DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Asuhan
Keperawatan tentang Pnemonia dengan baik dan benar meskipun masih banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami sangat berterima kasih kepada semua
pihak yang telah membimbing maupun membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Oleh sebab itu, kami berharap kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang Dalam penyusunan
Makalah ini, ditulis berdasarkan buku atau sumber yang berkaitan dengan Asuhan
Keperawatan Pnemonia
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................4
B. Tujuan............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
KONSEP DASAR
A. Pengertian........................................................................................................6
B. Etiologi ...........................................................................................................7
C. Tanda Dan Gejala............................................................................................8
D. Klasifikasi........................................................................................................9
E. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................11
F. Penatalaksanaan Medis....................................................................................12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................14
A. Pengkajian ........................................................................................................14
B. Diagnosa...........................................................................................................16
C. Rendana Asuhan Keperawatan.........................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................30
B. Saran...............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan
penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain
sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu
penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali
diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki
penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi
Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia
penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-
kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua
setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA
(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini
mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga
memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan
Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan
Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk
yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan
adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar
pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan
otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam
program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi,
tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan
negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus
4
pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price,
2005, Hal 804-814)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi
angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,
dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen
memperlihatkan kepadatan pada bagian paru
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan
keperawatan pada klien dengan Pneumonia”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit pneumonia
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
pneumonia, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang
meliputi ppengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementsi, dan
evaluasi.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
komplikasi cacar air ( chickenpox), campak, dan batuk rejan. Jika penyakit itu
menyerang satu atau lebih bagian (lobus) paru-paru, maka dia disebut lobar
pneumonia. (Hardinge, 2009).
B. Etiologi
Menurut Misnadiarly (2008) , pneumonia yang ada di kalangan
masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk
peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling
umum adalah Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongongan
manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau
malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,
berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat
cepat.
2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory
Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang
saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu
pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini
tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi
bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian.
3. Mikoplasma
Mikoplasia adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia. Mikoplasia tidak bisa diklasifikasikan sebagai
virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.
Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas.
Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak
7
pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga
pada yang tidak diobati.
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabhkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi
yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan
hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carini pada jaringan
paru atau specimen yang berasal dari paru.
C. Tanda dan Gejala
Menurut Misnadiarly (2008), tanda dan gejala pneumonia adalah sebagai
berikut :
1. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam,
menggigil, suhu tubuh meningkat mencapai 40o celcius, sesak napas,
nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna
kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain
seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
2. Tanda-tanda pneumonia pada balita antara lain :
- Batuk nonproduktif - Berkeringat
- Ingus (nasal discharge) - Lelah
- Suara napas lemah - Terkadang kulit menjadi
- Penggunaan otot bantu napas lembab
- Demam - Mual dan muntah
- Sianosis (kebiru-biruan)
- Thorax photo menunjukkan
infiltrasi melebar
- Kekakuan dan nyeri otot
- Sesak napas
- Menggigil
8
D. Klasifikasi
1) Klasifikasi berdasarkan anatomi.
a) Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral
atau “ganda”
b) Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus yang berbeda didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
c) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi pada dinding
alveolar (intrastisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular
2) Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :
1) Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia,
gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit
penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum luas.
2) Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu : tingkat berat sakit, adanya resiko untuk jenis
pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
Faktor utama untuk pathogen tertentu :
9
ventilasi mekanik
Faktor resiko pneumonia yang didapat dari Rumah Sakit menurut Morton.
10
4) Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat disebabkan
oleh kuman phatogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen,berupa
bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur, dan cacing.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit, hasil pemeriksaan leukosit > 15.000/μl dengan dominasi netrofil sering
didapatkan pada pneumonia bakteri. Didapatkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di
atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat
menyokong diagnosa.
d. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.
2. Pemeriksaan mikrobiologik
a. Spesimen : usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum
darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi
paru.
3. Pemeriksaan imunologis
a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat
b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.
c. Spesimen: darah atau urin.
d. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex
agglutination, atau latex coagulation.
4. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap
mikroorganisme penyebab pneumonia.
a. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi
ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua
lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan
anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.
b. Pneumonia streptokokus, gambaran radiologik menunjukkan bronkopneumonia
difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang
terdapat adenopati hilus.
11
c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan
penyakit. Infiltrat mula-mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan
mengenai keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks
umumnya penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.
F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Misnadiarly (2008) dan Effendy (2001), penatalaksanaan pneumonia
dilakukan berdasarkan penentuan klasifikasi pada anak, yaitu :
1. Pneumonia Berat
Tanda : tarikan dinding dada ke dalam
Penderita pneumonia berat juga mungkin disertai tanda lain, seperti :
- Nafas cuping hidung
- Suara rintihan
- Sianosis
Tindakan : cepat dirujuk ke rumah sakit ( diberikan satu kali dosis antibiotika dan
kalau ada demam atau wheezing diobati lebih dahulu)
2. Pneumonia
Tanda : tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, disertai nafas cepat
Tindakan :
a. Nasehati ibunya untuk tindakan perawatan di rumah
b. Beri antibiotik selama 5 hari
c. Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat apabila keadaan
memburuk
d. Bila demam, obati
e. Bila ada wheezing , obati
WHO menganjurkan penggunaan antibiotika untuk pengobatan pneumonia yakni
dalam bentuk tablet atau sirup ( kortimoksazol, amoksisilin, ampisilin ) atau dalam
bentuk suntikan intra muskuler ( prokain penisilin )
3. Bukan Pneumonia
Tanda : tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada nafas cepat
Tindakan :
a. Bila batuk > 30 hari, rujuk
12
b. Obati penyakit lain bila ada
c. Nasehati ibunya untuk perawatan di rumah
d. Bila demam, obati
e. Bila ada wheezing , obati
Selain penatalaksanaan diatas ada beberapa penatalaksaan pada penderita
pneumonia, diantaranya:
1. Oksigen 1-2 L/menit
Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmhg atau saturasi 95-96% berdasarkan
pemeriksaan AGD
2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak
3. Fisioterapi dada untuk mengeluarkan dahak , khususnya dengan clapping dan
vibrasi
4. Pemberian kortikosteroid , diberikan pada fase sepsis
5. Ventilasi mekanis , indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal nafas yang disertai peningkatan respiratory
distress dan respiratory arrest
6. IVFD Dextrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1,+ KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai BB, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
7. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat di mulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
8. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
9. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
10. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia Community base :
- Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
- Kloramfenikol 75mg/Kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia Hospital base :
- Sefotaksim 100mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasin 10-15mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
- Antipiretik : Paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
- Mukolitik : Ambroxol 1,2 -1,6 mg/kgBB/2 dosis/ oral
Tabel Pemilihan Antibiotika berdasarkan Etiologi
13
Mikroorganisme Antibiotika
Streptokokus Penisilin G 50.000 unit/hari IV atau
Stafilokokus Penisilin Prokain 600.000U/kali/hari IM atau
Ampisilin 100mg/Kg BB/hari atau
Seftriakson 75-200 mg/Kg BB/hari
M.Pnemoniae Eritromisin 15mg/Kg BB/hari atau derivatnya
H.Influenzae Kloramfenikol 100mg/Kg BB/hari atau
Klebsiella Sefalosforin
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi. Komplikasi dari
pneumonia / bronchopneumonia adalah :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan
akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke
telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Abses otak.
4. Endokarditis.
5. Osteomielitis.
Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
Infeksi sitemik.
Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
14
II. Pengkajian Primer
Airway :
Pada pengkajian airway pada pasien pneumonia akan mengalami obstruksi jalan napas
yang disebabkan oleh adanya sekret. Terdapat suara nafas ronchi.
Breathing :
Pada pengkajian, breathing, pasien pneumonia mengalami sesak nafas, terdapat
pernapasan cuping hidung, terdengar suara ronchi perkusi pekak, ada retraksi dinding
dada dan peningkatan frekuensi nafas, kualitas nafas lemah, pernapasan cepat dan
dangkal
Circulation :
Pada pengkajian circulation, pasien dengan pneumoni tingkat kesadaran normal, letargi,
stupor, koma, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit. Akral teraba dingin dan
adanya sianosis perifer.
