Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS BRONCHOPNEUMONIA

DI RUANGAN SEROJA RSUD UNDATA


PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Sukmawaty, S.Kep


NIM : 2022031033

CI INSTITUSI CI LAHAN

Ns. Siti Yartin, S.Kep., M.Kep Ns. Susianti, S.Kep


NIK. 20210902025 NIP. 197911242000032002

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2022

LAPORAN PENDAHULUAN
BRONCHOPNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia adalah proses inflamasi atau peradangan pada
jaringan paru yang tampak fusi serta dapat terjadi pengisian di lubang
alveoli yang disebabkan oleh jamur, virus bakteri, dan benda asing.
Pneumonia juga bisa disebabkan oleh bahan kimia, dan aspirasi.
Pneumonia merupakan peradangan akut di parenkim paru dan sering
mengganggu pertukaran gas (Akbar, 2019)
Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang terjadi karena
infeksi di saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan oleh virus, mycoplasma (fungi) .Pneumonia
merupakan peradangan akut jaringan paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. Bronkopneumonia
digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru,
juga disebut sebagai pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular.
Peradangan dimulai dalam tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak
teratur menyebar ke alveoli peribronchiolar dan saluran alveolar.

B. Anatomi dan fisiologi pernapasan


Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan
oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidanya.
Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dan jaringan
memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri proses
metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan
dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O) dihilangkan (Pearce,
2016).
Menurut Syaifuddin (2016) sistem pernapasan terdiri atas :
1) Hidung
Merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan
(respirasi) dan indera penciuman (pembau).
2) Faring
Suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara basis kranii
dan vertebrae servikalis VI.
3) Laring
Merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi dengan otot,
membran, jaringan ikat, dan ligamentum.
4) Trakea
Tabung berbentuk pipa seperti huruf O, yang dibentuk oleh tulang –
tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara
vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoldea
vertebra torakalis V. Panjang nya kurang lebih 13 cm dan diamet 2.59
cm, dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding fibroelastis yang
tertanam dalam balok – balok hialin yang mempertahankan trakea
tetap terbuka.
5) Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, yang terdiri atas dua percabangan
kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian
kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah dan bawah, sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus
atas dan bawah.
6) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan setelah bronkus
7) Paru – paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak
dalam rongga torakssetinggi tulang selangka sampai dengan diafragma.
Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis
dan pleura viseralis, serta dilindungi oelh cairan pleura yang berisi
surfaktan. Paru kanan terdiri dari tiga lobus dan paru kiri dua lobus.
Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu paru kanan
dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta
pembuluh darah yang berbentuk bagian puncak disebut apeks. Paru
memiliki jaringan yang bersifat elasti berpori, serta10 berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida yang
dinamakan alveolus.
C. Etiologi
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat
menimbulkan pneumonia dan penyakit ini baru akan timbul apabila ada
faktor- faktor prsesipitasi, namun pneumonia juga sebagai komplikasi
dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena
etiologi di bawah ini :
a. Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus
pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus,
Haemophilus influenza, Basilus friendlander (Klebsial pneumonia),
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif yang
menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia,
streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis
b. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum
disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus merupakan penyebab utama pneumonia
virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis
menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan
biasanya ditemukan pada kotoran burung. Jamur yang dapat
menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum,
Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides
Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma
Pneumonia.
d. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi
seperti pada penderita AIDS.
e. Faktor lain yang mempengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya
tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi
protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak
sempurna.

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia


1. Umur dibawah 2 bulan
2. Tingkat sosio ekonomi rendah
3. Gizi kurang
4. Berat badan lahir rendah
5. Tingkat pendidikan rendah
6. Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
7. Kepadatan tempat tinggal
8. Imunisasi yang tidak memadai
9. Menderita penyakit kronis
D. Patofisiologi
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya
serangan agen infeksius yang bertransmisi atau di tularkan melalui
udara. Namun pada kenyataannya tidak semua penyakit pernapasan di
sebabkan oleh agen yang bertransmisi denagan cara yang sama. Pada
dasarnya agen infeksius memasuki saluran pernapasan melalui berbagai
cara seperti inhalasi (melaui udara), hematogen (melaui darah), ataupun
dengan aspirasi langsung ke dalam saluran tracheobronchial. Selain itu
masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pernapasan juga dapat di
akibatkan oleh adanya perluasan langsung dari tempat tempat lain di
dalam tubuh. Pada kasus pneumonia, mikroorganisme biasanya masuk
melalui inhalasi dan aspirasi.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme
dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial
yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan
tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai
ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu
proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang


berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan
dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema
antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan
alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi
padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat,
yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan
fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya
daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen
seperti bakteri yang menyerang saluran pernapasan. Selain adanya
infeksi kuman dan virus, menurunnya daya tahan tubuh dapat juga di
sebabkan karena adanya tindakan endotracheal dan tracheostomy serta
konsumsi obat obatan yang dapat menekan refleks batuk sebagai akibat
dari upaya pertahanan saluran pernapasan terhadap serangan kuman dan
virus.
E. Manifestasi Klinis
1. Meriang, tampak tanda sebagai infeksi pertama. Sering terjadi
dengan suhu mencapai 39,5-40,5oC.
2. Susah makan, hal yang umum melalui tahap demam dari penyakit,
seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.
3. Muntah, jika muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awalan infeksi.
4. Sakit pada perut, merupakan keluhan umum. Terkadang tidak bisa
membedakan dengan nyeri apendiksitis.
5. Batuk, menjadi perkiraan terbuka dari masalah respirasi. Bisa
sebagai bukti hanya selama fase akut.
6. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Saat di
auskultasi terdengar suara mengi.
7. Sakit tenggorokan, menjadi keluhan yang kerap terjadi. Diketahui
dengan menolak untuk minum dan makan.
8. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, terdapat nafas cepatpada
orang dewasa : ≥20 kali/menit.
F. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada
anak-anak, orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan
orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes (Akbar
Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin
terjadi, termasuk :
1. Infeksi Darah
Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan
menginfeksi organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat
menyebabkan kegagalan organ.
2. Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga
paruparu. Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik.
Tetapi kadang-kadang diperlukan pembedahan untuk
menyingkirkannya.
3. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di
sekitar paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya
dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus,
efusi pleura yang parah memerlukan intervensi bedah untuk
membantu mengeluarkan cairan.
4. Gagal Napas
Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru,
sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena
gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal napas
dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan berhenti
bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus
menerima bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Chest x-ray
2. Analisa gas darah & pulsea oxymetry
3. Jika keadaan memburuk atau tidak ada respons terhadap pengobatan
maka dilakukan pemeriksaan secara invasif. Bahan kultur dapat
diambil melalui tindakan bronkoskopi dengan cara bilasan, sikatan
bronkus dengan kateter ganda terlindung dan bronchoalveolar lavage
(BAL). Tindakan lain adalah aspirasi transtorakal.
4. Pewarnaan gram/ culture sputum dan darah
Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan
langsung dan biakan yaitu bila ditemukan sel PMN > 25 / lapangan
pandang kecil (lpk) dan sel epitel < 10 / lpk.
5. Periksa darah lengkap : leukositosis biasanya timbul, meskipun
nilai pemeriksaan darah putih rendah pada infeksi virus.
6. Tes serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada
organisme secara spesifik.
7. LED: meningkat
8. Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti
dan kolaps alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas
pemenuhan udara menurun, hipoksemia
9. Elektrolit: sodium dan klorida kemungkinan rendah
10. Bilirubin mungkin meningkat.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leucosit,
biasanya > 10.000/µl kadang mencapai 30.000 jika disebabkan virus
atau mikoplasma jumlah leucosit dapat normal, atau menurun dan
pada hitung jenis leucosit terdapat pergeseran kekiri juga terjadi
peningkatan LED. Kultur darah dapat positif pada 20 – 25 pada
penderita yang tidak diobatai. Kadang didapatkan peningkatan ureum
darah, akan tetapi kteatinin masih dalah batas normal. Analisis gas
darah menunjukan hypoksemia dan hypercardia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.
H. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan
antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih
tua dan dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit
jantung atau paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan
melalui infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu napas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik
dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan :
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra
vena)
dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml
cairan
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
hidrasi.
4. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan
entral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feding drip.
5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa
dan elektrolit. (Nurarif & Kusuma, 2019)
b. Medis
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan
tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan
lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan tersebut
dapat mencakup bunyi napas broonkovesikular atau bronchial,
krekles, peningkatan fremitus, egofani, dan pekak padaperkusi.
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai
seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Selain itu untuk
pengobatan pneumonia yaitu eritromisin, derivat tetrasiklin,
amantadine, rimantadine, trimetoprim- sulfametoksazol, dapsone,
pentamidin, ketokonazol.
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
1. Ampisilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
2. Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4
hari
pemberian Untuk kasus pneumonia hospital
base :
3. Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
4. Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2
kali pemberian. (Nurarif & Kusuma, 2019)
I. Pencegahan
1. Menjaga kebersihan diri, misalnya dengan cara mencuci tangan
secara benar dan rutin
2. Jalani vaksinasi lengkap, terutama vaksin untuk mencegah penyakit
pemicu seperti pneumonia
3. Hindari merokok agar paru-paru tidak mengalami kerusakan
4. Menjaga daya tahan tubuh dengan beristriahat yang cukup dan
berolahraga serta mengomsumsi makanan yang sehat
5. Menjaga asupan cairan tubuh dengan cukup minum air putih

