Anda di halaman 1dari 73

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Masalah pada Sistem Pernafasan


(Pneumonia dan Tuberculosis Paru)

Dosen : Dr. Ns. Meri Neherta, M. Biomed.

Disusun oleh:

Kelompok 6

Kelas A3 2020

Nurul Sakinah 2011311024 Syakila lysandra 2011311054

Ultri Jafriami Putri 2011313016 Memel Meiyuni 2011313034

Lidya Putri 2011312034 Anna Triyani 2011313040

Salsabila Rahmadani 2011312004 Fitri annisa 2011313028

Wulan Umairah 2011312067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak II.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan
pemikiran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
sampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.

Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada


manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca Aamiin.

Padang, 19 April 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................I
DAFTAR ISI................................................................................................................II
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................2
1.3 Manfaat.....................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Patofisiologi..............................................................................................................3
2.2 Pemeriksaan Head to Toe.........................................................................................5
2.3 Asuhan Keperawatan berdasarkan PPNI................................................................10
BAB III........................................................................................................................53
TELAAH JURNAL....................................................................................................53
3.1 Jurnal 1...................................................................................................................53
3.2 Jurnal 2...................................................................................................................61
BAB IV........................................................................................................................66
PENUTUP...................................................................................................................66
4.1 Simpulan.................................................................................................................66
4.2 Saran.......................................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................68

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan pola
pernapasan. Gangguan pernapasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh trauma,
alergi, maupun infeksi. Infeksi yang terjadi pada sistem pernapasan bayi dan anak
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan karena aspirasi ( Ngastiyah, 2005). Pneumonia
adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut dengan gejala batuk
dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri,mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi benda asing, berupa radang paru-paru
yang disertai eksudasi dan konsulidasi (Nurarif, 2015).

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan
mempunyai gejala batuk, sesak nafas, bunyi nafas ronki, dan infiltrat pada foto rontgen.
Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi
akut disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan pengendalian penyakit ISPA semua
bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun bronkopneumonia), disebut “Pneumonia”
saja (Christian, 2016).

Berdasarkan data WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah kesehatan di


dunia karena angka kematian- nya sangat tinggi, tidak saja di Indonesia dan negara-
negara berkembang tetapi juga di Negara maju seperti Amerika, Kanada dan Negara-
Negara Eropa lainya. Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian nomor satu
setelah kardiovaskuler dan TBC.

Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas
seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada. Pada umumnya pneumonia dikategorikan
dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah
penderira pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet saat batuk atau

1
bersin. Untuk selanjutnya kuman penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan
melalui proses inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung yaitu
percikkan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara
langsung terhirup oleh orang disekitar penderita. Banyak kasus yang berpengaruh
terhadap meningkatnya kejadian pneumonia pada balita, baik dari aspek individu anak,
orang tua (ibu), maupun lingkungan. Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat
meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit yang salah satunya pneumonia. Rumah
yang padat penghuni, pencemaran udara dalam ruangan akibat penggunaan bahan bakar
pada (kayu bakar/arang), dan perilaku merokok dari orang tua merupakan faktor
lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia (Anwar,
2014).

1.2 Tujuan

Memahami secara mendalam tentang patofisiologi dan asuhan keperawatan pada


anak dengan masalah sistem pernafasan.

1.3 Manfaat

Dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan mahasiswa tentang


patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah sistem pernafasan. Serta
menambah wawasan bahwa pentingnya mempelajari ini untuk melaksanakan praktik
keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Patofisiologi

2.1.1 Patofisiologi Pneumonia

Agent penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi atau pun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernapasan bawah.
Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus menyebabkan sel berisi eksudat dan sel
epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlansung lama sehingga dapat menyebabkan
etelektasis (Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang
menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila
pasien menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare, 2013). Gejala umum
yang biasanya terjadi pada pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak napas
(Djojodibroto, 2014).

2.1.2 Patofisiologi Tuberculosis Paru

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi
bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular
melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru,
akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis
adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
Tuberculosis) (Werdhani, 2011). Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah

3
penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis
yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang
rentan (Ginanjar, 2008). Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel
yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut dengan
BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya
sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri
ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).

4
2.2 Pemeriksaan Head to Toe

2.2.1 Pemeriksaan Head to Toe Penumonia

a. Kepala

 Tujuan : Untuk mengetahui turgor kulit serta tekstur kulit kepala dan untuk
mengetahui adanya lesi atau bekas luka.

 Inspeksi : lihat ada atau tidaknya lesi , warna coklat kehitaman, edema, dan
distribusi rambut.

 Palpasi : raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur halus, kasar,
akral hangat atau dingin.

b. Rambut

 Tujuan : Untuk mengetahui tekstur, warna, dan percabangan rambut serta untuk
mengetahui rontok dan kotor nya.

 Inspeksi : pertumbuhan rambut merata atau tidak, kotor atau tidak serta
bercabang atau tidak.

 Palpasi : mudah rontok atau tidak, tekstur rambut kasar atau halus.

c. Kuku

 Tujuan : Untuk mengetahui warna, keadaan kuku panjang atau tidak, serta
mengetahui kapiler refill.

 Inspeksi : catat mengenai

warna biru : sianosi, merah peningkatan vesibilitas Hb, bentuk

bentuk : clubbing karena hypoxia pada kanker paru.

5
 Palpasi : catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada
pasien hypoxia lambat 5-15 detik)

d. Kepala /wajah

 Tujuan : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta mengetahui luka
atau kelainan pada kepala.

 Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah apa bila muka kanan dan kiri tidak sama,
misal lebih condong ke kanan atau kiri, hal itu menunjukkan ada nya
parase/kelumpuhan.

 Palpasi : rasakan apabila adanyaluka, tonjolan patogik, dan respon nyeri dengan
menekan kepala sesuai kebutuhan.

e. Mata

 Tujuan : Untuk mengetahui bentuk serta fungsi mata (medan penglihatan dan
visus dan ototo-otot mata), serta mengetahui adanya kelainan pandangan pada
mata atau tidak.

 Inspeksi : lihat kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek berkedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera : merah atau konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin, miosis atau medriasis.

 Palpasi : tekan dengan ringan untuk mengetahui adanya TIO (Tekanan Intra
Okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien dengan
glaucoma/kerusakan dikus optikus) adanya nyeri tekan atau tidak.

f. Hidung

 Tujuan : Untuk mengetahui bentuk serat fungsi dari hidung dan mengetahui ada
atau tidaknya imflamasi atau sinusitis.

 Inspeksi : simetris atau tidaknya hidung, ada atau tidaknya inflamasi, sert ada
atau tidaknya secret.

6
 Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.

g. Telinga

 Tujuan : Untuk mengetahui keadaan telinga, kedalaman, telinga luar, saluran


telinga, gendang telinga.

 Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, ukuran, warna, bentuk, kebersihan
dan lesi.

 Palpasi : tekan dun telinga adakah respon nyeri atau tidak serta rasakan
kelenturan kartilago.

h. Mulut dan faring

 Tujuan : Untuk mengetahui kelainan dan bentuk pada mulut, dan mengetahui
kebersihan mulut.

 Inspeksi : lihat pada bagian bibir apakah ada kelainan congenital (bibir
sumbing) kesimetrisan, warna, pembengkakan, lesi, kelembapan, amati juga
jumlah dan bentuk gigi, berlubang, warna plak dan kebersihan gigi.

 Palpasi : pegang dan tekan pelan daerah pipi kemudian rasakan ada masa atau
tumor, oedem atau nyeri

i. Leher

 Tujuan : Untuk menentukan struktur integritas leher, bentuk serta organ yang
berkaitan untuk memeriksa sistem limfatik.

 Inspeksi : amati tiroid, dan amati kesimetrisan leher dari depan, belakang dan
samping.

 Palpasi : pegang leher klien, anjurkan klien untuk menelan dan rasakan adanya
kelenjar tiroid.

j. Dada

7
 Tujuan : Untuk mengetahui kesimetrisan, irama nafas, frekuensi, ada atau
tidaknya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.

 Inspeksi : amati bentuk dada dan pergerakan dada kanan dan kiri, amati adanya
retraksi intercostal, amati pergerakan paru.

 Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan

 Perkusi : menentukan batas normal suara ketukan normal paru. Bunyi resonan
atau sonor pada seluruh lapang paru, jika disertai efusi pleura akan di dapati
suara redup hingga pekak, jika disertai pneumothoraks akan diserati bunyi
hiperesonon.

 Auskultasi : Untuk mengetahui ada atau tidaknya suara tambahan nafas,


vesikuler, wheezing/clecles, atau ronkhi.

k. Abdomen

 Tujuan : Untuk mengetahui gerakan dan bentuk perut, mendengarkan bunyi


peristaltik usus, dan mengetahui ada atau tidaknya nyeri tekan pada organ
dalam abdomen.

 Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna, ada tidaknya retraksi,
benjolan, ada tidaknya simetrisan, serta ada atau tidaknya asietas.

 Palpasi : ada atau tidaknya massa dan respon nyeri. Aukultasi : mendengarkan
bising usu normal 10-12x/menit.

l. Muskuloskeletal

 Tujuan : Untuk mengetahui mobilitas kekuatan dari otot dan gangguan-


gangguan di daerah tertentu.

 Inspeksi : mengenali ukuran adanya atrofi dan hiperatrofi, amati kekuatan otot
dengan memberi penahan pada anggota gerak atas dan bawah.

8
2.2.2 Pemeriksaan Head to Toe Tuberculosis Paru

a. Kepala

 Kaji keadaan kulit kepala bersih/tidak, ada benjolan /tidak,


simetris/ tidak (Muttaqin, 2008).

b. Rambut

 Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut (Muttaqin, 2008).

c. Wajah

 Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak (Muttaqin, 2008).

d. Sistem Penglihatan

 Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/tidak


(Muttaqin, 2008).

e. Wicara dan THT (Muttaqin, 2008)

 Wicara

Kaji fungsi wicara, perubahan suara, afasia, dysfonia

 THT

Inspeksi hidung :

Kaji adanya obtruksi/tidak, simetris/tidak, ada secret/tidak

Telinga :

Kaji telinga luar bersih/tidak, membran tympani, ada secret/tidak

Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi dan penjalaran

9
2.3 Asuhan Keperawatan berdasarkan PPNI

2.3.1 Asuhan Keperawatan pada Pneumonia

A. Pengkajian

- biodata

1. Identitas Pasien terdiri atas Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir, usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa
medis, rencana terapi.
2. Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab terdiri atas Nama ayah dan ibu atau
penanggung jawab, usia, pendidikan, pekerjaan, sumber penghasilan, agama,
alamat.
3. Identitas Saudara Kandung
- Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama Alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
professional. Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2. Riwayat Keluhan Utama Hal yang berhubungan dengan keluhan utama:
a. Munculnya keluhan Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan
(gradual/tiba-tiba), presipitasi/predisposisi (perubahan emosional, kelelahan,
kehamilan, lingkungan, toksin/allergen, infeksi).
b. Karakteristik Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi,
timing (terus menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal yang
meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejalagejala lain yang
berhubungan. c. Masalah sejak muncul keluhan Perkembangannya membaik,
memburuk, atau tidak berubah.
c. Keluhan pada saat pengkajian
d. Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijauhiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring
kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri

10
dada pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri
kepala.
3. Riwayat Masa Lampau (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
a. Prenatal Care Tempat pemeriksaan kehamilan tiap minggu, keluhan saat hamil,
riwayat terkena radiasi, riwayat berat badan selama hamil, riwayat imunisasi
TT, golongan darah ayah dan ibu.
b. Natal Tempat melahirkan, jenis persalinan, penolong persalinan, komplikasi
yang dialami saat melahirkan dan setelah melahirkan.
c. Post Natal Kondisi bayi, APGAR, Berat badan lahir, Panjang badan lahir,
anomaly kongenital, penyakit yang pernah dialami, riwayat kecelakaan, riwayat
konsumsi obat dan menggunakan zat kimia yang berbahaya, perkembangan
anak dibanding saudarasaudaranya.
d. Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi
4. Riwayat Keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik
berhubungan/tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien), gambar
genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti
Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
5. Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa
oba, makanan, udara, debu.

6. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi (imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu imunisasi).

11
7. Riwayat Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan Fisik : Berat badan, tinggi badan, waktu tumbuh gigi, jumlah
gigi, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran lingkar kepala.

b. Perkembangan Tiap Tahap : Usia anak saat berguling, duduk, merangkak,


berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain pertama kali, bicara pertama kali,
kalimat pertama yang disebutkan dan umur mulai berpakaian tanpa bantuan.

8. Riwayat Nutrisi

a. Pemberian ASI

b. Pemberian Susu Formula : Alasan pemberian, jumlah pemberian dan cara


pemberian.

c. Pola Perubahan Nutrisi

9. Riwayat Psikososial

a. Yang mengasuh anak dan alasannya

b. Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan kebiasaan


menghisap jari, membawa gombal, ngompol)

c. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan anak,


ventilasi, letak barang-barang)

12
10. Riwayat Spiritual

a. Support sistem dalam keluarga

b. Kegiatan keagamaan

11. Reaksi Hospitalisasi

a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap : Alasan ibu membawa klien
ke RS, apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak, perasaan orang tua
saat ini, orang tua selalu berkunjung ke RS, yang akan tinggal di RS dengan
anak.

b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

12. Aktivitas Sehari-hari

a. Nutrisi : Selera makan anak sebelum sakit dan saat sakit.

b. Cairan : Jenis minuman sebelum sakit dan saat sakit, frekuensi minum,
kebutuhan cairan dan cara pemenuhan sebelum sakit serta saat sakit.

c. Pola eliminasi : Tempat pembuangan sebelum sakit dan saat sakit, frekuensi,
konsistensi, kesulitan dan obat pencahar yang diberikan sebelum sakit serta saat
sakit.

d. Pola istirahat tidur : Jam tidur anak saat siang dan malam, pola tidur, kebiasaan
sebelum tidur, kesulitan tidur sebelum sakit dan saat sakit.

e. Olahraga : Program olahraga, jenis dan frekuensi, kondisi setelah keluarga


sebelum sakit dan saat sakit.

f. Personal hygiene : Mandi (meliputi cara, frekuensi, dan alat mandi), cuci
rambut (Frekuensi dan cara), gunting kuku (Frekuensi dan cara), gosok gigi
(frekuensi dan cara).

13
g. Aktifitas mobilitas fisik : Kegiatan sehari-hari, pengaturan jadwal harian,
penggunaan alat bantu aktivitas, serta kesulitan pergerakan tubuh ssebelum
sakit dan saat sakit.

h. Rekreasi : Perasaan saat sekolah, waktu luang, perasaan setelah rekreasi, waktu
senggang keluarga dan kegiatan hari libur sebelum sakit dan saat sakit.

13. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan umum yang dikaji :

1) Keadaan umum : Kesadaran, postur tubuh

2) Tanda – tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan

3) Ukuran anthropometric : Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala

4) Kepala : Kebersihan, warna rambut, benjolan dan tekstur rambut

5) Muka : Bentuk muka, ekspresi wajah dan kelainan

6) Mata : Penglihatan, konjungtiva, sclera, kelainan mata

7) Hidung : Kebersihan, kelainan

8) Telinga : Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan

9) Mulut : Gigi, gusi, lidah dan bibir

10) Tenggorokan : Warna mukosa, nyeri tekan dan nyeri menelan

11) Leher : Inspeksi dan palpasi kelenjar thyroid

12) Thorax dan pernapasan : Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (dada)

13) Jantung : Palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung)

14) Abdomen : Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

15) Punggung : Ada/tidak kelainan

14
16) Genetalia dan anus : Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan

17) Ekstremitas : Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah

18) Kulit : Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan

19) Status neurologi : Saraf-saraf kranial dan tanda perangsangan selaput otak

Pemeriksaan fisik penderita pneumonia :

1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas

2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen

3) Tanda-tand vital:

- TD: biasanya normal

- Nadi: takikardi

- RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal

- Suhu: hipertermi

4) Kepala: tidak ada kelainan Mata: konjungtiva nisa anemis

5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung

Paru:

 Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan


otot bantu napas

 Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang
terkena.

 Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani

 Auskultasi: bisa terdengar ronchi.

6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan

15
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan

- Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 tahun)

Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver Development Screening


Test) untuk umur 0 – 6 tahun perkembangan anak diatur dalam 4 kelompok besar yang
disebut sektor perkembangan yang meliputi:

a. Motorik kasar : Kemampuan anak untuk menggunakan dan melibatkan sebagian


besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.

b. Motorik halus : Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot halus sehingga tidak perlu tenaga, namun perlu koordinasi yang
lebih kompleks.

c. Kognitif dan bahasa : Kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan, dan


pendapat melalui pengucapan kata-kata, kemampuan mengerti dan memahami
perkataan orang lain serta berfikir.

d. Kemandirian dan bergaul : Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan


orang lain.

- Tes Diagnostik

1. Laboratorium

2. Foto Rontgen

- Terapi Saat Ini (ditulis dengan rinci)

16
B. Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus berlebihan
yang ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang berlebihan,
dispnea,sianosis, suara nafas tambahan (ronchi).
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernafasan yang
ditandai dengan dispena, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping
hidung.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispnea saat aktifitas
ringan, sianosis.
4. Deficit nutrisi berhubungan dengan Asupan diet kurang yang ditandai dengan
ketidakmampuan menelan makanan,membran mukosa pucat, penurunan berat
badan selama dalam perawatan.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah beraktifitas,keletihan,
ketidaknyamanan setelah beraktifitas
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi yang
ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita
pasien, cara penularan, faktor resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara
pencegahannya

17
no Diagnosa slki siki
1 bersihan jalan Bersihan jalan nafas  Latihan batuk efektif
napas tidak Setelah dilakukan Definisi : Melatih pasien yang
efektif intervensi keperawatan tidak memiliki kemampuan batuk
berhubungan selama 2 x 24 jam maka secara efektif untuk membersihkan
dengan mukus diharapkan bersihan laring,trakea, dan bronkiolus dari
berlebihan jalan napas membaik sekret atau benda asing di jalan
dengan kriteria hasil: napas.
- Batuk efektif
meningkat (5) Tindakan
- Produksi sputum Observasi
menurum (5)
- Wheezing menurun Identifikasi kemampuan batuk
(5) Monitor adanya retensi sputum
- Dispnea menurun (5) Monitor tanda dan gejala infeksi
- Gelisah menurun (5) saluran napas
- Frekuensi napas Monitor input dan output cairan
membaik (5) (mis, jumlah dan karakteristik)
- Pola napas membaik
(5) Terapeutik
Atur posisi semi-Fowler atau
Fowler
Pasang periak dan bengkok di
pangkuan pasien
Buang sekret pada tempat sputum

Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian

18
kaluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8
detik
Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kall Anjurkan
batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke-
3

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu

 Manajemen Jalan Napas


Tindakan:
Observasi:
- Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
- Monitor bunyi napas
tambahan (mis. gurgling,
mengi, wheezing, ronchi
kering)
- Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)

Terapeutik:
- Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan headtilt dan
chin-lift (jawthrust jika curiga
trauma servical)
- Posisikan semi-fowler atau

19
fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
- Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2 pola nafas tidak Setelah dilakukan  Manajemen Jalan Napas


efektif intervensi keperawatan Tindakan:
berhubungan selama 2 x 24 jam maka Observasi:
dengan inspirasi dan atau - Monitor pola napas
keletihan otot ekspirasi yang (frekuensi, kedalaman, usaha
pernafasan memberikan ventilasi napas)
adekuat membaik - Monitor bunyi napas
dengan kriteria hasil : tambahan (mis. gurgling,
a. Disspnea menurun (5) mengi, wheezing, ronchi
b. Penggunaan otot

20
bantu napas menurun kering)
(5) - Monitor sputum (jumlah,
c. Pemanjangan fase warna, aroma)
ekspirasi menurun (5)
d. Ortopnea menurun Terapeutik:
(5) - Pertahankan kepatenan jalan
e. Pernapasanpursed-lip napas dengan headtilt dan
menurun (5) chin-lift (jawthrust jika curiga
f. Pernapasan cuping trauma servical)
hidung menurun (5) - Posisikan semi-fowler atau
g. Ventilasi semenit fowler
meningkat (5) - Berikan minum hangat
h. Kapasitas vital - Lakukan fisioterapi dada, jika
meningkat (5) perlu
i. Diameter thorax - Lakukan penghisapan lendir
anterior posterior kurang dari 15 detik
meningkat (5) - Lakukan hiperoksigenasi
j. Tekanan ekspirasi sebelum penghisapan
meningkat (5) endotrakeal
k. Tekanan inspirasi - Keluarkan sumbatan benda
meningkat (5) padat dengan forsep McGill
l. Frekuensinapas - Berikan oksigen, jika perlu
membaik (5) Edukasi:
m. Kedalaman napas - Anjurkan asupan cairan 2000
membaik (5) ml/hari, jika tidak
n. Ekskursi dada kontraindikasi
membaik (5) - Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
 Pemantauan

21
respirasi
Tindakan:
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
- Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Ch
eyne-Stokes, Biot, ataksik0
- Monitor kemampuan batuk
efektif
- Monitor adanya produksi
sputum
- Monitor adanya sumbatan
jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan

22
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

3 Gangguan Pertukaran gas  Pemantauan respirasi


pertukaran gas Setelah dilakukan Tindakan:
berhubungan intervensi keperawatan Observasi
dengan selama 2 x 24 jam - Monitor frekuensi, irama,
perubahan karbondioksida pada kedalaman, dan upaya napas
membran membran alveolus- - Monitor pola napas (seperti
alveolar-kapiler kapiler dalam batas bradipnea, takipnea,
normal dengan kriteria hiperventilasi, Kussmaul, Ch
hasil : eyne-Stokes, Biot, ataksik0
- Monitor kemampuan batuk
Tingkat kesadaran efektif
meningkat (5) - Monitor adanya produksi
Dispnea menurun (5) sputum
Bunyi napas tambahan - Monitor adanya sumbatan
menurun (5) jalan napas
Pusing menurun (5) - Palpasi kesimetrisan
Penglihatan kabur ekspansi paru
menurun (5) - Auskultasi bunyi napas
Diaphoresis menurun - Monitor saturasi oksigen
(5) - Monitor nilai AGD
Gelisah menurun (5) - Monitor hasil x-ray toraks
Napas cuping hidung
menurun (5)
Terapeutik
PCO2 membaik (5)
- Atur interval waktu
PO2 membaik (5)
pemantauan respirasi sesuai
Takikardia membaik (5)
kondisi pasien
pH arteri membaik (5)
- Dokumentasikan hasil
sianosis membaik (5)
pemantauan
pola napas membaik (5)

23
warna kulit membaik
(5) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

 Terapi oksigen
Tindakan
Obeservasi
- Monitor kecepatan aliran
oksigen
- Monitor posisi alat terapi
oksigen
- Monitor aliran oksigen
secara periodic dan pastikan
fraksi yang diberikan cukup
-  Monitor efektifitas terapi
oksigen (missal nya:
oksimetri, analisa gas darah),
jika itu perlu
-  Monitor kemampuan
melepaskan oksigen
saat makan
- Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen
danatelektasis
- Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa

24
hidung akibat pemasangan
oksigen

Terapeutik
-  bersihankan secret pada
mulut, hidung, dan trakea,
jika itu perlu
- pertahankan kepatenan jalan
napas
- siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
- berikan oksigen tambahan,
jika itu perlu
- tetap berikan oksigen saat
pasien di transportasi
- gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien

Edukasi
-  ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
dirumah

Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
atau tidur

4 Deficit nutrisi Setelah dilakukan  MANAJEMEN

25
berhubungan intervensi keperawatan NUTRISI (I. 03119)
dengan Asupan selama 2 x 24 jam
1. Observasi
diet kurang maka Status Nutrisi
 Identifikasi status
Membaik dengan
nutrisi
kriteria hasil :
 Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
 Porsi makanan
 Identifikasi makanan
yang dihabiskan
yang disukai
meningkat (5)
 Identifikasi kebutuhan
 ekuatan otot
kalori dan jenis nutrient
menyunyah
 Identifikasi perlunya
meningkat (5)
penggunaan selang
 Kekuatan otot
nasogastrik
menelan
 Monitor asupan
meningkat (5)
makanan
 Verbalisasi
 Monitor berat badan
keinginan
 Monitor hasil
meningkat (5)
pemeriksaan
 Meningkatkan
laboratorium
nutrisi
2. Terapeutik
pengetahuan
 Lakukan oral hygiene
tentang pilihan
sebelum makan, jika
meningkat (5)
perlu
 Minuman yang
 Fasilitasi menentukan
sehat
pedoman diet (mis.
pengetahuan
Piramida makanan)
tentang standar
 Sajikan makanan secara
meningkat (5)
menarik dan suhu yang
 Asuhan nutrisi
sesuai
yang tepat.
 Berikan makan tinggi
meningkat (5)
serat untuk mencegah
 Perasaan cepat

26
kenyang konstipasi
menurun (5)  Berikan makanan tinggi
 Nyeri abdomen kalori dan tinggi protein
menurun (5)  Berikan suplemen
 Satriawan makanan, jika perlu
menurun (5)  Hentikan pemberian
 Rambut Rontok makan melalui selang
menurun (5) nasigastrik jika asupan
 Diare menurun oral dapat ditoleransi
(5) 3. Edukasi
 Berat Badan  Anjurkan posisi duduk,
indeks Massa jika mampu
tubuh (IMT)  Ajarkan diet yang
membaik (5) diprogramkan
 Frekuensi makan 4. Kolaborasi
membaik (5)  Kolaborasi pemberian
 Nafsu Makan medikasi sebelum
membaik (5) makan (mis. Pereda
 Bising Usus nyeri, antiemetik), jika
membaik (5) perlu
 Tebal lipatan  Kolaborasi dengan ahli
kulit trisep gizi untuk menentukan
membaik (5) jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlU

 PROMOSI BERAT
BADAN

1. Observasi
 Identifikasi
kemungkinan penyebab
BB kurang

27
 Monitor adanya mual
dan muntah
 Monitor jumlah
kalorimyang
dikomsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin,
limfosit, dan elektrolit
serum
2. Terapeutik
 Berikan perawatan
mulut sebelum
pemberian makan, jika
perlu
 Sediakan makan yang
tepat sesuai kondisi
pasien( mis. Makanan
dengan tekstur halus,
makanan yang
diblander, makanan cair
yang diberikan melalui
NGT atau Gastrostomi,
total perenteral
nutritition sesui
indikasi)
 Hidangkan makan
secara menarik
 Berikan suplemen, jika
perlu
 Berikan pujian pada
pasien atau keluarga
untuk peningkatan yang

28
dicapai
3. Edukasi
 Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi,
namuntetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan

5 Intoleransi Setelah dilakukan  MANAJEMEN


aktifitas intervensi keperawatan ENERGI
berhubungan selama 2 x 24 jam
dengan diharapkan intoleransi 1. Observasi

ketidakseimban aktivitas meningkat  Identifkasi gangguan

gan antara dengan kriteria hasil : fungsi tubuh yang

suplai dan - Kemudahan dalam mengakibatkan

kebutuhan melakukan aktivitas kelelahan

oksigen sehari-hari  Monitor kelelahan fisik

meningkat ke 5 dan emosional

- Kekuatan tubuh  Monitor pola dan jam

bagian atas dan tidur

bawah meningkat ke  Monitor lokasi dan

5 ketidaknyamanan

- Keluhan lelah selama melakukan

menurun ke 5 aktivitas

- Dispnea saat 2. Terapeutik

aktivitas menurn ke  Sediakan lingkungan

5 nyaman dan rendah

-
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
 Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif

29
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

 TERAPI AKTIVITAS

1. Observasi
 Identifikasi deficit
tingkat aktivitas
 Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivotas tertentu

30
 Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
 Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
 Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu
luang
 Monitor respon
emosional, fisik, social,
dan spiritual terhadap
aktivitas
2. Terapeutik
 Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan
deficit yang dialami
 Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi danrentang
aktivitas
 Fasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan social
 Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia

31
 Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi transportasi
untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
 Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasikan
aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis. ambulansi,
mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai
kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami keterbatasan
waktu, energy, atau
gerak
 Fasilitasi akvitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas
fisik untuk memelihara
berat badan, jika sesuai
 Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
 Fasilitasi aktivitas
dengan komponen

32
memori implicit dan
emosional (mis. kegitan
keagamaan khusu)
untuk pasien dimensia,
jika sesaui
 Libatkan dalam
permaianan kelompok
yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
 Tingkatkan keterlibatan
dalam aktivotasrekreasi
dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan
( mis. vocal group, bola
voli, tenis meja,
jogging, berenang,
tugas sederhana,
permaianan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri,
dan teka-teki dan kart)
 Libatkan kelarga dalam
aktivitas, jika perlu
 Fasilitasi
mengembankan
motivasi dan penguatan
diri
 Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas

33
dalam rutinitas sehari-
hari
 Berikan penguatan
positfi atas partisipasi
dalam aktivitas
3. Edukasi
 Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
 Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
 Anjurka terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
 Anjurkan keluarga
untuk member
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
 Rujuk pada pusat atau
program aktivitas

34
komunitas, jika perlu

2.3.2 Asuhan Keperawatan pada Tuberculosis Paru

A. Pengkajian
- biodata
1. Identitas Pasien terdiri atas Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir,
usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi.
2. Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab terdiri atas Nama ayah dan ibu
atau penanggung jawab, usia, pendidikan, pekerjaan, sumber
penghasilan, agama, alamat.
3. Identitas Saudara Kandung

- Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama Alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada
tenaga professional. Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak
napas.
2. Riwayat Keluhan Utama Hal yang berhubungan dengan keluhan
utama:
a. Munculnya keluhan Tanggal munculnya keluhan, waktu
munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba), presipitasi/predisposisi
(perubahan emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan,
toksin/allergen, infeksi).
b. Karakteristik Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai
dan radiasi, timing (terus menerus/intermiten, durasi setiap
kalinya), hal-hal yang
meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan,
gejalagejala lain yang berhubungan. c. Masalah sejak muncul
keluhan Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak
berubah.

35
c. Keluhan pada saat pengkajian
d. Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak
produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk
produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan,
kehijauhiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali
berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam
tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya).
Adanya keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas, peningkatan
frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.
3. Riwayat Masa Lampau (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
a. Prenatal Care Tempat pemeriksaan kehamilan tiap minggu,
keluhan saat hamil, riwayat terkena radiasi, riwayat berat badan
selama hamil, riwayat imunisasi TT, golongan darah ayah dan
ibu.
b. Natal Tempat melahirkan, jenis persalinan, penolong persalinan,
komplikasi yang dialami saat melahirkan dan setelah
melahirkan.
c. Post Natal Kondisi bayi, APGAR, Berat badan lahir, Panjang
badan lahir, anomaly kongenital, penyakit yang pernah dialami,
riwayat kecelakaan, riwayat konsumsi obat dan menggunakan
zat kimia yang berbahaya, perkembangan anak dibanding
saudarasaudaranya.
d. Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah
menderita penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi
4. Riwayat Keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik
berhubungan/tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien),
gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3
generasi).

36
Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab
pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
5. Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap
beberapa oba, makanan, udara, debu.

6. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi (imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu
imunisasi).

7. Riwayat Tumbuh Kembang


a. Pertumbuhan Fisik : Berat badan, tinggi badan, waktu tumbuh
gigi, jumlah gigi, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran
lingkar kepala.
b. Perkembangan Tiap Tahap : Usia anak saat berguling, duduk,
merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain pertama
kali, bicara pertama kali, kalimat pertama yang disebutkan dan
umur mulai berpakaian tanpa bantuan.
8. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
b. Pemberian Susu Formula : Alasan pemberian, jumlah
pemberian dan cara pemberian.
c. Pola Perubahan Nutrisi
9. Riwayat Psikososial
a. Yang mengasuh anak dan alasannya
b. Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan
kebiasaan menghisap jari, membawa gombal, ngompol)

37
c. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman,
keselamatan anak, ventilasi, letak barang-barang)
10. Riwayat Spiritual
a. Support sistem dalam keluarga
b. Kegiatan keagamaan
11. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap : Alasan ibu
membawa klien ke RS, apakah dokter menceritakan tentang
kondisi anak, perasaan orang tua saat ini, orang tua selalu
berkunjung ke RS, yang akan tinggal di RS dengan anak.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah
sebagai berikut:
a. Pola aktivitas dan istirahat
 Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
pendek), demam, menggigil.
 Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,
lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C)
hilang timbul.
b. Pola nutrisi
 Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
 Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub
kutan.
c. Respirasi
 Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
 Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent,
mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar
bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan
tidak simetris(effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

38
d.Rasa nyaman/nyeri
 Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
 Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri
bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
f. Integritas ego
 Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak
ada harapan.
 Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
g. Keamanan
 Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
 Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
h. Interaksi Sosial
 Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan
pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membrane alveolar.
3. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
7. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.

39
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Bersihan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
jalan tindakan 1. Kaji ulang fungsi 1. Penurunan bunyi
napas tidak keperawatan pernapasan: bunyi napas
efektif kebersihan jalan napas, indikasi atelektasis,
berhubunga napas efektif, kecepatan, irama, ronki
n dengan criteria kedalaman dan indikasi akumulasi
dengan hasil: penggunaan secret/ketidakmam
penumpuka  Mempertah otot aksesori. puan
n ankan jalan 2. Catat membersihkan
sekret napas kemampuan untuk jalan napas
pasien. mengeluarkan sehingga otot
Mengeluark secret atau aksesori
an batuk efektif, catat digunakan dan
sekret tanpa karakter, jumlah kerja
bantuan. sputum, pernapasan
 Menunjukk adanya hemoptisis. meningkat.
an 3. Berikan pasien 2. Pengeluaran sulit
prilaku posisi semi bila sekret
untuk atau Fowler, tebal, sputum
memperbai Bantu/ajarkan berdarah akibat
ki batuk efektif dan kerusakan paru
bersihan latihan atau luka bronchial
jalan napas dalam. yang memerlukan
napas. 4. Bersihkan sekret evaluasi /intervensi
dari mulut lanjut
 Berpartisip dan trakea, suction 3. Meningkatkan
asi bila ekspansi paru,

40
dalam perlu 5. ventilasi maksimal
program Pertahankan intake membukaarea
pengobatan cairan atelektasis dan
sesuai minimal 2500 peningkatan
kondisi. ml/hari gerakan sekret
kecuali agar mudah
 Mengidenti kontraindikasi. dikeluarkan.
fikasi 6.Lembabkan 4. Mencegah
potensial udara/oksigen obstruksi/aspirasi.
komplikasi inspirasi. Suction dilakukan
dan Kolaborasi: bila pasien
melakukan 1. Berikan obat: tidak mampu
tindakan agen mengeluarkan
tepa mukolitik, sekret.
bronkodilator, 5. Membantu
kortikosteroid mengencerkan
sesuai secret sehingga
indikasi. mudah
dikeluarkan.
6. Mencegah
pengeringan
membran mukosa.
Kolaborasi :
1. Menurunkan
kekentalan
sekret, lingkaran
ukuran
lumen
trakeabronkial,
berguna jika terjadi
hipoksemia pada
kavitas yang luas.

41
Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
pertukaran tindakan 1. Kaji dispnea, 1. Tuberkulosis
gas keperawatan takipnea, paru dapat
berhubunga pertukaran gas bunyi pernapasan rnenyebabkan
n efektif, dengan abnormal. meluasnya
dengan kriteria hasil: Peningkatan jangkauan dalam
kerusakan  Melaporkan upaya respirasi, paru-pani
membran tidak terjadi keterbatasan yang berasal dari
alveolar dispnea. ekspansi dada bronkopneumonia
 Menunjukkan dan kelemahan. yang
perbaikan 2. Evaluasi meluas menjadi
ventilasi dan perubahan-tingkat inflamasi,
oksigenasi kesadaran, catat nekrosis, pleural
jaringan tanda- effusion dan
adekuat dengan tanda sianosis dan meluasnya fibrosis
GDA dalam perubahan warna dengan
rentang normal. kulit, gejala-gejala

 Bebas dari gejala membran mukosa, respirasi distress.


distress dan 2. Akumulasi secret

pernapasan. warna kuku. dapat


3. menggangp
Demonstrasikan/anj oksigenasi di
urkan organ vital dan
untuk jaringan.
mengeluarkan 3. Meningkatnya
napas dengan bibir resistensi aliran
disiutkan, udara untuk
terutama pada mencegah
pasien kolapsnya jalan
dengan fibrosis atau napas.
kerusakan 4. Mengurangi
parenkim. konsumsi oksigen

42
4. Anjurkan untuk pada periode
bedrest, batasi dan respirasi.
bantu aktivitas 5. Menurunnya
sesuai kebutuhan. saturasi oksigen
5. Monitor GDA. (PaO2) atau
Kolaborasi: meningkatnya
1. Berikan oksigen PaC02
sesuai indikasi menunjukkan
perlunya
penanganan yang
lebih.
adekuat atau
perubahan terapi.
Kolaborasi :
1. Membantu
mengoreksi
hipoksemia yang
terjadi
sekunder
hipoventilasi dan
penurunan
permukaan
alveolar paru.
Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
keseimbang tindakan 1. Catat status 1. Berguna dalam
an nutrisi keperawatan nutrisi paasien: mendefinisikan
kurang diharapkan kebut turgor kulit, derajat
dari uhan nutrisi timbang berat masalah dan
kebutuhan adekuat, dengan badan, integritas intervensi yang
tubuh kriteria hasil: mukosa tepat.
berhubunga  Menunjukkan mulut, kemampuan 2. Membantu
n berat badan menelan, adanya intervensi

43
dengan meningkat bising kebutuhan yang
anoreksia. mencapai usus, riwayat spesifik,
tujuan dengan nilai mual/rnuntah meningkatkan
laboratoriurn atau diare. intake diet
normal dan 2. Kaji ulang pola pasien.
bebas tanda diet pasien 3. Mengukur
malnutrisi. yang disukai/tidak keefektifan nutrisi
 Melakukan disukai. . Monitor dan cairan.
perubahan pola intake dan output 4. Dapat
hidup untuk secara periodik. menentukan jenis
meningkatkan 4. Catat adanya diet dan
dan mempertahan anoreksia, mual, mengidentifikasi
kan berat badan muntah, dan pemecahan
yang tepat tetapkan masalah untuk
jika ada meningkatkan
hubungannya intake nutrisi.
dengan medikasi. 5. Membantu
Awasi frekuensi, menghemat energi
volume, konsistensi khusus saat demam
Buang Air Besar terjadi
(BAB). peningkatan
5. Anjurkan metabolik.
bedrest. 6. Mengurangi rasa
6. Lakukan tidak enak
perawatan mulut dari sputum atau
sebelum dan obat-obat
sesudah yang digunakan
tindakan yang dapat
pernapasan. merangsang
7. Anjurkan makan muntah.
sedikit 7. Memaksimalkan
dan sering dengan intake nutrisi

44
makanan dan menurunkan
tinggi protein dan iritasi gaster.
karbohidrat. Kolaborasi :
Kolaborasi: 1. Memberikan
1. Rujuk ke ahli bantuan dalarn
gizi untuk perencaaan diet
menentukan dengan nutrisi
komposisi diet. adekuat unruk
2. Awasi kebutuhan
pemeriksaan metabolik dan diet.
laboratorium. 2. Nilai rendah
(BUN, menunjukkan
protein serum, dan malnutrisi dan
albumin). perubahan
program terapi.
Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
rasa tindakan 1. Observasi 1. Nyeri merupakan
nyaman : keperawatan rasa karakteristik respon
nyeri nyeridapat nyeri, mis tajam, subjekstif yang
berhubunga berkurang atau konstan , dapat diukur.
n terkontrol, dengan ditusuk. Selidiki 2. Perubahan
dengan KH: perubahan frekuensi jantung
reaksi  Menyatakan karakter TD menunjukan
inflamasi nyeri berkurang /lokasi/intensitas bahwa pasien
atauter kontrol nyeri. mengalami nyeri,
 Pasien tampak 2. Pantau TTV khususnya
rileks 3. Berikan tindakan bila alasan untuk
nyaman mis, pijatan perubahan
punggung, tanda vital telah
perubahan posisi, terlihat.
music tenang, 3. Tindakan non
relaksasi/latihan analgesik

45
nafas. diberikan dengan
4. Tawarkan sentuhan
pembersihan lembut dapat
mulut dengan menghilangkan
sering. ketidaknyamanan
5. Anjurkan dan dan memperbesar
bantu pasien efek terapi
dalam teknik analgesik.
menekan 4. Pernafasan mulut
dada selama dan terapi
episode oksigen dapat
batukikasi. mengiritasi dan
Kolaborasi : mengeringkan
1. Kolaborasi dalam membran
pemberian mukosa, potensial
analgesik sesuai ketidaknyamanan
indikasi umum.
5. Alat untuk
mengontrol
ketidaknyamanan
dada sementara
meningkatkan
keefektifan upaya
batuk.
Kolaborasi :
1. Obat ini dapat
digunakan
untuk menekan
batuk non
produktif,
meningkatkan
kenyamanan

46
Hipertermi Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
berhubunga tindakan 1. Kaji suhu tubuh 1. Mengetahui
n keperawatan pasien. peningkatan suhu
dengan diharapkan suhu 2. Beri kompres air tubuh,
reaksi tubuh kembali hangat. memudahkan
inflamasi. normal dengan 3. Berikan/anjurkan intervensib.
KH : pasien 2. Mengurangi
 Suhu tubuh untuk banyak panas dengan
36°C-37°C minum 1500- 2000 pemindahan panas
cc/hari (sesuai secara
toleransi). konduksi. Air
4. Anjurkan pasien hangat
untuk mengontrol
menggunakan pemindahan panas
pakaian secara perlahan
yang tipis dan tanpa
mudah menyebabkan
menyerap keringat. hipotermi atau
5. Observasi intake menggigil.
dan 3. Untuk mengganti
output, tanda vital cairan tubuh
(suhu, yang hilang akibat
nadi, tekanan evaporasi.
darah) tiap 3 4. Memberikan rasa
jam sekali atau nyaman dan
sesuai pakaian yang tipis
indikasi. mudah
Kolaborasi : menyerap keringat
1. Pemberian cairan dan tidak
intravena merangsang
dan nutrisi lewat peningkatan suhu
infus. tubuh.

47
5. Mendeteksi dini
kekurangan
cairan serta
mengetahui
keseimbangan
cairan dan
elektrolit dalam
tubuh. Tanda
vital merupakan
acuan untuk
mengetahui
keadaan umum
pasien.
Kolaborasi :
1. Pemberian cairan
sangat
penting bagi pasien
dengan
suhu tubuh yang
tinggi. Obat
khususnya untuk
menurunkan
panas tubuh pasien.
Intoleransi Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
aktivitas tindakan 1. Evaluasi respon 1. Menetapkan
berhubunga keperawatan pasien kemampuan atau
n pasien diharapkan terhadap aktivitas. kebutuhan pasien
dengan mampu Catat laporan memudahkan
ketidakseim melakukan dispnea, pemilihan
ban aktivitas dalam peningkatan intervensi.
gan antara batas yang kelemahan 2. Menurunkan
suplai dan ditoleransi atau kelelahan. stress dan

48
kebutuhan dengan kriteria 2. Berikan rangsanagn
oksigen. hasil: lingkungan tenang berlebihan,
 Melaporkan dan batasi meningkatkan
atau pengunjung istirahat.
menunjukan selama fase akut 3. Tirah baring
peningkatan sesuai dipertahankan
toleransi indikasi. selama fase akut
terhadap 3. Jelaskan untuk
aktivitas yang pentingnya menurunkan
dapat diukur istirahat dalam kebutuhan
dengan adanya rencana metabolic,
dispnea, pengobatandan menghemat energy
kelemahan perlunya untuk
berlebihan, dan keseimbangan penyembuhan.
tanda vital dalam aktivitas dan 4. Pasien mungkin
rentan normal. istirahat. nyaman
4. Bantu pasien dengan kepala
memilih tinggi, tidur di
posisi nyaman kursi atau
untuk menunduk ke
istirahat. depan
5. Bantu aktivitas meja atau bantal.
perawatan 5. Meminimalkan
diri yang kelelahan dan
diperlukan. membantu
Berikan kemajuan keseimbanagnsupla
peningkatan i dan kebutuhan
aktivitas oksigen
selama fase
penyembuhan.
infeksi tindakan 1. Review patologi 1. Membantu
berhubunga keperawatan tidak penyakit fase pasien agar mau

49
n terjadi aktif/tidak aktif, mengerti dan
dengan penyebaran/ penyebaran infeksi menerima terapi
pertahanan aktivitas ulang melalui bronkus yang diberikan
primer tidak infeksi, dengan pada jaringan untuk
adekuat kriteria hasil: sekitarnya atau mencegah
 Mengidentifika aliran darah atau komplikasi.
si intervensi sistem limfe dan 2. Orang-orang
untuk resiko infeksi yang beresiko
mencegah/men melalui perlu program
urunkan resiko batuk, bersin, terapi obat
penyebaran meludah, tertawa., untuk mencegah
infeksi. ciuman atau penyebaran
 Menunjukkan/ menyanyi. infeksi.
melakukan 2. Identifikasi 3. Kebiasaan ini
perubahan pola orang-orang yang untuk mencegah
hidup untuk beresiko terkena terjadinya
meningkatkan infeksi seperti penularan infeksi.
lingkungan anggota 4. Mengurangi
yang. aman. keluarga, teman, risilio penyebaran
orang dalam satu infeksi.
perkumpulan. 5. Febris
3. Anjurkan pasien merupakan indikasi
menutup mulut dan terjadinya infeksi.
membuang dahak 6. Pengetahuan
di tempat tentang faktor-
penampungan yang faktor ini
tertutup jika batuk. membantu pasien
4. Gunakan masker untuk mengubah
setiap melakukan gaya hidup
tindakan. dan
5. Monitor menghindari/meng
temperatur. urangi

50
6. Identifikasi keadaan yang lebih
individu yang buruk. 7. Periode
berisiko tinggi menular dapat
untuk terjadi
terinfeksi ulang hanya 2-3 hari
Tuberkulosis paru, setelah
seperti: permulaan
alkoholisme, kemoterapi jika
malnutrisi, sudah terjadi
operasi bypass kavitas, resiko,
intestinal, penyebaran infeksi
menggunakan obat dapat
penekan imun/ berlanjut sampai 3
kortikosteroid, bulan.
adanya diabetes Kolaborasi :
melitus, kanker. 1. INH adalah obat
7. Tekankan untuk pilihan bagi
tidak menghentikan penyakit
terapi yang dijalani. Tuberkulosis
Kolaborasi: primer
1. Pemberian terapi dikombinasikan
INH, dengan obat-obat
etambutol, lainnya.
Rifampisin. Pengobatan
2. Pemberian terapi jangka pendek INH
Pyrazinamid dan Rifampisin
(PZA)/Aldinamide, selama 9 bulan
para- dan Etambutol
amino salisik untuk 2 bulan
(PAS), pertama.
sikloserin, 2. Obat-obat
streptomisin. sekunder diberikan

51
3. Monitor sputum jika obat-obat
BTA. primer sudah
resisten.
3. Untuk
mengawasi
keefektifan
obat dan efeknya
serta respon
pasien terhadap
terapi

Evaluasi
1. Dx 1:Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
 Mempertahankan jalan napas pasien.
 Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
 Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
 Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
 Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
2. Dx 2: Pertukaran gas efektif, dengan kriteria evaluasi:
 Melaporkan tidak terjadi dispnea.
 Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal.
 Bebas dari gejala distress pernapasan.
3. Dx 3: Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:
 Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
 Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan

52
mempertahankan berat badan yang tepat.
4. Dx 4: Nyeri dapat berkurang atau terkontrol, dengan kriteria evaluasi:
 Menyatakan nyeri berkurang atauterkontrol
 Pasien tampak rileks
5. DX 5 : Suhu tubuh kembali normal dengan kriteria evaluasi :
 Suhu tubuh 36°C-37°C.
6. DX 6 : Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi
dengan kriteria evaluasi :
 Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan
tanda vital dalam rentan normal.
7. DX 7 :Tidak terjadi penyebaran/ aktivitas ulang infeksi, dengan kriteria
evaluasi:
 Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi.
Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang. aman.

BAB III

TELAAH JURNAL

3.1 Jurnal 1

53
TELAAH JURNAL

1. Metode Pencarian Literatur


 Database yang digunakan pada telaah jurnal kali ini yaitu google
scholar, https://ejurnal.ibisa.ac.id/index.php/jkk/article/view/101/97
 Kata kunci literatur ; Faktor-faktor yang berhubungan, Pneumonia
 Proses seleksi literatur : berdasarkan literatur yang memenuhi
keinginan dari penelaah.
2. Abstrak
 Sistematika penulisan : belum memiliki unsur discussion
 Bahasa yang digunakan sudah memenuhi tata bahasa Indonesia yang
benar, disusun secara singkat, padat dan jelas
 Kelebihan : sistematika penulisan baik dan kata-kata yang digunakan
baku.
 Kekurangan : ada beberapa kata yang salah dalam penggunaan huruf
kapital. Abstrak pada jurnal ini juga belum memasukkan keterangan
apakah masalah telah terselesaikan dengan sempurna atau memerlukan
penelitian lanjutan.
3. Deskripsi Umum

54
 Judul : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita di Puskesmas Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang
 Penulis : Ika oktaviani, Siti Maesaroh
 Publikasi : 2017
 Tanggal telaah : 19 April 2022
4. Deskripsi Konten/Isi
 Masalah Penelitian : Pneumonia merupakan salah satu penyakit Infeksi
Saluran
Pernafasan Akut pada anak yang sangat serius dan yang paling banyak
menyebabkan kematian.
 Tujuan Penelitian : untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang
berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia pada balita di
Puskesmas Kecamatan Teluknaga.
 Hasil Penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kejadian pneumonia (19,4%),
umur 0–36 bulan (19,6%) Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 1,000
maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi antara umur
dengan kejadian Pneumonia pada balita (H0 diterima), berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara Umur dengan kejadian Pneumonia
pada balita, jenis kelamin laki – laki (18,1%) Hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0,572 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
proporsi antara jenis kelamin dengan kejadian Pneumonia pada balita
(Ho diterima), berarti tidak hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan kejadian Pneumonia pada balita, status gizi baik
(19,1%) Hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0,591 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
proporsi antara penggunaan air bersih dan diare pada balita (Ho
diterima), berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara status
imunisasi dengan kejadian Pneumonia pada balita., status imunisasi
tidak lengkap (22,9%) Hasil uji statistik diperoleh
nilai p= 0,034 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi antara
status imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita (Ho ditolak),

55
berarti ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi dengan
kejadian pneumonia
pada balita. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 1,930, ini
berarti balita
yang status imunisasinya tidak lengkap mempunyai resiko 2 kali untuk
terkena
penyakit pneumonia dibandingkan balita yang status imunisasinya
lengkap, dengan kata lain status imunisasi tidak lengkap berisiko untuk
balita terkena
penyakit pneumonia.. Berdasarkan hasil analisa statistic dari empat
variable yang diteliti terdapat satu variabel yang berhubungan yaitu
status imunisasi tidak lengkap (p value 0,034) dengan kejadian
penyakit Pneumonia pada balita di Puskesmas Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang Tahun 2015.
 Kesimpulan Penelitian :
Berdasarkan 4 faktor yang diteliti dalam jurnal ini terkait pneumonia,
yaitu umur, jenis kelamin, status gizi dan status imunisasi hanya status
imunisasi yang berpengaruh terhadap masalah pneumonia pada anak.
Namun, ada pengaruh factor yang berbeda dalam penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yaitu status gizi dan umur.
Pada jurnal peneliti lain, status gizi berpengaruh terhap masalah
pneumonia pada anak. Pada buku shaleh (2008) dijelaskan bahwa
Anak berusia dibwah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA lebih
besar dari pada anak yang lebih tua. Namun, pada penelitian ini tidak
terdapat penggaruh umur dengan masalah pneumonia pada anak.
5. Telaah Jurnal
 Fokus Penelitian : Hingga saat ini penyakit infeksi saluran pernafasan
akut, khususnya pneumonia masih menjadi penyebab kematian
terbesar pada bayi dan balita. Namun masalah ini hingga saat ini
kurang mendapatkan perhatian sehingga
dunia menyebutnya sebagai the forgotten pandemic. Berdasarkan data
Survei

56
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 menunjukan bahwa angka
kematian
Balita akibat penyakit sistem pernapasan adalah 4,9/1000 Balita.
Sekitar 80 – 90
% dari kematian ini disebabkan oleh
Pneumonia.(id.scribd.com/doc/7369818 1/Analisis Kesahatan ).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
mengetahui lebih jauh mengenai factor – faktor yang berhubungan
dengan tingginya angka kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas
Kecamatan Teluk Naga tahun 2015.
 Gaya dan Sistematika Penulisan : terdapat perbedaan font penulisan
yang digunakan. Rumusan masalah dan saran belum dicantumkan.
Tata bahasa dalam penelitian ini mudah dipahami.
 Penulis : Ika Oktaviani dan Siti Maesaroh ( Mahasiswi DIII kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang )\
 Judul Penelitian : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Kecamatan
Teluknaga Kabupaten Tangerang
Judul pada penelitian ini sudah cukup jelas dan tidak ambigu.
 Abstrak :
Kelebihan : sistematika penulisan baik dan kata-kata yang digunakan
baku.
 Kekurangan : ada beberapa kata yang salah dalam penggunaan huruf
kapital. Abstrak pada jurnal ini juga belum memasukkan keterangan
apakah masalah telah terselesaikan dengan sempurna atau memerlukan
penelitian lanjutan.
 Masalah Penelitian : Pneumonia balita yaitu penyakit yang menyerang
jaringan paru, ditandai dengan batuk disertai napas cepat atau sesak
napas.Pneumonia merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut pada anak yang sangat serius dan yang paling banyak
menyebabkan kematian.

