Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA

DI RUANG DURIAN RSUD KLINGKUNG

OLEH :

I WAYAN PUTRA DANA

21089142017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUELENG

2021
A. Konsep Penumonia

1. Definisi

Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan
rongga interstisium. pneumonia adalah proses inflamasi, yang melibatkan parenkim
paru (Jaypee, 2006).Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan
Anak FK Unsri Palembang, 2000). Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang
masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi, inhalasi/penyebab sirkulasi : pneumonia
paling banyak disebabkan oleh bakteri (Brunner & Suddarth, 2001).

2. Etiologi

Penyebab pneumonia adalah:


a. Bakteri:
1) Bakteri garam positif (streptococcus pneumoniae/ pneumococcal pneumonia,
staphylococcus aureus)
2) Bakteri gram negatif (haemophilus influenzae, pseudomonas aeruginosa,
kleibsiella pneumoniae, dan anaerobik bakteria)
3) Atypikal bacteria (legionella pneumophia dan mycoplasma pneumonia)
b. Virus:
1) Virus influenza
2) Parainfluenza
3) Adenovirus
4) Virus Synsitical respiratorik
5) Rhinovirus
c. Jamur:
1) Kandidiasis
2) Histoplasmosis
3) Kriptokokkis
d. Protozoa: Pneumokistis karinii pneumonia

2
3. Fakto Risiko

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia :

a. Umur di bawah 2 bulan

b. Tingkat sosioekonomi rendah

c. Gizi kurang

d. Berat badan lahir rendah

e. Tingkat pelayanan (jangkauan) kesehatan rendah

f. Kepadatan tempat tinggal

g. Imunisasi yang tidak memadai

h. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

i. Tidak berfungsinya sistem imun (AIDS)

4. Klasifikasi

Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di

Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan

tiga klasifikasi pneumonia.

a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :

1) Pneumonia komuniti

2) Pneumonia nasokomial

3) Pneumonia aspirasi

4) Pneumonia pada penderita immunocompromised

3
b. Berdasarkan penyebab

1) Pneumonia bakteri/tipikal

Pneumonia jenis ini bisa menyerang siapa saja terutama orang yang

mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan

terhadap penyakit. Pada saat pertahanan tubuh menurun, bakteri pneumonia

akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi

infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan

sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di

paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan

cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

bakteri tersebut.

Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran nafas ringan

satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu), infeksi virus

pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus

(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terhisap masuk ke

dalam paru-paru.

2) Pneumonia akibat virus

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari

pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk

kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam

penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat

panas tinggi disertai membirunya bibir. Hal itu yang disebut dengan

superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah

4
keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.

3) Pneumonia Jamur

Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan

daya tahan lemah.

c. Bedasarkan predileksi infeksi

Menurut Wong

1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan

besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.

2) Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi

pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus

atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita

pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang

lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih

(oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh

menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya

menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan

sebagainya.

3) Pneumonia intertisial : Proses inflamasi dengan batas-batas yang lebih atau

kurang dalam dinding alveolus (intertisium) dan jaringan peribronkial dan

interlobaris.

4) Pneumonitis adalah inflamasi akut lokal paru tanpa toksemia yang berkaitan

dengan pneumonia lobaris

5
5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala berupa :

a. Batuk nonproduktif

b. Ingus (nasal discharge)

c. Suara napas lemah

d. Retraksi intercosta

e. Penggunaan otot bantu napas

f. Demam

g. Ronchii

h. Cyanosis

i. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar

j. Batuk

k. Sakit kepala

l. Sesak nafas

m. Menggigil

n. Berkeringat

o. Lelah.

6. Patofisiologi

Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh setelah

menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme pertahanan lanjut

berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit,

komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang

diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu,

atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas

6
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian

atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan

terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme

pembersihan dan respon imun.

Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak, mikroorganisme

tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan pada parenkim paru

yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus. Hal tersebut

dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang mengisi alveoli sehingga

mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran karbondioksida dan oksigen

sehingga sulit bernafas.

Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru

yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri

dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan

intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan

stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance

paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi

menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching)

yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia.  Pada kebanyakan kasus,

resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik

untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk (Bennete, 2013).

