Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

BRONCHOPNEUMONIA PADA TN.S

DI RUANG ANGGREK RSUD MUNTILAN

MAGELANG

Disusun oleh:

Alpayana Cecylia Jisarah

NPM. 22.0403.0054

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis Bronkopneumonia

1. Pengertian Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk

menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan

paru di sekitarnya. Bronkopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia

lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat

terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin,

2017).

Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga

disebut sebagai pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan

dimulai dalam tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur

menyebar ke alveoli peribronchiolar dan saluran alveolar (PDPI Lampung

& Bengkulu, 2017).

2. Anatomi Fisiologi

Menurut Syaifuddin (2016) secara umum sistem respirasi dibagi

menjadi saluran nafas bagian atas, saluran nafas bagian bawah, dan paru-

paru.

a. Saluran pernapasan bagian atas

Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring,

menghangatkan, dan melembapkan udara yang terhirup.

9
1) Hidung

Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai

alat pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentuk

dan struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan

alasnya pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars

horizontal osis palatum

2) Faring

Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya

tegak lurus antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI.

3) Laring (Tenggorokan)

Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri

atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan

membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis

tengah.

4) Epiglotis

Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu

menutup laring pada saat proses menelan.

b. Saluran pernapasan bagian bawah

Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan

udara dan memproduksi surfaktan, saluran ini terdiri atas sebagai

berikut:

1) Trakea

Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang

kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai

kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun

atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa
cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia

yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

2) Bronkus

Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari

trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian

kanan lebih pendek dan lebar yang daripada bagian kiri yang

memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus

kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas

dan bawah.

3) Bronkiolus

Bronkiolus merupakan percabangan setelah bronkus.

c. Paru-paru

Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.

Paru terletak dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai

dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi

oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan

pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru kanan terdiri dari tiga lobus

dan paru kiri dua lobus.

Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu

paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ

jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk yang bagian puncak

disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis berpori,

serta berfungsi sebagi tempat pertukaran gas oksigen dan karbon

dioksida yang dinamakan alveolus.

3. Etiologi

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) secara umum bronkopneumonia

diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi


organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glotis

dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan

kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan

jamur, antara lain :

a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella

b. Virus : Legionella Pneumoniae

c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans

d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru

e. Terjadi karena kongesti paru yang lama

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya

disebabkan oleh virus penyebab Bronkopneumonia yang masuk ke

saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus.

Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret,

sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila

penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang

terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak

napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi

paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi

untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau

pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis

mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis


respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan

mengakibatkan terjadinya gagal napas (PDPI Lampung & Bengkulu,

2017)

4. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk

melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran

pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini

menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh

menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.

Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama

sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi

semakin sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul

dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan

mengganggu sistem pertukaran gas di paru.

Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat

menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat

membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul

masalah pencernaan.

Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme, keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan

paru. Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan

daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan

mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme

ke
dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain

inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di

nasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat

lain, penyebaran secara hematogen (Nurarif & Kusuma, 2015).

Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat

melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada

dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba

di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat

stadium, yaitu (Bradley, 2011):

a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama atau stadium kongesti).

Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon

peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang

terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan

permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah

pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator

tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.

b. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)

Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu

alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi

peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya

penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru


menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini

udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga orang dewasa

akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu

selama 48 jam.

c. Stadium III/ Hepatisasi Kelabu (3-8 hari berikutnya)

Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel

darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat

ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan

terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli

mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan

leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak

lagi mengalami kongesti.

d. Stadium IV/Resolusi (7-11 hari berikutnya)

Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun

dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan

diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya

semula.

5. Klasifikasi

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang

memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan

etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia

berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang


lebih relevan (Bradley, 2011). Berikut ini klasifikasi pneumonia sebagai

berikut :

a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu pneumonia lobaris, pneumonia

interstitialis, bronkopneumonia

b. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari

masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia

yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia).

c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab yaitu pneumonia bakteri,

pneumonia virus, pneumonia mikoplasma, dan pneumonia jamur

d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal dan

pneumonia atipikal

e. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia

persisten

6. Manifestasi Klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas

bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik secara

mendadak sampai 37,6-40°C dan kadang disertai kejang karena demam

yang tinggi. Selain itu, anak bisa menjadi sangat gelisah, pernapasan

cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di

sekitar hidung dan mulut. Sedangkan, batuk biasanya tidak dijumpai pada

awal penyakit, seorang anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari,

di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :


a. Inspeksi: Pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan

mulut, retraksi sela iga.

b. Palpasi: Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.

c. Perkusi: Sonor memendek sampai beda.

d. Auskultasi: Suara pernapasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai

ronki basah gelembung halus sampai sedang..

Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada

luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi thoraks sering tidak dijumpai

adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah

gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi

satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan

suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium

resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses

penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu (PDPI Lampung &

Bengkulu, 2017)

7. Komplikasi

Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada

anak-anak, orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan

orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes (Akbar

Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin

terjadi, termasuk :

a. Infeksi Darah

Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan

menginfeksi organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan

kegagalan organ.

b. Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paru-

paru. Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi

kadang-kadang diperlukan pembedahan untuk menyingkirkannya.

c. Efusi Pleura

Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di

sekitar paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya

dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus,

efusi pleura yang parah memerlukan intervensi bedah untuk

membantu mengeluarkan cairan.

d. Gagal Napas

Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru,

sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena

gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal napas

dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan berhenti

bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus

menerima bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).

8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan

diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)

2) Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang

spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas

untuk mendeteksi agen infeksius.


3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan

status asam basa.

4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.

5) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk

mendeteksi antigen mikroba

b. Pemeriksaan radiologi

1) Ronthenogram thoraks

Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada

infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali

dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus

2) Laringoskopi/bronskopi

Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda padat

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan

bronkopneumonia yaitu:

a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol

50- 70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki

spectrum luas seperti ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai

bebas demam 4-5 hari. Antibiotik yang direkomendasikan adalah

antibiotik spectrum luas seperti kombinasi beta laktam/klavulanat

dengan aminoglikosid atau sefalosporin generasi ketiga (Ridha, 2014)

b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi

cairan dan, antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien

adalah paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi

(3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi pemberian

paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai 38ºC serta

untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.


c. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini

dengan dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang

dianjurkan yaitu 0,5 mg/kgBB. Terapi nebulisasi bertujuan untuk

mengurangi sesak akibat penyempitan jalan nafas atau bronkospasme

akibat hipersekresi mukus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis

beta- 2 adrenegik yang selektif terutama pada otot bronkus.

Salbutamol menghambat pelepas mediator dari pulmonary mast cell

9,11 Namun terapi nebulisasi bukan menjadi gold standar pengobatan

dari bronkopneumonia. Gold standar pengobatan bronkopneumonia adalah

penggunaan 2 antibiotik (Alexander & Anggraeni, 2017)

B. Konsep Masalah Keperawatan

1. Pengertian Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga,

dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI,

2017).

2. Komponen Masalah Keperawatan

Dalam konsep masalah keperawatan terdapat dua komponen utama

yaitu masalah (problem) atau label diagnosis dan indikator diagnostik.

Masing-masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut :

a. Masalah (Problem)

Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang

menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan

atau proses kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas Deskriptor atau

penjelas dan fokus diagnostik.


b. Indikator Diagnostik

c. Indikator diagnostik terdiri atas penyebab, tanda/gejala, dan faktor

risiko dengan uraian sebagai berikut :

1) Penyebab (Etiology) merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan status perubahan status kesehatan.

Etiologi dapat mencakup empat kategori yaitu : 1) fisiologis,

biologis atau psikologis; 2) efek samping terapi/tindakan; 3)

situasional (lingkungan antar personal) dan 4) maturasional.

2) Tanda (sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data

objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium dan prosedur diagnostic, sedangkan gejala

merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis.

