Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

(Pneumonia)
Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Laboratorium Klinik Keperawatan ( PLKK )
Di RSUD Genteng Ruang Anak Program Studi S1 Keperawatan

Di susun oleh :
Najib Ali Bayu Negara (202102030)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi


Program Studi S1 Keperawatan
Banyuwangi

Januari 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Oleh : Najib Ali Bayu Negara


Prodi : S1 Keperawatan
Laporan Pendahuluan :

Berdasarkan hasil bimbingan dari pembimbing, sejak tanggal 1 Januari 2024 di Banyuwangi.
Disahkan pada tanggal ... Januari 2024

Banyuwangi, Januari 2024


Mahasiswa/i

(......................................)

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(..................................) (......................................)
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Najib Ali Bayu Negara


NIM : 2021.02.030
Prodi : S1 Keperawatan
Judul : Pneumonia

No. Hari, Tanggal Pembimbing Perbaikan Paraf


BAB I
1.1 Definisi
Pneumonia adalah suatu peradangan akut di parenkim paru yang
disebabkan oleh infeksi patogen (bakteri, virus, jamur dan parasit),
namun tidak termasuk Mycobacterium tuberculosis (jdih.kemkes.go.id, 2023).
peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran
pernafasan bawah akut dimana asinus terisi dengan cairan radang yang ditandai
dengan batuk dan disertai nafas cepat yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan
mycoplasma(fungi) (Gupta, 2019).
Pneumonia bukanlah penyakit tunggal melainkan dapat terjadi karena
bermacam-macam penyebab dan diketahui adanya sumber infeksi. Sumber utama
infeksi adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur, dan berbagai senyawa kimia
maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur namun manifestasi
klinik terparah sering terjadi pada anak dan penderita penyakit kronis (Ii, 2014).
1.2 Anatomi Fisiologi
1.2.1 Anatomi

Sistem pernapasan termasuk hidung, rongga hidung dan sinus, faring,


laring (kotak suara),trakea (tenggorokan ), dan saluran-saluran yang lebih
kecil yang mengarah ke pertukaran gas di permukaan paru-paru. Saluran
pernapasan terdiri dari saluran udara yang membawa udara dari dan
kepermukaan tersebut.
Saluran pernapasan dapat dibagi menjadi bagian konduksi dan bagian
pernapasan. Bagian konduksi terdapat dari jalan masuk udara dihidung ke
rongga hidung ke bronkiolus terkecil dari paru-paru. Bagian pernapasan
termasuk saluran bronkiolus pernapasan dan kantung udara halus, atau alveoli
( al - VE ), di mana terjadi pertukaran gas. Sistem pernapasan termasuk
saluran pernapasan dan jaringan terkait, organ, dan struktur pendukung.
Saluran-saluran kecil ini menyesuaikan kondisi udara dengan menyaring,
pemanasan, dan melembabkan itu, sehingga melindungi bagian konduksi yang
peka dan melindungi pertukaran sistem pernapasan bawah dari partikel-
partikel, patogen, dan lingkungan ekstrem (Fernandez, 2018).
1.2.2 Fisiologi
a Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2
lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya
terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring dan
menghangatkan udara
b Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring
pada waktu menelan makanan.
c Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke
dalam trakea di bawahnya.
d Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-
20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam
diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-
sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
e Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah
pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.
f Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung-gelembung hawa (alveoli).
Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 meter persegi,
pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi menurut (Gupta, 2019):
a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau loburis.
2) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan repirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrast paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan factor lingkungan :
1) Pneumonia komunitas
2) Pneumonia nosokomial
3) Pneumonia rekurens
4) Pneumonia aspirasi
5) Pneumonia pada gangguan imun
6) Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis :
1) Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenal parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan
dan jarang disertai konsolidasi paru.
2) Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumonia atau Legionella.
1.4 Etiologi
Penyebab pneumonia menurut (Gupta, 2019) adalah:
a. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organism gram
positif: Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negative seperti Haemophilus influenza, Klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b. Virus Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplamosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
1.5 Patofisiologi
Bakteri terhisap keparu perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi
jaringan berupa edema yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman.
Bagian paru yang terkena mengalami konsilidasi yaitu terjadinya
serbukan sel PMNs (Polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di
alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium
hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke
permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMNs di alveoli dan proses
peningktan jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta
menghilangnya kuman dan debris (Smith et al., 2017).
Pneumonia bakteri menyerang baik ventilasi maupun difusi, suaru rekasi
infalamsi yang dilakukan oleh pnemokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan
eksudat yang menggangu gerakan dan difusi oksigen dan karbondioksida. Sel-sel
darah putih kebayakan neutrofil juga berimigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi
ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mengalami ventilasi yang
cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi parsial
bronchi atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tekanan oksigen alveolar.
Darah vena yang memasuki patu lewat melalui area yang kurang terventilasi dan
keluar kesisi jantung. Pencampuran darah yang teroksigen ini mengakibatkan
hipoksemia arterial.
Patway

Bakteri Virus Jamur Protozoa

Masuk kejaringan
paru

Infeksi saluran nafas


bagian bawah
Reaksi radang pada
bronkus dan alveolus
Peningkatan produksi
Reaksi PNMs
sekret

Eksudat
Pneumonia
Akumulasi sekret

Gangguan difusi
Obstruksi jalan nafas
Rangsangan batuk
Gangguan
pertukaran gas
Gangguan ventilasi
Nyeri pleuritik

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
Nyeri akut

Pola nafas tidak


efektif
1.6 Manifestasi Klinis
Sebagian besar Gambaran klinis pneumonia anak-balita berkisar antara ringan
sampai sedang hingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil berupa penyakit
berat mengancam kehidupan dan perlu rawat-inap. Secara umum gambaran klinis
pneumonia diklasifikasi menjadi 2 kelompok yaitu :
a. Gejala umum : Demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan kurang, gejala
gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare.
b. Gejala respiratorik : Batuk, napas cepat (tachypnoe / fast breathing), napas
sesak (retraksi dada/chest indrawing), napas cuping hidung, air hunger dan
sianosis.
Hipoksia merupakan tanda klinis pneumonia berat. Anak pneumonia dengan
hipoksemia 5 kali lebih sering meninggal dibandingkan dengan pneumonia tanpa
hipoksemia (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

1.7 Komplikasi
Komplikasi menurut (Plutzer, 2021) adalah:
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar.
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
1.8 Penatalaksanaan
Penanganan pneumonia dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non
farmakologi
a. Farmakologi dengan menggunakan obat-obatan:
1) Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.
2) Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.
3) Sefatoksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian.
4) Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
b. Non Farmakologi
1) Postural drainase
Postural drainase adalah tindakan keperawatan dengan perkusi untuk
melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan
pengaruh gravitasi postural drainase atau fisiotrapi dada dapat membantu
perbaikan frekuensi napas pada anak yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi, area yang dipilih untuk postural drainase
berdasarkan pada pengetahuan atau kondisi klien dan proses penyakitnya
pemeriksa rontgen dada.
2) Nebulizer
Nebulizer adalah suatu alat yang dapat mengubah obat dalam bentuk
cairan menjadi uap atau aerosol agar dapat dihirup. Jenis nebulizer sangat
mempengaruhi efisiensi aerosol selama mekanik ventilasi. Bentuk nebulizer
yang paling sering digunakan adalah jet nebulizer.
3) Thotacic Expansion Exercise (TEE)
Thoracic Expansion Exercise (TEE) pada penderita pneumonia dapat
meningkatkan mobilisasi sangkar tongkar dengan cara penekanan pada
torak saat inspirasi maksimal. Thoracic Expansion Exercise (TEE)dapat
dilakukan dengan berbaring atau duduk bersandar. Terapis menekan torak
pasien di sisi kanan dan kiri dengan kedua tangannya saat pasien menarik
napas maksimal kemudian menghembuskan napas perlahan.

1.9 Pemeriksaan Diagnostik


a. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar
X dada mungkin bersih.
b. Glukosa darah acak (GDA)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan
penyakit paru yang ada.
c. Jumlah darah leukosittosis (JDL)
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi
fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada, bakteri yang umum diplococcus
pneumonia, stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus,
Cytomegalovirus (CMV).
e. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
f. Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin meningkat dan
komplain menurun, mungkin terjadi perembesan.
BAB II
2.1 Konsep Askep
2.1.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data
secara subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode
anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut
Nurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan adalah:
a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak
produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk
produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau-
hiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali berbau
busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya
keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi
pernapasan, dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah
menderita penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir
sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi
terhadap beberapa obat, makanan, udara, debu.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa
somnolen
3) Tanda-tand vital:
- TD: biasanya normal
- Nadi: takikardi
- RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
- Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan Mata: konjungtiva nisa anemis
5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung Paru:
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada
daerah yang terkena.
- Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi,
kelemahan
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang akan muncul pada kasus Pneumonia dengan menggunakan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dalam Tim Pokja SDKI DPP PPNI
(2017) yaitu:
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)
b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
c. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)
d. Nyeri Akut (D.0077)
2.1.3 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Luaran Intervensi
.
1. (D.0001) Bersihan L.01004 Pola napas I.01011 Manajemen
Jalan Nafas Tidak Setelah dilakukan Jalan Nafas
Efektif b.d sekresi tindakan keperawatan Observasi:
yang tertahan 2x24 jam diharapkan -Monitor bunyi nafas
inspirasi dan ekspirasi tambahan
yang tidak -Monitor frekuensi,
memberikan ventilasi irama, kedalaman dan
adekuat membaik. upaya napas
Dengan kriteria hasil : -Monitor adanya
a) Dispnea menurun produksi sputum
b) Penggunaan otot Terapeutik:
bantu nafas menurun -Pertahankan kepatenan
c) Frekuensi nafas jalan nafas
membaik -Posisikan semi fowler
d) Kedalaman nafas atau fowler
membaik -Berikan minuman
hangat
-Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:
-Ajarkan teknik batuk
efektif Kolaborasi
Kolaborasi:
-pemberian
bronkodilator, jika perlu

I.01014 Pemantauan
Respirasi
Observasi:
-Monitor pola nafas,
monitor saturasi oksigen
-Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
upaya napas
-Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
-Monitor adanya
produksi sputum
-Monitor kemampuan
batuk efektif
-Monitor hasil X-Ray
thoraks
Terapeutik:
-Atur Interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Edukasi:
-Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
-Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. (D.0003) Gangguan L.01003 Pertukaran I.01014 Pemantauan
Pertukaran Gas b.d gas Respirasi
Perubahan Membran Setelah dilakukan Observasi:
Alveolus-Kapiler tindakan Keperawatan -Monitor pola nafas,
2 x 24 jam diharapkan monitor saturasi oksigen
karbondioksida pada -Monitor frekuensi,
membrane alveolus- irama, kedalaman dan
kapiler dalam batas upaya napas
normal dengankriteria -Monitor adanya
hasil : sumbatan jalan nafas
a) Tingkat kesadaran Terapeutik:
meningkat -Atur Interval
b) Dispneu menurun pemantauan respirasi
c) Bunyi nafas sesuai kondisi pasien
tambahan menurun Edukasi:
d) Sianosis membaik -Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
-Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

I.01026 Terapi Oksigen


Observasi:
-Monitor kecepatan
aliran oksigen
-Monitor posisi alat
terapi oksigen
-Monitor tanda-tanda
ketidakefektifan
ventilasi
-Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
-Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan
trakea, jika perlu
-Pertahankan kepatenan
jalan napas
-Berikan oksigen jika
perlu
Kolaborasi:
-Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
3. (D.0005) Pola Nafas L.01004 Pola nafas I.01014 Pemantauan
Tidak Efektif b.d Setelah dilakukan Respirasi
Hambatan Upaya tindakan keperawatan Observasi:
Nafas 2x24 jam diharapkan -Monitor pola nafas,
inspirasi dan ekspirasi monitor saturasi oksigen
yang tidak -Monitor frekuensi,
memberikan ventilasi irama, kedalaman dan
adekuat membaik. upaya napas
Dengan kriteria hasil : -Monitor adanya
a) Dispnea menurun sumbatan jalan nafas
b) Penggunaan otot -Monitor adanya
bantu nafas menurun produksi sputum
c) Frekuensi nafas -Monitor kemampuan
membaik batuk efektif
d) Kedalaman nafas -Monitor hasil X-Ray
membaik thoraks
Terapeutik:
-Atur Interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Edukasi:
-Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
-Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

I.01011 Manajemen
Jalan Nafas
Observasi:
-Monitor bunyi nafas
tambahan
-Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
upaya napas
-Monitor adanya
produksi sputum
Terapeutik:
-Pertahankan kepatenan
jalan nafas
-Posisikan semi fowler
atau fowler
-Berikan minuman
hangat
-Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:
-Ajarkan teknik batuk
efektif Kolaborasi:
-Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu
4. (D.0077) Nyeri akut (L.08066) Tingkat (I08238) Manajemen
berhubungan dengan nyeri nyeri
agen pencedera Setelah dilakukan Observasi:
fisiologis tindakan asuhan -Identifikasi lokasi,
keperawatan selama 2 karakteristik, durasi,
x 24 jam diharapkan frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri menurun intensitas nyeri.
dengan kriteria hasil: -Identifikasi skala nyeri.
-Keluhan nyeri -Identifikasi respons
menurun nyeri non verbal.
-Meringis menurun -Identifikasi faktor yang
-Gelisah menurun memperberat dan
-Kesulitan tidur memperingan nyeri.
menurun Terapeutik:
-Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
-Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi:
-Jelaskan strategi
meredakan nyeri
-Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
-Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2.1.4 Implementasi
implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi menuangkan rencana asuhan
kedalam tindakan, setelah intervensi di kembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan tindakan keperawatan
spesifik yang mencangkup tindakan perawat dan tindakan dokter.
2.1.5 Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan yaitu dengan mengukur
respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah
pencapaian tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk
mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
ketersediaan atau pengembangan sumber eksternal.
DAFATAR PUSTAKA
Fernandez, G. J. (2018). Tinjauan Kepustakaan Sistem Pernapasan - Universitas Udayana.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Gupta, R. A. (2019). Hubungan Kebiasaan Merokok Orang Tua Dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita Di Rsud Wangaya Tahun 2019. [Journal of Psychology], Desember, 5–24.
Ii, B. A. B. (2014). Epidemi brokopneumoni. 8–26.
jdih.kemkes.go.id. (2023). 1–65.
Plutzer, M. B. B. and E. (2021). No. Title. 6.
Smith, V., Devane, D., Begley, C. M., Clarke, M., Penelitian, B. M., Surahman, Rachmat,
M., Supardi, S., Saputra, R., NURYADI, TUTUT DEWI ASTUTI, ENDANG SRI
UTAMI, MARTINUS BUDIANTARA, Sastroasmoro, S., Çelik, A., Yaman, H., Turan,
S., Kara, A., Kara, F., … Hastono, S. P. (2017). No Title. Journal of Materials
Processing Technology,1(1),1–8.
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://
doi.org/10.1016/j.matlet.2019.04.024%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.doi.o

Anda mungkin juga menyukai