NURUL MUTTAHIDAH
2022032002
CI LAHAN CI INSTITUSI
Paru-paru berada pada rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot
dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru
terbagi atas dua bagian yaitu paru-paru kanan yang terdiri atas 3 lobus yaitu lobus atas,
tengah dan bawah. Paru-paru kiri yang terdiri atas 2 lobus yaitu lobus atas dan lobus
bawah yang dibatasi oleh fisura obliq. Bagian atas atau puncak paru disebut apeks
yang menjorok ke atas arah leher dan pada bagian bawah disebut basal. Paru-paru
dibungkus oleh dua selaput yang tipis, yang disebut pleura (Aryani, 2009).
B. Konsep Penumonia
1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan
rongga interstisium. pneumonia adalah proses inflamasi, yang melibatkan
parenkim paru (Jaypee, 2006).Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut
pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar
Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK Unsri Palembang, 2000). Pneumonia disebabkan
oleh virus pathogen yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi,
inhalasi/penyebab sirkulasi : pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri
(Brunner & Suddarth, 2001).
2. Etiologi
3. Fakto Risiko
c. Gizi kurang
4. Klasifikasi
1) Pneumonia komuniti
2) Pneumonia nasokomial
3) Pneumonia aspirasi
b. Berdasarkan penyebab
1) Pneumonia bakteri/tipikal
Pneumonia jenis ini bisa menyerang siapa saja terutama orang yang
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di
paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari
pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk
kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam
penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat
panas tinggi disertai membirunya bibir. Hal itu yang disebut dengan
keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
3) Pneumonia Jamur
Menurut Wong
infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang
disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap
interlobaris.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala berupa :
a. Batuk nonproduktif
d. Retraksi intercosta
f. Demam
g. Ronchii
h. Cyanosis
j. Batuk
k. Sakit kepala
l. Sesak nafas
m. Menggigil
n. Berkeringat
o. Lelah.
6. Patofisiologi
pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai
yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas
saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari
saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah
paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus. Hal
tersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang mengisi
penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yang
hipoksemia. Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari
dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan
7. Komplikasi
kadang khusus sebagai kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan
mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada
hemoglobin
diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penumpukan secret.
5. Meningitis terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan
8. Pemeriksaan Diagnostik
b. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan
c. JDL
Veukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
e. Pemeriksaan serologi
f. LED
Meningkat
h. Elektrolit
i. Bilirubin
Mungkin meningkat
sel raksasa.
9. Penatalaksanaan
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
Pengeluaran toksin
Inflamasi/ peradangan
Pelepasan sitoksin
Kerusakan membrane mukosa
alveolus (parenkim paru)
Mengaktifkan
leukosit dan
makrofag
Peningkatan Pelepasan zat Konsolidasi eksudatif jaringan
permeabilitas pirogen, ikat paru
Fagositosis
patogen kapiler prostaglandin dan
mediator kimia Penurunan compliance
lain paru
Terakumulasi Edema paru dan
bersama jaringan akumulasi
mati Meningkatkan set
transudat Pengembangan paru tidak
temostat di
hipotalamus maksimal
Transudat
fatigue
INTOLERANSI
AKTIVITAS
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a) Aktivitas/Istirahat
b) Sirkulasi
Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor
buruk, Malnutrisi
e) Neurosensori
f) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang
g) Pernapasan
Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen, Warna pucat atau
pleural. Bunyi napas : menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, atau
nafas bronchial.
h) Keamanan
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
j) Pemeriksaan Diagnostik
dalam alveoli.
kapiler.
anoreksia
kebutuhan oksigen
1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Mandiri : 1. Takipnea, pernapasan
efektif berhubungan keperawatan dalam 1. Kaji frekuensi/kedalaman dangkal, dan gerak dada
dengan terbentuknya waktu….x24 jam maka pernapasan dan gerak dada. tak simetris sering terjadi
eksudat dalam alveoli. masalah keperawatan dapat 2. Auskultasi area paru, catat arena karena ketidaknyamanan
diatasi dengan kriteria hasil : penurunan/tak ada aliran udara gerakan dinding dada
a) Mengidentifikasi/menu dan bunyi napas adventisus, misal dan/atau cairan paru.
njukkan perilaku : krekels, mengi. 2. Penurunan aliran udara
mencapai bersihan 3. Bantu pasien latihan napas sering. terjadi pada area
jalan napas. Tunjukkan/bantu pasien konsolidasi dengan cairan.
b) Menunjukkan jalan mempelajari melakukan batuk, Bunyi napas bronchial
napas paten dengan misal : menekan dada dan batuk (normal pada bronkus)
napas bersih, tak ada efektif sementara posisi batuk dapat terjadi juga pada
dispnea, sianosis. tinggi. area konsolidasi. Krekels,
4. Berikan cairan sedikitnya 2500 ronki dan mengi terdengar
ml/hari (kecuali kontraindikasi). pada inspirasi dan/atau
Tawarkan air hangat, daripada ekspirasi pada respons
dingin. terhadap pengumpulan
5. Penghisapan sesuai indikasi cairan, sekret kental dan
spasme jalan
Kolaborasi : napas/obstruksi.