Disability :
Pada disability pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolis sehingga
menyebabkan penurunan kesadaran.
Eksposure :
Setelah kita mengkaji secara menyeluruh dan sistematis, mulai dari airway, breathing,
circulation, dan disability sekarang kita mengkaji secara menyeluruh untuk melihat
apakah ada organ lain yang mengalami gangguan. Sehingga kita dapat cepat
memberikan perawatan.
III. Pengkajian Sekunder
1. Wawancara
a. Pasien
Dilakukan dengan menanyakan identitas klien yaitu nama, tanggal lahir, usia.
Serta dengan menanyakan riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat tumbuh kembang serta riwayat sosial klien
b. Anamnesa
Klien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah, dan sesak nafas.
2. Pemeriksaan fisik
Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas cuping hidung.
Pada auskultasi, dapat terdengar pernapasan menurun. Gejala lain adalah dull
(redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun, suara nafas menurun, dan terdengar
15
fine crackles (ronkhi basah halus) didaerah yang terkena. Iritasi pleura akan
mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada menurun waktu inspirasi
Pemeriksaan berfokus pada bagian thorak yang mana dilakukan dengan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dan didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Inspeksi: Perlu diperhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensis abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada saat menarik napas.
b. Palpasi: Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membeasar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan (tachichardia)
c. Perkusi: Suara redup pada sisi yang sakit
d. Auskultasi: Dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi
halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan
bronkial, egotomi, bronkofoni, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan
nafas ditandai dengan sputum yang berlebihan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas yang
ditandai dengan penggunaan otot bantu pernapasan.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
ditandani dengan nafsu makan menurun.
4. Risiko hipovolemia dibuktikan dengan kehilangan cairan secara aktif.
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di tandai
dengan menanyakan masalah yang dihadapi
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
mengeluh nyeri.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh
lelah.
8. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
16
Keperawatan
17
sebelum penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
8) Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan
2000ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
18
ekspirasi menurun Terapeutik:
- Pernapasan cuping 9) Pertahankan kepatenan
hidung menurun jalan nafas dengan
head tilt chin lift
( jawthrust jika curiga
trauma servical)
10) Posisikan
semifowler/fowlee
11) Berikan minum hangat
12) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
13) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
14) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
15) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
16) Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
3) njurkan asupan
2000ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
4) Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
19
3. Defisit nutrisi (SLKI) : deficit nutrisi SIKI: Deficit nutrisi
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan ketidak Label : status nutrisi Label: Manajemen nutrisi
mampuan menelan setelah dilakukan intervensi Observasi:
makanan selama ..x..24jam, diharapkan 1) Identifikasi status
status nutrisi membaik nutrisi
dengan kriteria hasil: 2) Identifikasi alergi
- porsi makanan yang dan intoleransi
dihabiskan meningkat makanan
- Kekuatan otot 3) Identifikasi makanan
menelan meningkat yang disukai
- Kekuatan otot 4) Monitor asupan
pengunyah meningkat makanan
- Verbalisasi keinginan 5) Identifikasi
untuk meningkatkan kebutuhan kalori dan
nutrisi meningkat jenis nutrient
- Frekuensi makan 6) Monitor berat badan
membaik 7) Monitor hasil
- Nafsu makan pemeriksaan
membaik laboratorium
Terapeutik:
1) Lakukan oral
hygiene sebelum
makan jika perlu
2) Vasilitasi
menentukan
pedoman diet
(misalnya piramida
makanan)
3) Berikan makanan
tinggi serat
mencegah konstipasi
4) Berikan makanan
tinggi kalori dan
20
tinggi protein
5) Berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi:
1) Anjurkan posisi
duduk jika mampu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1) Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis
peredam nyeri,
antiemetic jika
perlu)
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan jika
perlu
21
- Output urine kulit menurun, membrane
meningkat mukosa kering, volume
Label: Pemantauan
Cairan
Observasi:
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
22
2. Monitor frekuensi nafas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisian
kapiler
6. Monitor elastisitas atau
turgor kulit
7. Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
8. Monitor kadar albumin
dan protein total
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
1.
2.
5. Defisit (SLKI) : Defisit SIKI: Defisit Pengetahuan
pengetahuan Pengetahuan Intervensi Utama
berhubungan Luaran Utama Label: Edukasi Kesehatan
dengan kurang Label : Tingkat Observasi:
terpapar informasi Pengetahuan 1. Identifikaasi kesiapan dan
di tandai dengan setelah dilakukan intervensi kemampuan menerima
24
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek saming
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresure, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
25
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
7. Intoleransi aktivitas (SLKI) : Intoleransi SIKI: Intoleransi aktivitas
berhubungan aktivitas Intervensi Utama
dengan kelemahan Luaran Utama Label: Terapi aktivitas
Label : toleransi aktivitas Observasi:
setelah dilakukan intervensi 1) Observasi
selama ..x..24jam, diharapkan identifikasi deficit
toleransi aktivitas meningkat tingkat aktivitas
meningkat dengan kriteria 2) Indentifikasi
hasil: aktivitas dalam
- Frekuensi nadi aktivitas tertentu
meningkat 3) Identifikasi sumber
- Saturasi oksigen daya untuk aktivitas
meningkat yang diinginkan
- Kemudahan dalam Terapeutik
melakukan aktivitas 1) Fasilitasi memilih
sehari-hari meningkat aktivitas dan
- Keluhan lelah tetapkan tujuan
menurun aktivitas yang
- Dyspnea saat konsisten sesuai
melakukan aktivitas kemampuan fisik,
menurun psikologis, dan
- Dyspnea setelah social
aktivitas menurun 2) Kordinasikan
- Perasaan lemah pemilihan aktivitas
menurun sesuai usia
26
- Warna kulit membaik 3) Fasilitasi pasien
- Tekanan darah dan keluarga dalam
membaik menyesuaikan
- Frekuensi napas lingkungan untuk
membaik mengakomodasi
aktivitas yang
dipilih
4) Fasilitai aktivitas
fisik rutin (mis.
Ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri
5) Fasilitasi aktivitas
motoric untuk
merelaksasi otot
6) Libatkan keluarga
dalam aktivitas jika
perlu
7) Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas
sehari-hari
Edukasi:
1) Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari jika
perlu
2) Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
Kolaborasi:
1) Kolaborasi dengan
terapis ukupasi
dalam mrencanakan
dan memonitor
27
program aktivitas
2) Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas komunitas,
jika perlu
8. Hipertermia (SLKI) : Hipertermia SIKI: Hipertermia
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan proses Label : Termoregulasi Label: Terapi aktivitas
penyakit setelah dilakukan intervensi Observasi:
ditandaidengan selama ..x..24jam, diharapkan 1. Identifikasi penyebab
suhu tubuh diatas toleransi aktivitas meningkat hipertermia (mis.
nilai normal. meningkat dengan kriteria Dehidrasi, terpapar
hasil: lingkungan panas,
- Menggigil menurun penggunaan incubator)
- Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu tubuh
- Suhu kulit membaik 3. Monitor kadar elektrolit
- Kadar glukosa darah 4. Monitor haluaran urine
membaik 5. Monitor komplikasi
- Pengisian kapiler akibat hipertermia
membaik Terapiutik :
- Ventilasi mebaik 1. Sediakan lingkungan
- Tekanan darah yang dingin
membaik 2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
28
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah
benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan
medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu.
Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus
dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah
disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah
orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang
bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari
merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
30
DAFTAR PUSTAKA
Betz & Sowden. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi: Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Jaypee Brothers. 2006. IAP Textbook of Pediatrics: Third Edition. India: Medical
Publhishers.
Lippincott Williams & Wilkins. 2006. Oski’s Pediatrics: Principles & Practice: 4th Edition.
Philadelphia.
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa:
Peter anugerah. Jakarta: EGC
Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Roudelph. 2007. Buku Peditria Rubolph. Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC
SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
2016. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.
SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan 2018. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.
SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan
2018. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 6. Jakarta : EGC
Zul Dahlan. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
31
32
Defisit Nutrisi