Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

RUANG LAKITAN 1.3

DISUSUN OLEH :

RIVANSYAH

(0406482242732)

DOSEN PEMBIMBING:

NS. ZIKRAN, M.KEP

PROGRAM PROFESI NERS

BAGIAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2024
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

Nama: Rivansyah

Pneumonia

1. Definisi
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus
(alveoli) – yaitu organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer –
mengalami peradangan dan terisi oleh cairan (Shaleh, 2013).
Pneumonia adalah kondisi peradangan parenkim paru dimana asinus terisi
dengan cairan sel radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam
dinding alveoli dan rongga intersitium. Pneumonia merupakan proses infeksi
akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) (Sarnianto, 2023).

2. Etiologi
Ramelina dan Sari (2022) menuliskan etiologi dari pneumonia yakni bakteri virus
serta jamur. Dalam bakteri terbagi anatara tipikal organisme serta atipikal organisme.
Pada tipikal organisme dibagi 2 yakni bakteri gram positif serta gram negatif.
A. Bakteri gram positif:
a) Streptococcus pneumoniae
b) Staphylococcus aureus
c) Enterococcus
B. Bakteri gram negatif:
a) Pseudomonas aureginosa
b) Klebsiella pneumoniae
c) Haemophilus influenza
C. Antipikal orgasme:
a) Mycoplasma sp.,
b) Chlamydia sp.,
c) Legionella sp.
D. Virus:
a) Cytomegali virus
b) Herpes simplex virus
c) Varicella zoster virus
E. Jamur:
a) Candida p.,
b) Aspergillus sp.,
c) Srytococcus neoformans.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

3. Patofisiologi

Gejala-gejala yang berhubungan dengan infeksi pneumonia disebabkan oleh


mikroorganisme yang menyerang paru-paru dan respons sistem kekebalan tubuh terhadap
infeksi. Penyebab utama pneumonia meliputi virus dan bakteri (Nugroho et al., 2021).

a) Virus

Virus menyerang sel guna bereproduksi. Biasanya, virus masuk ke


dalam paru-paru melalui droplet udara yang terhirup melewati mulut serta
hidung. Sesudah masuk, virus merusak jalan napas serta alveoli, yang
dapat menyebabkan kematian sel.

b) Bakteri
Bakteri dapat masuk ke paru-paru melalui droplet udara yang di
hirup atau melewati saluran darah ketika terdapat infeksi pada bagiannya
tubuh yang lainnya dari tubuh. Bakteri sering hidup pada bagian terhadap
saluran nafas hidung, mulut serta sinus, dan dengan mudah masuk ke
alveoli sesudah dihirup.

4. Tanda dan gejala


Pneumonia dapat memiliki tanda dan gejala dari ringan hingga berat (Sainal et al.,
2022). Umumnya tanda dan gejala pada pasien pneumonia adalah demam, batuk disertai
dahak atau lendir, berkeringat atau kedinginan, sesak napas, nyeri dada saat bernapas atau
batuk, tidak nafsu makan, mual, muntah, dan sakit kepala (Castiello & Normandin,
2021). Selain itu, pada pasien pneumonia juga terdapat ronkhi dan gambaran infiltrat
pada rontgen toraks.

5. Diagnosa Medis
Cara diagnosis pneumonia tergantung pada jenis pneumonia dan tingkat
keparahannya. Beberapa tes yang dapat dilakukan untuk membantu mendiagnosis
pneumonia adalah:
1) Dokter akan memeriksa gejala dan tanda-tanda pneumonia, seperti denyut nadi,
frekuensi napas, dan suhu tubuh
2) Melalui Rontgen dada, tes ini dapat membantu dokter melihat apakah ada
perubahan dalam paru-paru yang menunjukkan pneumonia
3) Tes darah dapat membantu dokter melihat apakah ada infeksi di tubuh
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

4) Melalui Sputum test, yaitu mengambil sampel dahak dari paru-paru dan menguji
apakah terdapat bakteri atau jamur penyebab infeksi
5) Melalui CT scan, dapat membantu dokter melihat perubahan dalam paru-paru
yang lebih detail dibandingkan dengan rontgen dada

Setelah diagnosis pneumonia ditegakkan, dokter akan memulai pengobatan yang sesuai
dengan penyebab pneumonia dan tingkat keparahannya.

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan penunjang yang menjadi “gold standard” dalam penegakkan
diagnosis pneumonia adalah pemeriksaan radiologi. Pola radiologis dapat berupa
gambaran air bronchogram (airspace disease).
2) Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah rutin, analisis gas darah,
biomarker inflamasi dan infeksi sistemik, pewarnaan Gram sputum, kultur darah
dan sputum, serta uji serologi (Julianti, 2023).

7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan utama adalah antibiotik yang sesuai dan pengobatan suportif yakni
cairan intravena, terapi oksigen, elektrolit, dan analgetik/antipiretik guna mengobati
demam serta nyeri (Natasya, 2022).

8. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Latihan batuk efektif
2) Postural drainase
3) Atur posisi semi-fowler
4) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
5) Memberikan oksigenasi
6) Memberikan minum hangat
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

9. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari pneumonia yaitu:
1) Bakteremia
Merupakan komplikasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Kondisi ini terjadi saat bakteri penyebab pneumonia masuk ke dalam
aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain.

2) Abses Paru
Penumpukan nanah pada rongga paru-paru yang ditandai dengan berbagai
gejala, seperti batuk berdahak dengan bau yang busuk atau batuk berdarah,
demam tinggi, bau mulut, nyeri dada, sesak napas, berkeringat di malam
hari, penurunan berat badan, hingga kelelahan.

3) Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan penumpukan cairan pada ruang antara selaput
yang menyelimuti paru-paru dan selaput yang menyelimuti dinding dalam
rongga dada.

4) Gagal Napas
Gagal napas adalah suatu kondisi yang terjadi saat paru-paru sudah tidak
dapat bekerja dengan baik, sehingga asupan oksigen ke dalam tubuh
berkurang, sedangkan karbondioksida melimpah.

5) Gagal Ginjal
Gagal ginjal ditandai dengan beragam gejala, seperti pembengkakan pada
tungkai dan kaki, buang air kecil menjadi lebih jarang dan sedikit-sedikit,
napas pendek, mual, serta lemas.

10. Prognosis

Prognosis pneumonia aspirasi tergantung dari penyakit yang mendasari terjadinya


aspirasi, derajat keparahan, ada tidaknya komplikasi, dan riwayat kesehatan
pasien.Prognosis pasien pneumonia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada pasien tanpa
komorbid umumnya memiliki prognosis yang sangat baik. Akan tetapi, pada pasien
dengan faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi penyakit pasien seperti usia tua,
penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), imunokompromais seperti
human immunodeficiency virus (HIV), infeksi gram negatif seperti Klebsiella,
Pseudomonas, serta komorbid lainnya dapat memiliki outcome yang lebih buruk.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

11. Pathway
( Sumber: Nugroho et al (2021) dan SDKI (2018) )
Virus Bakteri Mikoplasma Jamur
(mirip bakteri)

Masuk Saluran

Pernapasan

Paru-paru

Bronkus & alveoli

Batuk
Menggangu Kerja
Makrofag
Penekan Diafragma

Infeksi
Tekanan Intra
abdomen
Peradangan atau
inflamasi
Saraf Pusat

Pneumonia
Anoreksia

Produksi Sekret Sesak napas Nutrisi berkurang

Peningkatan Metabolisme
Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif
Pola Napas Tidak
Efektif Resiko Defisit Nutrisi
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

1. Diagnosa keperawatan
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
dibuktikan dengan tanda dan gejala
3) Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme

2. Perencanaan: tujuan, intervensi dan rasional


a. Pola napas tidak efektif (D.0005, SDKI (2018)
a. Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan sealam 3 x 24 jam
diharapkan pola napas membaik dengan kriteria hasil : dispneu menurun,
penggunaan otot bantu napas menurun, frekuensi napas membaik,
kedalaman napas membaik (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

b. Intervensi

1. Pemantauan Respirasi (I.01014, SIKI (2018))

- Observasi

a) Monitor pola napas

Rasional : untuk memonitor pola napas

b) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya


napas

Rasional : untuk mengetahui frekuensi, irama,


kedalaman dan upaya napas pada pasien

c) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi


pasien

Rasional : Untuk mengetahui respirasi pernapasan


pasien setiap waktu yang dibutuhkan
LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

b. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001, SDKI (2018) )


a. Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3 x 24 maka bersihan
jalan napas meningkat dengan kriteria hasil : batuk efektif meningkat,
produksi sputum menurun, mengi menurun dan wheezing menurun(Tim
Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

b. Intervensi
1. Manajemen Jalan Napas (I.01011, SIKI (2018) )
- Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas).
Rasional: untuk memonitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha napas).
b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering)
Rasional: Untuk memonitor bunyi napas
tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
- Terapeutik
a) Posisikan semi-fowler atau fowler
Rasional: Untuk mengurangi rasa sesak pada
pasien.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

b) Berikan minum hangat


Rasional: untuk membantu mengeluarkan
penumpukan seputum dan memberikan rasa
lega ditenggorokan.
c) Berikan oksigen
Rasional: unuk membantu mengembalikan
saturasi okesigen pasien agar kembali norml.
- Edukasi
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional: untuk mengajarkan teknik batuk efektif
yang bertujuan membantu pengeluaran sputum.
- Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
dan mukolitik
Rasional: untuk membantu meredakan sesak dengan
cepat dan mengencerkan dahak yang kental.
c. Risiko Defisit Nutrisi (D.0032, SDKI (2018) )
a. Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3 x 24 maka status
nutrisi membaik dengan kriteria hasil : porsi makanan yang dihabiskan
meningkat, indeks massa tubuh (IMT) dan berat badan membaik (Tim
Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

b. Intervensi
1. Manajemen Nutrisi (I. 03119, SIKI (2018) )
- Observasi
a) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

Rasional: untuk mengidentifikasi alergi dan


intoleransi makanan.
b) Monitor asupan makanan
Rasional: untuk memonitor asupan makanan.
c) Monitor berat badan
Rasional: untuk memonitor berat badan.
- Terapeutik
a) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi.
Rasional: untuk mencegah konstipasi.
b) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Rasional: untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
pasien.
- Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk
Rasional: untuk mencegah pasien tersedak saat
makan
- Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri, antiemetik)
Rasional: untuk mencegah pasien merasa mual saat
makan.
LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

Daftar Pustaka

Castiello, L., & Normandin, B. (2021). Everything You Need To Know About Pneumonia.

Darden, D. B., et al. (2020). The Clinical Presentastion and Immunology of Viral Pneumonia and
Implication for Management of Coronavirus Disease 2019. Critical care explorations,
2(4), e0109.

Julianti, D. A., Sangging, P. R. A., & Pardilawati, C. Y. (2023). Aspek Pemeriksaan


Laboratorium pada Pasien Pneumonia. Medical Profession Journal of Lampung, 13(2),
147-152.

Natasya, F. A. (2022). Tatalaksana Pneumonia. Jurnal Medika Hutama, 03(02).

Nugroho, B., Puspaningrum, E. Y., Korespondensi, P., Paru-paru, C., Network, C. N., dan
Learning, E. (2021). Kinerja Metode CNN Untuk Klasifikasi Pneumonia Dengan Variasi
Ukuran Citra Input Perfomance Of CNN Method For Pneumonia Classification. 8(3),
533–538. https://doi.org/10.25126/jtiik.202184515.

PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,


Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Sainal, A. A., Annashr, N. N., Nopianto, Sukmawati, Murni, N. S., Nurnainah, Weraman, P.,
Muslimin, D., Prasetyanto, D., & Hasyim, H. (2022). Pengendalian Penyakit Di
Indonesia. PT Global Eksekutif Teknologi.

Sarnianto, P., & Andayani, N. (2023). Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Pneumonia Anak
Berdasarkan Clinical Pathway Di RSUD Kabupaten Tangerang. Jurnal Mandala
Pharmacon Indonesia, 9(2), 604-612.

Anda mungkin juga menyukai