Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan
penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya.
Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada
saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian
besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai
akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa
menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia
dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu
penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk,
2007, Hal  76-78)

Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA


(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan
agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan
penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program
P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:

Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan – Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ).
Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya
penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini
antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis.
Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program
ini. Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi,
tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-
negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per

1
tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka
kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,dahak
berwarna kehijauan atau seperti karet,serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan ke
Kepadatan pada bagian paru terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru
terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk
oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus
atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah
streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus
misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah makalah ini adalah:

1. Apa definisi penyakit pneumonia pada anak?


2. Apa etiologi penyakit pneumonia pada anak?
3. Bagaimana patofisiologi dan pathway penyakit pneumonia pada anak?
4. Bagaimana manifestasi klinis dan komplikasi penyakit pneumonia pada anak?
5. Apa pemeriksaan diagnostic yang digunakan penyakit pneumonia pada anak?
6. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan penyakit pneumonia pada anak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang di lakukan pada penyakit pneumonia yang terjadi
pada anak?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Asuhan Keperawatan penyakit pneumonia pada anak

1.3.2  Tujuan Khusus

2
1. Mengetahui definisi penyakit pneumonia pada anak

2. Mengetahui etiologi penyakit pneumonia pada anak

3. Mengetahui patofisiologi dan pathway penyakit pneumonia pada anak

4. Mengetahui manifestasi klinis dan komplikasi penyakit pneumonia pada anak

5. Mengetahui pemeriksaan diagnostic yang digunakan penyakit pneumonia pada anak.

6. Mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan penyakit pneumonia pada anak,

7. Mengetahui asuhan keperawatan yang di lakukan pada penyakit pneumoniayang terjadi


pada anak
 

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Teori Pneumonia


2.1.1. Pengertian                                                                                           
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia
lobaris, pneumonia interstiasialis dan  bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ).

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan


oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan
kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia
radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam
minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitis kimiawi atau pneumonia
terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian
substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia
lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78).

Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. ( S. A. Frice. 2005, Hal 804)

2.1.2. Anatomi Fisiologi

Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah sistem pernafasan. Sistem
pernafasan terdiri dari :

1.Hidung

Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat sejumlahkelenjar


sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-partikel debuyang kasar dapat disaring
oleh rambut-rambut yang terdapat dalamlubang hidung, sedangkan partikel yang halus
akan terjerat dalam lapisanmukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa.

4
Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan
kesuperior di dalam sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring.Dari sini
lapisan mukus akan tertekan atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan
oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplaike udara inspirasi berasal dari
jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah
disesuaikan sedemikian rupasehingga bila udara mencapai faring hampir bekas debu,
bersuhumendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%.

2.Faring

Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung danrongga mulut,


dan di depan ruas tulang leher

Merupakan pipa yang menghubungkan rongga mulut denganesofagus. Faring


terbagi atas 3 bagian : nasofaring di belakang hidung,orofaring di belakang mulut, dan
faring laringeal di belakang laring.Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia. Di
bawa selaputlendir terdapat jaringan kulit dan beberapa folikel getah bening.Kumpulan
folikel getah bening ini disebut adenoid. Adenoid akanmembesar bila terjadi infeksi pada
faring

3.Laring

Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakanrangkaian cincin


tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sanaterdapat pita suara. Di antara pita
suara terdapat ruang berbentuk segitigayang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan
glotis. Pada waktumenelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis, dan fungsi
seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun, berperananuntuk
mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing
masih mampu untuk melampaui glotis, makalaring yang mempunyai fungsi batuk akan
membantu menghalau bendadan sekret keluar dari saluran pernafasan.

5
4.Trakhea

Memiliki cabang-cabang Panjangnya kurang lebih 9 centimeter. Trakea berawal


dari laringsampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima, trakea bercabangmenjadi
dua bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluhlingkaran tak lengkap
berupa cincin tulang rawan yang diikat bersamaoleh jaringan fibrosa. Letaknya tepat di
depan esofagus. Trakea dilapisioleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia.
Tempat percabangan bronkus disebut karina. Karina memiliki banyak saraf dandapat
menyebabkan spasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Struktur  bronkus sama
dengan trakea. Bronkus-bronkus tersebut tidak simetris. 

5.Bronkus

Bronkos kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakankelanjutan dari trakea
yang arahnya hampir vertikal, sebaliknya bronkuskiri lebih panjang dan lebih sempit dan
merupakan kelanjutan dari trakeadengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus
kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin
kecil sampaiakhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil
yangtidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengahkurang lebih
1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulangrawan sehingga bentuknya
dapat berubah. Setelah bronkiolus terminalisterdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas.

Asinus terdiri dari :

1) bronkiolus respiratorius

2) duktusalveolaris

3) sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru- paru. terdapat


sekitar 23 kali percabangan mulai dari trakea sampai sakusalveolaris
terminalis. Alveoli terdiri dari satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di

6
sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara.Dalam setiap paru-paru
terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah
lapangan tenis.
6.Paru-paru

Merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru merupakan organ


yangelastis,berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada. Karena paru-paru
saling terpisah oleh mediastinum sentral yang di dalamnyaterdapat jantung dan beberapa
pembuluh darah besar. Setiap paru-parumemiliki apeks (puncak paru-paru) dan basis.
Paru-paru ada dua. Paru- paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru
kanan dibagimenjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi menjadidua
lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula.Paru-paru dilapisi suatu lapisan tipis membran
serosa rangkap duayang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang disebut pleura

2.1.3. Klasifikasi
Tiga klasifikasi pneumonia.

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis(Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78)  :


a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
2. Berdasarkan bakteri penyebab:
a. Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering
diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa
menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para
peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi,
orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah
yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat
rentan terhadap penyakit itu.

7
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,usia
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang
biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari
lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima
lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri)
menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu
didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu
sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada
saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus
(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke
dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).

Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka,


misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada
penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan
mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal
697).

b. Pneumonia Akibat virus.

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan


dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit
influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala
awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu
demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12
hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir
sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia
itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang
disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi

8
bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau
merah tua  (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

3. Berdasarkan predileksi infeksi:


A. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
B. Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di
paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan
sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia,
kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain.
Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih
(oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya,
tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar
penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah
beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price,
2005, Hal 804-814)

2.1.4. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus
influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab
pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk,
Hal 466)

1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter

2. Virus: virus influenza, adenovirus

3. Micoplasma pneumonia

  

9
2.1.5. Patofisiologi     
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal
yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-
organisme infeksius lainnya.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah


mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami
aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa
faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui
perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi
akibat virus pada saluran napas bagian atas.

Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi
saluran napas bagian bawah.

Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi
di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain
melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus
( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks )
dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan
respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma,

10
dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada
struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).

2.1.6. Manifestasi Klinik                          

Secara umum dapat di bagi menjadi:

a.Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai
40,5 ºC). , sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang
keluhan gastrointestinal.

b.Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45


kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air
hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan
lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.

c.Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.

d.Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di
daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah,
suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi
pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura
lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).

e.Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura
pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

11
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia
mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi  oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil  biosi jarum, aspirasi
transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia,
stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV.  Catatan : keluar
sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan
bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5.Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.

6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan
jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)

A. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah

B. Bilirubin : Mungkin meningkat.

C. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra
nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel
rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174).

12
2.1.8. Penatalaksanaan

1. Oksigen 1-2 L / menit

2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCl
0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu, dan status hidrasi.

3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feding drip.

4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk memperbaiki transpormukosilier.

5. Koreksi gangguan keseimbangan asam – basa dan elektrolit.

6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :


Untuk kasus pneumonia komuniti base: Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base : Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali
pemberian, Amikasim 10 – 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.( Arif mansjoer, dkk,
2001, Hal 468)

2.1.9. Komplikasi Pneumonia


Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis pururental,
perikarditis dan epiglotis kaang ditemukan pada infeksi H. Influenzae tipe B. (Arif
mansjoer, 2001, Hal 467)

2.1.10. Pencegahan dan faktor resiko                                                          


Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan setuasi yang
umumnya menjadi redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk
mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif
memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah tindakan perawatan yang
penting(Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573).

13
1. Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu
draniase normal paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap
pneumonia. Tindakan preventif :tingkatkan batuk dan pengaluaran sekresi.
2. Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah
mereka yang berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak kewaspadaan khusus terhadap
infeksi.
3. IndIvidu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari
dan makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti merokok.
4. Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu
yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap
bronkopneumonia. Tinadakan preventif :  sering mengubah posisi.

5. Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang
melemahkan atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam
paru-paru selama periode tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai
mekanisme menelan abnormal adalah mereka  yang hampir pasti mengalami
bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan trakeobronkial, sering mengubah
posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi dan
terafi fisik dada.

6. Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang
mendapat antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko.
Tindakan preventif : tingakan higiene oral yang teratur.

7. Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna
alkohol menekan reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah putih dan gerakan siliaris
trakeaobronkial. Tindakan preventif : bikan dorong kepada individu untuk mengurangi
masukan alkohol

8. Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga
mencetuskan pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia.
Tindakan preventif : observasi fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum
memberikan. Jika tampak depresi pernapasan, tunds pemberian obat dan laporkan
masalah ini.

14
9. Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka
yang berisiko terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan
preventif : sering melakukan .

10. Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk. Pneumonia
paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tndakan prepentif :
sering mobolisasi, dan batuk efekif dan latihan pernapasan

11. Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika
peralatan tersebit tidak dibersikan dengan  tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa
peralatan pernapasan telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal
573)

15
2.2.Konsep Dasar ASKEP
2.2.1 Pengkajian

1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi:
nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.

2.Keluhan Utama

Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak 
napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan

3.Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan


dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.

4.Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)

Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi
terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok.

5.Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)

Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti :
TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.

6. Data Dasar pengkajian pasien


a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya / GJK kronis.
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

16
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.

d. Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza).

Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)

e. Nyeri/kenyamanan

Gejala: sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,


artralgia, nyeri dada substernal (influenza).

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).

f. Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea, takipnue,
dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran
nasal.
Tanda :

 Sputum : merah muda, berkarat atau purulen.


 Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
 Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
 Gesekan friksi pleural.
 Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
 Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid,
kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam. Tanda :
berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus

17
rubeola, atau varisela.

18
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama – lama dirawat 6 – 8 hari Rencana
pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen
mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
1.Pemeriksaan Penunjang
2.Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul
(lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
3.GDA/nadi  oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
4.Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil  biosi jarum,
aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum
meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos,
hemophlus influenza : CMV.  Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan
bakteremia semtara
5.JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
6.Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin.
membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
7.Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia
8.Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
9.Bilirubin : Mungkin meningkat.
10.Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan
intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel

19
rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
11.Proritas Keperawatan
12.Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
13.Mencegah komplikasi
14.Mendukung proses penyembuhan
15.Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.
 

2.2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen


darah.

3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.

4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

2.2.1.2  Penatalaksaan umum


  Yang dapat di lakukan antara lain :
-  Oksigen 1-2 L/menit
-  IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1,+ KCL 10 mEq/500 ml cairan.jumlah cairan
sesuai berat badan,kenaikan suhu,dan status hidrasi.
- jika sesak tidak terlalu berat,dapat di mulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
-  jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.koreksi gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan Pneumonia bergantung pada penyebab,antibiotik di berikan sesuai hasil
kultur

20
Untuk kasus Pneumonia community based :
-    Amppicilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
-    Kloramfenikol 75 mg/kg BB / hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus Pneumonia hospital based :
-    sefotaksim 100 mg/kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
-     Amikasin 10-15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.

2.2.1.3 Masalah Keperawatan yang Lazim muncul ( Nanda 2015 )


1.Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d Inflamasi dan Obstruksi jalan nafas

2.Ketidak efektifan pola napas

3.Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak edekuat,takipneu,demam

4.Intoleransi aktifitas b.d isolasi respiratory

5.Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang

21
2.2.1.4  Asuhan Keperawatan (Nanda nic-noc,2005)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Ketidak efektifan bersihan NOC NIC
jalan napas Respiratory Status : Airway suction
Definisi : ketidak mampuan Ventilation - Pastikan kebutuhan
untuk membersihkan sekresi Respiratory Status : oral/tracheal suctioning
atau obstruksi dari saluaran Airway Patency - Auskultasi suara nafas
pernafasan untuk sebelum dan sesudah
mempertahankan kebersihan Kriteria Hasil : suctioning.
jalan nafas v  Mendemonstrasikan - Informasikan pada klien
Batasan Karakteristik : batuk efektif dan suara dan keluarga tentang
    suara napas tambahan nafas yang bersih,tidak suctioning.
    perubahan frekuensi npas ada sianosis dan dyspneu -Minta klien nafas dalam
    perubahan irama napas (mampu mengeluarkan sebelum suction di
    sianosis sputum,mampu bernafas lakukan.
penurunan bunyi napas dengajn mudah,tidak ada - Berikan O2 dengan
   dipsneu pursed lips) menggunakan nasal untuk
    sputum dalam jumlah yang v  Menunjukan jalan memfasilitasi suksion
berlebihan nafas tidak merasa nasotrakeal
     batuk yang tidak efektif tercekik,irama - Gunakan alat yang steril
nafas,frekuensi setiap melakukan tindakan
pernafasan dalam - Anjurkan pasien untuk
rentang normal,tidak ada istirahat dan napas dalam
suara nafas yang setelah kateter di keluarkan
abnormal) dari nasotrakeal
v  Mampu - Monitor status oksigen
mengidentifikasikan dan pasien
mencegah factor yang - Ajarkan keluarga

22
dapat menghambat jalan bagaimana cara melakukan
nafas suction
Airway management

    Buka jalan nafas,gunakan


teknik chin lift atau jaw
trust bila perlu
     Posisikan pasien untuk
memaksimalkan Ventilasi
     Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
     Pasang mayo bila perlu
     Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
    Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
     Auskultasi suara nafas,catat
adanya suara nafas tambahn
     Lakukan suction pada mayo
     Berikan bronkkodilator bila
perlu
     Berikan pelembab udara
kassa basah NaCl lembab
    Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
     Monitor respirasi dan status
O2.

