Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMAKOTERAPI III

PNEUMONIA

Disusun Oleh
Kelompok 3

1. Bryllianti Noorantika (E0020011)


2. Camelia Noor Rahmawati (E0020012)
3. Muhamad Ihsan Fatkhurohman (E0020033)
4. Nur Putri Oktaviana (E0020041)

Tingkat : 3A / Farmasi-S1

Dosen pengampu :
Apt. Endang Istriningsih,M.Clin.,Pharm.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI S1
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
SEMESTER VI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-
nya penulis telah berhasil menyusun makalah tentang Pneumonia. Makalah ini di
buat untuk menunjang proses pembelajaran farmakoterapi III Sesuai dengan
kurikulum terbaru program S1 Farmasi, yaitu pembelajaran berbasis kompetensi.
Maka makalah ini sudah mengarahkan mahasiswa untuk belajar dengan
kurikulum terbaru sehingga lebih memudahkan mahasiswa untuk mempelajari
makalah ini. Pada penulisan makalah ini kami menggunakan bahasa sederhana
dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari
dari materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Makalah ini juga
di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa S1 Farmasi, karena kami telah
berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi
pembelajaran yang di sempurnakan. Demikian kami sangat mengharapkan kritik
dari kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1

C. TUJUAN DAN MANFAAT.....................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. DEFINISI PNEUMONIA......................................................................................3

B. PATOFISIOLOGI..................................................................................................3

C. ETIOLOGI.............................................................................................................4

D. PENATALAKSANAAN TERAPI.........................................................................4

1. NON FARMAKOLOGIS...................................................................................4

2. FARMAKOLOGIS............................................................................................6

E. EVALUASI DAN PEMANTAUAN TERAPI.......................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan
suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip.
Pada dilema etik ini, sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah
serta dapat menimbulkan stress pada perawat karena perawat tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik
biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi
menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
Pada saat berhadapan dengan dilema etik terdapat juga dampak emosional
seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan
rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan
komunikasi yang baik dari seorang perawat.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas
bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter
atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit
saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh
dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan,
oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan kematian
pada anak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit pneumonia
2. Patofisiologi Pneumonia
3. Etimologi Pneumonia
4. Penatalaksanaan Terapi Pneumonia
5. Evaluasi dan Pemantauan Terapi Pneumonia

1
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Mengetahui defenisi dari Pneumonia.
2. Mengetahui penyebab dari Pneumonia.
3. Mengetahui gejala atau manifestasi klinis dari Pneumonia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PNEUMONIA
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) Pneunomia adalah salah satu
penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi
saluran pernafasan bawah akut dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2015). Menurut Ridha (2014) Pneumonia
adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan
radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding
dinding alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan batuk disertai
nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita (Ridha, 2014).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pneumonia adalah
peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran
pernafasan bawah akut dimana asinus terisi dengan cairan radang yang
ditandai dengan batuk dan disertai nafas cepat yang disebabkan oleh virus,
bakteri, dan mycoplasma (fungi).

B. PATOFISIOLOGI
Penyebab pneumonia dapat virus, bakteri, jamur, protozoa, atau riketsia,
pneumonitis hipersensitivitas dapat menyebabkan penyakit primer.
Pneumonia terjadi akibat aspirasi. Pada klien yang diintubasi, kolonisasi
trakhea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran pernapasan atas yang
terinfeksi. Tidak semua kolonisasi akan mengakibatkan pneumonia.
Mikroorganisme dapat mencapai paru melalui beberapa jalur :
a. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara,
mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang
lain.

