PNEUMONIA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Mata Ajar Keperawatan Gadar
Oleh:
1490123133
2024
1. Pendahuluan
pneumonia yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang
biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya yang
sering ditemukan pada balita dan anak-anak. Bronkopneumonia disebabkan oleh
agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Tanda gejala
bronkopneumonia berupa demam tinggi, gelisah, dispnue, napas cepat dan
dangkal, muntah, diare, batuk kering dan produktif (Ngastiyah, 2014).
pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
bakteri Stafilococcus aureus dan Haemofilus influenza yang masuk ke saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus
ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret, batuk produktif, ronchi positif.
Mikroorganisme yang terdapat dalam paru dapat menyebar ke bronkus, bronkus
akan mengalami fibrosis dan pelebaran. Pelebaran tersebut dapat menyebabkan
akumulasi sekret di bronkus. Bayi dan balita tidak dapat mengatur bersihan jalan
napas secara mandiri, oleh sebab itu jika akumulasi sekret di bronkus tidak segera
ditangani akan terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Riyadi, 2015).
2. Definisi
Pneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan
peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya.
Bronkopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena peradangan
yang terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada bronkiolus berserta
alveolus di sekitarnya (Muhlisin, 2017).
Pneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga disebut sebagai
pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan dimulai dalam tabung
bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur menyebar ke alveoli peribronchiolar
dan saluran alveolar (PDPI Lampung & Bengkulu, 2017).
3. Anatomi Fisiologi
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring dan epiglotis,
yang berfungsi menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup
(Nursing Students, 2015).
a. Hidung
Proses oksigenasi diawali dari sini. Pada saat udara masuk melalui hidung,
udara akan disaring oleh bulu-bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian
rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.
b. Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak
sampai dengan esofagus yang terletak di belakang naso faring (di belakang
hidung), di belakang mulut (orofaring) dan di belakang laring (laringo faring).
c. Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian
tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, yang terdiri atas dua
lamina yang bersambung di garis tengah.
d. Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring
ketika orang sedang menelan.
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, tandan bronkhus, segmen
bronkhus dan bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi
surfaktan.
a. Trakhea
Trakhea ini dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia
yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua
percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar
dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah dan bawah,
sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam
lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian
percabangan yang disebut sebagai bronkhiolus.
c. Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terdiri atas
beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu pleura parietalis dan pleura
viseralis, kemudian juga dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan
surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru
kanan dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ
jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian
puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori,
dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang
banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas
dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan
darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah,
oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah di bawa ke
jantung dan dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh. Di paru-paru
karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli dan
kapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut
dan hidung (Saputra. R, 2013).
4. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) Secara umum pneumonia diakibatkan
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang normal dan sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas: reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus,
gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral
setempat. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur,
antara lain:
a. Bakteri: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
b. Virus: Legionella Pneumoniae
c. Jamur: Aspergillus Spesies, Candida Albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
5. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari pneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet)
invasi ini dapat masuk ke saluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi
peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada
penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret
semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan
pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan
sekret dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di
paru. Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya
tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam
saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung
dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring serta
perluasan langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen
(Nurarif dan Kusuma, 2013).
Pathway
7. Penatalaksanaan
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien Pneumonia yaitu secara asuhan
keperawatan dan farmakologi.
a. Asuhan keperawatan
1) Melakukan fisioterapi dada atau mengajakan batuk efektif pada klien
mengalami gangguan bersihan jalan nafas
2) Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
3) Memberikan kompres untuk menurunkan demam
4) Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
5) Monitor tanda-tanda vital
b. Kolaborasi pemberian O2
1. Farmakologi
Pemberian antibiotik misalnya penisilin, streptomisin, ampicillin dan
gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keadaan penderita
dan kuman penyebab.
8. Kemungkinan Data Fokus
a. Anamnesa/Wawancara
1) Identitas klien
Nama, umur, J/K, agama, alamat, bangsa, pendidikan, pekerjaan, serta
identitas penanggung jawab.
2) Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita mengeluh sesak napas
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada penderita BP biasanya merasa sulit untuk bernapas, disertai dengan
batuk bernapas, disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu
pernapasan, ada suara napas tambahan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu, apakah klien pernah menderita penyakit BP
sebelumnya atau ada riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam
jangka panjang.
5) Keadaan umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
6) Tanda-tanda vital
TTV: Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan dan saturasi oksigen.
b. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1) Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah
ada kelainan atau lesi pada kepala.
2) Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
3) Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/
tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan.
4) Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/tidak dan apakah ada gangguan dalam
penciuman.
5) Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/lembab, lidah
kotor/tidak, apakah ada kemerahan/tidak pada lidah, apakah ada gangguan
dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
6) Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi
vena jugularis.
7) Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
8) Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
a. Inspeksi
Membran mukosa-faring tamppak kemerahan, tonsil tampak
kemerahan dan edema, tampak batuk tidak produktif, Tidak ada
jaringan parut dan leher, tidak tampak penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
b. Palpasi
Adanya demam. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada
daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis, Tidak teraba
adanya pembesaran kelenjar tyroid.
c. Perkusi
Suara paru normal (sonor).
d. Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
9) Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
10) Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin, warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak.
Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup
oleh labia mayora.
11) Integumen
Warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/tidak, apakah
ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
12) Ekstremitas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan
bentuk.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wijayaningsih (2013) pemeriksaan diagnostik brongkopneumonia
yaitu:
1) Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau
beberapa lobus yang bebercak-bercak.
2) Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.
3) Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang
berhubungan dengan oksigen.
4) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan.
d. Terapi
1) Pemberian obat antibiotic penisilin ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum luas
seperti ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai bebas demam 4-5 hari.
Antibiotic yang di rekomendasikan adalah antibiotic spectrum luas seperti
kombinasi beta lactam/klavulanat dengan aminoglikosid atau sefalosporin
generasi ketiga (Ridha, 2014).
2) Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi
cairan dan antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien
adalah paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan cara ditetesi
(3x0, 5cc sehari) atau dengan peroral/sirup. Indikasi pemberian
paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai 38 oC serta untuk
menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.
3) Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini
dengan dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang dianjurkan
yaitu 0,5 mg/kgBB. Terapi nebulisasi bertujuan untuk mengurangi sesak
akibat penyempitan jalan napas atau bronkospasme akibat hipersekresi
mucus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta-2 adregenik yang
selektif terutama pada otot bronkus. Salbutamol menghambat pelepas
mediator dari pulmonary mast cell 9,11 namun terapi nebulisasi bukan
menjadi gold standar pengobatan dari bronkopneumonia. Gold standar
pengobatan bronkopneumonia adalah penggunaan 2 antibiotik (Alexander
dan Anggraeni, 2017).
9. Analisa Data
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.