OLEH :
21089142017
2021
A. Konsep Penumonia
1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan
rongga interstisium. pneumonia adalah proses inflamasi, yang melibatkan parenkim
paru (Jaypee, 2006).Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan
Anak FK Unsri Palembang, 2000). Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang
masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi, inhalasi/penyebab sirkulasi : pneumonia
paling banyak disebabkan oleh bakteri (Brunner & Suddarth, 2001).
2. Etiologi
2
3. Fakto Risiko
c. Gizi kurang
4. Klasifikasi
1) Pneumonia komuniti
2) Pneumonia nasokomial
3) Pneumonia aspirasi
3
b. Berdasarkan penyebab
1) Pneumonia bakteri/tipikal
Pneumonia jenis ini bisa menyerang siapa saja terutama orang yang
akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi
infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan
sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan
bakteri tersebut.
Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran nafas ringan
satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu), infeksi virus
dalam paru-paru.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari
pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk
kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam
penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat
panas tinggi disertai membirunya bibir. Hal itu yang disebut dengan
4
keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
3) Pneumonia Jamur
Menurut Wong
pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus
atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita
pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya.
interlobaris.
4) Pneumonitis adalah inflamasi akut lokal paru tanpa toksemia yang berkaitan
5
5. Manifestasi Klinis
a. Batuk nonproduktif
d. Retraksi intercosta
f. Demam
g. Ronchii
h. Cyanosis
j. Batuk
k. Sakit kepala
l. Sesak nafas
m. Menggigil
n. Berkeringat
o. Lelah.
6. Patofisiologi
Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh setelah
menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme pertahanan lanjut
diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu,
atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
6
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian
yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus. Hal tersebut
dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang mengisi alveoli sehingga
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru
dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan
paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik
untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk (Bennete, 2013).
7
7. WOC Pneumonia
Bakteri
CAP (Community Acquired Pneumonia) Jamur
Virus Aspirasi
1) Streptococcus Pneumonia Candida & Aspergilus
Respiratory syntial virus
2) Staphylococcus Aureus Influenza Virus
3) Myciplasma pneumonia
HAP ( Hospital Acquired Pneumonia)
1) Escherchia Coli
2) Haemophilus Influenza
3) Pseudomonas Aeurugimosa
Pengeluaran toksin
Inflamasi/ peradangan
Pelepasan sitoksin
Kerusakan membrane mukosa
alveolus (parenkim paru)
Mengaktifkan
leukosit dan
makrofag
Peningkatan Pelepasan zat Konsolidasi eksudatif jaringan
permeabilitas pirogen, ikat paru
Fagositosis
patogen kapiler prostaglandin dan
mediator kimia Penurunan compliance
lain paru
Terakumulasi Edema paru dan
bersama jaringan akumulasi
mati Meningkatkan set
transudat Pengembangan paru tidak
temostat di
hipotalamus maksimal
Transudat
INTOLERANSI
AKTIVITAS 8. Komplikasi
kadang khusus sebagai kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan
mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada
hemoglobin
3. Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang
dinding bronkus.
diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penumpukan secret.
5. Meningitis terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan
9. Pemeriksaan Diagnostik
mungkin bersih.
9
b. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan
c. JDL
Veukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
pneumonia bakterial.
Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat diambil dengan
biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada, bakteri
e. Pemeriksaan serologi
f. LED
Meningkat
h. Elektrolit
10
i. Bilirubin
Mungkin meningkat
raksasa.
10. Penatalaksanaan
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai berat
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
11
2) Untuk kasus pneumonia hospital base :
1. Pengkajian
a) Aktivitas/Istirahat
b) Sirkulasi
c) Integritas Ego
Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor
buruk, Malnutrisi
e) Neurosensori
f) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang sakit
g) Pernapasan
Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen, Warna pucat atau siunosis
bibir/kaku. Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi. Fremitus : taktis dan
vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi Gesekan fraksi pleural. Bunyi napas
: menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, atau nafas bronchial.
h) Keamanan
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
j) Pemeriksaan Diagnostik
dalam alveoli.
kapiler.
13
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan compliance paru menurun
anoreksia
kebutuhan oksigen
14
3. Intervensi Asuhan Keperawatan
17
DAFTAR PUSTAKA
Aryani. (2009). Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : C.V. Trans Info Media
Betz & Sowden. (2004). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.. et al. (2013). Nursing Intervention Classification. Jakarta : Elsevier
Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi: Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman. (2015). Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017, Edisi 10. Jakarta : EGC
Jaypee Brothers. (2006). IAP Textbook of Pediatrics: Third Edition. India: Medical
Publhishers.
Lippincott Williams & Wilkins. (2006). Oski’s Pediatrics: Principles & Practice: 4th Edition.
Philadelphia.
Mansjoer, arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta
Moorhead, s. et al.(2013). Nursing Outcomes Classification. Jakarta : Elsevier
Ridha, Nabiel. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Riyadi sujono, suharsono. (2010). Asuhan keperawatan pada anak sakit. Gosyen publishing.
Yogyakarta
Roudelph. (2007). Buku Peditria Rubolph. Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC
Sugihartono, Rashmastullah P. Nurjazuli. (2002) Analisis faktor resiko kejadian pneumonia
pada anak. Jurnal kesehatan lingkungan Indonesia. Bogor
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 6. Jakarta : EGC
18