1. Bantu mengawasi efek 3. Napas dalam
pengobatan nebuliser dan memudahkan ekspansi
fisioterapi lain. Lakukan maksimum paru-paru/
tindakan diantara waktu makan jalan napas lebih kecil.
dan batasi cairan bila mungkin. Batuk adalah mekanisme
2. Berikan cairan tambahan, misal pembersihan jalan napas
: IV, oksigen humudifikasi, dan alami, membantu silia
ruangan humudifikasi. untuk mempertahankan
jalan napas paten.
Penekanan menurunkan
ketidaknyamanan dada
dan posisi duduk
memungkinkan upaya
napas lebih dalam dan
lebih kuat.
4. Cairan (khususnya air
hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan secret
5. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan napas
secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu
melakukan karena batuk
tak efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.
Kolaborasi :
1. Memudahkan
pengenceran dan
pembuangan sekret.
Koordinasi
pengobatan/jadwal dan
masukan oral menurunkan
muntah karena batuk,
pengeluaran sputum.
2. Cairan diperlukan untuk
menggantikan kehilangan
dan memobilisasi sekret.
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan 1. Manifestasi distress
berhubungan dengan keperawatan dalam kemudahan bernapas. pernapasan tergantung
perubahan membran waktu….x24 jam maka 2. Tinggikan kepala dan dorong pada indikasi derajat
alveolar-kapiler. masalah keperawatan dapat sering mengubah posisi, napas keterlibatan paru dan
diatasi dengan kriteria hasil : dalam dan batuk efektif. status kesehatan umum.
1. Menunjukkan 3. Pertahankan istirahat tidur. 2. Tindakan ini
perbaikan ventilasi dan Dorong menggunakan teknik meningkatkan inspirasi
oksigenasi jaringan relaksasi dan aktifitas senggang. maksimal, meningkatkan
dengan GDA dalam 4. Observasi penyimpangan kondisi, pengeluaran sekret untuk
rentang normal dan tak cacat hipotensi banyaknya jumlah memperbaiki ventilasi.
ada gejala distress sputum merah mudah/berdarah, 3. Mencegah terlalu lelah
pernapasan. pucat, sianosis, perubahan tingkat dan menurunkan
2. Berpartisipasi pada kesadaran, dispnea berat, gelisah kebutuhan/ konsumsi
tindakan untuk oksigen untuk
memaksimalkan memudahkan perbaikan
oksigenasi. infeksi.
4. Syok dan edema paru
adalah penyebab umum
kematian pada pneumonia
dan membutuhkan
intervensi medik segera.
3 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi kedalaman 1. kecepatan biasanya
nafas berhubungan dengan keperawatan dalam pernafasan dan ekspansi dada. mencapai kedalaman
compliance paru menurun waktu….x24 jam maka Catat upaya pernafasan termasuk pernafasan bervariasi
masalah keperawatan dapat penggunaan otot bantu tergantung derajat gagal
diatasi dengan kriteria hasil : pernafasan / pelebaran nasal. nafas. Expansi dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat terbatas yang
1. Pola nafas efektif, adanya bunyi nafas seperti berhubungan dengan
2. bunyi nafas normal atau krekels, wheezing. atelektasis dan atau nyeri
bersih, 3. Tinggikan kepala dan bantu dada
3. TTV dalam batas mengubah posisi. 2. Ronki dan wheezing
normal, 4. Observasi pola batuk dan menyertai obstruksi jalan
4. ekspansi paru karakter sekret. nafas / kegagalan
mengembang. 5. Dorong/bantu pasien dalam pernafasan.
nafas dan latihan batuk. 3. Duduk tinggi
memungkinkan ekspansi
paru dan memudahkan
pernafasan.
4. Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
sering/iritasi.
5. Dapat
meningkatkan/banyaknya
sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya
bernafas.
4 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji perubahan tanda vital, 2. Peningkatan
berhubungan dengan keperawatan dalam contoh : peningkatan suhu/memanjangnya
kehilangan cairan waktu….x24 jam maka suhu/demam memanjang, demam meningkatkan laju
berlebihan, penurunan masalah keperawatan dapat takikardia, hipotensi ortostatik. metabolik dan kehilangan
masukan oral. diatasi dengan kriteria hasil : 2. Kaji turgor kulit, kelembaban cairan melalui evaporasi.
membran mukosa (bibir, lidah). TD ortostatik berubah dan
1. Mempertahankan urin 3. Pantau masukan dan haluaran, peningkatan takikardia
output sesuai dengan catat warna, karakter urine, menunjukkan kekurangan
usia dan BB, BJ, urine hitung keseimbangan cairan. cairan sistemik.
normal, HT normal 3. Indikator langsung
2. Tekanan darah, nadi, Kolaborasi : keadekuatan volume
suhu dalam batas normal 1. Kolaborasi dengan tim medis cairan, meskipun
3. Tidak ada tanda-tanda pemberian anti piretik, anti membran mukosa mulut
dehidrasi, elastis turgor emetic. mungkin kering karena
kulit baik, membrane nafas mulut dan oksigen
mukosa lembab, tidak tambahan
ada rasa haus yang 4. Memberikan informasi
berlebihan. tentang keadekuatan
volume cairan dan
kebutuhan penggantian.
Kolaborasi :
1. Berguna menurunkan
kehilangan cairan.
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi respon pasien terhadap 1. Merupakan kemampuan,
berhubungan dengan keperawatan dalam aktivitas. kebutuhan pasien dan
ketidakseimbangan antara waktu….x24 jam maka 2. Berikan lingkungan tenang dan memudahkan pilihan
suplai dan kebutuhan masalah keperawatan dapat batasi pengunjung selama fase interan.
oksigen diatasi dengan kriteia hasil : akut sesuai indikasi 2. Menurunkan stress dan
1. Nafas normal 3. Bantu pasien memilih posisi rangsangan berlebihan,
2. Sianosis nyaman untuk istirahat atau tidur. meningkatkan istirahat.
3. Irama jantung 4. Bantu aktivitas perawatan diri 3. Pasien mungkin nyaman
yang diperlukan dengan kepala tinggi, tidur
di kursi.
4. Meminimalkan kelelahan
dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
6 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu klien (derajat dan 1. Suhu 38,9ºC – 41,1ºC
dengan isolasi respiratory keperawatan dalam polanya) perhatikan menggigil menunjukkan proses
waktu….x24 jam maka atau diaphoresis penyakit infeksi akut. Pola
masalah keperawatan dapat 2. Pantau suhu lingkungan, demam dapat membantu
diatasi dengan kriteria hasil : batasi/tambahkan linen tempat dalam diagnosis,
1. Konvulsi tidur, sesuai indikasi . misalnyakurva demam
2. Kulit Kemerahan 3. Berikan kompres hangat, lanjut berakhir lebih dari 24
3. Peningkatan suhu tubuh hindari, hindarkan penggunaan jam menunjukkan
di atas kisaran normal alkohol. pneumonia pneumokokal,
4. Takikardi demam skarlet atau tifoid,
5. Takipnea Kolaborasi : demam remiten (bervariasi
6. Kulit terasa hangat 1. Kolaborasi dengan tim medis hanya beberapa derajat
pemberian antipiretik. pada arah tertentu).
2. Suhu ruangan/jumlah
selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal
3. Dapat membantu
mengurangi demam,
penggunaan air es/alkohol
mungkin menyebabkan
kedinginan, peningkatan
suhu secara aktual. Selain
itu, alkohol dapat
mengeringkan kulit.
Kolaborasi :
1. Digunakan untuk
mengurangi demam dengan
aksi sentralnya pada
hipothalamus, meskipun
demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani. (2009). Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : C.V. Trans Info Media
Betz & Sowden. (2004). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.. et al. (2013). Nursing Intervention Classification. Jakarta : Elsevier
Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi: Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman. (2015). Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017, Edisi 10. Jakarta : EGC
Jaypee Brothers. (2006). IAP Textbook of Pediatrics: Third Edition. India: Medical
Publhishers.
Lippincott Williams & Wilkins. (2006). Oski’s Pediatrics: Principles & Practice: 4th Edition.
Philadelphia.
Mansjoer, arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta
Moorhead, s. et al.(2013). Nursing Outcomes Classification. Jakarta : Elsevier
Ridha, Nabiel. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Riyadi sujono, suharsono. (2010). Asuhan keperawatan pada anak sakit. Gosyen publishing.
Yogyakarta
Roudelph. (2007). Buku Peditria Rubolph. Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC
Sugihartono, Rashmastullah P. Nurjazuli. (2002) Analisis faktor resiko kejadian pneumonia
pada anak. Jurnal kesehatan lingkungan Indonesia. Bogor
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 6. Jakarta : EGC