Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

POLIP NASAL DI RUANG ASTER RSUD UNDATA PALU PROVINSI


SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3:


1. FADIL HIDAYAT
2. HENDRA PRAPTO
3. HERIYANTO
4. JEIN CRISTIN SARANGNGA
5. MOH.RISKI
6. MUTMAINNA
7. ROSDIANA
8. SUKMAWATY

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ira Martini, S.Kep.,Ns Ns. Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep., M.Kep


NIP: 198403242010012008 NIK: 20120901025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Polip Nasal


Sasaran : klien THT Di Ruang Aster
Hari/tanggal : Sabtu, 24 September 2022
Waktu :09:00 WIB
Tempat : Di Ruang Aster
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Universitas Widya Nusantara Palu

1. Latar Belakang :
Berdasarkan data yang dimiliki Poli THT RSSA tahun 2012
khususnya dengan masalah penyakit hidung.Banyak terjadi suatu keluhan
pasien yang datang berupa sumbatan pada hidung yang makin lama semakin
berat.Setelah dilakukan survey, ternyata penyebab utamanya adalah
kurangnya pengetahuan tentang polip hidung

2. Tujuan Instruksional Umum :


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, Peserta penyuluhan THT di
Ruang Aster dapat memahami Polip hidung.

3. Tujuan Instruksional Khusus :


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan
peserta penyuluhan dengan Polip hidung di Ruang Aster dapat mengetahui
tentang:
1. Pengertian Polip hidung
2. Penyebab Polip hidung
3. Tanda dan gejala Polip hidung
4. Dampak dan Komplikasi Polip hidung
5. Pemeriksaan Penunjang dan diagnosa banding Polip hidung
6. Pengobatan dan pencegahan polip hidung
4. Proses Pelaksanaan :

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


1. Pendahuluan - Salam pembuka dan - Menjawab salam 3 menit
(pre interaksi) memperkenalkan - Menyimak
diri - Mendengarkan,
- Menyampaikan menjawab
tujuan penyuluhan pertanyaan
2. Kerja - Penyampaian garis - Mendengarkan 15
(interaksi) besar materi anemia dengan penuh menit
- Evaluasi perhatian
- Menjawab
pertanyaan

3 Tanya jawab  Memberi  Menanyakan hal- 10


(Interaksi) kesempatan peserta hal yang belum menit
untuk bertanya jelas
 Menjawab  Memperhatikan
pertanyaan jawaban dari
 klarifikasi penceramah
penjelasan  Mengulang
penjelasan

3. Penutup  Menyimpulkan - Mendengarkan 2 menit


(Terminasi)  Salam penutup - Menjawab salam
 Membagi leaflet

5. Setting Tempat :
Pserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penceramah, membentuk huruf
U.
Keterangan

: : Pemateri

: Fasilitator

: Observer

: Peserta Penyuluhan

6. Pengorganisasian :
a. Pemateri :
b. Moderator :
c. Notulis :
d. Fasilitator :
e. Observer :

7. Kriteria Evaluasi:
a. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan pengertian polip hidung
b. Peserta penyuluhan mengerti penyebab polip hidung
c. Peserta penyuluhan mampu menyebutkan tanda dan gejala polip hidung
stress
d. Peserta penyuluhan mampu menyebutkan dampak polip hidung
e. Peserta penyuluhan mambu menyebutkan pemeriksaan penunjang dan
diagnosa banding Polip hidung
f. Peserta penyuluhan tahu cara-cara pengobatan dan pencegahan polip
hidung

MATERI

1. Pengertian
Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung.
Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu – abuan, mengkilat,
lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah
lama dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan,
suram dan lebih kenyal (polip fibrosa) (Endang,2018).
Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel
dan dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan
tumbuh ke arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip
koanal(Soepardi,2000).
2. Penyebab
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif
atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan
polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa
infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan
dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan
mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam
rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler
dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau
pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang
pada anak – anak. Pada anak – anak, polip mungkin merupakan gejala dari
kistik fibrosis (Endang,2003).
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain:

a. Alergi terutama rinitis alergi.


