Di Susun Oleh :
Kelompok 2
1. Prima Novia Andini
2. Veni Ardianti
3. Resta Maghfira Hutri
4. Devi Rahmadani Ismardi
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
3. Tujuan Penulisan............................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian........................................................................................................................7
B. Etiologi............................................................................................................................7
C. Klasifikasi.......................................................................................................................8
D. Patofisiologi....................................................................................................................9
E. Manifestasi Klinis.........................................................................................................10
F. Penatalaksanaan ...........................................................................................................12
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................13
H. Komplikasi ...................................................................................................................14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.....................................................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................18
BAB IV PENUTUP
1. KESIMPULAN.......................................................................................................20
2. SARAN...................................................................................................................20
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia_Nya kami diberikan kesehatan dan kesempatan sehinnga bisa
meyelesaikan makalah “Pneumonia Pada Anak” ini tepat pada waktunya.
Tak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan.Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar menjadikan makalah ini lebih
baik lagi.kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
khususnya pada diri kami sendiri.
Muara Enim
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya
tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada
dan negara-negara Eropa. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus
pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia,
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan
tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala
Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna
kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan
pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi
paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk
oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus
atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus). Bakteri yang umum
adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp,
Pseudomonas sp, virus misalnya virus influenza. Pneumonia sebenarnya bukan
penyakit baru. American Lung Association misalnya, menyebutkan hingga tahun 1936
pneumonia menjadi penyebab kematiannomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik,
membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000,
kombinasi pneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab
kematian ketujuh di negara itu. Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang
saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek
dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit
saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia.
Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu
pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.Pneumonia
menyebabkan infeksi paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut
alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi
kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara
inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa
meninggal. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme,
sebagian kecil melalui aliran darah (hematogen). Sulit membedakan pneumonia bakteri
dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak.
Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan pertambahan umur. Pneumonia
berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik,
dan gagal nafas, sehingga pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien yang paling
diutamakan (Setiawati, 2008). Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel tubuh. Normalnya elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan
dalam setiap kali bernafas. Penyampaian oksigen (O2) ke jaringan tubuh ditentukan
oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis (Rufaidah,
2005).
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi dapat dilakukan dengan beberapa metode
seperti menggunakan kateter nasal, kanul nasal, sungkup muka sederhana, sungkup
kantong rebreathing, sungkup muka dengan kantong non rebreathing . Nebulizer
juga dapat diberikan pada orang yang mengalami gangguan sistem pernapasan seperti
batuk, pilek maupun obstruksi / penyumbatan saluran pernapasan oleh mukus.
Nebulizer cenderung diberikan pada bayi atau anak-anak karena usia tersebut belum
mampu mengeluarkan dahak secara optimal (Rufaidah, 2005).Sebenarnya pneumonia
bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30
sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai
senyawa kimia maupun partikel.
B. Tujuan Makalah
1. Mengetahui defenisi dari Pneumonia.
2. Mengetahui penyebab dari Pneumonia.
3. Mengetahui faktor resiko pneumonia.
4. Mengetahui gejala atau manifestasi klinis dari Pneumonia.
5. Mengetahui komplikasi dan bagaimana cara penatalaksanaan (therapy) dari
Pneumonia.
6. Mengetahui patofisiologi pneumonia.
7. Mengetahui penatalaksanaan pneumonia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Di dalam buku “Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita” di sebutkan bahwa pneumonia merupakan
salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang mengenai bagian
paru ( jaringan alvioli) (DepKes RI, 2004:4). Pertukaran oksigen dan karbondioksida
terjadi pada kapiler kapiler pembuluh darah dalam alvioli. Pada penderita pneumonia,
nanah (pus) dan cairan akan mengisi alvioli tersebut sehingga terjadi kesulitan
penyerapan oksigen. Hal ini mengakibatkan kesukaran bernapas (DepKes RI, 2007:4).
Menurut Mahmud, 2006 menyebutkan bahwa pneumonia adalah terjadinya
peradangan pada salah satu atau kedua organ paru yang di sebabkan oleh infeksi.
Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan pada paru terisi oleh cairan dan tak
jarang menjadi mati dan timbul abses (Prabu, 1996:37).
Penyakit ini umunya terjadi pada anak anak dengan ciri ciri adanya demam,
batuk di sertai napas cepat (takipnea) atau napas sesak. Defenisi kasus tersebut hingga
kini digunakan dalam program pemberantasan dan penanggulangan ISPA oleh
Departemen Kesehatan RI setelah sebelumnya di perkenalkan oleh WHO pada tahun
1989. Menurut Wahab, 2000, pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang di tunjukkan dengan adanya pelebaran cuping hidung, ronki, dan
retraksi dinding dada atau sering di sebut tarikan dada bagian bawah ke dalam (chest
indrawing). Pengertian pneumonia dalam buku “ Perawatan Anak Sakit” yang di tulis
Ngastiyah yang di terbitkan oleh EGC mengatakan bahwa pneumonia adalah suatu
radang paru yang di sebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus,
jamur, dan benda asing.
B. ETIOLOGI
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya
infeksi melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdidi dari:
a. Susunan anatomis dari rongga hidung.
b. Jaringan limfoid di naso faring.
c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang
di keluarkan oleh sel epitel sersebut
d. Refleks batuk
e. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
f. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional
g. Fagositas, aksi enzimatik dan respon immunohumoral terutama dari IgA
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak
mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mempengaruhi
timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi
energi protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan
pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna..
Etiologi pneumonia dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan agen penyebab infeksinya.
Pembagian pneumonia menurut anatominya:
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lubularis (Bronkopneumonia)
c. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis)
Sedangkan pembagian pneumonia menurut etiologis atau agen penyebab infeksinya
adalah :
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa) :
• Staphylococcus aureus
• Legionella
• Hemophillus influenzae
2. Virus
• Virus influenzae
• Chicken pox (cacar air)
3. Mycoplasma pneumoniae (organisme yang mirip bakteri)
4. Jamur
• Aspergilus
• Histoplasma
• koksidioidomikosis
5. Aspirasi ( makanan, amnion dsb)
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
Pada umumnya pneumonia terjadi akibat adanya infeksi bakteri
pneumokokus (streptokokus pneumoniae). Beberapa penelitian menemukan bahwa
kuman ini menyebabkan pneumonia hampir pada semua kelompok umur dan paling
banyak terjadi di negaraberkembang.
Akan tetapi dari pandangan yang berbeda di dapatkan bahwa gambaran
etiologi pneumonia dapat di ketahui berdasarkan umur penderita. Hal ini terlihat
dengan adanya perbedaan agen penyebab penyakit, baik pada bayi maupun balita.
Ostapchuk menyebutkan kejadian pneumonia pada bayi neonatus lebih banyak
disebabkan oleh bakteri streptokokus dan gram negatif enteric bacteria (escherichia
coli). Sementara itu, pneumonia pada anak anak balita lebih sering di sebabkan oleh
virus, salah satunya adlah Respiratory syncytial virus.
C. PATOFISIOLOGI
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya serangan agen
infeksius yang bertransmisi atau di tularkan melalui udara. Namun pada kenyataannya
tidak semua penyakit pernapasan di sebabkan oleh agen yang bertransmisi denagan cara
yang sama. Pada dasarnya agen infeksius memasuki saluran pernapasan melalui
berbagai cara seperti inhalasi (melaui udara), hematogen (melaui darah), ataupun
dengan aspirasi langsung ke dalam saluran tracheobronchial. Selain itu masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran pernapasan juga dapat di akibatkan oleh adanya
perluasan langsung dari tempat tempat lain di dalam tubuh. Pada kasus pneumonia,
mikroorganisme biasanya masuk melalui inhalasi dan aspirasi.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri
di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai
antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme
dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding
alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk
suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-
sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator
tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin
dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan
dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan
alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena
adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli
tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium
ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisasel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya
tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti
bakteri yang menyerang saluran pernapasan. Selain adanya infeksi kuman dan
virus, menurunnya daya tahan tubuh dapat juga di sebabkan karena adanya
tindakan endotracheal dan tracheostomy serta konsumsi obat obatan yang
dapat menekan refleks batuk sebagai akibat dari upaya pertahanan saluran
pernapasan terhadap serangan kuman dan virus.
