Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


SISTEM PERNAPASAN PADA Ny. “N”
DENGAN KASUS PNEUMONIA

OLEH : Jaldni Loboy,S.Kep


NIM : 032020118

CI LAHAN CI INSTITUSI

......................................... ......................................

PROGRAM STUDI NERS STIKES


KURNIA JAYA PERSADA
KOTA PALOPO
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (Sylvia A.price). Dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti
virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-
paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran
radiologis.
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat
yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013)
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015)

2. ETIOLOGI
Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti :
a. Bakteri : stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus : virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur : candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun,
trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak
sempurna (Ngastiyah, 2015).
3. ANATOMI FISIOLOGI
Menurut Syaifudin (2010:383-396) “Secara umum sistem respirasi dibagi menjadi
saluran nafas bagian atas, saluran nafas bagian bawah, dan paru-paru”.
a. Saluran pernapasan bagian atas
Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan
melembabkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri atas sebagai
berikut :
- Hidung
Hidung (Nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentuk dan struktur
hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya pada prosesus
palatinus osis maksilaris dan pars horizontal osis palatum.
- Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus
antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI.
- Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terdiri atas bagian
dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua
lamina yang bersambung digaris tengah.
- Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup
laring pada saat proses menelan.
b. Saluran pernapasan bagian bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi
surfaktan, saluran ini terdiri atas sebagai berikut :
- Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorokkan, memiliki panjang kurang
lebih 9 cm yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran
tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium
bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
- Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan
lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah,
sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari
lobus atas dan bawah.
- Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan setelah bronkus.
c. Paru-paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam
rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas
beberapa lobus yng diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta
dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru kanan terdiri dari
tiga lobus dan paru kiri dua lobus.
Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu paru kanan dan kiri.
Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang
berbentuk yang bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat
elastis berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida yang dinamakan alveolus.

4. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia anak, respon
sistemik anak terhadap infeksi, agen etiologi, tingkat keterlibatan paru, dan obstruksi
jalan napas. Tanda dan gejala anak yang mengalami pneumonia antara lain : takipnea,
demam dan batuk disertai penggunaan otot bantu napas dan suara napas abnormal
(Terry & Sharon, 2013).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba kedalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi
hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi
akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah, serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC,
WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk,
selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru
menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan
membrane respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.

5. KLASIFIKASI
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi dan
etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :
a. Pembagian anatomis
- Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial
bilateral atau ganda.
- Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga Pneumonia
lobularis.
- Pneumonia interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi didalam
dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
b. Pembagian etiologis
- Bacteria : Diploccocus pneumonia, pneumoccocus, streptokokus hemolytikus,
streptococcus aureus, Hemophilus Infuinzae, Bacilus Friedlander,
Mycobacterium tuberculosis.
- Virus : Respiratory Syncytial Virus, Virus infuinza, Adenovirus.
- Jamur : Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans, Blastornyces
Dermatitides.
- Aspirasi : Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing.
- Pneumonia Hipostatik
- Sindrom Loeffler
c. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia
1) Usia 2 bulan - 5 tahun
- Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat
dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
- Pneumonia, ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada
usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50x/mnt atau lebih, dan pada usia
1 – 5 tahun 40x/mnt atau lebih.
- Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat
disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah
dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
- Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60x/mnt atau lebih.
- Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah dan tidak ada nafas cepat.
-
6. PATOFISIOLOGI
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian bawah
terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas
(Terry & Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit diudara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran nafas. Bila
suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunyasalah satu mekanisme petahanan
dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi
maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi
penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar.
Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sistem limpatik
mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru menjadi
terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah
menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left
shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja
jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia
(Nugroho.T, 2011).
7. PATHWAY
Normal
(sistem pertahanan)
terganggu

Organisme

Virus Saluran pernapasan Stapilokokus


bagian bawah
pneumokokus
Kuman patogen
Trombus
mencapai bronkioli,
terminalis merusak sel Eksudat masuk alveoli
epitel bersilia, sel goblet Toksin, coagulase
Alveoli
Cairan edema + leukosit
ke alveoli Permukaan lapisan pleura
Sel darah merah leukosit,
tertutup tebal eksudat
pneumokokus mengisi
trombust vena pulmonalis
Konsulidasi paru alveoli

Kapasitas vital Nekrosis


Leukosit + fibrin
compliance menurun,
mengalami konsolidasi
hemoragik

Leukositosis

Bersihan jalan Kekurangan volume Intoleransi Defisiensi


nafas tidak efektif cairan aktivitas pengetahuan

Ketidakefektifan
pola nafas
8. PEMERIKSAN DIAGNOSTIK
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
orang dengan masalah pneumonia adalah :
a. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial); dapat
juga menyatakan abses.
b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
f. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

9. KOMPLIKASI
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan
pneumonia adalah :
a. Pleurisi
b. Atelektasis
c. Empiema
d. Abses paru
e. Edema pulmonary
f. Infeksi super perikarditis
g. Meningitis
h. Arthritis
10. TINDAKAN MEDIS
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara lain :
a. Manajemen umum
- Humidifikasi : humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
- Oksigenasi : jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
- Fisioterapi : berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia pasti :pasien
harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk
memaksimalkan kemampuan ventilator.
- Hidrasi : Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada : mungkin diperlukan jika
masalah sekunder seperti empiema terjadi.
c. Terapi obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu
perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya : Penicillin G untuk
infeksi pnemonia staphylococcus, amantadine, rimantadine untuk infeksi
pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi
pneumonia.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu proses penting komponen asuhan
keperawatan bagi klien. Pengkajian keperawatan merupakan proses yang dilakukan oleh
seorang perawat guna menggali masalah keperawatan yang diderita klien. Pada bahasan
klien dengan gangguan sistem penglihatan, maka perawat menggali informasi yang
berhubungan dengan sistem penglihatan guna menentukan diagnosa pada langkah
selanjutnya. Kegiatan menggali informasi tersebut harus sistematis, akurat dan menyeluruh
serta saling berhubungan. Pengumpulan data secara umum mutlak dilakukan oleh seorang
perawat dalam pengkajian keperawatan (Nursalam, 2002). Adapun macam data yang perlu
dikumpulkan oleh perawat adalah:
a. Data Subyektif
Data yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara oleh perawat kepada klien
ataupun keluarga klien yang sifatnya tidak dapat diukur dengan jelas karena
merupakan suatu penilaian subyektif.
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diukur hasilnya. Data obyektif diperoleh
melalui hasil pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang lainnya seperti hasil
pemeriksaan laboratorium. Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan antara lain; (1) Riwayat Kesehatan, (2) Kajian per
Sistem, (3) Pengkajian Psikososial.

2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan sekarang dan masa lalu.
Serta perlu dikaji pula riwayat kesehatan keluarga klien, apakah ada penyakit yang
diturunkan secara genetis atau tidak.
a. Keluhan utama
Dalam membuat riwayat kesehatan yang berhubungan dengan sistem Pernapasan,
maka sangat penting untuk mengenal tanda serta gejala umum gangguan sistem
pernapasan seperti nyeri dada saat bernapas, dan batuk.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi riwayat penyakit yang penuh diderita serta kebiasaan sehingga menimbulkan
gangguan pada sistem pernapasan. Sebagai contoh: melakukan anamnesa kepada
pasien mengenai apakah pernah mengalami gejala serupa sebelumnya, kemudian
apakah meiliki faktor alergi seperti alergi obat-obatan dan makanan. Tanyakan
kepada pasien apakah selalu makan makanan yang dapat memicu penyakitnya.
Apabila pasien mengeluhkan penyakitnya kambuh, tanyakan obat apa saja yang
pernah dikonsumsi sehingga sakitnya reda serta kapan terakhir kali rasa sakit itu
muncul.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga perlu ditanyakan kepada klien guna mengetahui apakah
ada potensi penyakit yang dapat diturunkan atau ditularkan secara genetis atau tidak.
Hal ini akan membantu perawat mengetahui sumber penularannya jika memang ada
penyakit serupa yang pernah terjadi dalam lingkup keluarganya.
d. Riwayat sosial
1) Kaji bagaimana perilaku individu dalam kelompok
2) Tanyakan apakah didalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit
yang berhubungan dengan sistem pernapasan.
e. Riwayat psikologis
1) Adakah perasaan cemas pada diri klien saat menghadapi suatu penyakit?
2) Kaji tingkat stres klien.

3. Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan


Pemeriksaan fisik merupakan serangkaian tindakan pemeriksaan secara holistik yang
bertujuan melihat kondisi klien serta mendapatkan data obyektif secara valid dan didukung
dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan meliputi:
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk melengkapi pengkajian sistem pernapasan terdiri
atas pemeriksaan laboratorium, sinar X, Biopsi paru, pemeriksaan gram/kultur,
pemeriksaan serologi, pemeriksaan fungsi paru, spirometrik static, dan bronkoskopi.
Secara umum, peran perawat pada pasien yang menjalani pemeriksaan diagnostik
meliputi:
a. Berperan dalam memenuhi informasi umum tentang prosedur diagnostik yang akan
dilaksanakan.
b. Memberikan informasi waktu atau jadwal yang tepat kapan prosedur diagnostik akan
dilaksanakan.
c. Memberikan informasi mengenai aktifitas yang harus dilakukan oleh pasien,
memberikan instruksi mengenai perawatan pasca prosedur, serta pembatasan diri dan
aktifitas.
d. Memberikan dukungan psikologis untuk menurunkan tingkat kecemasan.
e. Mengajarkan tehknik distraksi dan relaksasi untuk menurunkan ketidaknyamanan.
f. Mendorong anggota keluarga atau orang terdekat untuk memberikan dukungan emosi
pada pasien selama tes.

5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko,
memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan.

6. Pemeriksaan Sinar X
Pemeriksaan X-ray atau rontgen adalah salah satu teknik pencitraan medis yang
menggunakan radiasi elektromagnetik untuk mengambil gambar atau foto bagian dalam
tubuh. Prosedur ini merupakan bagian dari pemeriksaan penunjang untuk keperluan
penegakan diagnosa yang lebih akurat.

7. Pemeriksaan Biopsi Paru


Biopsi paru bertujuan untuk mengangkat jaringan atau sel dari dalam tubuh agar dapat
diperiksa dibawah mikroskop.
8. Pemeriksaan Gram/kultur
Pemeriksaan gram/kultur darah merupakan metode pemeriksaan diagnostik untuk
mendeteksi adanya mikroorganisme didalam darah. Mikroorganisme tersebut bisa bakteri,
jamur atau parasit.

9. Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi adalah untuk mengukur kadar antibodi yang dihasilkan sistem
imun seseorang sebagai respon terhadap adanya pathogen yang masuk kedalam tubuh
seseorang.

10. Pemeriksaan Fungsi Paru


Pemeriksaan fungsi paru atau spirometri adalah tes yang digunakan untuk memeriksa
kondisi dan fungsi saluran pernapasan. Dalam tes ini, jumlah dan kecepatan udara yang
dihirup dan dihembus pasien akan diukur.

11. Pemeriksaan Spirometrik Statik


Pemeriksaan spirometrik statik ini berfungsi untuk mengukur aliran udara masuk dan
keluar dari paru-paru.

12. Pemeriksaan Bronkoskopi


Pemeriksaan bronkoskopi adalah prosedur kesehatan yang dilakukan dengan
memasukkan alat bernama bronkoskop melalui tenggorokan, laring, trakea, kedalam
bronkus untuk melihat bagian toraks (dada).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi
jalan nafas.
2. Ketidakefektifan pola nafas.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ansietas.

C. Intervensi & Implementasi Keperawatan


Dx NOC NIC
Ketidakefektifan bersihan  Respiratory status : Airway suction
jalan nafas berhubungan Ventilation  Berikan O2 dengan
dengan inflamasi dan  Respiratory status : Airway menggunakan nasal
obstruksi jalan nafas patency untuk memfasilitasi
Batasan Karakteristik : Kriteria hasil : suksion nasotrakeal
 Tidak ada batuk  Mendemonstrasikan batuk  Gunakan alat yang steril
 Suara napas tambahan efektif dan suara nafas yang setiap melakukan
 Perubahan frekwensi bersih, tidak ada sianosis dan tindakan
nafas dyspneu (mampu  Monitor status oksigen
 Perubahan irama napas mengeluarkan sputum, pasien
 Sianosis mampu bernafas dengan Airway Management

 Kesulitan berbicara mudah, tidak ada pursed lips)  Posisikan pasien untuk

atau mengeluarkan  Menunjukkan jalan nafas memaksimalkan

suara yang paten (klien tidak ventilasi

 Penurunan bunyi napas merasa tercekik, irama nafas,  Auskultasi suara nafas,

 Dipsneu frekuensi pernafasan dalam catat adanya suara


rentang normal, tidak ada tambahan
 Sputum dalam jumlah
suara nafas abnormal)  Monitor respirasi dan
yang berlebihan
 Mampu mengidentifikasi dan status O2
 Batuk yang tidak
mencegah factor yang dapat
efektif menghambat jalan nafas.
 Orthopneu
 Gelisah
Ketidakefektifan pola  Respiratory status : Airway Management
nafas Ventilation  Posisikan pasien untuk
Batasan Karakteristik :  Respiratory status : Airway memaksimalkan
 Perubahan kedalaman patency ventilasi
pernapasan  Vital sign status  Identifikasi pasien
 Bradipneu Kriteria Hasil : perlunya pemasangan
 Penurunan ventilasi  Mendemonstrasikan batuk alat jalan nafas buatan
semenit efektif dan suara nafas yang  Auskultasi suara nafas,
 Penurunan kapasitas bersih, tidak ada sianosis dan catat adanya suara
vital dyspneu (mampu tambahan
 Dipneu mengeluarkan sputum,  Monitor respirasi dan
 Pernapasan cuping mampu bernafas dengan status O2
hidung mudah, tidak ada pursed lips) Oxygen Theraphy

 Takipneu  Menunjukkan jalan nafas  Pertahankan jalan nafas


yang paten (klien tidak yang paten
merasa tercekik, irama nafas,  Atur peralatan
frekuensi pernafasan dalam oksigenasi
rentang normal, tidak ada  Monitor aliran oksigen
suara nafas abnormal)  Pertahankan posisi
pasien
 Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor pola pernafasan
abnormal
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
Kekurangan volume cairan Fluid management
berhubungan dengan Kriteria hasil :  Monitor status hidrasi
intake oral tidak adekuat,  Mempertahankan urine (Kelembaban membrane
takipneu, demam output sesuai dengan usia mukosa, nadi adekuat,
Batasan Karakteristik : BB, BJ urine normal, HT Tekanan darah
 Perubahan status normal otostatik), jika
mental  Tekanan darah, nadi, suhu diperlukan
 Penurunan tekanan tubuh dalam batas normal  Monitor vital sign
darah  Tidak ada tanda-tanda  Kolaborasi pemberian
 Penurunan tekanan dehidrasi, cairan IV
nadi  Elastisitas turgor kulit baik,  Dorong masukan oral
 Penurunan turgor kulit membran mukosa lembab,  Dorong keluarga untuk
 Membrane mukosa tidak ada rasa haus yang membantu pasien makan
kering berlebihan  Kolaborasi dengan
 Kulit kering dokter
 Peningkatan suhu Hypovolemia
tubuh Management
 Peningkatan frekwensi  Monitor status cairan
nadi termasuk intake dan
 Haus output cairan
 Kelemahan  Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberin cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
Intoleransi aktivitas  Energy conservation Activity Therapy
berhubungan dengan  Activity tolerance  Bantu klien
isolasi respiratory  Self care : ADLs mengidentifikasi
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : aktivitas yang mampu
 Respon tekanan darah  Berpartisipasi dalam aktivitas dilakukan
abnormal terhadap fisik tanpa disertai  Bantu untuk memilih
aktivitas peningkatan tekanan darah, aktivitas konsisten yang
 Respon frekwensi nadi, dan RR sesuai dengan
jantung abnormal  Mampu melakukan aktivitas kemampuan fisik,
terhadap aktivitas sehari-hari (ADLs) secara psikologi dan social
 Ketidak nyamanan mandiri  Bantu untuk
setelah beraktivitas  Tanda-tanda vital normal mengidentifikasi
 Dipsnea setelah  Level kelemahan aktivitas yang disukai
beraktivitas  Mampu berpindah : dengan  Bantu pasien/keluarga
 Menyatakan merasa atau tanpa bantuan alat untuk mengidentifikasi
letih kekurangan dalam
 Status kardiopulmonari
 Menyatakan mersakan beraktivitas
adekuat
lemah  Sediakan penguatan
 Sirkulasi status baik
positif bagi yang aktif
 Status respirasi: pertukaran
beraktivitas
gas dan ventilasi adekuat
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual
Defisiensi pengetahuan  Knowledge : disease proces Teaching : disease Process
berhubungan dengan  Knowledge : health Behavior  Berikan penilaian
keperawatan anak pulang Kriteria hasil tentang tingkat
Batasan karakteristik:  Pasien dan keluarga pengetahuan pasien
 Perilaku hiperbola menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
 Ketidak akuratan tentang penyakit, kondisi, yang spesifik
mengikuti perintah prognosis dan program  Gambarkan tanda dan
 Ketidak akuratan pengobatan gejala yang biasa muncul
melakukan tes  Pasien dan keluarga mampu pada penyakit, dengan
 Perilaku tidak tepat menjelaskan kembali apa yang cara yang tepat
(mis., histeria, dijelaskan perawat/tim  Sediakan informasi pada
bermusuhan, agitasi, kesehatan lainnya pasien tentang kondisi,
apatis) dengan cara yang tepat
 Pengungkapan masalah Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang dan atau
proses pengontrol
penyakit
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
D. Evaluasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat diatasi
2. Ketidakefektifan pola nafas dapat ditangani
3. Kekurangan volume cairan dapat diatasi
4. Intoleransi aktivitas dapat diatasi
5. Defisiensi pengetahuan dapat ditangani

E. Discharge Planning
1. Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat
- Dosis, rute dan waktu yang cocok menyelesaikan dosis seluruhnya
- Efek samping
- Respon anak
2. Berikan informasi pada orang tua tentang cara-cara pengendalian infeksi serta cara
pencegahannya
- Hindari pemajanan kontak infeksius
- Ikuti jadwal imunisasi
3. Bayi : ASI eksllusif 6 bulan, karena didalam kandungan ASI adanya system kekebalan
yang dapat menjaga tubuh anak sehingga tidak mudah terserang penyakit
4. Gizi seimbang dan cukup sesuai usia anak
5. Tutup mulut saat batuk karena penularan pneumonia banyak berasal dari percikan
batuk atau bersin pasien pneumonia
6. Hindari asap rokok
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. (2006) . Definisih, Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam

cetakan 1. Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika.

Nurarif A.H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan Nanda Nic-Noc ed 1. Jogjakarta : Penerbit Mediaction.

Syaifuddin. 2010. Anatomi Fisiologi. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Teery & Sharon. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik ed 3. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran (EGC).

Anda mungkin juga menyukai