J. ASUHAN KEPERAWATAN (KONSEP TEORI)

1. Pengkajian

Pengkajian pada pasien dengan kasus Bronchopneumonia :


a. Identitas, seperti: nama, tempat tanggal lahir/umur,
Bronchopneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus
terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun dan
kematian terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari
2 bulan.
b. Keluhan Utama
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Bronchopneumonia Virus
Biasanya didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran
napas, termasuk rinitis dan batuk, serta suhu badan lebih rendah
dari pada pneumonia bakteri. Bronchopneumonia virus tidak
dapat dibedakan dengan Bronchopneumonia bakteri dan
mukuplasma.
b) Bronchopneumonia Stafilokokus (bakteri)
Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas atau bawah dalam beberapa hari hingga 1 minggu,
kondisi suhu tinggi, batuk dan mengalami kesulitan pernapasan.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu:
Biasanya anak sering menderita penyakit saluran
pernapasan bagian atas. Riwayat penyakit campak / fertusis (pada
Bronchopneumonia).
3) Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena keletihan selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
4) Riwayat psikososial dan perkembangan
Kelainan Bronchopneumonia juga dapat membuat anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal
ini disebabkan oleh adanya ketidakadekuatan oksigen dan nutrien
pada tingkat jaringan, sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan yang cukup.
5) Riwayat Imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang
lengkap seperti DPT-HB-Hib 2.
c. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang
ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening.
b. Mata
Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia
mengalami anemis konjungtiva.
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak
mengalami nafas pendek, dalam, dan terjadi cupping
hidung.
d. Mulut
Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat
sianosis terutama pada bibir.
e. Thorax
Biasanya pada anak dengan diagnosa medis
Bronchopneumonia, hasil inspeksi tampak retraksi dinding
dada dan pernafasan yang pendek dan dalam, palpasi
terdapatnya nyeri tekan, perkusi terdengar sonor, auskultasi
akan terdengar suara tambahan pada paru yaitu
ronchi,weezing dan stridor. Pada neonatus, bayi akan
terdengar suara nafas grunting (mendesah) yang lemah,
bahkan takipneu.
f. Abdomen
Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
g. Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak
pucat atau sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah.

h. Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan
bahkan crt > 2 detik karena kurangnya suplai oksigen ke
Perifer, ujung-ujung kuku sianosis.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Menurut Manurung dkk (2013), yaitu :
1) Pemeriksaan Radiologi
a) Biasanya pada rontgen thoraks ditemukan beberapa lobus
berbercak-bercak infiltrasi
b) Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi
cabang- cabang utama dari arbor trakeobronkial. Jaringan
yang diambil untuk pemeriksaan diagnostik , secara
terapeutik digunakan untuk mengidentifiksi dan
mengangkat benda asing
2) Hematologi
a) Darah lengkap
(1) Hemoglobin pada pasien bronchopneumonia
biasanya tidak mengalami gangguan. Pada bayi baru
lahir normalnya 17-12 gram/dl, Umur 1 minggu
normalnya 15-20 gram/dl, Umur 1 bulan
normalnya11-15 gram/dl, dan pada Anak-anak
normalnya 11-13 gram/dl
(2) Hematokrit pada pasien bronchopneumonia biasanya
tidak mengalami gangguan. Pada Laki-laki
normalnya 40,7% - 50,3%, dan pada Perempuan
normalnya 36,1% - 44,3%
(3) Leukosit pada pasien bronchopneumoia biasanya
mengalami peningkatan, kecuali apabila pasien
mengalami imunodefisiensi Nilai normlanya 5 .– 10
rb /𝑚𝑚3
(4) Trombosit biasanya ditemukan dalam keadaan
normal yaitu 150 – 400 rb 𝑚𝑚3
(5) Eritrosit biasanya tidak mengalami gangguan dengan
nilai normal Laki – laki 4,7- 6,7 juta dan pada
Perempuan 4,2– 5,4 juta

(6) Laju endap darah ( LED ) biasanya mengalami


peningkatan normal nya pada laki-laki 0 – 10 mm
perempuan 0 -15 mm
b) Analisa Gas Darah (AGD)
Biasanya pada pemeriksaan AGD pada pasien
bronchopneumonia ditemukan adanya kelainan. Pada
nilai pH rendah normalnya7,38- 7,42, Bikarbonat
(HCO3) akan mengalami peningkatan kecuali ada
kelainan metabolik normalnya 22-28 m/l, Tekanan
parsial oksigen akan mengalami penurunan nilai
normalnya 75-100 mm Hg, Tekanan (pCO2) akan
mengalami peningkatan nilai normalnya 38-42 mmHg,
dan pada saturasi oksigen akan mengalami penurunan
nilai normalnya 94-100 %.
c) Kultur darah
Biasanya ditemukan bakteri yang menginfeksi dalam
darah, yang mengakibatkan sistem imun menjadi rendah.
d) Kultur sputum
Pemeriksaan sputum biasanya di temukan adanya bakteri
pneumonia dan juga bisa bakteri lain yang dapat merusak
paru.
Pathway

Bakteri dtafilokokus aureus, dan bakteri hemofilus influenza

Bronchopneumonia

Infeksi saluran pernafasan


Peradangan pada bronkus Proses inflamasi
bawah
Ketidak efektifan Akumulasi secret di
bersihan jalan nafas bronkus Dilatasi pembuluh Edema antara
Hipertermi
darah kapiler dan alveoli
Mucus bronkus meningkat
Eksudat plasma Intasi PMN eritrosit
masuk alveoli pecah
Bau mulut tidak sedap
Gangguan difusi
Anoreksia dalam plasma Edema paru

Intake kurang Ketidakefektifan


pola nafas Hambatan Pergerakan dinding
pertuakaran gas paru
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Retraksi dada/ nafas Pertukaran
cuping hidung conpiliance paru

Dispneu Dilatasi pembuluh Suplai O2 menurun


darah

Hipoksia

Penurunan toleransi Akuntansi asam Metabolism anaerob


aktifitas laktat meningkat
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi lendir di jalan nafas, inflamasi trakeabronkial, nyeri
pleuritik, penurunan energi, kelemahan.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
kerusakan neurologis
c. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
d. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
f. Penurunan toleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
kelemahan umum, batuk berlebihan dan dipsnea
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional


1 Domain 11, kelas 2 a. Respiratory Airway Suction
(00031) Status 1) Pastikan 1. membersihkan
Ketidakefektifan Ventilation kebutuhan oral sekret
Bersihan Jalan Nafas suctioning 2. Mengetahui ada
Kriteria hasil : 2) Auskultasi suara perubahan suara
Batasan karakterstik : 1) Frekuensi nafas sebelum dan nafas setelah
1) Suara nafas pernafasan dalam sesudah suctioning suctioning
tambahan batas normal (40- 3) Informasikan 3. memandirikan
2) Perubahan 50x/menit) pada klien dan keluarga untuk
frekuensi 2) Irama pernafasan keluarga tentang suctioning
napas 3) Kedalaman suctioning 4. mengetahui
3) Sianosis inpirasi 4) Monitor status perubahan saturasi
4) Penurunan 4) Tidak ada suara oksigen pasien O2
bunyi nafas nafas tambahan 5) Berikan oksigen 5. memenuhi
5) Sputum dalam 5) Pernafasan dengan kebutuhan oksigen
jumlah yang cuping hidung menggunakan
berlebih tidak ada nasal untuk
6) Gelisah 6) Tidak ada memfasilitasi
penggunaan otot suction nasotrakeal
Faktor yang bantu nafas 1. membebaskan jalan
berhubungan dengan : 7) Akumulasi Airway Management napas
obstruksi jalan nafas sputum 1) Buka jalan nafas 2. Memaksimalkan
1) Spasme jalan 2) Posisikan pasien ekspansi paru
nafas a. Respiratory Status umtuk 3. Memebantu
2) Mukus dalam Airway Patency memaksimalkan membuka jalan
jumlah ventilasi napas
berlebihan Kriteria hasil : 3) Identifikasi 4. Membantu
3) Sekresi 1) Respiratory rate pasien perlunya mengeluarkan
dalam bronki dalam rentang pemasangan alat sekret
4) Benda asing di normal jalan nafas 5. Mengetahui
jalan nafas 2) Pasien tidak 4) Lakukan perubahan bunyi
cemas fisioterapi dada nafas tambahan
3) Menunjukkan bila perlu 6. Mengetahui
jalan nafas yang 5) Auskultasi suara perubahan saturasi
paten nafas, catat O2
adanya suara
tambahan
6) Monitor status
respirasi dan
O2
Cough Enhancement
1) Bantu pasien untuk 1. Posisi duduk dapat
posisi duduk
memaksimalkan
ventilasi
2) Dorong pasien 2). Membantu
untuk melakukan memberikan rasa
latihan nafas dalam rileks
3) Dorong pasien 3)memudahkan
untuk tarik nafas mengeluarkan
dalam selama 2 sekret
detik dan
batukkan, lakukan
2 atau 3 kali
berturut-turut

Vital Sign Monitoring


1) Monitor TD, nadi, 1) Mengetahui
suhu, dan RR perubahan tanda-
2) Catat adanya tanda vital
fluktasi tekanan 2) Mengetahui
darah perubahan tekanan
3) Monitor vital sign darah
saat pasien 3) Mengethaui
berbaring, duduk perubahan dan
atau berdiri perbandingan vital
4) Monitor TD, nadi, sign dalam posisi
RR, sebelum, yang berbeda-beda
selama dan setelah 4) Membandingkan
aktifitas vitan sign saat
5) Monitor kualitas berktifitas dan
nadi istirahat
6) Monitor frekuensi 5) Mengetahui
dan irama perubahan nadi
pernafasan 6) Mengethaui pola
7) Monitor suara nafas pasien
paru 7) Mengetahui suara
8) Monitor pola nafas tambahan
pernafasan 8) Mengetahui adanya
abnormal pernafasan yang
9) Monitor suhu, dan abnormal
kelembapan kulit 9) Mengetahui adanya
10) Identifikasi tanda syok
penyebab dari 10) Mengetahui
perubahan vital penyebab
sign perubahan vita sign

2 Domain 4, kelas 3 1) pernafasan ventilasi 2). Membantu


(00154) normal (40- 1) Lakukan mengeluarkan sekret
Ketidak efektifan 50x/menit) fisioterapy dada 3) memudahkan
pola napas 2) Irama pernafasan jika perlu pengeluaran sekret
Batasan karakteristik : normal 2) Motivasi pasien 4)memudahkan anak
1) pernafasan 3) Kedalaman untuk bernafas untuk mengeluarkan
2) Bradipnea inspirasi pelan, dalam, sekret
3) Penurunan tekanan 4) Suara berputar, dan batuk 5)Mengetahui
inspirasi auskultasi 3) Gunakan teknik perubahan suara
4) Penurunan tekanan pernafasan yang nafas
ekspirasi normal menyenangkan
5) Penurunan kapsitas 5) Kepatenan untuk memotivasi
vital jalan nafas bernafas dalam
6) Dipsnea 6) Volume tidal kepada anak-anak
7) Pernafasan cuping 7) Kapasitas vital 4) Auskultasi suara
hidung 8) Penggunaan otot nafas, catat area
8) Penggunaan otot bantu nafas yang ventilasinya
aksesoris untuk tidak ada menurun atau tidak
bernafas 9) Retraksi dinding adanya suara nafas
dada tidak ada tambahan
Faktor yang 10) Sianosis tidak ada
berhubungan 11) Suara nafas Terapi Oksigen 1) Mempertahan
1) Hiperventilasi tambahan tidak 1) Pertahankan bebasnya jalan
2) Kerusakan neurologis ada kepatenan jalan napas
3) Keletihan otot nafas 2) Memastikan
pernafasan b. Status 2) Monitor aliran kepatenan aliran
Pernafasan : oksigen oksigen kepasien
Kepatenan 3) Monitor efektifitas 3) Mengetahui proses
Jalan Nafas terapi oksigen keberhasilan terapi
4) Amati tanda-tanda oksigen
Kriteria hasil : adanya 4) Mengethaui terjadi
1) Frekuensi hipoventilasi hipoventilasi
pernafasan oksigen oksigen
normal (40- 5) Sediakan oksigen 5) Memenuhi
50x/nmenit) ketika pasien kebutuhan oksigen
2) Irama pernafasan dibawah /
3) Suara dipidahkan
nafas
tambahan Monitor Pernafasan
4) Pernafasan 1) Monitor kecepatan, 1) Mengethui pola
cuping hidung irama, kedalaman napas pasien
5) Dipsnea saat dan kesulitan 2) Mengetahui adanya
istirahat bernafas retraksi dada saat
6) Batuk 2) Catat pergerakan bernafas
7) Akumulasi dinding dada dan 3) Mengetahui
sputum pengunaan otot perubahan suara
bantu nafas
3) Monitor suara 4) Mengethaui
nafas perubahan pola
tambahan seperti nafas
ngorok 5) Mengetahui adanya
4) Monitor pola nafas ketidaksimeterisan
5) Palpasi pengembangan
kesimetrisan paru
ekspansi paru 6) Mengetahui suara
6) Auskultasi nafas tambahan
suara nafas
tambahan
3 Domain 3 kelas 4 a. Status Monitor Vital Sign
(00030) Pernafasan : 1) Memonitor 1) Mengetahui
Hambatan Pertukaran tekanan darah, perubahan vital
Pertukaran Gas Gas nadi, suhu, dan sign
status pernafasan 2) Mengetahui
Batasan karakteristik : Kriteria hasil: 2) Memonitor perubahan Nadi
1) pH darah arteri 1) Tekanan parsial Denyut jantung 3) Mengeahui suara
abnormal oksigen dalam 3) Memonitor suara napas tambahan
2) pernafasan darah arteri (po2) paru-paru 4) Mengetahui
abnormal ( mis, 2) Tekanan parsial 4) Memonitor warna adanya sianosis
kecepatan, irama, oksigen dalam kulit akibat kekurangan
kedalaman) darah arteri 5) Menilai oksigen
3) warna kulit (pco2) Cavilarevil 5) Mengetahui
abnormal ( pucat 3) Saturasi oksigen perubahan perfusi
) 4) Keseimbangan Monitor Pernafasan perifer
4) sianosis ventilasi perfusi 1) Memonitor 1) Mengetahui
5) nafas cuping 5) Dyspnea pada tingkat, irama, perubahan pola
hidung saat istirahat kedalaman, dan napas
respirasi 2) Mengetahui
6) Sianosis
2) Memonitor adanya retraksi
Faktor yang
dada saat bernafas
berhubungan : gerakan dada
3) Mengetahui suara
1) perubahan 3) Monitor bunyi
napas tambahan
membran pernafasan
4) Mengetahui suara
alveolar –kapiler 4) Auskultasi bunyi
napas tambahan
2) ventilasi pervusi paru
5) Mengetahui
5) Memonitor perubahan kondisi
dyspnea dan hal pasien
yang
meningkatkan dan
memperburuk
kondisi
Terapi Oksigen 1) Memastikan jalan
1) Pertahankan napas paten
kepatenan jalan 2) Mempertahakan
nafas kebutuhan
2) Monitor aliran oksigen terpenuhi
oksigen 3) Mengetahui
3) Amati tanda-tanda adanya tanda
hipoventilasi tanda hipoventilas
induksi oksigen
4 Perawatan Demam 1) Mengetahui
Domain 11, kelas 6 Termoregulasi
1) Pantau suhu dan perubahan vital
(00007) Kriteria hasil :
tanda vital sign
1) Berkeringat saat
panas lainnya 2) Mengetahui
Hipertermi
2) Tingkat 2) Monitor warna perubahan suhu
Batasan karakteristik : pernafasan kulit klien
1) Kulit kemerahan 3) Peningkatan 3) Monitor asupan 3) Mempertahankan
2) Peningkatan suhu suhu kulit dan keluaran, keseimbangan
tubuh perkisaran 4) Hipertermia sadari perubahan cairan
diatas normal 5) Sakit kepala kehilangan cairan 4) Memenuhi
3) Kejang 6) Dehidrasi yang tak kebutuhan cairan
4) Kulit terasa dirasakan akibat evapoasi
hangat Status 4) Beri obat atau 5) Mengurangi
Neurologis cairan IV evaporasi yang
Faktor yang Kriteria hasil : 5) Tutup pasien berlebih
berhubungan : 1) Kesadaran dengan selimut 6) Mencegah
1) Pemajanan 2) Pola bernafas atau pakaian terjadinya
lingkungan yang 3) Pola istirahat dan ringan dehidrasi
panas tudur 6) Dorong konsumsi 7) Istirahat yang
2) Penyakit 4) Laju pernafasan cairan cukup
Peningkatan laju 5) Hipertermia 7) Fasilitasi istirahat, memaksimalkan
metabolisme terapkan proses
6) Aktivitas kejang
penyembuhan
pembatasan
Tanda Tanda Vital 8) Memenuhi
aktifitas jika
Kriteria hasil : kebutuhan
diperlukan
1) Suhu tubuh oksigen
8) Berikan oksigen
2) Tingkat 9) Memberikan rasa
pernafasan yang sesuai
nyaman kepaa
3) Irama pernafasan 9) Tingkatkan klien
4) Tekanan nadi sirkulasi udara 10) Menjaga
5) Kedalaman 10) Mandikan kebersihan diri
inspirasi pasien dengan 1. Mengetahui
spons hangat perubahan suhu
dengan hati-hati 2. Mengetahui
perubahan suhu
Pengaturan Suhu 3. Mengganti cairan
1) Monitor suhu yang kurag akibat
paling tidak evaporasi
setiap 2 jam 4. Menurunkan demam
sesuia kebutuhan
2) Monitor dan
laporkan adanya
tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3) Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat
4) Berikan
pengobatan
antipiuretik sesuai
kebutuhan 1. Pengobatan yang
tepat mempercepat
Manajemen proses penyembuhan
Pengobatan 2. Mengetahui
1) Tentukan obat apa keefektifan obat
yang diperlukan, yang diberikan
dan kelola
menurut resep
dan/atau protokol
2) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
5 Domain 2, kelas 1 a. Status Nutrisi Manajemen Berat
(00002) Badan
Ketidak Seimbangan Kriteria hasil: 1) Diskusikan 1) Meningkatkan
Nutrisi : Kurang Dari 1) Status nutrisi bersama pasien pengetahuan klien
Kebutuhan Tubuh 2) Asupan gizi dan keluarga dalam pemenuhan
3) Asupan makanan mengenai nutrisi
Batasan karakteristik : 4) Asupan cairan hubungan antara 2) Mengatur pola
1) Diare 5) Energi intake makanan, makan dan diit
2) Bising usus 6) Berat badan latihan, pening yang sesuai
hiperaktif katan BB dan 3) Mencegah
3) Membran mukosa b. Appetite penurunan BB kebiasaan dan pola
pucat 2) Diskusikan makan yang tidak
4) Tonus otot Kriteia hasil: bersama pasien sehat
menurun 1) Keinginan untuk mengenai kondisi 4) Mengurangi
5) Kelemahan otot makan medis yang dapat penurunan BB
menelan 2) energi untuk mempengaruhi BB yang drastis
makan 3) Diskusikan 5) Memotivasi klien
Faktor yang 3) Asupan makanan bersama pasien untuk
berhubungan : asupan gizi mengenai mempertahankan
1) Faktor biologis 4) Asupan cairan kebiasaan, gaya BB ideal
2) Ketidak 5) Stimulus untuk hidup dan factor
mampuan makan herediter yang
mengabsropsi dapat
nutrien mempengaruhi BB
3) Ketidak 4) Diskusikan
mampuan bersama pasien
mencerna mengenai risiko
makanan yang berhubungan
4) Ketidakmampuan dengan BB
menelan makanan berlebih dan
penurunan BB
5) Dorong pasien
untuk merubah
kebiasaan makan
Perkirakan BB
badan ideal pasien
Manajemen Nutrisi
1) Kaji adanya alergi 1) Mencegah
makanan keracunan
2) Kolaborasi dengan makanan
ahli gizi untuk 2) Memenuhi
menentukan kebutuhan kalori
jumlah kalori dan sesuai kebutuhan
nutrisi yang tubuh
dibutuhkan pasien.
3) Anjurkan pasien 3) Mencegah
untuk penurunan zat besi
meningkatkan 4) Meningkatkan
intake Fe imunitas
4) Anjurkan pasien
untuk 5) Menngkatkan
meningkatkan energi
protein dan 6) Melancarkan
vitamin C pencernaan
5) Berikan substansi
gula 7) Diit yang seimbang
6) Yakinkan diet baik untuk
yang dimakan kesehatan
mengandung tinggi 8) Mengetahui jumlah
serat untuk kebutuhan kalori
mencegah dan zat nutrien
konstipasi lainnya
7) Berikan makanan
yang terpilih ( 9) Mengajarkan
sudah keluarga untuk
dikonsultasikan emenuhi
dengan ahli gizi) kebutuhan nutrisi
klien
8) Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9) Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi kepada
keluarga 1) Mengetahui
Monitor Nutrisi tumbuh kembang
1) Monitor klien
pertumbuhan dan 2) Mengetahui
perkembangan status cairan klien
2) Monitor turgor 3) Mengetahui
kulit dan modalitas adanya malnutrisi
3) Identifikasi klien
abnormalitas kulit 4) Mengurangi
4) Minitor adanya faktor pencetus
mual muntah
5) Identifikasi mual dan muntah
perubahan nafsu 5) Mencegah
makan dan penurunan BB
6) aktifitas
akhir- akhir ini
6 Domain 4, kelas 2 Toleransi Terapi Aktifitas
(00298) Aktifitas 1) Bantu klien 1) Mememnuhi
Penurunan toleransi Kriteria hasil : mengidentifikasi kebutuhan klien
Aktifitas Faktor yang 1) Saturasi oksigen aktivitas yang secara mandiri
berhubungan dengan : dengan aktivitas mampu dilakukan sesuai kemampuan
1) Masalah sirkulasi 2) Denyut nadi 2) Bantu klien untuk 2) memenuhi
2) Masalah dengan aktivitas memilih aktivitas kebutuhan
pernapasan 3) Tingkat yang sesuai dengan aktivitas klien
pernapasan kemampuan fisik, 3) Mememnuhi
dengan aktivitas psikologi, dan kebutuhan klien
4) Warna kulit sosial secara mandiri
5) Kecepatan 3) Bantu untuk sesuai kebutuhan
berjalan kaki mengidentifikasi 4) memenuhi
dan mendapatkan kebutuhan
Tingkat kelelahan aktivitas yang
sumber yang
Kriteia hasil: diperlukan untuk disukai klien
1) Tingkat aktivitas yang 5) mengetahui
kelelahan diinginkan kemampuan klien
2) Gangguan 4) Bantu untuk 6) memaksimalkan
konsentrasi mengidentifikasi kemampuan klien
menurun secara mandiri
aktivitas yang
7) mengetahui
3) Tingkat stres disukai
perubahan fisik,
4) Kualitas tidur 5) Bantu pasien atau
emosi, sosial dan
5) Saturasi oksigen keluarga untuk
spiritual
6) Kualitas istirahat mengidentifikasi
kekurangan dalam
Tanda-tanda vital
beraktivitas
Kriteria hasil: 6) Bantu pasien untuk
1) Denyut jantung mengembangkan
apikal motivasi diri dan
2) Denyut nadi penguatan
radial 7) Monitor respon
3) Tingkat fisik, emosi, sosial,
pernapasan dan spiritual.
4) Irama pernapasan
5) Tekanan nadi Monitor Tanda-
6) Kedalaman tanda Vital
inspirasi 1) mengetahui
1) Monitor tekanan
perubahan vital
darah, nadi,
sign
suhu, dan
2) mengetahui
pernafasan
adanya perubahan
2) Monitor dan
suhu
laporkan tanda
3) mengethaui
dan gejala perubahan nadi
hipotermia dan
hipertermia
3) Monitor kualitas
nadi

4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Fokus implementasi diantaranya, mempertahankan daya tahan
tubuh, menemukan perubahan sistem tubuh, mencegah komplikasi,
memantapkan hubungan klien dengan lingkungan.
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan ( intervensi ). Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.
Tujuan implementasi adalah Melaksanakan hasil dari rencana
keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi
kesehatan pasien dalam periode yang singkat, mempertahankan daya
tahan tubuh, mencegah komplikasi, dan menemukan perubahan
sistem tubuh.
5. Evaluasi
Evaluasi atau tahap penelitian adalah perbandingan
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambugan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi
ini adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang di
inginkan dengan kriteria hasil pada perencanaan. Format yang
dipakai adalah format SOAP:
1. S : Data Subjektif
Perkembangan yang di dasarkan pada apa yang di rasakan, di
keluhkan dan di kemukakan klien.
2. O : Data Objektif
Perkembangan yang biasa di amati dan di ukur oleh perawat atau
tim kesehatan lain.
3. A : Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif)
apakah berkembang ke arah kebaikan atau kemunduran.
4. P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang di dasarkan pada hasil analisis di
atas berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan
atau masalah belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar Asfihan. 2019. Bronchopneumonia. Available at:


https://adalah.co.id/bronchopneumonia/.
Chairunisa, Y. 2019. ‘Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan anak dengan
bronkopneumonia di rumah sakit samarinda medika citra’.
Dwi Hadya Jayani. 2018. ‘10 Penyebab Utama Kematian Bayi di Dunia’, in Hari
Widowati (ed.). Jakarta: Katadata. Available at: ourworlddindata.org.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Health Statistics. Jakarta.
Mulyani, P. 2018 ‘Penerapan Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan
Bronkopneumonia Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul’, pp. 1–
71.
Herdman dkk. 2021. NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2021 - 2023, Edisi ke-12. EGC : Jakarta
Butcher Dkk.2020. Kalsifikasi Luaran Keperawatan Nursing Otcome
Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi Keenam:
Elseiver : Jakarta
Butcher Dkk.2020. Nursing Interventions Classification (NIC).Edisi Ketujuh.
Elseiver : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai