Anda di halaman 1dari 22

MALAKAH PATOLOGI KARDIOPULMONAL

PENYAKIT PNEUMONIA

Dosen Pengampu :

Dr. Ki Ageng Nico

Disusun Oleh :

Diana Silvi Nafila (201710490311001)

Tri Ayu Astuti (201710490311008)

Noor Hairunisa (201710490311014)

Rizqia Mawalidain (201710490311020)

Farida Apriliya Sari (201710490311026)

Yuliatin Nisa (201710490311032)

Ahmad Awaludin T. (201710490311038)

Putri Febriyanti G. (201710490311046)

An Nisa Melati S. (201710490311052)

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pengasih
lagi Maha Pemurah, karena berkat kemurahan dan karunia-Nya makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik. Makalah ini sengaja kami buat untuk menyelesaikan tugas
Patologi Kardiopulmonal yang telah di berikan kepada kami dengan judul ”Penyakit
Pnemonia”.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan baik itu
di dalam penyusunan atau pun penulisan makalah ini oleh karena itu kami
mengharapkan dari para pembaca, kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga
dapat menjadi masukan bagi kami untuk bisa lebih baik lagi kedepannya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Kami mengharapkan kritik dan
saran pada pembaca demi perbaikan makalah ini tidak kalah pentingnya kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Malang, 17 November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2
2.1 Definisi Pnemonia ........................................................................................................... 2
2.2Etiologi............................................................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi .................................................................................................................... 5
2.4 Klasifikasi ................................................................................................................. 7
2.5 Tanda dan Gejala .......................................................................................................... 11
2.6 Diagnosa atau Pemeriksaaan ......................................................................................... 12
2.7 Pengobatan Medis ......................................................................................................... 12
2.8 Penatalaksanaan Fisioterapi .................................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................... 18
PENUTUP .............................................................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 18
3.2 Kritik dan Saran ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi,
tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di neraga maju seperti di AS, kanada, dan
negara-negara Eropa. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus
pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia,
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan
tuberculosis. Factor social ekonomi yang rendah juga mempertinggi angka kematian.

Pneumonia adalah demam, sesak nafas, nafas dan nadi cepat, dahak berwarna
kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil rontgen memperlihatkan kepadatan
pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tetapi akibat fungsi paru
terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk
oksigen. Pneumonia yang ada dimasyarakat umumnya, disebabkan olrh bakteri, virus
atau mikroplasma(bentuk peralihanantara bakteri dan virus).

Pneumonia menyebabkan infeksi paru meradang. Kantung-kantung udara dalam


paru disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel dalam tubuh tidak bisa
bekerja. Inilah penyebabnya selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita
pneumonia bisa meninggal. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi
mikroorganisme. Sebagian kecil melalui darah (hematogen).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah penyakit pneumonia?
2. Bagaimana tanda dan gejala nya?
3. Bagaimana perjalanan penyakit atau patofisiologi dari pneumonia?
4. Bagaimana penatalaksaan fisioterapi yang dapat di berikan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk pemahaman tentang penyakit pneumonia
2. Untuk penjelasan penatalaksaan fisioterapipada pneumonia

1.4 Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai nahan pengajaran dalam mata kuliah Patologi
Kardiomuscular tentang penyakit Pnemonia

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pnemonia

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru


(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala
klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA
(P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia
disebut pneumonia (Depkes RI, 2002).

Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan
napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita
umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit,
balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan
umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit (Depkes, 1991).

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam


etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (perawatan anak sakit, 1997)

Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang


mengenai parenkim paru (kapita selekta kedokteran, jilid 2).

Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana


alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk
menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.

2
Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti
kanker paru atau penggunaan alkohol. Gejala khas yang berhubungan dengan
pneumonia meliputi batuk,nyeri dada demam,dan sesak nafas. Alat diagnosa meliputi
sinar-x dan pemeriksaan sputum.Pengobatan tergantung penyebab dari pneumonia;
pneumonia kerena bakteri diobati dengan antibiotika. Pneumonia merupakan penyakit
yang umumnya terjadi pada semua kelompok umur, dan menunjukan penyebab
kematian pada orang tua dan orang dengan penyakit kronik.Tersedia vaksin tertentu
untuk pencegahan terhadap jenis pnuemonia.Prognosis untuk tiap orang berbeda
tergantung dari jenis pneumonia, pengobatan yang tepat,ada tidaknya komplikasi dan
kesehatan orang tersebut.

Definisi kasus tersebut hingga kini digunakan dalam program pemberantasan


dan pennaggulangan ISPA oleh Departemen Kesehatan RI setelah sebelumnya di
perkenalkan oleh WHO pada tahun 1989. Menuru wahab, 2000, pneumonia
merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang ditunjukan dengan adanya
pelebaran cuping hidung, ronki, dan retraksi dinding dada atau sering disebut tarikan
dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing).

2.2 Etiologi
Etiologi dari pneumonia ada 3 yaitu :

A. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia
akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya
meningkat cepat (Misnadiarly, 2008). Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua
bakteri penyebab yaitu:

B. Typical organisme

-Streptococccus Pneumonia: merupakan bakteri anaerob facultatif. Bakteri patogen


ini ditemukan pneumonia komuniras rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%,
sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%.

3
-Staphylococcuc Aureus: merupakan bakteri fakultatif. Pada pasien yang diberikan
obat secara intravena (intravena drug abusers) memungkinkan infeksi kuman ini
menyebar secara hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru.
Kuman ini memiliki daya tahan paling kuat, apabila suatu organ telah terinfeksi
kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan
abses.

-Enterococcus (E. Fawcalis, E Faecium) : orgnisme streptococcus grup D yang


merupakan Flora normal usus.

Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada pasien
defisiensi imun (immmunocompromised) atau pasien yang dirawat dirumah sakit,
dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan pemasangan
endotracheal tube. Contoh bakteri gram aktif adalah:

-Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau yang
sangat khas.

-Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak berkapsul.


Pada pasien alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Kronik) dapat meningkatkan resiko terserang kuman ini.

-Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul atau


tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggu yaitu encapsulated
type B (HiB).

C. Atipikal Organisme

Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp., chlamedia sp.,
Legionella sp.

D. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.


Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus
(RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan
bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada
umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan
bisa berat dan kadang menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008).

Pneumonia ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui


droplet9, biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus

4
penyebabnya adalah cytomegalivirus9, herpes simplex virus, varicella zooster
virus.

E. Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan


penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus
maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang
dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang
segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka
kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).

F. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia


pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia
(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur.
Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika
ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru
(Djojodibroto, 2009).

G. Fungi(jamur)

Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur


oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara.
Organisme yang menyerang adalah Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus
neoformans.

2.3 Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di
orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen
yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi
yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada
saluran nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di
ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan
tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru
dan menyebabkan infeksi.

Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah
setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik
(epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler

5
(leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi menyebabkan
peradangan membran paru ( bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma
dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi
menurun, saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-
paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh
untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru menurun
akan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis, asidosis respiratorik dan
kematian.

6
2.4 Klasifikasi
1. Berdasarkan Umur
a. Kelompok umur < 2 bulan

-Pneumonia berat

Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu


(jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak
wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam
(38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC),
pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat,
sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan
abdomen tegang.

-Bukan pneumonia

Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit
dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.

b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun

-Pneumonia sangat berat

Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral,


tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit
dibangunkan.

-Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi


tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.

-Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan


dinding dada.

-Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau


penarikan dinding dada.

-Pneumonia persisten

7
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah
diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik
yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi
pernapasan yang tinggi, dan demam ringan (WHO, 2003).

2. Menurut anatomis

a. Pneumonia lobaris

Biasanya gejala penyakit secara mendadak, tapi kadang-kadang didahului


oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada anak besar sering disertai badan
menggigil dan dan pada bayi dapat disertai kejang. Suhu naik cepat sampai 39-
40°C dan suhu ini biasanya menunjukkan febris kontinu. Napas menjadi sesak,
disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut serta rasa
nyeri pada dada. Anak lebih suka tiduran pada dada yang sakit. Batuk mula-mula
kering kemudian menjadi produktif.

Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang khas tampak setelah 1-2hari. Pada
inspeksi dan palpasi tampak pergeseran toraks yang terkena berkurang. Pada
permulaan suara pernapasan melemah sedangkan pada perkusi jelas terdengar tidak
jelas ada kelainan. Setelah terjadi kongesti, ronki basah nyaring terdengar yang
segera menghilang setelah terjadi konsolidasi, kemudian pada perkusi jelas
terdengar keredupan dengan suara pernapasan sub-bronkial sampai bronchial. Pada
stadium resolusi ronki terdengar lebih jelas. Tanpa pengobatan dapat sembuh
dengan krisis 5-9hari.

b. Bronkopneumonia

Biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa
hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40°C dan mungkin disertai

8
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dipsneu. Pernapasan cepat
dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan
pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari, mula-
mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat
diagnosis dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal,
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung, harus dipikirkan
kemungkinan pneumonia. Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisis
tergantung pada luas daerah yang terkena.

