH cairan
tubuh (Martini et al 2012).
4. Etiologi
Penyebab tersering bronkopneumonia pada anak adalah pneumokokus sedang
penyebab lainnya antara lain: streptococcus pneumoniae, stapilokokus aureus,
haemophillis influenzae, jamur (seperti candida albicans), dan virus. Pada bayi dan
anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius dan
sangat progresif dengan mortalitas tinggi (Riyadi, 2015).
Sedangkan virus yang sering menyerang penyakit ini adalah respiratorik
syncytial virus. Penyebab lain yang jarang terjadi adalah mykoplasma, aspirasi benda
asing, dan jamur . Terjadinya bronkopneumonia bermula dari adanya peradangan
paru yang terjadi pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi
traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Faktor penyebab utama adalah:
bakteri, jamur, virus, dan benda asing (Ridha, 2014).
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada bayi dan anak yang masih kecil, pemerangkapan udara bilateral dan
infiltrate (pengumpulan sel radang, debris sel, dan organism asing) perihilus
merupakan temuan paling umum. Area bercak konsolidasi juga dapat
ditemukan. Pada anak yang lebih besar, konsolidasi lobus terlihat lebih sering
(Kyle, 2016). Pada foto toraks bronkopneumonia kadang-kadang tidak selalu
dapat ditemukan bercakbercak infiltrate halus yang dapat mencapai hamper
seluruh paru. Gambaran ini menandakan infiltrasi acinus-acinus oleh sel-sel
radang Pada pemeriksaan rontgen thorak didapatkan gambaran infiltrat di
parakardial kanan. Gambaran infiltrat merupakan gambaran terperangkapnya
udara pada bronkus karena tidak adanya pertukaran pada bronkus. Gambaran
infiltrat ini merupakan gambaran khas pada bronkopneumonia (Danusantoso,
2014).
3. Oksimetri nadi : saturasi oksigen dapat menurun drastis atau dalam rentang
normal (Kyle, 2016)
4. Pemeriksaan Cairan Pleura : pemeriksaan cairan mikrobiologi, dapat
dibiakkan dari spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus
atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru
(Danusantoso, 2014).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan Bronkopneumonia:
a) Pemberian obat antibiotik penisilin 50.00 U/kg BB/hari, ditambah dengan
kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai
spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam
4-5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan penyebab
infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi
antibiotik.
b) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena,
biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl 0,9% dalam perbandingan
3:1 ditambah larutan Kcl 10 mEq/500ml/botol infus.
c) Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang
makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analis gas
darah arteri.
d. Pemberian makanan enternal bertahap melalui selang nasogastrk pada
penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.
e) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian terapi
nebulizer dengan flexotid dan ventolin. Selain bertujuan mempermudah
mengeluarkan dahak juga dapat meningkatan lebar lumen bronkus (Riyadi,
2009).
9. Asuhah Keperawatan
a. Pengkajian
a) Identitas pasien:
b) Identitas penggung jawab :
c) Keluhan Utama:
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas.
Sesak nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan
sumbatan pada lumen bronkus.
d) Riwayat Penyakit Sekarang:
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40˚C dan kadang disertai dengan kejang karena
demam yang tinggi.
e) Riwayat Kesehatan Dahulu:
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit
infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun
f) Riwayat Imunisasi:
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
Imunisasi yang diperlukan, diantaranya: BCG, DPT, Polio, Hepatitis B
dan Campak .
g) Pola persepsi sehat:
Data yang muncul sering orangtua berpersepsi meskipun anaknya batuk
masih menganggap belum terjadi gangguan serius, biasanya orangtua
menganggap anaknya benar-benar sakit apabila anak sudah mengalami
sesak nafas
Hiperventilasi
dispneu
pernapasan cuping
hidung
intake kurang
defisit nutrisi
5. Data Subjektif: Bakteri stafilokokus Intoleransi aktivitas
a. pasien mengeluh sesak aureus masuk ke saluran
napas saat atau setelah pernafasan bawah
aktivitas
b. pasien mengeluh edema antara kapiler dan
merasa tidak nyaman alveoli
setelah beraktivitas
c. pasien mengeluh lemah
eritrosit pecah
Data Objektif:
a. Tekanan darah berubah
>20% dari kondisi edema paru
istirahat
b. Gambar EKG pergeseran dinding paru
menunjukan aritmia
c. Gambaran EKG suplai O2 menurun
menunjukan iskemia
akumulasi asam laktat
d. Sianosis
fatique
intoleransi aktivitas
c. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveoulus- kapiler
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Intervensi Keperawatan
e. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).
f. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tindakan intelektua untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhas dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam
perencanaan keperawatan. Evaluasi yang digunakan berbentuk fromatif berpa respon
klien dan evaluasi sumatif yaitu respon perkembangan dengan komponen S
(subjektif), O (objektif), A (analisis), P (perencanaan terhadap analisis) (Potter &
Perry, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat. 2009 dalam Dewi & Erawati 2016. Pengantar Ilmu Keperawatan
Anak. Salemba Medika
Dermawan (2012) Proses Keperawatan Penerapan Konsep Dan Kerangka Kerja.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Kemenkes RI (2018) Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Nurarif, A. Huda dan Hardhi Kusuma (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 1 Yogjakarta:
Mediaction
Pearce Evelyn C. 20010. Anatomi dan Fisiologi Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
Ringel, Edward. (2012). Buku Saku Hitam Kedokteran Paru Alih Bahasa:dr.Elfiawati
Resipirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2014, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saputra R. 2013. Bersihan Jalan Nafas. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
Tarwoto & Ayani. Ratna. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta :
FKUI
Wijayaningsih, Kartika Sari (2013) Asuhan Keperawatan Anak Jakarta: CV Trans
Info Media
WHO (2016). Pneumonia, http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs331/en/.
(diakses pada 31 Agustus 2021)