Tanda/ gejala dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :

a) Mayor : tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% untuk

validasi diagnosis.

b) Minor : tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika

ditemukan dapat mendukung penegakkan diagnosis (PPNI,

2017)

3. Faktor yang berhubungan

Faktor yang berhubungan atau kondisi klinis yang terkait atau

penyebab pada masalah keperawatan merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan status kesehatan yang mencakup empat

kategori yaitu : a. fisiologis, biologis, psikologis; b. efek terapi atau

tindakan; c. situasional (lingkungan atau personal); d. maturasional

(PPNI, 2017).
4. Pathway penyakit bronkopneumonia
Bagan 2.1
Pathway penyakit Bronkopneumonia
Proses sakit pada anak
Jamur, virus, bakteri, protozoa

-Penderita yang dirawat di RS


-Penderita yang mengalami supresi system pertahanan tubuh
-Kontaminasi peralatan RS
Koping

Ansietas (D.0080)
Infeksi saluran pernapasan bawah

Proses peradangan Saluran pernapasan atas


keluarga tidak

Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)


Akumulasi secret dibronkus Infeksi saluran pencernaan
Kuman belebih dibronkus Kuman terbawa disaluran cerna

Mucus bronkus meningkat Peningkatan peristaltic usus malabsorbsi Peningkatan flora normal dalam usus

Bau mulut tidak sedap


Diare Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)

Anoreksia Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)


Eksplorasi meningkat
Defisit nutrisi (D.0019) Hipertermia (D.0130)
Intake kurang
Peningkatan metabolisme

Dilatasi pembuluh darah Peningkatan suhu


Septikimia

Gangguan difusi dalam plasma Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Eksudat plasma masuk alveoli

Edema antara kapiler dan alveoli Iritan PMN eritrosit pecah


Edema paru

Suplai oksigen menurun Penurunan capliance paru


Pergeseran dinding

Orang tua bertanya tentang


Hipoksia penyakit anaknya
Hiperventilasi Dispneu

Defisit pengetahuan (D.0111) Retraksi dada/nafas


cuping hidung
Metabolic anaerob meningkat Akumulasi asam laktat

Gangguan Pola nafas tidak


Intoleransi pertukaran efektif (D.0005)
aktivitas fatique

Sumber : Doenges (2000); Nurarif & Kusuma (2015); PPNI (2017)


5. Masalah keperawatan pada Bronkopneumonia

Konsep masalah keperawatan meliputi definisi, kriteria masalah,

dan faktor yang berhubungan, berikut ini merupakan penjelasan dari

masalah - masalah keperawatan pada penyakit bronkopneumonia :

a. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

1) Definisi

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat.

2) Penyebab

a) Depresi pusat pernafasan

b) Hambatan upaya nafas

c) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

d) Kecemasan

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : Dispnea

b) Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspansi

memanjang, pola nafas abnormal

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Ortopnea
b) Objektif : Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung,

diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi

semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi

menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah

b. Intoleransi aktifitas (D.0056)

1) Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari


2) Penyebab

a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

b) Kelemahan

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : Mengubah lelah

b) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi

istirahat

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Dyspnea saat/setelah aktivitas, Merasa tidak

nyaman setelah beraktivitas, Merasa lemah

b) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi

istirahat, Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah

aktivitas,

Gambaran EKG menunjukkan iskemia, Sianosis

C. Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

Konsep asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data

dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan

klien. Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan

dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang cukup untuk

menentukan strategi perawatan. Dikenal dua jenis data pada pengkajian

yaitu data objektif dan subjektif. Perawat perlu memahami metode

memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak jarang terdapat masalah


yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data hasil pengkajiian perlu

didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)

a. Usia :

Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak

terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.

b. Keluhan utama :

Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak

nafas.

c. Riwayat penyakit sekarang :

Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk

bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu

pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga

lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.

d. Riwayat penyakit dahulu :

Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas,

memiliki riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki

faktor pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap

rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang.

e. Pemeriksaan fisik :

1) Inspeksi

Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan

cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif

menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas.

Batasan takipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50

kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan-5

tahun adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya


tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada

pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak

jelas.

2) Palpasi

Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat

cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak

terdapat secret.

3) Perkusi

Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus

bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi

redup.

4) Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan

telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan

terdengar stridor, ronkhi atau wheezing. Sementara dengan

stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi

halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa

resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang-

kadang terdengar bising gesek pleura.

f. Penegakan diagnosis

Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED

meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang

tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian

besar lobus.

g. Riwayat kehamilan dan persalinan:

1) Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu

selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.

2) Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir prematur,


bayi kembar, penyakit persalinan, apgar score.

h. Riwayat sosial

Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran ibu,

keyakinan agama/budaya.

i. Kebutuhan dasar

1) Makan dan minum

Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB,

mual dan muntah

2) Aktifitas dan istirahat

Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring

3) BAK

Tidak begitu terganggu

4) Kenyamanan

Malgia, sakit

kepala

5) Higiene

Penampilan kusut, kurang tenaga

j. Pemeriksaan tingkat perkembangan


1) Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat

dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.

2) Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil

benda, menggengggam, mengambil dengan jari, menggambar,

menulis dihubungkan dengan usia.

k. Data psikologis

1) Anak

Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas

dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya

support, keseriusan penyakit.

2) Orang tua
Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi oleh :

a) Keseriusan ancaman terhadap anaknya

b) Pengalaman sebelumnya

c) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya

d) Adanya suportif dukungan

e) Agama, kepercayaan dan adat

f) Pola komunikasi dalam keluarga

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah.

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan

merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan

keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan baik

(Yustiana & Ghofur, 2016)

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

3. Perencanaan Keperawatan

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala

treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan

dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan

(PPNI, 2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit

bronkopneumonia adalah sebagai berikut :


a. Diagnosa : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan

upaya napas

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pola

napas (L.01004) membaik. Dengan kriteria hasil :

a) Tekanan ekspirasi meningkat

b) Tekanan inspirasi meningkat

c) Dispnea menurun
d) Penggunaan otot bantu napas menurun

e) Frekuensi napas membaik

f) Kedalaman napas membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Monitor bunyi napas

b) Monitor sputum

c) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

d) Monitor kemampuan batuk efektif

e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

g) Monitor saturasi

oksigen Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi

b) Ajarkan teknik batuk efektif

b. Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan toleransi

aktivitas (L.05047) meningkat. Dengan kriteria hasil :

a) Frekuensi nadi meningkat

b) Keluhan lelah menurun


c) Dispnea saat aktivitas menurun
d) Dispnea setelah aktivitas menurun

e) Perasaan lemah menurun

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

aktivitas

b) Monitor saturasi oksigen

c) Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan setelah

melakukan aktivitas

Terapeutik

a) Libatkan keluarga dalam aktivitas

b) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

c) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat

berpindah atau berjalan

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

c) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika

sesuai

4. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi

keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,

pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk

klien- keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang


muncul dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang

telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan

mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan

keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian

adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu

berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif

psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Yustiana &

Ghofur, 2016).
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a) Pengkajian Demografi
1) Nama : Tn.S
Usia : 43 tahun
2) Inforamsi Penanggung
Jawab :
Nama : Ny.A
Usia : 40 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat :
b) Riwayat Kesehatan
1) Alergi : tidak ada
2) Riwayat penyakit sebelumnya : tidak ada
3) Trauma/hospitalisasi : tidak ada
4) Riwayat pembedahan : tidak ada
5) Riwayat kesehatan keluarga/penyakit keturunan : pasien mengatakan anggota
keluarga pasien mengalami hipertensi dari lama
c) Kesehatan saat ini
1) Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak, meliputi :
- Pemeriksaan antropometri :
BB : 40 kg LILA : -
TB : 165cm LK :-
2) Pengkajian Domain Nanda
1. Health Promotion
a. Kesehatan Umum :
- Alasan masuk RS : Klien masuk tanggal 21/02/2023 klien mengeluh
sesak napas sejak 7 HSMRS, sesak napas memberat sejak 3 HSMRS, saat
dikaji tanggal 29/02/2023 klien mengeluh masih sesak napas, batuk tapi
tidak mampu mengeluarkan dahak nya, klien mengeluh lemas badan
terasa sakit semua, klien mengeluh pusing cekot cekot kliyengan, klien
tampak pucat dan berkeringat saat pengkajian di pagi tanggal 30/02/2023
- Nadi : 102x/menit
- Suhu : 36,7ºC
- Respirasi : 30x/menit
- Spo : 96%
- KU : CM, lemah
Hasil lab abnormal :
- Hemoglobin (L) 11,2
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll) : Hipertensi
c. Riwayat pengobatan
Belum pernah
d. Kemampuan mengontrol kesehatan
- Yang dilakukan saat sakit : dibawa ke pusesmas atau rumah sakit
- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olahraga,dll) : (-)
e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll)
Klien menggunakan asuransi kesehatan BPJS dari pemerintah kelas 3
f. Pengobatan sekarang.