b. Sinusitis kronik.
c. Iritasi.
d. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan
hipertrofi konka.
3. Tanda dan Gejala
Pada anamnesis kasus polip biasanya timbul keluhan utama adalah
hidung tersumbat. sumbatan ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin
lama keluhan dirasakan semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada
massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain adalah
hiposmia (gangguan penciuman).
Gejala lainnya dapat timbul jika teradapat kelainan di organ sekitarnya
seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di bagian belakang mulut), suara
bindeng, nyeri muka, telinga terasa penuh, snoring (ngorok), gangguan tidur
dan penurunan kualitas hidup. Secara pemeriksaan mikroskopis tampak epitel
pada polip serupa dengan selaput permukaan hidung normal yaitu epitel
bertingkat semu bersilia dengan subselaput permukaan yang sembab. Dengan
pemeriksaan rhinoskopi anterior biasanya polip sudah dapat dilihat, polip
yang masif seringkali menciptakan kelainan pada hidung bagian luar.
Pemeriksaan Rontgen dan CT scan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
sinusitis (Endang,2018).
4. Manifestasi klinis
a. Dampak
Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip nasi adalah hidung
tersumbat. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama makin
memberat. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan timbulnya
gejala hiposmia bahkan anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus
paranasal, akan timbul sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan
rhinore. Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala utama adalah
bersin dan iritasi di hidung.
Sumbatan hidung yang menetap dan semakin berat dan rinorea.
Dapat terjadi sumbatan hiposmia atau anosmia. Bila menyumbat ostium,
dapat terjadi sinusitis dengan ingus purulen. Karena disebabkan alergi,
gejala utama adalah bersin dan iritasi di hidung.
Pada pemeriksaan klinis tampak massa putih keabu-abuan atau
kuning kemerah-merahan dalam kavum nasi. Polip bertangkai sehingga
mudah digerakkan, konsistensinya lunak, tidak nyeri bila ditekan, mudah
berdarah, dan tidak mengecil pada pemakaian vasokontriktor.
Pada rhinoskopi anterior polip nasi sering harus dibedakan dari konka
hidung yang menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaannya:

Polip Konka polipoid


Bertangkai Tidak bertangkai
Mudah digerakkan Sukar digerakkan
Tidak nyeri tekan Nyeri bila ditekan dengan pinset
Tidak mudah berdarah Mudah berdarah
Pada pemakaian vasokonstriktor Dapat mengecil dengan
tidak mengecil vasokonstriktor
5. Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran
besar atau dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau
infeksi sinusitis kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea - kondisi serius
nafas dimana akan stop dan start bernafas beberapa kali selama tidur. Dalam
kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan
ganda/berbayang.
6. Pemeriksaan Hidung sederhana
a. Inspeksi
Polip hidung masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar
sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung.
Terdapat deformitas hidung di bagian superior diantara kedua mata
b. Rinoskopi anterior
Memperlihatkan massa pucat, lunak, basah dan dapat bertangkai
yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan. Polip umumnya
berwarna kekuningan atau biru keabuan namun kadang-kadang
kemerahan karena iritasi lokal atau infeksi sekunder. Deformitas septum
membuat pemeriksaan menjadi lebih sulit.
Tampak sekret mukus dan polip multipel atau soliter. Polip kadang
perlu dibedakan dengan hipertrofi konka nasi, yakni dengan cara
memasukan kapas yang dibasahi dengan larutan efedrin 1%
(vasokonstriktor). Hipertrofi konka nasi yang berisi banyak pembuluh
darah akan mengecil, sedangkan polip tidak mengecil.
c. Rinoskopi posterior
Kadang-kadang terdapat polip yang tumbuh kearah belakang dan
membesar di nasofaring, disebut polip koana.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Nasoendoskopi
Adanya fasilitas nasoendoskopi sangat membantu diagnosis kasus
polip yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada
pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak pada pemeriksaan
nasoendoskopi. Pemeriksaan ini diyakini sebagai metode yang terbaik
dalam memeriksa rongga hidung dan nasofaring karena dapat menilai
secara keseluruhan anatomi hidung dan untuk menentukan perluasan dan
lokasi polip hidung.
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto polos sinus paranasal ( posisi waters, lateral, Caldwell dan AP).
Dapat memperihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan
cairan di dalam sinus tapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat untuk
pemeriksaan polip
2) Pemeriksaan CT-scan
CT-scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas
keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi,
polip atau sumbata pada komplek osteomeatal. CT scan terutama
diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan
medikamentosa
3) Pemeriksaan Laboratorium
Anak-anak dengan polip yang berhubungan dengan rinitis
alergi sebaiknya dilakukan evaluasi untuk alergi mereka; termasuk
pemeriksaan Serological Radioallergosorbent Test (RAST) dan tes
kulit.
4) Pemeriksaan Histologi
Stroma pada polip hidung edematosa. Vaskularisasi sangat
sedikit dan kurang inervasi, kecuali pada dasar polip. Eosinofil
diidentifikasi sebagai sel inflamasi terbanyak, lebih kurang 80-90%
dari seluruh kasus polip. Eosinosil yang ditemukan pada polip pasien
dengan asma bronkial dan alergi berisi granul dengan produk toksik
(leukotrin, protein kation eosinofilik, major basofilic protein, bahan-
bahan vasoaktif lain dan faktor kemotaktik), merupakan faktor yang
bertanggung jawab terhadap lisis epitel, kerusakan saraf dan
siliostasis. Protein granul spesifik, leukotrin A4 dan platelet activating
factor bertanggung jawab pada edema mukosa dan hiper responsif.
Eosinofil didarah tepi dan dimukosa hidung normal dapat
bertahan selama 3 hari. Pada kultur sel polip hidung eosinofil bertahan
paling kurang 12 hari. Proses apoptosis yang terlambat ini dimediasi
oleh blokade reseptor Fas, yang secara khusus dengan enzim protease
yang memulai proses kematian sel. Apoptosis yang tertunda ini juga
dimediasi oleh peningkatan IL-5, IL-3 dan GM-CSF yang dihasilkan
oleh limfosit T. Glukokortikoid tampaknya membantu mengurangi
polip pada pasien dengan kelebihan eosinofil kemungkinan dengan
hambatan terhadap IL-5.
Sel inflamasi yang lain, neutrofil, terjadi pada 7% kasus polip.
Tipe polip ini dihubungkan dengan fibrosis kistik, primary ciliary
dyskinesia syndrome, dan Young syndrom. Polip ini tidak berespon
baik terhadap kortikosteroid sebab terdapat kekurangan eosinofil
sensitif kortikosteroid. Terdapat degranulasi sel mast. Degranulasi
diperkirakan terjadi pada fase yang dimediasi oleh nonimunoglobulin
E. Terdapat peningkatan jumlah sel plasma, limfosit dan miofibroblas.
c. Diagnosis banding
Polip didiagnosa bandingkan dengan
1) konka polipoid, yang ciri – cirinya sebagai berikut :
- Tidak bertangkai
- Sukar digerakkan
- Nyeri bila ditekan dengan pinset
- Mudah berdarah
- Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor (kapas
adrenalin).
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cukup mudah untuk
membedakan polip dan konka polipoid, terutama dengan
pemberian vasokonstriktor yang juga harus hati – hati
pemberiannya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena
bisa menyebabkan vasokonstriksi sistemik, maningkatkan tekanan
darah yang berbahaya pada pasien dengan hipertensi dan dengan
penyakit jantung lainnya.
2) Angiofibroma Nasofaring juvenil
Etiologi dari tumor inibelum diketahui menurut teori,
jaringan asal tumor ini mempunyai tempat perlekatan yang spesifik
di dinding posterolateral atap rongga hidung . dari anamnesis
ditemukan keluhan sumbatan pada hidung dan epitaksis berulang
yang masif. Terjadi obtruksi sehingga timbul rhinorhea kronis yang
diikuti gangguan penciuman . Oklusi pada tuba Eustachius akan
menimbulkan ketulian atau otalgia. Jika ada keluhan sefalgia
menandakan ada perluasan tumor ke intra kranial
3) Keganasan pada hidung
Etiologi belum pasti diketahui,diduga karena adanya zat zat
kimia seperti nikel, debu kayu, formaldehid, kromium, dan lain lain.
Paling sering terjadi pada laki-laki . gejala klinis berupa obstruksi
hidung, rhinorea, epitaksis, diplopia, proptosis , gangguan visus,
penonjolan pada palatum, nyeri pada pipi, sakit kepala hebat dan
dapat disertai likuorhea. Pemeriksaan CT scan memperlihatkan
adanya pendesakan dari massa tumor. Pemeriksaan PA didapatkan
tumor termasuk squamosa berkreatin
8. Pengobatan
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi adalah menghilangkan
keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi
polip.Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga
polipektomi medika mentosa. Dapat diberikan topical atau sistemik. Polip
tipe eosinofilik memberikan respons yang lebih baik terhadap pengobatan
kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe neurotrofilik.
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau
polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat
dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cumin
dengan analgesic local, etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi
ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila.
Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat dilakukan
tindakan BSEF (bedah Sinus Endoskopi Fungsional).
Bila polip masih kecil, dapat diobati secara konservatif dengan
kortikosteroid sistemik atau oral, misalnya prednisone 50mg/hari atau
deksamentosa selama 10 hari kemudian diturunkan perlahan. Secar local
dapat disuntikkan ke dalam polip, misalnya triamsinolon asetonid atau
predsinolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai hilang. Dapat dipakai secara
topical sebagai semprot hidung, misalnya beklometason dipropionat. Bila
sudah besar, dilakukan ekstraksi polip dengan senar. Bila berualang dapat
dirujuk untuk operasi etmoidektomi intranasal atau ekstranasal
Pengobatan juga perlu ditunjukkan pada penyebabnya, dengan
menghindari allergen penyebab.
Ada tiga macam penanganan polip nasi yaitu :
a. Cara konservatif
b. Cara operatif
c. Kombinasi keduanya.
Cara konservatif atau menggunakan obat- obatan yaitu menggunakan
glukokortikoid yang merupakan satu- satunya kortikosteroid yang efektif,
terbagi atas kortikosteroid topical dan kortikosteroid sistemik. Kortikosteroid
topical (long term topical treatment) diberikan dalam bentuk tetes atau
semprot hidung tiak lebih dari 2 minggu. Kortikosteroid sistemik (short term
systemic treatment) dapat diberikan secara oral maupun suntikan depot.
Untuk preparat oral dapat diberikan prednisolon atau prednisone dengan dosis
60 mg untuk empat hari pertama, selanjutnya ditappering off 5 mg/hr sampai
hari ke-15 dengan dosis total 570 mg. Suntikan depot yang dapat diberikan
adalah methylprednisolon 80 mg atau betamethasone 14 mg setiap 3 bulan.
Cara operatif dapat berupa polipektomi intranasal, polipektomi
intranasal dengan ethmoidektomi, transantral ethomiodektomi dan sublabial
approach (Caldweel-luc operation), frontho-ethmoido- sphenoidektomi
eksternal dan endoskopik polipektomi dan bedah sinus
9. Pencegahan
Anda dapat membantu mengurangi kemungkinan Anda untuk
mengalami polip hidung atau kambuhnya polip hidung setelah perawatan
dengan strategi pencegahan berikut:
a. Managemen dan mengobati alergi dan asma sedini mungkin. Mengikuti
pengobatan dokter rekomendasi untuk mengelola asma dan alergi. Jika
gejala tidak mudah dan secara teratur di bawah kendali, konsultasi dengan
dokter Anda tentang perubahan rencana pengobatan Anda.

b. Hindari iritasi. Sebisa mungkin, hindari hal-hal yang mungkin untuk


memberikan kontribusi untuk peradangan atau iritasi sinus Anda, seperti
alergen, polusi udara dan bahan kimia.
c. Hidup bersih yang baik. Cuci tangan Anda secara teratur dan menyeluruh.
Ini adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi terhadap infeksi
bakteri dan virus yang dapat menyebabkan peradangan pada hidung dan
sinus.

10. Tindakan Keperawatan


a. Mengoptimalkan jalan napas dan pemenuhan Oksigen(O2) ke jaringan
Pada penderita polip masif (unilateral / bilateral) dapat menutup
dari lubang hidung itu maka masalah yang paling sering muncul adalah
gangguan pola nafas dan pertukaran gas, maka sebagai perawat kita
memberikan Komunikasi , Informasi , dan Edukasi untuk melakukan nafas
biasa pada hidung sisi yang berlawanan untuk kasus unilateral dan
melakukan pernapasan mulut untuk mencukupi udara masuk untuk kasus
polip yang bilateral hingga menutupi seluruh lubang dari hidung
b. Managemen Nyeri
Polip masiv dapat memicu gangguan ketidak nyamanan terutama
nyeri maka untuk tindakan keperawatan dapat dilakukan secara verbal
yaitu dengan memberikan informasi yang adekuat pada klien untuk
melawan nyeri tersebut sebagai contoh adalah tekhnik distraksi dan
relaksasi
c. Menghindarkan infeksi
Polip merupakan jaringan yang rawan dari infeksi maka hindarkan
bahan bahan yang dapat merespon tumbuhnya infeksi pada polip. Pastikan
hidung tidak terlalu terstimulus oleh sentuhan , dan ciptakan lingkungan
yang aman dan bersih
d. Mengoptimalkan Input dan output nutrisi
Nutrisi merupakan suatu bentuk kebutuhan setian orang, maka kita
dapat berkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga


Hidung Tenggorok edisi IV cetakan I. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000
2. Soepardi, Efiaty. Hadjat, Fachri. Iskandar, Nurbaiti. Penatalaksanaan dan
Kelainan Telinga Hidung Tenggorok edisi II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta
2000
3. Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I hal. 113 – 114. Penerbit Media
Aesculapius FK-UI 2000

Anda mungkin juga menyukai