7
7. WOC Pneumonia
Bakteri
CAP (Community Acquired Pneumonia) Jamur
Virus Aspirasi
1) Streptococcus Pneumonia Candida & Aspergilus
Respiratory syntial virus
2) Staphylococcus Aureus Influenza Virus
3) Myciplasma pneumonia
HAP ( Hospital Acquired Pneumonia)
1) Escherchia Coli
2) Haemophilus Influenza
3) Pseudomonas Aeurugimosa

Masuknya benda asing/ mikroorganisme ke


saluran pernafasan

Pengeluaran toksin

Inflamasi/ peradangan

Pelepasan sitoksin
Kerusakan membrane mukosa
alveolus (parenkim paru)
Mengaktifkan
leukosit dan
makrofag
Peningkatan Pelepasan zat Konsolidasi eksudatif jaringan
permeabilitas pirogen, ikat paru
Fagositosis
patogen kapiler prostaglandin dan
mediator kimia Penurunan compliance
lain paru
Terakumulasi Edema paru dan
bersama jaringan akumulasi
mati Meningkatkan set
transudat Pengembangan paru tidak
temostat di
hipotalamus maksimal
Transudat

peningkatan Sesak nafas


metabolisme dan
Berkurangnya area pertukaran
penghematan KETIDAKEFEKTIFAN
oksigen dan terhalang oleh cairan
panas POLA NAFAS
di alveoli

Gangguan pada difusi oksigen Vasokontriksi


pembuluh darah

Nafas sesak, cepat, suara nafas Menggigil dan HIPERTERMI


tambahan (wheezing) demam
Suhu tubuh meningkat
dispneu (sulit bernafas) anoreksia
Suplai O2 ke
jaringan menurun
GANGGUAN Gangguan intake KEKURANGAN VOLUME
PERTUKARAN GAS makanan dan cairan CAIRAN
Metabolisme tubuh
menurun Peningkatan sekesi dan
mukus KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
ATP menurun KEBUTUHAN TUBUH
KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN
NAFAS
8
fatigue

INTOLERANSI
AKTIVITAS 8. Komplikasi

Menurut Elizabeth (2009)


1. Sianosis merupakan warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena

kandungan oksigen yang rendah dalam darah.

2. Hipoksemia merupakan penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-

kadang khusus sebagai kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan

mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada

hemoglobin

3. Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang

abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular

dinding bronkus.

4. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang

diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penumpukan secret.

5. Meningitis terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan

sumsum tulang belakang.

9. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Elizabeth, (2009)


a. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses

luas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau

penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada

mungkin bersih.

9
b. GDA

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan

penyakit paru yang ada.

c. JDL

Veukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi

virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya

pneumonia bakterial.

d. pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah

Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat diambil dengan

biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru

untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada, bakteri

yang umum Diplococcus pneumonia, stapilococcus aureus, A-hemolitik

streptococcus, Haemophilus, CMV.

e. Pemeriksaan serologi

Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus

f. LED

Meningkat

g. Pemeriksaan fungsi paru

Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu

diagnosis keadaan.Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin

meningkat dan komplain menurun, mungkin terjadi perembesan.

h. Elektrolit

Natrium dan klorida mungkin rendah.

10
i. Bilirubin

Mungkin meningkat

j. Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka

Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristik sel

raksasa.

10. Penatalaksanaan

Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.

Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya

membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada

penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :

a. Oksigen 1-2 l/menit

b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai berat

badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.

c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui

selang nasogastirk dengan feeding drip.

d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan

beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler.

e. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit.

f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

1) Untuk kasus pneumonia communiti base :

a) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

b) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

11
2) Untuk kasus pneumonia hospital base :

a) Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

b) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

3) Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.


4) Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
5) Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
(Roudelph, 2007).

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a) Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, Insomnia

Tanda : Letargi, Penurunan toleransi terhadap aktivitas

b) Sirkulasi

Gejala : Riwayat adanya GJK kronis

Tanda : Takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat

c) Integritas Ego

Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial

d) Makanan dan cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah

Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor

buruk, Malnutrisi

e) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala daerah frontus (influenza)


12
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)

f) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Sakit kepala, Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada

substernal (influenza), Mialgia, artalgia

Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang sakit

untuk membatasi gerakan)

g) Pernapasan

Gejala : Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot

aksesori, pelebaran nasal.

Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen, Warna pucat atau siunosis

bibir/kaku. Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi. Fremitus : taktis dan

vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi Gesekan fraksi pleural. Bunyi napas

: menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, atau nafas bronchial.

h) Keamanan

Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, Demam

Tanda : Berkeringat, Menggigil berulang, gemetaran

i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
j) Pemeriksaan Diagnostik

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat

dalam alveoli.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-

kapiler.

13
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan compliance paru menurun

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan

(demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

g. Hipertermi berhubungan dengan isolasi respiratory

14
3. Intervensi Asuhan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Bersihan jalan napas tidak NOC : NIC
efektif berhubungan
dengan terbentuknya Status pernafasan : Mandiri :
eksudat dalam alveoli. Kepatenan jalan nafas  Monitor status pernafasan dan
Definisi : saluran respirasi
trakeobronkial  Kaji frekuensi/kedalaman
pernapasan dan gerak dada.
 Auskultasi area paru, catat arena
Setelah dilakukan tindakan penurunan/tak ada aliran udara
keperawatan dalam dan bunyi napas adventisus,
waktu….x24 jam maka misal : krekels, mengi.
masalah keperawatan dapat  Bantu pasien latihan napas
diatasi dengan kriteria hasil : sering. Tunjukkan/bantu pasien
mempelajari melakukan batuk,
 Frekuensi pernafasan
misal : menekan dada dan batuk
normal (30-50x/menit)
efektif sementara posisi batuk
 Irama pernafasan tinggi.
normal(teratur)  Berikan cairan sedikitnya 2500
ml/hari (kecuali kontraindikasi).
 Kemampuan untuk
Tawarkan air hangat, daripada
mengeluarkan secret
dingin.
(pasien dapat
 Penghisapan sesuai indikasi
Melakukan batuk
Efektif jika
Kolaborasi :
memungkinkan)
 Bantu mengawasi efek
 Tidak ada suara nafas pengobatan nebuliser dan
tambahan (seperti ; fisioterapi lain. Lakukan
Ronchi,wezing,mengi tindakan diantara waktu makan
 Tidak ada penggunaan dan batasi cairan bila mungkin.
otot bantu napas (tidak  Berikan cairan tambahan, misal :
adanya retraksi dinding IV, oksigen humudifikasi, dan
dada) ruangan humudifikasi.

 Tidak ada batuk


Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
2 Gangguan pertukaran gas  Respiratory Status : Gas Mandiri :
berhubungan dengan exchange  Kaji frekuensi, kedalaman dan
perubahan membran  Respiratory Status : kemudahan bernapas.
alveolar-kapiler. ventilation  Tinggikan kepala dan dorong
 Vital Sign Status sering mengubah posisi, napas
Setelah dilakukan tindakan dalam dan batuk efektif.
keperawatan dalam  Pertahankan istirahat tidur.
waktu….x24 jam maka Dorong menggunakan teknik
masalah keperawatan dapat relaksasi dan aktifitas senggang.
diatasi dengan kriteria hasil :  Observasi penyimpangan
 Mendemonstrasikan kondisi, cacat hipotensi
peningkatan ventilasi banyaknya jumlah sputum merah
dan oksigenasi yang mudah/berdarah, pucat, sianosis,
adekuat perubahan tingkat kesadaran,
 Memelihara kebersihan dispnea berat, gelisah
paru paru dan bebas
dari tanda tanda distress Kolaborasi:
pernafasan  Berikan cairan tambahan, misal :
 Mendemonstrasikan IV, oksigen humudifikasi, dan
batuk efektif dan suara ruangan humudifikasi.
nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
 Tanda tanda vital
dalam rentang normal
3 Ketidakefektifan pola  Respiratory status : Mandiri :
nafas berhubungan dengan VentilationRespiratory  Kaji frekuensi kedalaman
compliance paru menurun status : Airway patency pernafasan dan ekspansi dada.
 Vital sign Status Catat upaya pernafasan termasuk
Setelah dilakukan tindakan penggunaan otot bantu
keperawatan dalam pernafasan / pelebaran nasal.
waktu….x24 jam maka  Auskultasi bunyi nafas dan catat
masalah keperawatan dapat adanya bunyi nafas seperti
diatasi dengan kriteria hasil : krekels, wheezing.
 Pola nafas efektif,  Tinggikan kepala dan bantu
 bunyi nafas normal atau mengubah posisi.
bersih,  Observasi pola batuk dan
 TTV dalam batas karakter sekret.
normal,  Dorong/bantu pasien dalam nafas
 Ekspansi paru dan latihan batuk.
mengembang. Kolaborasi :
 Berikan cairan tambahan, misal :
IV, oksigen humudifikasi, dan
ruangan humudifikasi.