57
 Tujuan Penelitian : untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang
berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia pada balita di
Puskesmas Kecamatan Teluknaga.
 Manfaat Penelitian : agar tenaga kesehatan mengetahui apa saja yang
sekiranya bisa menjadi faktor yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia dan lebih meningkatkan program penyuluhan kesehatan
masyarakat khususnya kejadian pneumonia.
 Tinjauan Pustaka : jurnal-jurnal yang digunakan sebagai bahan
referensi dalam penelitian ini cukup relevan sehingga dapat digunakan
dalam penyusunan penelitian ini
 Populasi dan Sample : semua balita yang datang ke Puskesmas Teluk
Naga di Desa Teluk Naga dengan teknik pengambilan sampel simple
random sampling
 Defenisi Operasional Variabel :
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi.
Pneumonia bisa menimbulkan gejala yang ringan hingga berat.
Beberapa gejala yang umumnya dialami penderita pneumonia adalah
batuk berdahak, demam, dan sesak napas. 
 Hasil Penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kejadian pneumonia (19,4%),
umur 0–36 bulan (19,6%) Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 1,000
maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi antara umur
dengan kejadian Pneumonia pada balita (H0 diterima), berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara Umur dengan kejadian Pneumonia
pada balita, jenis kelamin laki – laki (18,1%) Hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0,572 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
proporsi antara jenis kelamin dengan kejadian Pneumonia pada balita
(Ho diterima), berarti tidak hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan kejadian Pneumonia pada balita, status gizi baik
(19,1%) Hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0,591 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
proporsi antara penggunaan air bersih dan diare pada balita (Ho

58
diterima), berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara status
imunisasi dengan kejadian Pneumonia pada balita., status imunisasi
tidak lengkap (22,9%) Hasil uji statistik diperoleh
nilai p= 0,034 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi antara
status imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita (Ho ditolak),
berarti ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi dengan
kejadian pneumonia
pada balita. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 1,930, ini
berarti balita
yang status imunisasinya tidak lengkap mempunyai resiko 2 kali untuk
terkena
penyakit pneumonia dibandingkan balita yang status imunisasinya
lengkap, dengan kata lain status imunisasi tidak lengkap berisiko untuk
balita terkena
penyakit pneumonia.. Berdasarkan hasil analisa statistic dari empat
variable yang diteliti terdapat satu variabel yang berhubungan yaitu
status imunisasi tidak lengkap (p value 0,034) dengan kejadian
penyakit Pneumonia pada balita di Puskesmas Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang Tahun 2015.
 Pembahasan :
1. Hubungan kejadian pneumonia pada balita berdasarkan umur
Faktor yang mempengaruhi kejadian pneumonia adalah umur, dimana
dari hasil penelitian penulis menunjukan bahwa dari 384 esponden
yang mengalami pneumonia terjadi pada batita dengan kategori umur 0
- 36 bulan yaitu sebesar 306 responden dan
selebihnya pada umur >36 – 60 bulan yaitu hanya 78 responden.
Berdasarkan Hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 1.000 maka
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi antara umur dengan
kejadian pneumonia ( tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian
pneumonia pada balita). Dalam penelitian ini ada ketidaksesuaian
dengan teori dalam buku Shaleh (2008) dijelaskan bahwa Anak berusia
dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA lebih besar dari

59
pada anak yang lebih tua. Hal ini disebabkan anak di bawah usia 2
tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya
relative sempit.
2. Hubungan jenis kelamin anak dengan kejadian pneumonia pada
balita
Berdasarkan hasil penelitian penulis ditempat pengambilan data dapat
ditunjukan bahwa distribusi frekuensi kejadian pneumonia berdasarkan
jenis kelamin dengan
jumlah sampel yaitu 384 responden yang terdiri 193 responden yang
berjenis kelamin laki - laki dan 191 terdapat. Adapun proporsi balita
berjenis kelamin perempuan didiagnosa menderita pneumonia sebesar
20,9% sedikit lebih besar
dari pada balita laki - laki sebesar 18,1% dengan resiko 1,196 kali lebih
besar pada balita perempuan untuk terkena pneumonia dibandingkan
laki – laki. Hal ini sesuai dengan penelitian kasus kontrol yang
dilakukan oleh Putro (2006) di Surabaya menyebutkan jenis kelamin
tidak mempengaruhi kejadian ISPA - Pneumonia balita, dengan artian
apapun jenis kelamin balita sama - sama berisiko untuk terkena ISPA -
Pneumonia.
3. Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita
Berdasarkan hasil penelitian, 54 responden bergizi buruk, 22,3%
diantaranya menderita pneumonia. Sedangkan dari 330 responden
bergizi baik dengan proporsi sebesar 84% menderita Pneumonia dari
lebih besar dibandingkan dengan proporsi balita bergizi buruk. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanada (2012)
bahwa balita yang status gizinya rendah mempunyai risiko 2,5 kali
untuk terkena penyakit pneumonia dibandingkan balita yang status
gizinya baik/normal, dengan kata lain status gizi kurang atau rendah
mempunyai risiko untuk balita terkena penyakit pneumonia, dengan
95% CI (tingkat kepercayaan) 1,103 - 5,618 dan nilai p value =0,044
yang berarti ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan
kejadian pneumonia pada balita.

60
4. Hubungan status imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita
Berdasarkan hasil penelitian,proporsi balita dengan status imunisasi
lengkap dan
didiagnosa Pneumonia sebesar 13,3% dan 86,7% didiagnosa penyakit
lainnya. Sedangkan proporsi balita dengan status imunisasi tidak
lengkap dan didiagnosa dan didiagnosa Pneumonia sedikit lebih besar
22,9% dan 77,1% lainnya didiagnosa menderita penyakit selain
Pneumonia. Dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh fanada (2012) yaitu dari analisis univariat didaptkan
distribusi frekuensi status imunisasi yang lengkap sebanyak 40,8%,
sedangkan yang tidak lengkap 59,2%.
 Kesimpulan :
Berdasarkan 4 faktor yang diteliti dalam jurnal ini terkait pneumonia,
yaitu umur, jenis kelamin, status gizi dan status imunisasi hanya status
imunisasi yang berpengaruh terhadap masalah pneumonia pada anak.
Namun, ada pengaruh factor yang berbeda dalam penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yaitu status gizi dan umur.
Pada jurnal peneliti lain, status gizi berpengaruh terhap masalah
pneumonia pada anak. Pada buku shaleh (2008) dijelaskan bahwa
Anak berusia dibwah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA lebih
besar dari pada anak yang lebih tua. Namun, pada penelitian ini tidak
terdapat penggaruh umur dengan masalah pneumonia pada anak.
 Saran : Adapun implikasi dari penelitian ini yaitu diharapkan tenaga
kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang terpadu serta lebih
meningkatkan penerapan pelayanan terhadap masyarakat terutama
dalam penurunan angka kesakitan pada balita yang disebabkan oleh
pneumonia.

61
3.2 Jurnal 2

A. PENDAHULUAN :
a) Metode Pencarian

Pengambilan artikel jurnal penelitian ini diambil dari database :


http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu
“Kasus Tuberkulosis Pada Anak”.

b) Abstrak
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak perlu
diperhatikan untuk membentuk generasi mendatang yang sehat, cerdas dan

62
berkualitas. Pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih
dalam kandungan hingga berusia 18 tahun. Sementara itu, anak pada usia 5
tahun pertama kehidupan memiliki sistem imun yang rendah sehingga
rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit TB paru. Salah satu
upaya pemeliharaan kesehatan ibu dan anak adalah dengan pemberian ASI
eksklusif. Adanya kecenderungan penurunan penggunaan ASI eksklusif di
negara berkembang terutama di perkotaan terjadi akibat perubahan sosial
budaya di masyarakat. Penyakit TB Paru merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang menjadi salah satu komitmen global dalam MDGs yang
harus dikendalikan. TB Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dan telah menyerang
hampir sepertiga penduduk dunia. TB Paru anak adalah penyakit TB yang
biasanya menyerang anak usia 0-14 tahun. Dari 9 juta kasus baru TB yang
terjadi di seluruh dunia setiap tahun, diperkirakan 1 juta (11%) diantaranya
terjadi pada anak-anak dibawah 15 tahun.