23
2. Ketidak efektifan pola NOC NIC
napas     Respiratory status : Airway management
Definisi : Inpirasi dan/atau Ventilation
ekspirasi yang tidak memberi    Respiratory status : Air     Buka jalan nafas,gunakan
ventilasi way patency teknik chin lift atau jaw
     Vital sign status trust bila perlu
Batasan Karakteristik :       Posisikan pasien untuk
   Perubahan kedalaman napas Kriteria hasil : memaksimalkan Ventilasi
     Perubahan ekskursi dada v  Mendemonstrasikan      Identifikasi pasien perlunya
     Mengambil posisi tiga titik batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan nafas
     Bradipneu nafas yang bersih,tidak buatan
     Pernafasan cuping hidung ada sianosis dan dyspnea      Pasang mayo bila perlu
     Fase ekpirasi memanjang (mampu mengeluarkan      Lakukan fisioterapi dada
sputum,mampu bernafas jika perlu
Faktor yang berhubungan : dengan mudah,tidak ada      Keluarkan sekret dengan
     Ansietas pursed lips) batuk atau suction
     Hiperventilasi v  Menunjukan jalan nafas      Auskultasi suara nafas,catat
yang paten (klien tidak adanya suara nafas tambahn
merasa tercekik,irama      Lakukan suction pada mayo
nafas,frekkuensi      Berikan bronkkodilator bila
pernafasan dalam rentang perlu
normal,tidak ada suara     Berikan pelembab udara
nafas abnormal) kassa basah NaCl lembab
v  Tanda tanda vital dalam     Atur intake untuk cairan
rentang normal (tekanan mengoptimalkan
darah,nadi,pernafasan ) keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2.

24
Oxygen Therapy
     Bersihkan mulut,hidung
dan secret trakea
     Pertahankan jalan napas
yang paten
     Atur peralatan oksigenasi
     Monitor aliran oksigen
     Perhatikan posisis pasien
     Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
     Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital sign monitor :


    Monitor TD,Suhu,Nadi dan
RR
    Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
     Monitor vital sign saat
pasien berbaring,duduk atau
berdiri
     Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
    Monitor
TD,nadi,RR,sebelum,selam
a dan setelah aktivitas
    Monitor kualitas dari nadi
    Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
     Monitor suara paru
     Monitor pola pernafasan

25
abnormal
    Monitor suhu,warna,dan
kelembaban kulit.
     Monitor sianosis perifer
     Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar,bradikardi,peningk
atan sistolik)
     Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

3. Kekurangan volume cairan NOC NIC


Definisi  : penurunan cairanv  Fluid belance      Timbang popok atau
vaskuler,interestial,dan/intrasv  Hydration pembalut jika di perlukan
eluler.ini mengacu pada v  Nutritional status :food      Pertahankan catatan intake
dehidrasi,kehilangan cairan and dan output yang akurat
saa tanpa perubahan pada v  Fluid intake      Monitor status hidrasi
natrium Kriteria hasil : ( kelembaban membrane
Batasan karakteristik : v  Mempertahankan urine mukosa,nadi
     Peningkatan suhu tubuh output sesuai dengan usia edekuat,tekanan darah
     Peningkatan frekuensi nadi dan BB,BJ urine ortostatik ) jika di perlukan
     Penurunan tekanan nadi normal,HT normal      Monitor vital sign
v  Tekanan darah,nadi,suhu      Monitor masukan
tubuh dalam batas makanan/cairan dan hitung
normal intake kalori harian
v  Tiidak ada tanda tanda      Kolaborasikan pemberian
dehidrasi,elasisitas turgor cairan IV
kulit baik,membrane      Monitor status nutrisi.
mukosa lembab,tidak ada     Dorong keluarga untuk
rasa haus yang membantu pasien makan
berlebihan.      Kolaborasi dengan dokter

26
Hypovolemia management
     Monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
     Pelihara IV line
     Monitor tingkat Hb dan
hematocrit
     Monitor tanda vital

27
BAB III

PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam
nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang
mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit
jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak
antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat
dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan
karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah
orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.

3.2     Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan
resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia
disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung
alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat

28
29
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.


Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC :
Jakarta.
Soeparman, dkk. 1998. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta
Gabs, G. 2010. Askep Anak Pneumonia. (http://gardengab.com/, diakses tanggal 24 November
2012).
KTW. 2010. Suplementasi Zinc Menurunkan Kejadian Pneumonia Pada Anak-anak.

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.

Prasetya, Danzka. Askep Pneumonia. (http://wildanprasetya.blog.com/


Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8 , EGC , Jakarta

Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran, Bandung

Luckmann’s Sorensen (1996),

Baughman C Diane.2000,Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta


Doenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaandan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC, Jakarta
Nanda. (2007). Diagnose Nanda: Nic dan Noc.

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba

Medika. Jakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai