Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK PADA GANGGUAN

SISTEM PERNAFASAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI


PUSKESMAS PAGESANGAN KOTA MATARAM

Oleh :
DANDI AZMI
012STYJ23

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAR SI MATARAM
PROGAM STUDI PROFESI NERS
2024

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi
dan pola pernapasan. Gangguan pernapasan pada bayi dan anak dapat
disebabkan oleh trauma, alergi, maupun infeksi. Infeksi yang terjadi pada
sistem pernapasan bayi dan anak disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan
karena aspirasi. Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens yaitu :
virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit atau aspirasi zat asing Pneumonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses infeksi
akut pada bronkus (biasa disebut broncho Pneumonia).
Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan
bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada. Pada umumnya
pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui
udara, dengan sumber penularan adalah penderira pneumonia yang
menyebarkan kuman dalam bentuk droplet saat batuk atau bersin. Untuk
selanjutnya kuman penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan
melalui proses inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan
langsung yaitu percikkan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk,
bersin dan berbicara langsung terhirup oleh orang disekitar penderita. Banyak
kasus yang berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian pneumonia pada
balita, baik dari aspek individu anak, orang tua (ibu), maupun lingkungan.
Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat meningkatkan resiko
terjadinyaberbagai penyakit yang salah satunya pneumonia. Rumah yang
padat penghuni, pencemaran udara dalam ruangan akibat penggunaan bahan
bakar pada (kayu bakar/arang), dan perilaku merokok dari orang tua
merupakan faktor lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan balita
terhadap pneumonia. (Ludjy, 2019).
1.2 RUMUSAN MASALAH

2
1.2.1 Bagaimana Konsep penyakit pneumonia..?
1.2.2 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pneumonia..?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyusunan Laporan pendahuluan ini di
harapkan mahasiswa dapat mengetahui Definisi, Etiologi, Klasifikasi.
Pathofisiologi, Pathway, Manifestasi, Komplikasi, Pemeriksaan
penunjang, Penatalaksanaan dan Asuhan Keperawatan pada
Pneumonia
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep penyakit diare
b. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan diare

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PENYAKIT PNEUMONIA


2.1.1 Anatomi system pernafasan

a. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di
dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,
debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
b. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas leher. Di bawah
selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga beberapa tempat terdapat
folikel getah bening. Di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang
tenggorokan) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggororkan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentuk suara, terletak di depan bagian faring

4
sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk kedalam trakea di
bawahnya. Pangkal tenggorokan yang di sebut epiglotis, yang terdiri
dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan
makanan menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulangtulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C).
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada
2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebrata torakalis IV dan V,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set
yang sama.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, oksigen
masuk ke dalam darah dan karbondioksida di keluarkan dari darah.
Paru-paru dibagi dua: paru-paru kanan, terdiri dari 2 lobus (belah
paru), lobus puimo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior.
Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari puimo
sinistra lobus superior dan lobus inferior.
2.1.2 Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan agens infeksius seperti : virus bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup

5
bronkiolus respiratori, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Suryono , 2020).

2.1.3 Etiologi Pneumonia


Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptoccuspneumonia, melalui selang infus oleh staphylococcus aureus
sedangkan pada pemakaian ventilator oleh peruginosa dan enterobacter,
dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan dan penggunaan antibiotik
yang tidak tepat. Setelah masuk keparu-paru organisme bermultiplikasi
dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahan paru, terjadi
pneumonia. (Suryono , 2020). Selain itu pneumonia dapat disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
2.1.4 Klasifikasi Pneumonia
klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi dan etiologis dan
berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal
sebagai pneumonial bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya,
disebut juga pneumonia lobularis.

6
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular.

b. Pembagian etiologis
1) Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolytikus, streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus
Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
2) Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
3) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans,
Blastornyces Dermatitides
4) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion,benda asing
5) Pneumonia Hipostatik
6) Sindrom Loeffler. (Ludjy, 2019).
c. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
1) Usia 2 bulan – 5 tahun.
a) Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang
dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu
pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih,
dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa
dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada
bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
a) Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah dan tidak ada nafas cepat. (Ludjy, 2019).

7
2.1.5 Patofisiologi Pneumonia
Paru – paru memiliki mekanisme pertahanan yang cukup kompleks
dan bertahap. Mekanisme pertahanan paru yang sudah diketahui hingga
kini, antara lain. Pneumonia disebabkan oleh masuknya partikel kecil pada
saluran napas bagian bawah. Masuknya partikel tersebut dapat
menyebabkan kerusakan paruparu karena mengandung agen penyebab
infeksi. Infeksi dapat disebarkan melalui udara ketika agen masih aktif dan
kemudian masuk ke jaringan tempat partikel tersebut dapat menyebabkan
infeksi. Jika partikel mempunyai ukuran yang sangat kecil saat terhirup,
maka partikel akan mudah masuk ke jalan napas dan alveolus. Rehidrasi
dapat menyebabkan bertambahnya ukuran partikel, sehingga dapat
menghambat pernapasan. Infeksi saluran pernapasan juga bisa disebabkan
oleh bakteri yang berada di dalam darah dari daerah lain di tubuh
menyebar ke paru-paru. Patogen umumya dikeluarkan melalui batuk yang
kemudian ditangkap oleh sistem kekebalan tubuh. Jika terlalu banyak
mikroorganisme yang lolos dari sistem kekebalan tubuh maka terjadi
aktivasi imun dan infiltrasi sel dalam sistem kekebalan tubuh. Sel tersebut
menyebabkan rusaknya selaput lendir di dalam bronki dan selaput
alveolokapiler sehingga terjadi infeksi.
2.1.6 Pathway Pneumonia

8
2.1.7 Manifestasi Pneumonia
Pneumonia bacterial (pneumokokus) secara khas diawali dengan
awitan menggil, demam yang timbul dengan cepat (39,5o sampai 40,5o),
dan nyeri dada yang tersa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas
dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas disertai
dengan pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung, dan
penggunaan otot-otot aksesori pernapasan. Pneumonia atipikal beragam
dalam gejalanya, tergantung pada organism penyebab. (Ramadhani, 2018).
Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas
(kongestinasal, sakit tenggorokan), dan awitan gejala pneumonianya
bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat
rendah, nyeri pleuritis mialgia, ruam, dan faringitis. Nadi cepat dan
berkesenambungan. Nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk
kenaikan satu derajat celcius. Pada banyak kasus pneumonia, pipi
berwarna kemerahan, warna mata menjadi lebih terang, dan bibir serta
bidang kuku sianotik. (Ramadhani, 2018).

9
Tanda-tanda klinis utama pneumonia
1. Batuk.
2. Dispnea.
3. Takipea
4. Pucat, tampilan kehitaman, atau sianosis (biasanya tanda lanjut).
5. Melemah atau kehilangan suara nafas.
6. Retaksi dinding thorak : interkostal, substernal, diafragma, atau Nafas
cuping hidung.
7. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi
didekatnya).
8. Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih
kecil).
9. Anak-anak yang lebih besar tidak Nampak sakit.
10. Demam
11. Mengigil
12. Berkeringat
13. Sakit kepala sesak nafas. (Ramadhani, 2018).
2.1.8 Pemeriksan Penunjang
a. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor,
bronchial), dapat juga meyatakan abses.
b. Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis.
c. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
d. Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
e. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
f. Spirometrik static : Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
g. Bronkostopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing. (Nurarif & Kusuma, 2015).

10
h. Pemeriksaan Radiologi : Foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrate sampai konsolidasi dengan air
broncogram, penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambar
kaviti. Gambar adanya infiltrate dari foto x-ray merupakan standar yang
memastikan diagnosis.
i. Pemeriksaan Laboratorium : Pada pemeriksaan laboratorium terdapat
peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-
kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED.
2.1.9 Komplikasi Pneumonia
komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan pneumonia adalah:
a. Efusi Pleura.
Kondisi di mana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru-paru..
b. Pleurisi
Kondisi saat pleura mengalami peradangan
c. Atelektasis
Kondisi kondisi ketika paru-paru gagal atau tidak dapat mengembang
sempurna.
d. Empiema
Kondisi ketika kumpulan nanah terbentuk di ruang pleura, yaitu area
yang terletak di antara paru-paru dan permukaan bagian dalam dinding
dada.
e. Abses paru / Paru Bernanah
Abses paru dapat ditangani dengan antibiotik, namun terkadang juga
membutuhkan tindakan medis untuk membuang nanahnya.
f. Edema pulmonary
Kondisi dimana terjadi penumpukan cairan di dalam paru-paru secara
tiba-tiba.
g. Infeksi super perikarditis

11
h. Meningitis
i. Arthritis
2.1.10 Penatalaksanaa Pneumonia
Penatalaksanaan kasus pneumonia antara lain:
a. Manajemen Umum
1) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
2) Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
3) Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia
pasti; pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas
dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
4) Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika
masalah sekunder seperti empiema terjadi.
c. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena
hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine,
rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin,
derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia. (Ludjy, 2019).
2.1.11 Pendidikan Kesehatan Pada Anak Pneumonia
a. Ajarkan pada orang tua tentang prmbrtiaan obat.
1) Dosis, rute dan waktu yang cocok dan menyelesaikan dosis
selanjutnya
2) Efek samping
3) Respon anak
b. Berikan informasi pada orang tua tentang cara-cara pengendalian
infeksi serta cara pencegahannya.

12
1) Hindari pemajanan kontak infeksius
2) Ikuti jadwal imunasasi. (Ludjy, 2019).
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
TB/BB, alamat. Pada kasus pneumonia banyak terjadi pada :
Jenis kelamin : Paling banyak menderita pneumonia yaitu laki- laki
tapi tidak menutup kemungkinan perempuan.
Umur : Usia yang paling rentang terkena pneumonia yaitu usia tua
(lanjut usia) dan anak-anak. (Ramadhani, 2018)
b. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat Kesehatan Sekarang.
Gejala saat ini dan durasinya : adanya sesak nafas atau
kesulitan bernafas, nyeri dada dan kaitan nyeri dengan pernapasan:
batuk, produktif atau tidak produktif, warna, konsistensi sputum,:
gejala lain: kesakitan pernapasan atas saat ini atau kesakitan akut
lain; penyakit kronik seperti DM, PPOK, atau penyakit jantung;
medikasi saat ini; alergi obat.
2) Riwayat kesehatan dahulu.
Dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang
berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin
dapat dipengaruhi atau memengaruhi penyakit yang diderita klien
saat ini.
3) Riwayat Kesehatan keluarga.
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan
kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan alergi
dalam satu keluarga,penyakit yang menular akibat kontak langsung
antara anggota keluarga. (Ramadhani, 2018)

13
c. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan umum
Yaitu penampilan klien dimulai pada saat mempersiapkan klien
untuk pemeriksaan.
2) Kesadaran.
Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu
kualitatif dan kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain
yaitu composmentis mempunyai arti mengalami kesadaran penuh
dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan, apatis yaitu mengalami acuh tak acuh terhadap
lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami kesadaran yang
lebih rendah dengan ditandai tampak mengantuk bahwa untuk,
sopor mempunyai arti bahwa klien memberikan respon dengan
rangsangan yang kuat dan refleks pupil terhadap cahaya tidak ada.
sedangkan penilaian kesadaran terhadap kuantitatif dapat diukur
melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale dengan aspek
membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan respons motorik
yaitu nilai 6.
3) Tanda-Tanda Vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin
dilakukan dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling
sering dilakukan adalah pengukuran suhu, dan frekuensi pernafasan
(Mutaqqin, 2010). Pada pasien pneumonia biasanya mengalami
demam suhu diatas 370c, pernapasan cepat (Tachypnea).
4) Kepala.
a) Rambut
Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe tidak ada,
pertumbuhan rambut jarang, warna rambut hitam, kekuatan rambut:
mudah dicabu atau tidak, dan tidak ada pembengkakan atau tidak
ada nyeri tekan.

14
b) Mata
Kebersihan mata: mata tanpak bersih, gangguan pada mata:
mata berfungsi dengan baik, pemeriksaan konjungtiva: anemis
atau ananemis, sclera biasanya putih, pupil: isokor atau anisokor
dan kesimetrisan mata: mata simetris kiri dan kanan dan ada atau
tidaknya massa atau nyeri tekan pada mata.
c) Telinga
Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan baik, bentuk
telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga.
d) Hidung
Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan hidung,
nyeri sinus, polip, fungsi pembauan dan apakah menggunakan otot
bantu pernapasan.
e) Mulut dan Gigi
Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya sputum
saat batuk atau tidak, keadaan bibir, keadaan platum, kelengkapan
gigi, dan kebersihan gigi.

5) Leher.
Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher; terbatas atau
tidak, ada atau tidak pembesaran kelenjer thyroid, ada atau tidaknya
pembesaran vena juguralis dan kelenjer getah bening.
6) Thorak
a) Paru-paru
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada, frekuensi napas
cepat (tachipnea), irama, kedalamannya pernapasan
cuping hidung,
Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar kiri dan
kanan.

15
Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan sangat kasar
terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi).
Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya jaringan yang
lebih padat atau konsolidasi paru- paru seperti
pneumonia.
b) Jantung
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis tampak atau
tidak.
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa (pembengkakan) dan
ada atau tidaknya nyeri tekan. Perkusi : Perkusi jantung
pekak (adanya suara perkusi jaringan yang padat seperti
pada daerah jantung).
Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara jantung II
(terdengar bunyi lub dub lub dub) dalam rentang
normal
7) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada atau tidaknya
lesi, ada atau tidaknya stretch mark.
Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5- 30 x/ menit).
Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi cairan).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pemberasan hepar.
8) Punggung
Tidak ada kelaina bentuk punggung, tidak ada terdapat luka pada
punggung.
9) Estremitas
a) Atas : terpasang infuse, apa ada kelemahan atau tidak pada
ekstremitas atas.
b) Bawah: ada atau tidaknya gangguna terhadap ekstremitas bawah
seperti : kelemahan.
10) Genetalia

16
Terpasang kateter atau tidak.
11) Integument.
Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.
2.2.2 Analisa data
No Data Etiologi Problem
1. Gejala dan tanda mayor Hipersekresi jalan Bersihan
1. Data Subyektif napas jalan napas
(tidak tersedia) tidak efektif
2. Data Obyektif
 Batuk tidak efektif Sekresi yang tetahan
 Tidak mampu batuk
 Sputum berlebih
 Mengi, wheezing,
dan atau ronkhi
kering
 Mekonium dijalan
pernapasan
Gejala dan tanda minor
1. Data Subyektif
 Dispnea
 Sulit bicara
 Ortopnea
2. Data Obyektif
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi napas
menurun
 Frekuensi naps
berubah
 Pola napas berubah
2. . Gejala dan tanda mayor 1. Kurangnya Defoicit
Subjektif penegetahuan pengetahuan
 Menanyakan
masalah yang 2. Kurang terpapar
dihadapi informasi
Objektif
 Menunjukkan
perilaku yang
tidak sesuai
anjuran
 Menunjukkan

17
presepsi yang
keliru terhadap
masalah
Gejala dan tanda minor
Objektif
 Menjalani
pemeriksaan yzng
tidak depat
 Menunjukkan
perilaku berlebihan.

2.2.3 Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea: ansietas,
posisi tubuh, deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan
hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak
mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara penularan, factor
resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara pencegahanny.
2.2.4 Intervensi.
No Dx Tujuan dan Intervensi (SIKI) paraf
Kriteria Hasil
(SLKI)
1 Bersihan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
jalan napas intervensi selama (1.01011)
tidak efektif 3×24 jam Observasi
diharapkan
a. Monitor pola napas (frekuensi,
bersihan jalan
kedalaman, usaha napas)
napas meningkat
b. Monitor bunyi napas tambahan
dengan kriteria
(mis. gurgling, mengi,
hasil:
wheezing, ronkhi kering)
a. Frekuensi
c. Monitor sputum (jumlah,
napas
warna, aroma)
membaik
Terapeutik
b. Pola napas
membaik a. Pertahankan kepatenan jalan
c. Tidak ada napas dengan head-tilt dan
wheezing chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
b. Posisikan semi-Fowler atau

18
Fowler
c. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
d. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
e. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
f. Berikan oksigen, jika perlu
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2 Deficit Setelah Deficit penegetahua ( D.0111)


pengetahuan dilakukan Observasi
tindakana a. Identifikasi kesiapan dan
keperawatan kemampuan menerima
2x24 jam di informasi
harapkan b. Identifikasi factor-faktor
pengetahuan yang dapat meningkatkan
meningkat dan menurunkan motivasi
dengan kriteria perilaku hidup bersih dan
hasil: sehat.
a. Perilak Teraupetik
u sesuai a. Sediakan materi dan media
anjuran pendidikan kesehatan
mening b. Jadwalkan pendidikan
kat kesehatan sesuia kesepakatan
b. Perilak c. Berikan kesempatan untuk
u sesuai bertanya
dengan Edukasi
pengeta a. Jelaskan faktor resiko yang
huan dapat mempengaruhi
mening kesehatan
kat b. Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
c. Ajarkan startegi yang dapat
digunakan unutk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.

19
2.2.5 Implementasi
Setelah rencana tindakan disusun maka untuk selanjutnya adalah
pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah di susun tersebut. Dalam pelaksanaan
implementasi maka perawat dapat melakukan observasi atau dapat
mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang akan
kita lakukan.
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi
dilakukan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif,
analisa dan planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana
keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Peumonia adalah Suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru yang di sebabkan oleh agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi) maupun benda asing.
Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan
bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada. Pada umumnya
pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara,
dengan sumber penularan adalah penderira pneumonia yang menyebarkan kuman
dalam bentuk droplet saat batuk atau bersin.
Dari masalah yang diatas maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan
perawat untuk penyakit pneumonia adalah perawat menjadi educator, membantu
orangtua untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada

20
anaknya, dengan cara memberikan penjelasan tentang gejala pada penyakit
pneumonia, serta tindakan-tindakan yang diberikan dan menghindari faktor resiko
dari penyakit pneumonia agar tidakmengalami pneumonia berulang, sehingga
terjadi perubahan prilaku dari orangtua klien setelah dilakukan pemberian
pendidikan kesehatan.
3.2 SARAN
Semoga dengan membaca makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca dan penulis, jika di makalah ini banyak salah dan
kekeliruan di harapakan bagi pembaca dan yang yang akan membuat laporan
pendahuluan pneumonia agar bisa memperbaikinya sehingga menjadi laporan
pendahuluan yang lengkapa dam mudah di pahami oleh penulis maupun pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

LUDJY, Y. A. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R.F DENGAN


PNEUMONIA DI RUANGAN KENANGA RSUD Prof. Dr. W.Z JOHANNES
KUPANG.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intarvensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI
RAMADHANI, P. (2018). SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
PADANG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. B DENGAN

21
PNEUMONIA DI RUNGAN RAWAT INAP PARU RSUD Dr.
ACHMADMOCHTAR BUKIT TINGGI.

SURYONO, S. (2020). ASUHAN KEPERAWTAN PADA An. H USIA 5 TAHUN


DENGAN PNEUMONIA DI RUNGAN IRNA C RSUD KOTA DUMAI.

22

Anda mungkin juga menyukai