B. DESKRIPSI JURNAL
a) Deskripsi Umum
a. Judul
Judul dari jurnal yang kami telaah “Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Anak ”.
b. Penulis
Penulis jurnal ini Karimah Khitami Aziz.
c. Publikasi
Publikasi jurnal ini pada bulan Desember tahun 2018.
d. Penelaah
Penelaah jurnal kelompok 6 kelas A3 2020 Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas.
e. Tanggal Telaah
Tanggal telaah pada hari selasa, 19 April 2022.

b) Deskripsi Isi

63
a. Masalah
Penyakit TB menepati peringkat ke10 penyebab kematian
tertinggi di dunia pada tahun 2016.3 Lima negara dengan insiden kasus
tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina dan Pakistan,
sebagian besar insiden TB pada tahun 2016 terjadi di kawasan Asia
Tenggara (45%).2 Insiden kasus TB di Indonesia diperkirakan sebesar
403 kasus per 100.000 penduduk dan sekitar 1.000.000 kasus TB baru
per tahun. Dari 9 juta kasus baru TB yang terjadi di seluruh dunia
setiap tahun, diperkirakan 1 juta (11%) diantaranya terjadi pada anak-
anak dibawah 0-14 tahun.

Proporsi kasus TB anak di Indonesia tahun 2015 mencapai


8.59%, tahun 2014 sebesar 7.10%, tahun 2013 sebesar 7.92%.5 Faktor
risiko kejadian TB anak di Indonesia berhubungan dengan faktor anak
(status gizi, berat badan lahir, riwayat ASI eksklusif dan status
imunisasi), faktor orangtua (pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan
pengetahuan), faktor lingkungan dan adanya kontak dengan penderita
TB dewasa

b. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa Hubungan
Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada
Anak.

c. Hasil Penelitian
Hasil penelitian terkait hubungan antara pemberian ASI
eksklusif terhadap kejadian TB paru pada anak terbukti pada penelitian
yang menunjukkan adanya hubungan antara kejadian TB paru dengan
ASI eksklusif Poliklinik Anak RSU A. Yani Metro, dimana faktor
resiko terjadinya tuberculosis paru pada anak yang tidak mendapatkan

64
ASI eksklusif adalah 9,198 kali lebih besar dibandingkan anak yang
mendapatkan ASI eksklusif.1

d. Kesimpulan Penelitian
Air susu ibu sangat efektif untuk mengendalikan infeksi
tuberkulosis pada anak. Hal ini dibuktikan bahwa pemberian ASI
sampai usia 2 tahun dapat menurunkan angka kematian anak akibat
penyakit diare dan infeksi saluran napas akut.

C. TELAAH JURNAL
a) Fokus Penelitian
Hal pertama dalam telaah jurnal adalah mengidentifikasi fokus
penelitian yang terdiri dari latar belakang penelitian dan masalah
penelitian. Dalam penelitian, latar belakang penelitian harus jelas karena
latar belakang penelitian sangat menentukan kekuatan judul penelitian.
b) Gaya dan Sistematika Penulisan
Pada umumnya peneliti telah belajar secara intuitif cara-cara
penulisan dalam bentuk makalah untuk jurnal penelitian. Gaya penulisan
hasil merupakan bagian yang sentral pada laporan penelitian. Dalam
jurnal gaya penulisan dan sistematika penulisan dari jurnal sudah bagus.
c) Penulis
Dalam jurnal penelitian, nama penulis tertera dengan jelas sehingga
dapat mengurangi unsur plagiatisme.
d) Judul Penelitian
Judul penelitian jelas dan sehingga membuat pembaca tertarik untuk
membacanya dan tidak adanya kesalahan dalam menafsirkan judul dari
jurnal tersebut. Dalam jurnal, judul dan isinya sudah saling berkaitan.
e) Abstrak
Menggambarkan isi dari penelitian. Abstrak dapat dibuat dalam satu
paragraph atau terstruktur. Dari suatu abstrak pembaca dapat melihat
sekilas tentang content dari penelitian. Abstrak sudah menggambarkan

65
seluruh isi penelitian mencakup pendahuluan, tujuan penelitian, metode,
subjek penelitian, serta hasil dan kesimpulan dengan singkat dan jelas.
f) Masalah Penelitian
Dalam suatu penelitian biasanya penulis menggunakan kalimat
Tanya untuk rumusan masalah. Tujuan penelitian di rincikan dalam tujuan
umum dan tujuan khusus. Pada jurnal ini hanya di jelaskan tujuan
umumnya saja.
g) Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka sudah diuraikan dengan mendalam berbagai
aspek teoritis yang mendasari penelitian. Pada tinjauan pustaka ini sudah
menggunakan analitis kritis berdasarkan literatur- literatur yang ada.
h) Hipotesis
Pada jurnal, reviewer menganalisa tidak ada hipotesis atau pertanyaan
penelitiannya.
i) Populasi dan Sampel
Subjek yang akan digunakan dalam studi kasus tidak ada atau penulis hanya
mengambil dari data atau hasil penelitian yang sudah dilakukan di beberapa
daerah .
j) Definisi Operasional Variabel
Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam
istilah yang operasional agar tidak ada makna ganda dari semua istilah
yang digunakan dalam penelitian.
k) Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah
berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case
Study).
l) Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan kesimpulan penelitian tersebut. Pada jurnal ini
reviewer dapat menilai kesimpulannya sudah bagus.
m) Pembahasan
Semua hal yang dibahas dalam pembahasan harus relevan. pada
pembahasan jurnal sudah bagus.

66
n) Kesimpulan
Kesimpulannya sudah menggambarkan isi dari penelitian yang disusun
secara padat, ringkas, dan jelas. Dalam kesimpulan terdapat hasil
penelitian, angka-angka hasil dari penelitian disertakan, Pada jurnal ini
kesimpulannya sudah padat, ringkas dan jelas serta terdapat hasil
penelitian.
o) Saran
Pada jurnal ini sudah cukup jelas.
p) Referensi

Daftar pustaka sesuai ketentuan.

67
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang


mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi: Pneumonia
lobaris, Pneumonia interstisial (bronkiolitis), Bronkopneumonia. Pneumonia adalah
salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak
kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering
menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang
anak anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi
pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat
menurunkan angka kematian anak.
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis
yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,tapi yang paling banyak
adalah paru paruKlasifikasi tuberculosis tb paru ada banyak pendapat seperti yang
tertera diatas antara Klasifikasi tuberculosis berdasarkan system lama, Klasifikasi
menurut American lain: thoracic society, Klasifikasi diIndonesia dipakai berdasarkan
kelainan klinis,radiologis.dan makrobiologis, Klasifikasi menurut WHO 1991 TB
dibagi dalam 4 kategori, Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru. Anatomi dan
patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian yaitu saluran pernafasan
atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan anatomi dan fisiologi saluran
pernafasan bawah, yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis.
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobacteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe
bovin Basil tipe bovin berada dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberkulosis
usul Ada beberapa gejala dari yuberkulosis yang harus dicurugai kemungkinan anak
terkena tubercukosis antara lain: Demam 40-41 derajat,Batu/batuk darah, Sesak nafas,
Nyeri dada.Malaise,Keringat malam,Suara khas pada perkusi dada bunyi dada.
Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit dan Pada anak.

68
Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk mendirikkan diagnose tuberculosis
Pemeriksaan sputum, Pemeriksaan tuberculin, Pemeriksaan Rontgen Thoraks,
Pemeriksaan CT Scan, dan Pemeriksaan Laboratorium.

4.2 Saran

Dalam melakukan tulisan dan menjelaskannya kepada orang lain harus mudah
dimengerti sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dari seharusnya.
Begitu juga dalam penulisan Asuhan keperawatan harus dapat dimengerti dan
menjelaskan secara lengkap apalagi menyangkut penyakit yang berbahaya.
Tulisan yang baik harus didasari atas kemampuan intelektual dan jiwa seni
dalam menulis sehingga pembaca dapat mengerti dari maksud dan tujuan. Semoga
tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

69
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, t. p. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia (l ed., Vol. cetakan lll).
jagakarsa, jakarta selatan: dewan pengurs pusat persatuan perawat nasional
indonesia.

PPNI, t. p. (2018). standar intervensi keperawatan indonesia (l ed., Vol. ll). jagaraksa,
jakarta selatan: dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

Ridha, H. (2017). buku ajar keperawatan anak. (S. sujono riyadi, Ed.) yokyakarta:
pustak pelajar.

PPNI, t. p. (2019). standar luaran keperawatan indonesia (l ed., Vol. ll). jagaraksa,
jakarta selatan: dewan pengurus pusan persatuan perawat nasional indonesia.

ASKEP TB PARU PADA ANAK


https://www.academia.edu/41437346/Askep_TB_Paru_Pada_Anak.diakses 20
April 2022

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. H USIA 5 TAHUN DENGAN


PNEUMONIA DI RUANG IRNA C RSUD KOTA DUMAI TAHUN 2020
SLAMET SURYONO NIM : P031914401R058 KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KASUS KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU PRODI D-III
KEPERAWATAN 2020. (n.d.). http://repository.pkr.ac.id/1171/1/SLAMET-
KTI.pdf. diakses 20 April 2022

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/91631/Fajar%20Bagaskara-
152303101086%20spilt.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1263/18/151210009_Dwi%20Riski_KTI
%20DOCkunci.pdf

70

Anda mungkin juga menyukai