No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat


1 Infus Asering 20 tpm natrium, kalium, Membantu menyalurkan
Infus Tutosol klorida, laktat, atau memelihara
glukosa keseimbangan air dan
elektrolit pada keadaan
dimana asupan makanan
tidak cukup atau tidak
dapat diberikan secara
per oral
2 Inj. OMZ 10mg/24jam Omeprazole Golongan antiemetik
yang bekerja dengan
cara memblokir zat
serotonin dalam tubuh
untuk mencegah rasa
mual dan muntah

3 Ventolin 3x1 Salbutamol Untuk mengobati


sulfate 2,5mg penyakit pada saluran
pernapasan seperti asma
dan penyakit paru
obstruktif
(PPOK)
4 Pulmicort 3x 1 Budesonide Sebagai terapi pada
0.5mg/ml penderita asma untuk
membantu melegakan
pernapasan

5 Gabapentin 100mgx24jam Gabapentin Digunakan untuk


300mg meredakan kejang

6 Ambroxol 3x12jam Penicilin,amoxici Digunakan untuk


cilin meredakan dahak
7 Pamol drop 4-6x Paracetamol sebagai obat Analgesik
0,7ml 60mg atau pereda
nyeri dan juga obat

Paracetamol 3x1 Paracetamol Antipiretik atau obat


60mg penurun demam

8 Azitromizin 500mgx5hari Azitromizin Digunakan untuk


500mg mengobati infeksi
bakteri
9 Mecobelamin 500mgx12 jam Mecobelamin Obat generik digunakan
500mg unutk memperbaiki
gangguan metabolisme
asam nukleat dan
protein didalam saraf
serta memperbaiki
jaringan saraf

2. Nutrittion
a. A (Antropometri) BB, TB, LK, LD, LILA, IMT :
1) BB skrg 40 kg
2) Lingkar kepala :-
3) LILA :-
4) IMT : 15,74 (kurang)
b. B (Biochemical)data laboratorium yang abnormal
: Trombosit : H 545 Netrofil : L 28,3 %
RDW-SD : L 32,1 fL Limfosit : H 64,0 %
Eosinofil L 0,0 % Monosit : H 7,2 %
Faeses mikroskopis 2+ bakteri
c. C (Clinical)tanda-tanda klinis
Rambut : hitam,
sedikit acak acakan

Turgor kulit : elastis


Mukosa bibir : kering
Conjungtiva anemis/tidak : tidak anemis
d. D (Diet)
Nafsu makan : 1/2 porsi, saat dikaji pasien mengatakan hanya hanya makan
lauknya saja

e. E (Energy)
Kemampuan klien dalam beraktivitas selama di RS : dibantu ibu
f. F (Factor) penyebab masalah nutrisi (kemampuan menelan)
Tidak ada masalah
g. Penilaian status gizi
h. Pola Asupan Cairan : tidak ada masalah
i. Cairan masuk
Infus : 2000cc
Minum : 200cc
Lain nya : 50cc
j. Cairan keluar
BAK : 3x/±150cc
BAB : 1x/ ± 50cc
IWL : 30cc/jam
k. Penilaian status cairan :

Intake cairan - output cairan

2250 - 1220

+ 1030cc
l. Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi : permukaan simetris, agak distensi
Auskultasi : bising usus meningkat, 28x/menit
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : hipertympani
3. Elimination :
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine
- Frekuensi : 3x
- Jumlah : ±150cc/24 jam
- Ketidaknyamanan : tidak ada
2) Riwayat kelaianan kandung kemih : tidak ada
3) Pola urine.
- Jumlah : ±150cc
- Warna : kuning keruh
- Kekentalan : tidak ada
- Bau : bau khas urine
4) Distensi kandung kemih/retensi urine : tidak ada
b. Sistem gastroentestinal
1) Pola eliminasi : BAB lembek 1x, ± 50cc, jml ±50cc
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi : tidak ada
c. Sistem integument
1) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/warana/suhu) : turgor kulit elastis
4. Activity/Rest
a. Istirahat / tidur
1) Jam tidur : klien tidur 3-5jam/hari
2) Insomnia : sering terbangun karena dada terasa sesak
3) Pertolongan untukmerangsang tidur : tidak ada
b. Aktivitas
1) Pekerjaan ;
2) Kebiasaan olah raga :
3) ADL :
- Makan : dibantu
- Toileting : dibantu
- Kebersihan : dibantu
- Berpakaian : dibantu
4) Bantuan ADL : sangat tergantung
5) Kekuatan otot : 5, di semua ekstremitas
6) ROM : Gerakan ROM aktif
7) Risiko untuk cedera : aspirasi, resiko jatuh
c. Cardio respon
1) Penyakit jantung : tidak ada
2) Edema ekstremitas : tidak ada
3) TD dan Nadi
- Berbaring :
- Duduk :
4) Tekanan vena jugularis : tidak ada peningkatan JVP
5) Pemeriksaan jantung :
a) Inspeksi : simetris, gerakan dada sama antara kanan dan kiri, terdapat
retraksi dinding dada
b) Palpasi : iktus kordis teraba pada sela iga ke-5 midclavicula sinistra
c) Perkusi : redup
d) Auskultasi : vesikuler
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : Bronchopnomonia
2) Penggunaan O₂ : klien menggunakan NC 5 lpm
3) Kemampuan bernapas : dengan bantuan O₂
4) Gangguan pernapasan (batuk, suara nafas, sputum, dll) : batuk kering,
terdapat suara ronchi
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : simetris, gerakan dada sama antara kanan dan kiri, terdapat
retraksi dinding dada
b) Palpasi : tidak terdapat massa
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : ronchi (+)

5. Perception/cognition
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMA
2) Kurang pengetahuan :-
3) Pengetahuan tentang penyakit : Baik
4) Orienatasi (waktu, tempat, orang) : Baik
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : tidak ada
2) Sakit kepala : Karena sering terbangun
3) Penggunaan alat bantu : O2
4) Penginderaan : baik
c. Comunication
1) Bahasa yang digunakan : Jawa, Indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : Klien terhambat saat berbicara dan bergerak

6. Self perception
a. Self concept/self esteem
1) Perasaan cemas/takut : terdapat
2) Perasaan putus asa/kehilangan : terdapat
3) Keinginan untuk mencederai : terdapat
4) Adanya luka/cacat : terdapat

7. Role relationship
a. Peran hubungan
1) Status hubungan : menikah
2) Orang terdekat : istri dan keluarga
3) Perubahan konflik/peran :-
4) Perubahan gaya hidup : sudah tidak merokok
5) Interaksi dengan orang lain : baik

8. Sexuality
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : baik

9. Coping/stress tolerance
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : ada
2) Kemampuan untuk mengatasi : ada
3) Perilaku yang menampakkan cemas : ada

10. Life principles


a. Nilai kepercayaan : baik
1) Kegiatan keagamaan yang sering diikuti : ada
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : baik
3) Kegiatan kebudayaan : tidak ada
4) Kemampuan memecahkan masalah : berdiskusi

11. Safety / protection


a. Alergi : tidak ada
b. Penyakit autoimune : tidak ada
c. Tanda infeksi : tidak ada
d. Gangguan termoregulasi : tidak ada
e. Gangguan/risiko : aspirasi, resiko jatuh

12. Comfort
a. Kenyamanan/nyeri : ada
1) Provokes : nyeri dada
2) Quality : nyeri seperti ditusuk tusuk
3) Regio : dada sebelah kanan menjalar ke lengan
4) Scala : 4-5
5) Time : nyeri terus menerus
b. Rasa tidak nyaman lainnya : kesulitan bernapas
c. Gejala yang menyertai : pucat, berkeringat
d) DATA PENUNJANG LAIN NYA
Data Hasil Radiologi
- Hasil : Infiltrat di perihiler sinistra relatif menetap, tampak infiltrat di perihiler dextra besar cor
normal
Kesan : Dibandingkan foto lama tanggal 21 Februari 2023 tampak penambahan infiltrat

Data laboratorium
Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Interpretasi
26-02-23 Haemoglobin L11,2 11,7-15,0g/dL
09.40 Hematokrit 33 32-46%
Jumlah Lekosit 8,8 6,0-17,0 10ˆ3/uL
Jumlah Eritrosit L 3,79 3,70-5,20 10ˆ6/uL
Jumlah Trombosit 220 150-440 10ˆ3/L
MCV 80,0 70,0-86,0 fL
MCH 28,0 24,0-32,0 pg
MCHC 34,9 30,0-36,0 g/dL
RDW-SD 13,2 35,1-43,9 fL
Eosinofil 1,6 2-4 %
Basofil 0,5 0-1%
Limfosit 38,9 40,0-60,0 %
Monosit 4,6 2,0-6,0 %
23/02/2023 Natrium 135 135-147 mmol/L
10.07
Kalium 3,8 3,5-5,0 mmol/L

Klorida 105 95-105 mmol/L


ANALISA DATA

NO Tgl/Jam DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF ETIOLOGI PROBLEM


1 29/02/23 - Klien mengatakan - KU : CM, lema Hambatan upaya Pola napas tidak efektif
09.00 badan lemas - Klien tampak sulit untuk napas (D.0005)
- Klien mengeluh pusing bernapas
- Klien mengeluh sesak - Klientampak tidak mampu
nafas, cepat lelah ketika batuk
bernapas
- RR : 30x/menit
- Suara nafas : Ronchi (+)
- Retraksi dada (+)
2 29/02/23 - Klien mengeluh nyeri - Klien tampak memiringkan Ketidakseimbangan Intoleran aktivitas
09.15 dada badan dalam jangka waktu antara suplai dan (D.0056)
- Klien mengeluh tidak lama kebutuhan oksigen
mampu bergerak lebih - Ketika berkomunikasi klien
- Keluarga mengatakan tidak mampu berpindah badan
klien mengeluh sakit - Klien tampak lemah
diseluruh badan - Klien tampak berkeringat dan
pucat
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (D.0005)

2. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

RENCANA KEPERAWATAN
No Tgl/Jam SDKI SLKI SIKI Rasiomal
1 29/02/23 Pola napas tidak Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
09.30 efektif b.d hambatan L.01001 I.14509
upaya napas Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 2x24 - Monitor bunyi napas Mengetahui adanya bunyi nafas
jam jalan napas membaik tambahan (mis : ronchi ) tambahan atau tidak
dengan kriteria hasil : Terapeutik :
1. Ronchi menurun (1-5) - Berikan minum hangat
2. Dispnea menurun (1- - Berikan oksigen, jika Mengencerkan dahak dengan terapi
5) perlu famakologi
Edukasi
- Ajarkan tekhnik
Fisioterapi dada
Membantu mengencerkan dahak
Kolaborasi
dengan kolaborasi non farmakologi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu

2 29/02/23 Intoleran aktivitas b.d Toleransi Aktivitas L.05047 Terapi Aktivitas I.01026
09.40 ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Observasi : - Menjelaskan informasi yang
antara suplai dan keperawatan selama 2 x 24 - Identifikasi defisit tingkat menguntungkan kepada keluarga klien
kebutuhan oksigen jam di harapkan klien dapat aktivitas
beraktivitas dengan tanpa - Monitor respon
- Memberikan pengutana terhadap klien
hambatan dengan Kriteria emosional,fisik,sosial,dan
dan keluarga
Hasil : spriritual
1)  Beraktivitas membaik (3-
5) Terapeutik - Memberikan kolaborasi terapi dengan
2)  Keseimbangan aktivitas - Fasilitasi aktivitas motorik non farmakologi jika sesuai
dan istirahat membaik (3-4) untuk merelaksasikan otot
- Libatkan keluarga dalam
aktivitas
.
Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas
IMPLEMENTASI

NO Hari/Tgl, Jam DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON PARAF


DX KEPERAWATAN
1 29/02/2023 Bersihan Jalan 1. Memonitor adanya ronchi S:-
09.00 Napas tidak Efektif O : Ronchi (+) Checyl
D.0001 S : 36,8ºC
RR: 30x/menit
N : 150x/menit
Retraksi dada (+)
2. Memberikan oksigen
09.30 S:-
O : Oksigen terpasang nasal
canul 6 liter/menit, Klien tampak
3. Memberikan nebulizer tidak nyaman saat bernapas
Ventolin pulmicort (1/2 :1/2
11.00 ), memberikan puyer batuk 1 S : Klien mengatakan sesak
bks berkurang jika saat di berikan obat
nebu
4. Melakukan fisioterapi dada O: nebulizer masuk,
klien tampak kelelahan
12.30
S:-
O : Sesak napas (+)
Dahak keluar, muntah (-)

2 29/02/2023 Intoleran aktivitas 1. Mengidentifikasi defisit tingkat S : Klien mengatakan lebih Checyl
09.10 (D.0056) aktivitas nyaman saat memiringankan
badan
O : Klien tampak berkeringat,
petugas membantu
10.00 2. Memfasilitasi aktivitas motorik mengganti/perbeden bed klien
untuk merelaksasikan otot, petugas S : klien mengatakan nyaman
memberikan terapi akupresure O ; klien tampak kooperatif
untuk relaksasi keluarga tampak antusias dengan
pengajaran
10.15
3. Menganjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif kepada S : klien mengatakan lingkungan
klien dengan banyak keluarga sangat
membantunya
O : Keluarga tampak komunikatif

1 30/02/2023 Bersihan Jalan 1. Memonitor adanya ronchi S:-


11.00 Napas tidak Efektif O : Ronchi berkurang
Checyl
D.0001 S : 37,6ºC
RR : 22x/menit
N : 153x/menit
2. Memberikan oksigen
11.00 S:-
O : oksigen terpasang nasal
canul 5 liter/menit, intermiten
3. Memberikan nebulizer
11.00 Ventolin pulmicort ( 1/2 :1/2 S:-
) O : obat nebulizer
masuk, klien tampak gelisah
4. Melakukan fisioterapi dada dan berkeringat
11.00 S:-
O : Dahak keluar sedikit
2 30/02/2023 Intoleran aktivitas 1. Memfasilitasi aktivitas motorik Checyl
13.00 (D.0056) untuk merelaksasikan otot,
petugas memberikan terapi
akupresure untuk relaksasi

2. Meliibatkan keluarga dalam


aktivitas seperti pemenuhan ADL
EVALUASI

NO Hari/Tgl DIAGNOSA
EVALU PARAF
DX Jam KEPERAWATAN
ASI
1 30/02/2023 Bersihan Jalan Napas S : - klien mengatakan batuk dan sesak napas sudah berkurang Checyl
13.00 Tidak Efektif D.0001 - klien mengatakan lelah sudah berkurang dan merasa lebih baik
ketika berkomunikasi
O:
- KU : CM
- S : 36,6ºC
- RR : 24x/menit
- N : 148x/menit
- Suara napas : Ronchi (+)
- Retraksi dada (+)
- Klien terlihat memakai nasal canul O₂5 liter/menit.
- Nebulizer ventolin : pulmicort (1: 1) masuk
A : Bersihan Jalan Napas tidak Efektif
2 30/02/2023 Intoleran Aktivitas S:
P : Lanjutkan Intervensi Checyl
13.00 (D.0056) - klien mengatakan nyeri berkurang
P1 Status pernapasan
- klien mengatakan sudah nyaman ketika beristirahat
meningkat
keluarga klien mengatakan keluhan nyeri pada klien sudah berkurang
P2 Manajemen
- keluarga mengatakanjalan napas
nafsu makan membaik dengan menghabiskan 1
porsi

O:
- klien tampak sudah bisa posisi duduk secara nyaman
- Pucat berkurang, berkeringat berkurang
- Meringis (-)

A : Intoleransi aktivitas

P : Lanjutkan Intervensi
P1 : Keseimbangan aktivitas
dan istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Akbar Asfihan (2019) Bronchopneumonia. Available at:


https://adalah.co.id/bronchopneumonia/.
Alexander & Anggraeni (2017) ‘Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia pada
Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek’, Jurnal Kedokteran.
Asmadi (2008) Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Chairunisa, Y. (2019) ‘Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan anak dengan
bronkopneumonia di rumah sakit samarinda medika citra’.

Doenges, M. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.


Dwi Hadya Jayani (2018) ‘10 Penyebab Utama Kematian Bayi di Dunia’, in Hari
Widowati (ed.). Jakarta: Katadata. Available at: ourworlddindata.org.
Eva Yuliani, Nani Nurhaeni, F. T. W. (2016) ‘Perencanaan Pulang Efektif
Meningkatkan Kemampuan Ibu Merawat Anak Dengan Pneumonia Di
Rumah’, Jurmal Keperawatan Indonesia, 19.
Fida & Maya (2012) Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D-Medika.

PDPI Lampung & Bengkulu (2017) Penyakit Bronkopneumonia. Available at:


https://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=7896.
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

----------- (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

----------- (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Price, S. (2012) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Bronchopneumonia. Jakarta:


EGC.
Ridha, N. (2014) Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

WHO (2019) Pneumonia. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/pneumonia.

Anda mungkin juga menyukai