3
b. Mikroorganisme dapat juga terinpirasi dengan aerosol (gas nebulasi)
dari peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi.
c. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal
orofaring dapat menjadi patogenik.
d. Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui
sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang
terkontaminasi(Asih & Effendy, 2004)

C. ETIOLOGI
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organism gram
positif : Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, Klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa. (Padila, 2013)
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus. (Padila, 2013)
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplamosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos. (Padila, 2013)
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Padila, 2013)

D. PENATALAKSANAAN TERAPI
1. NON FARMAKOLOGIS
Terapi non farmakologi pada penyakit pneumonia yang dapat
diberikan yaitu istirahat, pemberian O2, asupan cairan yang cukup,
hidrasi untuk mengencerkan sekresi, teknik napas dalam untuk

4
meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko atelektasis dan
perbaikan nutrisi. Perbaikan nutrisi bertujuan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan memperbaiki fungsi sistem imun agar tubuh mampu
mengeradikasi infektor penyebab patologi tersebut (Depkes RI, 2005).
Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk
membersihkan secret, dan juga untuk melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuan untuk batuk secara efektif. Menurut potter & perry (2010).
Pemberian batuk efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan
sputum yang menumpuk dijalan napas agar jalan nafas tetap paten.
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana
pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal. Batuk merupakan gerakan yang
dilakukan oleh tubuh sebagai mekanisme alamiah terutama untuk
melindungi paru paru. Gerakan inilah yang kemudian dimanfaatkan
kalangan medis sebagai terapi untuk menghilangkan lendir yang
menyumbat saluran pernafasan akibat sejumlah penyakit. Batuk efektif ini
mampu mempertahankan kepatenan jalan nafas sehingga memungkinkan
pasien mengeluarkan sekret dari jalan nafas bagian atas dan bawah
( Muttaqim, 2012). Menurut teori kapuk (2012), menyatakan bahwa
standar operasional prosedur ( SOP ) tujuannya yaitu membebaskan jalan
nafas dari akumulasi sekret, mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan
diagnostik laboratorium dan mengurangi sesak nafas akibat akumulasi
sekret.
Batuk efektif antara lain dapat dilakukan dalam bentuk posisi semi
fowler, latihan nafas dalam, dan latihan batuk efektif. Latihan batuk
efektif merupakan aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada
jalan nafas. Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi
dan mencegah resiko tinggi retensi sekresi ( Pneumonia, atelektasis, dan
demam). Pemberian latihan batuk efektif dilaksanakan terutama pada
pasien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan masalah
resiko tinggi infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang berhubungan

5
dengan akumulasi sekret pada jalan nafas yang sering disebabkan oleh
kemampuan batuk yang menurun ( Zamai et al.,2018).
2. FARMAKOLOGIS
Terapi Farmakologis Menurut Misnadiarly (2008), terapi farmakologi
pada pneumonia antara lain:
1. Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakterialis. Kepada penderita
yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per
oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah seperti Penisilin dan
Cephalosporin. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak
napas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus
2. Analgesik bisa diberikan untuk meredakan nyeri dada pleuritik
3. Antipiretik pada pasien dengan demam
4. Mukolitik membantu mengencerkan sekresi sehingga sekresi dapat
keluar pada saat batuk
5. Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luar dengan hipoksemia
dan bisa reaksi inflamasi.

Terapi Non Farmakologis


Terapi non farmakologis pada penyakit pneumonia yang dapat
diberikan yaitu istirahat, pemberian O2, asupan cairan yang cukup,
hidrasi untuk mengencerkan sekresi, teknik napas dalam untuk
meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko atelektasis dan
perbaikan nutrisi. Perbaikan nutrisi bertujuan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan memperbaiki fungsi sistem imun agar tubuh mampu
mengeradikasi infektor penyebab patologi tersebut (Depkes RI, 2005).
Dalam penatalaksanaan untuk masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : terapi farmakologi dan
terapi non farmakologi (Somantri, 2012).
1) Terapi farmakologis

6
a. Antibiotik : biasanya Ampicillin dan Tetracycline dapat
digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan akibat
virus.
b. Mukolitik : Membantu mengencerkan sekresi pulmonal agar dapat
diekspetorasikan. Obat ini diberikan kepada Pasien dengan sekresi
mukus yang abnormal dan kental. Acetilcystein (Mucomyst)
berbentuk aerosol dapat digunakan untuk mengurangi kekentalan
dari sekresi. Oleh karena Acetilcystein ini menyebabkan
bronkospasme, maka penggunanaannya harus bersama – sama
dengan bronkodilator aerosol.