4 Kekurangan volume cairan  Fluid balance Mandiri :


16
berhubungan dengan  Nutritional status : Food  Kaji perubahan tanda vital,
kehilangan cairan and Intake contoh : peningkatan
berlebihan, penurunan Setelah dilakukan tindakan suhu/demam memanjang,
masukan oral. keperawatan dalam takikardia, hipotensi ortostatik.
waktu….x24 jam maka  Kaji turgor kulit, kelembaban
masalah keperawatan dapat membran mukosa (bibir, lidah).
diatasi dengan kriteria hasil :  Pantau masukan dan
 Mempertahankan urin pengeluaran, catat warna, hitung
output sesuai dengan keseimbangan cairan.
usia dan BB, BJ, urine  Monitor status nutrisi
normal, HT normal  Dorong keluarga untuk
 Tekanan darah, nadi, membantu pasien makan
suhu dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda Kolaborasi :
dehidrasi, elastis turgor  Berikan Berikan cairan
kulit baik, membrane tambahan, misal : cairan IV
mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang
berlebihan.
5 Intoleransi aktivitas  Energy conservation Mandiri :
berhubungan dengan  Self Care : ADLs  Evaluasi respon pasien terhadap
ketidakseimbangan antara aktivitas.
suplai dan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan  Berikan lingkungan tenang dan
oksigen keperawatan dalam batasi pengunjung selama fase
waktu….x24 jam maka akut sesuai indikasi
masalah keperawatan dapat  Bantu pasien memilih posisi
diatasi dengan kriteia hasil : nyaman untuk istirahat atau tidur.
 Nafas dalam batas  Bantu aktivitas perawatan diri
normal yang diperlukan
 Sianosis
 Irama jantung dalam Kolaborasi :
batas normal  Berikan cairan tambahan, misal :
IV, oksigen humudifikasi, dan
ruangan humudifikasi.
6 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :.
dengan isolasi respiratory, keperawatan dalam  Pantau suhu klien (derajat dan
infeksi waktu….x24 jam maka polanya) perhatikan menggigil
masalah keperawatan dapat atau diaphoresis
diatasi dengan kriteria hasil :  Pantau suhu lingkungan,
 Suhu tubuh di atas batasi/tambahkan linen tempat
kisaran normal (36,5- tidur, sesuai indikasi.
37,5)  Monitor warna kulit klien
 Nadi 80-160x/m  Berikan kompres hangat,
 Respirasi 15-30x/m hindari, hindarkan penggunaan
alkohol.
 Ajarkan keluarga cara
mempertahanan suhu tubuh.
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan tim medis
pemberian antipiretik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aryani. (2009). Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : C.V. Trans Info Media
Betz & Sowden. (2004). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.. et al. (2013). Nursing Intervention Classification. Jakarta : Elsevier
Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi: Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman. (2015). Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017, Edisi 10. Jakarta : EGC
Jaypee Brothers. (2006). IAP Textbook of Pediatrics: Third Edition. India: Medical
Publhishers.
Lippincott Williams & Wilkins. (2006). Oski’s Pediatrics: Principles & Practice: 4th Edition.
Philadelphia.
Mansjoer, arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta
Moorhead, s. et al.(2013). Nursing Outcomes Classification. Jakarta : Elsevier
Ridha, Nabiel. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Riyadi sujono, suharsono. (2010). Asuhan keperawatan pada anak sakit. Gosyen publishing.
Yogyakarta
Roudelph. (2007). Buku Peditria Rubolph. Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC
Sugihartono, Rashmastullah P. Nurjazuli. (2002) Analisis faktor resiko kejadian pneumonia
pada anak. Jurnal kesehatan lingkungan Indonesia. Bogor
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 6. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai