PENDAHULUAN
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan – Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ).
Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya
penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini
antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis.
Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program
ini. Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi,
tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-
negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per
1
tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka
kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,dahak
berwarna kehijauan atau seperti karet,serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan ke
Kepadatan pada bagian paru terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru
terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk
oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus
atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah
streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus
misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
2
1. Mengetahui definisi penyakit pneumonia pada anak
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. ( S. A. Frice. 2005, Hal 804)
2.1.2. Anatomi Fisiologi
Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah sistem pernafasan. Sistem
pernafasan terdiri dari :
1.Hidung
4
Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan
kesuperior di dalam sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring.Dari sini
lapisan mukus akan tertekan atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan
oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplaike udara inspirasi berasal dari
jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah
disesuaikan sedemikian rupasehingga bila udara mencapai faring hampir bekas debu,
bersuhumendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%.
2.Faring
3.Laring
5
4.Trakhea
5.Bronkus
Bronkos kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakankelanjutan dari trakea
yang arahnya hampir vertikal, sebaliknya bronkuskiri lebih panjang dan lebih sempit dan
merupakan kelanjutan dari trakeadengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus
kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin
kecil sampaiakhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil
yangtidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengahkurang lebih
1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulangrawan sehingga bentuknya
dapat berubah. Setelah bronkiolus terminalisterdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas.
1) bronkiolus respiratorius
2) duktusalveolaris
6
sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara.Dalam setiap paru-paru
terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah
lapangan tenis.
6.Paru-paru
2.1.3. Klasifikasi
Tiga klasifikasi pneumonia.
7
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,usia
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang
biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari
lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima
lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri)
menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu
didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu
sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada
saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus
(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke
dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
8
bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau
merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
2.1.4. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus
influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab
pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk,
Hal 466)
3. Micoplasma pneumonia
9
2.1.5. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal
yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-
organisme infeksius lainnya.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi
saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi
di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain
melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus
( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks )
dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan
respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma,
10
dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada
struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).
a.Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai
40,5 ºC). , sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang
keluhan gastrointestinal.
c.Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
d.Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di
daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah,
suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi
pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura
lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
e.Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura
pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
11
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia
mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia,
stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar
sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan
bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5.Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan
jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
C. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra
nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel
rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174).
12
2.1.8. Penatalaksanaan
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCl
0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk memperbaiki transpormukosilier.
Untuk kasus pneumonia hospital base : Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali
pemberian, Amikasim 10 – 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.( Arif mansjoer, dkk,
2001, Hal 468)
13
1. Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu
draniase normal paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap
pneumonia. Tindakan preventif :tingkatkan batuk dan pengaluaran sekresi.
2. Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah
mereka yang berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak kewaspadaan khusus terhadap
infeksi.
3. IndIvidu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari
dan makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti merokok.
4. Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu
yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap
bronkopneumonia. Tinadakan preventif : sering mengubah posisi.
5. Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang
melemahkan atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam
paru-paru selama periode tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai
mekanisme menelan abnormal adalah mereka yang hampir pasti mengalami
bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan trakeobronkial, sering mengubah
posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi dan
terafi fisik dada.
6. Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang
mendapat antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko.
Tindakan preventif : tingakan higiene oral yang teratur.
7. Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna
alkohol menekan reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah putih dan gerakan siliaris
trakeaobronkial. Tindakan preventif : bikan dorong kepada individu untuk mengurangi
masukan alkohol
8. Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga
mencetuskan pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia.
Tindakan preventif : observasi fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum
memberikan. Jika tampak depresi pernapasan, tunds pemberian obat dan laporkan
masalah ini.
14
9. Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka
yang berisiko terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan
preventif : sering melakukan .
10. Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk. Pneumonia
paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tndakan prepentif :
sering mobolisasi, dan batuk efekif dan latihan pernapasan
11. Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika
peralatan tersebit tidak dibersikan dengan tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa
peralatan pernapasan telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal
573)
15
2.2.Konsep Dasar ASKEP
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi:
nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
2.Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak
napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi
terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok.
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti :
TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
16
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
d. Neurosensori
e. Nyeri/kenyamanan
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea, takipnue,
dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran
nasal.
Tanda :
17
rubeola, atau varisela.
18
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama – lama dirawat 6 – 8 hari Rencana
pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen
mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
1.Pemeriksaan Penunjang
2.Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul
(lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
3.GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
4.Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum,
aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum
meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos,
hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan
bakteremia semtara
5.JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
6.Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin.
membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
7.Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia
8.Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
9.Bilirubin : Mungkin meningkat.
10.Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan
intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel
19
rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
11.Proritas Keperawatan
12.Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
13.Mencegah komplikasi
14.Mendukung proses penyembuhan
15.Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
20
Untuk kasus Pneumonia community based :
- Amppicilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
- Kloramfenikol 75 mg/kg BB / hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus Pneumonia hospital based :
- sefotaksim 100 mg/kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
- Amikasin 10-15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
21
2.2.1.4 Asuhan Keperawatan (Nanda nic-noc,2005)
22
dapat menghambat jalan bagaimana cara melakukan
nafas suction
Airway management
23
2. Ketidak efektifan pola NOC NIC
napas Respiratory status : Airway management
Definisi : Inpirasi dan/atau Ventilation
ekspirasi yang tidak memberi Respiratory status : Air Buka jalan nafas,gunakan
ventilasi way patency teknik chin lift atau jaw
Vital sign status trust bila perlu
Batasan Karakteristik : Posisikan pasien untuk
Perubahan kedalaman napas Kriteria hasil : memaksimalkan Ventilasi
Perubahan ekskursi dada v Mendemonstrasikan Identifikasi pasien perlunya
Mengambil posisi tiga titik batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan nafas
Bradipneu nafas yang bersih,tidak buatan
Pernafasan cuping hidung ada sianosis dan dyspnea Pasang mayo bila perlu
Fase ekpirasi memanjang (mampu mengeluarkan Lakukan fisioterapi dada
sputum,mampu bernafas jika perlu
Faktor yang berhubungan : dengan mudah,tidak ada Keluarkan sekret dengan
Ansietas pursed lips) batuk atau suction
Hiperventilasi v Menunjukan jalan nafas Auskultasi suara nafas,catat
yang paten (klien tidak adanya suara nafas tambahn
merasa tercekik,irama Lakukan suction pada mayo
nafas,frekkuensi Berikan bronkkodilator bila
pernafasan dalam rentang perlu
normal,tidak ada suara Berikan pelembab udara
nafas abnormal) kassa basah NaCl lembab
v Tanda tanda vital dalam Atur intake untuk cairan
rentang normal (tekanan mengoptimalkan
darah,nadi,pernafasan ) keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2.
24
Oxygen Therapy
Bersihkan mulut,hidung
dan secret trakea
Pertahankan jalan napas
yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Perhatikan posisis pasien
Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
25
abnormal
Monitor suhu,warna,dan
kelembaban kulit.
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar,bradikardi,peningk
atan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
26
Hypovolemia management
Monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan
hematocrit
Monitor tanda vital
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam
nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang
mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit
jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak
antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat
dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan
karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah
orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.
3.2 Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan
resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia
disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung
alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba
Medika. Jakarta.
30