D. GEJALA/ MANIFESTASI KLINIS
Gejala pada pneumonia adalah antara lain :
a. Kesulitan dan sakit pada saat bernapas : nyeri pleuritik, nafas dangkal dan
mendengkur, tachipnoe.
b. Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi : mengecil, kemudian
menjadi hilang, ronchi
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8’C sampai 41,1’C
e. Diaforesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif : sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Cyanosis
k. Masalah masalah psikososial : disorientasi dan anxietas
Kejadian pneumonia pada balita diperlihatkan dengan adanya ciri ciri demam,
batuk, pilek, disertai sesak napas dan tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam, serta cyanosis pada infeksi yang berat. Tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam terjadi karena gerakan paru yang mengurang akibat infeksi
pneumonia yang berat. pada usia di bawah 3 bulan, kejadian pneumonia di ikuti
dengan penyakit pendahulu seperti otitis media, conjuctivitis, laryngitis, dan
pharyngitis.
Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan - <5 tahun di lihat dari adanya
kesulitan bernapas dan atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam,
sedangkan pada anak umur <2 bulan di ikuti dengan adanya napas cepat dan atau
terikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Kriteria napas cepat berdasarkan frekwensi pernapasan di bedakan menurut
umur anak. Untuk umur kurang dari 2 bulan, di katakan napas cepat, jika
frekwensi napas 60x/menit atau lebih, sedangkan untuk umur 2 bulan sampai <12
bulan jika >50x/menit dan umur 12 bulan sampai <5 tahun jika >40x/menit.
E. KOMPLIKASI
a. Pneumothorax
Udara dari alveolus yang pecah di sebabkan karena sumbatan atau
peradangan di saluran bronkioli yang membuat udara bisa masuk namun tidak
bisa keluar. Lambat laun alveolus menjadi penuh sehingga tak kuat menampung
udara danpecah.
b. Empiyema (peradangan di paru)
Peradangan terjadi karena kuman atau bakteri berhasil di lokalisasi
oleh pertahanan tubuh namun tidak dapat di basmi akhirnya muncul nanah dan
mengumpul di antara paru paru dan dinding dada.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum yaitu :
a. Oksigen 1-2 l/menit
b. Infus Dextrose 10% : NACL 0,9% =3:1
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat di mulai makanan enteral bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier
Berikan antibiotika jika penderita telah di tetapkan sebagai pneumonia.
Pada tahun 1997, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan manajemen
tatalaksana baru yaitu MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) yang terintegrasi
dan di terapkan sebagai acuan program penanggulangan ISPA pneumonia di
pelayanan kesehatan dasar. Adapun tatalaksananya adalah meliputi :
a. Pemeriksaan
b. Penentuan ada tidaknya bahaya
c. Penentuan klasifikasi penyakit
d. Pengobatan dan tindakan
Tata Laksana Therapy:
1. PENGKAJIAN
a. Data Demografi
b. Riwayat Masuk
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau
batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun
apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
d. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah
yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan
sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang
menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia
banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita
pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.
B. SARAN
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya
tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidak seimbangan antara daya tahan
tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya
infeksi penyakit.
Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan
memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh, terutama untuk ibu ibu agar lebih
memperhatikan kesehatan anak karena anak lebih rentan beresiko terkena penyakit yang
di sebabkan daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Pemberian ASI sangat di
butuhkan oleh bayi dengan tujuan untuk membentuk imun si bayi tersebut agar terbentuk
lebih kuat dalam menghadapi resiko terkena penayakit.