3. Berdasarkan etiologi
a. Pneumonia stapilokokus

Disebabkan oleh stafilokokus aureus, tergolong pneumonia yang berat karena


menjadi progresif dan resisten terhadap pengobatan. Pada umumnya pneumonia ini
diderita bayi, yaitu 30% dibawah umur 3 bulan dan 70% sebelum 1 tahun.
Seringkali terjadi abses paru (abses multiple), pneumatocel, atau empiema.
Pengobatan diberikan antibiotika yang mempunyai spectrum luas yang kiranya
belum resisten. Untuk infeksi stapilokokus yang membuat penicillinase, dapat
diberikan kloksasilin atau linkomisin. Pengobatan diteruskan sampai ada perbaikan
dan menurut pengalaman rata-rata 3 minggu.

b. Pneumonia streptokokus

Grup A sterptokokus hemolitikus biasanya menyebabkan infeksi traktus


respiratorius bagian atas, tetapi kadang=kadang dapat juga menimbulkan
pneumonia. Pneumonia streptokokus sering merupakan komplikasi penyakit virus
seperti influenza, campak, cacar air dan infeksi bakteri lain seperti pertusis,
pneiumonia pneumokokus. Pengobatannya ialah dengan penicillin.

c. Pneumonia bacteria gram negative

Bakteri gram negative yang biasanya menyebabkan pneumonia ialah


hemopilus influenza, basil friedlander (klebsiella pneumonia) dan pseudomonas
aeruginosa. Angka kejadian pneumonia ini sangat rendah ( kurang dari 1%), akan
tetapi mulai meningkat selama beberapa tahun ini karena penggunaan antibiotic
yang sangat luas dan kontaminasi alat rumah sakit seperti humidifier, alat oksigen
dan sebagainya.

Secara klinis, pneumonia sukar dibedakan dari pneumonia yang disebabkan


oleh bakteri lain dan hanya dapat ditentukan dengan kembangbiakan. Pneumonia

9
yang disebabkan hemopilus influenza pada bayi dan anak kecil merupakan
penyakit yang berat sering menimbulkan komplikasi seperti bakteri, empiema,
perikarditis, selulitis, dan meningitis. Obat yang terpilih ialah ampicillin dengan
dosis 150 mg/kg BB/hari dengan klorafenikol.

d. Pneumonia klebsiela

Biasanya dijumpai pada orang tua dan pada penderita diabetes mellitus,
bronkietktasis dan tuberculosis. Bayi dapat menderita penyakit ini karena
kontaminasi alat dirumah sakit. Penyakit ini dapat menjadi progesif dan
menimbulkan abses. Komplikasi seperti empiema, bakterinya biasanya dijumpai.
Obat terpilih untuk mengatasi infeksi ini ialah kanamisin 7,5mg/kgBB/12jam untuk
10-12 hari atau gentamisin.

c. Pneumonia pseudomonas aeroginosa

Merupakan bronkopneumonia berat, progesif disertai dengan nekrosis dan


biasanya menimbulkan kematian. Biasanya ditemukan sebagai infeksi.

4. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak terjadinya :


a. Community-Acquired Pneumonia

Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius ini sering


di sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia (Penicillin sensitive and
resistant strains ), Haemophilus influenza (ampicillin sensitive and resistant strains)
and Moraxella catarrhalis (all strains penicillin resistant). Ketiga bakteri tersebut
dijumpai hampir 85% kasus CAP. CAP biasanya menular karena masuk melalui
inhalasi atau aspirasi organisme patogen ke segmen paru atau lobus paru-paru. Pada
pemeriksaan fisik sputum yang purulen merupakan karakteristik penyebab dari
tipikal bakteri, jarang terjadi mengenai lobus atau segmen paru. Tetapi apabila
terjadi konsolidasi akan terjadi peningkatan taktil fremitus, nafas bronkial.
Komplikasi berupa efusi pleura yang dapat terjadi akibat infeksi H. Influenza ,
emphyema terjadi akibat infeksi Klebsiella , Streptococcus grup A, S. Pneumonia .
Angka kesakitan dan kematian infeksi CAP tertinggi pada lanjut usia dan pasien
dengan imunokompromis. Resiko kematian akan meningkat pada CAP apabila
ditemukan faktor komorbid berupa peningkatan respiratory rate, hipotensi, demam,
multilobar involvement, anemia dan hipoksia.

b. Hospital-Acquired Pneumonia

Berdasarkan America Thoracic Society (ATS), pneumonia nosokomial (


lebih dikenal sebagai Hospital-acquired pneumonia atau Health care-associated

10
pneumonia ) didefinisikan sebagai pneumonia yang muncul setelah lebih dari 48
jam di rawat di rumah sakit tanpa pemberian intubasi endotrakeal . Terjadinya
pneumonia nosokomial akibat tidak seimbangnya pertahanan inang dan
kemampuan kolonisasi bakteri sehingga menginvasi traktus respiratorius bagian
bawah. Bakteria yang berperan dalam pneumonia nosokomial adalah P. Aeruginosa
, Klebsiella sp, S. Aureus, S.pneumonia. Penyakit ini secara signifikan akan
mempengaruhi biaya rawat di rumah sakit dan lama rawat di rumah sakit. ATS
membagi pneumonia nosokomial menjadi early onset (biasanya muncul selama 4
hari perawatan di rumah sakit) dan late onset (biasanya muncul setelah lebih dari 5
hari perawatan di rumah sakit). Pada early onset pneumonia nosokomial memili
prognosis baik dibandingkan late onset pneumonia nosokomial; hal ini dipengaruhi
pada multidrug-resistant organism sehingga mempengaruhi peningkatan
mortalitas. Pada banyak kasus, diagnosis pneumonia nosokomial dapat diketahui
secara klinis, serta dibantu dengan kultur bakteri; termasuk kultur semikuantitatif
dari sample bronchoalveolar lavange (BAL).

c. Ventilator-Acquired pneumonia

Pneumonia berhubungan dengan ventilator merupakan pneumonia yang


terjadi setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi trakea. Ventilator adalah alat
yang dimasukan melalui mulut atau hidung, atau melalu lubang di depan leher.
Infeksi dapat muncul jika bakteri masuk melalui lubang intubasi dan masuk ke
paru-paru

2.5 Tanda dan Gejala

Tanda-tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009) meliputi
hal-hal berikut:

1. Batuk
2. Dispnea
3. Takipea
4. Pucat, tampilan kehitaman, atau sianosis
5. Melemah atau kehilangan suara atau nafas
6. Reatksi dinding toraks: interkostal, substernal, diagfragma, atau supraklavikula
7. Nafas cuping hidung
8. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diagfaragma oleh paru terinfeksi)
9. Batuk paroksimal mirip pertusis
10. Anak-anak yang lebih besar tidak nampak sakit
11. Demam

11
12. Sakit kepala
13. Berkeringat
14. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
15. Kulit yang lembab
16. Mual dan muntah

2.6 Diagnosa atau Pemeriksaaan


Diagnosis pneumonia atau paru-paru basah terkadang sulit dilakukan karena
gejalanya mirip dengan penyakit lain. Dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai
gejala yang dialami serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga.

Dokter juga memeriksa rongga dada Anda dengan stetoskop. Paru-paru yang penuh
cairan memiliki bunyi yang berbeda dengan yang sehat.

Jika mencurigai Anda menderita pneumonia, dokter akan menganjurkan


beberapa pemeriksaan lebih lanjut guna memastikan diagnosis. Proses pemeriksaan
tersebut biasanya meliputi:

a. Rontgen dada untuk memastikan keberadaan pneumonia serta tingkat


keparahannya.
b. Tes darah dan pemeriksaan sampel dahak. Kedua proses ini bisa membantu
pengidentifikasian bakteri atau virus penyebab infeksi.
c. Pulse oximetry, yaitu proses pengukuran kadar oksigen dalam darah.

2.7 Pengobatan Medis


Pengobatan pneumonia bergantung pada tingkat keparahan penyakit. Jika
keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, maka dapat diobati di
rumah.Pengobatan utama pada pneumonia adalah antibiotika, pemberian cairan,
analgetik, dan istirahat. Pada pneumonia ringan, dapat diberikan antibiotik tablet/pil
(per oral), analgetik ringan, dan istirahat. Namun, penderita dengan sesak napas hebat,
penderita dengan gejala pneumonia berat, penderita dengan penyakit penyerta lain,
atau penderita usia tua perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik
suntik dan pengawasan lebih ketat. Penggunaan obat Antibiotik ini digunakan dengan
tujuan untuk menghilangkan rasa sakit sebentar saja dalam beberapa waktu yang
sebentar atau bisa dibilang dengan sekitar seminggu.

2.8 Penatalaksanaan Fisioterapi


A. Infra Red

12
Sinar infra red (infra merah) merupakan salah satu pemanasan
superficial yang menggunakan mekanisme konversi panjang gelombang, sinar
infrared yang digunakan untuk pengobatan memiliki panjang gelombang 7700
- 150.000 Angstrom. Sinar infra red dapat berasal dari sinar matahari dan
diperoleh secara buatan melalui lampu infra red (lampu infra merah). Efek
panas yang diharapkanmelalui terapi panas menggunakan sinar infra red, yaitu:
memperbaiki sirkulasi darah, meningkatkan metabolism tubuh, meningkatkan
produksi keringat yang dapat membantu membentuk eliminasi metabolit,
meningkatkan efek viskoelastik pada jaringan kolagen, meningkatkan sirkulasi
darah, membantu resolusi infiltrasi radang, edema, dan eksudasi

Infra red pada pasien pneumonia lebih ditujukan untuk mengurangi


spasme otot-otot bantu napas saat inspirasi (m. pectoralis mayor dan m.scaleni)
dan ekspirasi sehingga diharapkan dapat mempermudah proses pernapasan.

Infra Red (IR) aktif dalam mengurangi nyeri dada akibat spasme pada
otot bantu pernapasan pada penderita pneumonia. Karena Infra Red (IR)
mempengarui suhu jaringan untuk mengurangi nyeri, peradangan dan
memungkinkan merilekskan pergerakan otot. Efek biologis yang menggunakan
cahaya infra merah bergelombang panjang dikaitkan dengan peningkatan suhu
jaringan oleh energi kinetik dari molekul, sedangkan cahaya infra merah
bergelombang pendek dikaitkan untuk pemanasan selektif lapisan kulit yang
lebih dalam dan jaringan subkutan, dengan demikian menyebabkan efek
teraputik positifpositif (Ewa Boerner et al, 2015).

Dosis yang diberikan pada umum nya seperti dibawah ini, dapat
berubah sesuai dengan kebutuhsn pasien.

O Jika menggunakan lampu dengan non-luminous generator, jarak lampu


45-60 cm

13
O Jika menggunakan lampu dengan luminous generator, jarak lampu 35-
45 cm

O Aplikasi dilakukan selama 10-30 menit disesuaikan dengan kundisi


pasien.

B. Breathing Exercise

Breathing Exercise adalah suatu metode pernafasan untuk


meningkatkan kinerja organ paru-paru. Pernafasan yang baik dan teratur dapat
menstabilkan tekanan darah dan memperbaiki respirasi (Hermansyah dkk.,
2015). Prosedur melakukan latihan pernapasan yaitu dengan menginstruksikan
pasien untuk bernapas dalam melalui hidung, bahu rileks, dada atas tenang,
perut sedikit naik. Kemudian instruksikan pasien. untuk menghembuskan napas
perlahan melalui mulut. Lakukan latihan ini sebanyak tiga atau empat kali lalu
beristirahat (Kisner & Colby, 2007).

14
C. Thoracic Expansion Exercise

Mobilisasi sangkar thoraks adalah salah satu dari banyak teknik dan
sangat penting dalam fisioterapi dada konvensional untuk meningkatkan
mobilitas dinding dada dan meningkatkan fungsi pernapasan. Baik mobilisasi
dada pasif atau aktif dapat membantu meningkatkan mobilisasi dinding dada,
fleksibilitas, dan kemampuan dada. Konsep dari teknik ini dengan
meningkatkan panjang otot interkostal dan membantu melakukan kontraksi otot
yang efektif (Leelarungrayub,2012). Latihan mobilisasi dada merupakan
latihan yang menggabungkan gerakan aktif dari batang tubuh atau ekstremitas
dengan breathing. Digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan
mobilitas dinding dada, batang tubuh, dan bahu yang mempengaruhi ventilasi
atau postur (Kisner & Colby, 2007).

Thoracic Expansion Exercise (TEE) pada penderita pneumonia dapat


meningkatkan mobilisasi sangkar tongkar dengan cara penekanan pada torak
saat inspirasi maksimal. Thoracic Expansion Exercise (TEE) dapat dilakukan
dengan berbaring atau duduk bersandar. Terapis menekan torak pasien di sisi
kanan dan kiri dengan kedua tangannya saat pasien menarik napas maksimal
kemudian menghembuskan napas perlahan(Kisner, 2007).

15
D. Nebulizer

Nebulizer adalah mesin yang mengubah obat cair menjadi uap untuk
dihirup ke dalam paru-paru. Fungsi nebulizer adalah untuk melegakan saluran
napas yang menyempit. Nebulizer umum digunakan sebagai terapi pengobatan
asma kronis, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Ini karena dibanding
dengan inhaler, uap yang dihasilkan nebulizer amat sangat kecil sehingga obat
akan bisa lebih cepat meresap ke bagian paru yang ditargetkan. Selain untuk
pengobatan asma, alat ini juga dapat digunakan untuk penderita penyakit paru
obstruksi kronis (PPOK), pneumonia (infeksi paru), dan reaksi alergi berat.

Nebulizer jenis bronkodilator aktif dalam meningkatkan dilatasi


bronkus pada kasus pneumonia sehingga mengurangi penyempitan bronkus dan
udara pun dapat masuk ke sistem jalan napas selanjutnya. Umumnya, nebulizer
adalah suatu alat yang dapat mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap
atau aerosol agar dapat dihirup. Jenis nebulizer sangat mempengaruhi efisiensi
aerosol selama mekanik ventilasi. Bentuk nebulizer yang paling sering
digunakan adalah jet nebulizer (Robert Harwood et al, 2010).

Ventolin adalah merk obat dengan fungsi utama bronkodilator atau


untuk melegakan pernafasan, mengurangi sesak, dan nafas berat. Biasanya
diaplikasikan pada penderita asma, bronkitis, dan pasien pneumonia.
Penggunaannya cukup mudah karena produk sudah dalam sediaan ampulan.
Harga ventolin berkisar antara 11-12 ribu per ampul yang berisi 2,5 mg dengan
komposisi utama salbutamol sulfate.

Dosis awal yang dapat dipakai untuk dewasa adalah 1 ampul sedangkan
anak-anak dapat diberi setengah ampul dalam sekali terapi nebul. Alternatif lain

16
dari bronkodilator selain ventolin adalah pulmicort, flexotide, atroven, berotex,
combivent.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk
menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.
Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru- paru,atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti
kanker paru atau penggunaan alkohol. Gejala khas yang berhubungan dengan
pneumonia meliputi batuk,nyeri dada demam,dan sesak nafas. Alat diagnosa meliputi
sinar-x dan pemeriksaan sputum.Pengobatan tergantung penyebab dari pneumonia;
pneumonia kerena bakteri diobati dengan antibiotika. Penatalaksanaan Fisioterapi yang
pas untuk penyakit ini adalah modalitas Infra Red, nebulizer, Breathing Exercise, dan
Thoracic Expansion Exercise

3.2 Kritik dan Saran


Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya
tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan. Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidak seimbangan
antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya infeksi penyakit.

Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan
memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh, terutama untuk ibu ibu agar lebih
memperhatikan kesehatan anak karena anak lebih rentan beresiko terkena penyakit
yang di sebabkan daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Pemberian ASI sangat
di butuhkan oleh bayi dengan tujuan untuk membentuk imun si bayi tersebut agar
terbentuk lebih kuat dalam menghadapi resiko terkena penyakit.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Pneumonia. (2012). Fransisca. Fakultas Kedokteran Kusuma. Surabaya, 3–12.


2. Nur, Resty. Makalah seminar Neonatus " Bayi Sakit Pnemonia". Yogyakarta.
3. Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
4. EGC.Danusantoso, Halim. 2000. Buku saku ilmu penyakit paru.Jakarta :
HipokratesIsnaina
5. Mansjoer, arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta.
6. Mansjoer, arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, jilid II. Media Aesculapius.
Jakarta.
7. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
8. Riyadi sujono, suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak
Sakit. Gosyen publishing. yogyakarta
9. Betz, Cecily. L, 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik edisi 3; EGC
10. Hidayat A. A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehknik analisis data.
Jakarta; Salemba Medika
11. Muscari, 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik edisi 3; EGC
12. Rasmalia, 2007. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian ISPA. Jurnal Bogor,
(Online), Vol 2 No. 1
13. Ari, A., Atalay, O. T., Harwood, R., Sheard, M. M., Aljamhan, E. A., & Fink,
J.B. (2010). Influence of nebulizer type, position, and bias flow on aerosol drug
delivery in simulated pediatric and adult lung models during mechanical
ventilation. Respiratory Care, 55(7), 845–851. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20587095
14. Muttaqin,Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika
15. Putri,Kurnia.2017.Bahan Ajar.Infrared.Malang.S1 Fisioterapi

19

Anda mungkin juga menyukai