2) Terapi non farmakologis


Batuk efektif, adalah tindakan yang diperlukan untuk
membersihkan secret, dan juga untuk melatih pasien yang tidak
memiliki kemampuan untuk batuk secara efektif. Menurut Potter &
Perry, (2010). Pemberian batuk efektif merupakan suatu upaya
untuk mengeluarkan sputum yang menumpuk dijalan napas agar
jalan napas tetap paten. Batuk efektif adalah suatu metode batuk
dengan benar, dimana Pasien dapat menghemat energinya sehingga
tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
Batuk merupakan gerakan yang dilakukan oleh tubuh sebagai
mekanisme alamiah terutama untuk melindungi paru-paru.
Gerakan inilah yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis
sebagai terapi untuk menghilangkan lendir yang menyumbat
saluran pernafasan akibat sejumlah penyakit. Batuk efektif ini
mampu mempertahankan kepatenan jalan nafas sehingga
memungkinkan pasien mengeluarkan sekret dari jalan nafas bagian
atas dan bawah (Muttaqim, 2012). Menurut teori Kapuk (2012),
menyatakan bahwan standar oprasional prosedur (SOP) tujuannya
yaitu membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret,
mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboratorium

7
dan mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret. Batuk efektif
antara lain dapat dilakukan dalam bentuk posisi semi fowler,
latihan nafas dalam, dan latihan batuk efektif. Latihan batuk efektif
merupakan aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada
jalan nafas. Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi
sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (Pneumonia,
atelektasis, dan demam). Pemberian latihan batuk efektif
dilaksanakan terutama pada Pasien dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan masalah risiko tinggi
infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang berhubungan dengan
akumulasi ekret pada jalan nafas yang sering disebabkan oleh
kemampuan batuk yang menurun. (Zamai et al., 2018).

E. EVALUASI DAN PEMANTAUAN TERAPI


Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan
antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu pada infeksi pneumonia.
Pemberian antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap
kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotik definitif diberikan
antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi
pasien. Terapi antibiotik empiris menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan
pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme, karena hasil
mikrobiologis umumnya tidak tersedia selama 12-72 jam. Maka dari itu
membedakan jenis pneumonia (CAP atau HAP) dan tingkat keparahan
berdasarkan kondisi klinis pasien dan faktor predisposisi sangatlah penting,
karena akan menentukan pilihan antibiotik empirik yang akan diberikan
kepada pasien.Tindakan suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan
PaO2 > 8 kPa (SaO2 > 92%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan
stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi, ventilasi non invasif, misalnya
tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive airway pressure), atau
ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Bila demam atau

8
nyeri pleuritik dapat diberikan antipiretik analgesik serta dapat diberikan
mukolitik atau ekspektoran untuk mengurangi dahak

DAFTAR PUSTAKA

Bararah, Haqiyahdan M.J. (2013). Asuhan keperawatan panduan lengkap menjadi

perawat profesional, Jakarta : Prestasi pustaka.

Barbara Engram. 1999. Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. EGC,

Jakarta.

Carpenito lynda juall. 1999. Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi

keperawatan.Jakarta : penerbit buku kedokteran. EGC.

Danusantoso, Halim. 2000. Buku saku ilmu penyakit paru.Jakarta : Hipokrates

Isnaina Koento & R. Koento.1981. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian. Jakarta :

Departemen pendidikan dan kebudayyaan-CHS.

Jan Tambayong, dr.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. EGC, Jakarta.

John. A Boswick. 19997. Perawattan Gawat darurar. EGC, Jakarta.

Ma’rifin Husin. 1999. Pengembangan keperawatan sebagai profesi di Indonesia.

Jakarta : CHS.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

pernafasan. Jakarta Salemba Medika.

Taufan, N. (2011).. Asuhan keperawatan komunitas, anak, bedah dan pennyakit

dalam.Yogyakarta : Nuha medika.

Anda mungkin juga menyukai