Disusun oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan sayangnya kepada
kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan hidayah dan inayahnya
sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan penuh suka cita dan dapat
mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada nabi besar kita, nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Anak 1.
Dalam penyusunan pun penulis mendapatkan bantuan dari dosen mata kuliah yang
bersangkutan, dari teman-teman dan dari referensi buku serta artikel media massa.
Penyusunan makalah ini belum mencapai kata sempurna, sehingga penulis dengan
lapang dada menerima kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sehingga di
kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh lebih baik dari makalah ini. Penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis atau
psikologis yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. (Emawati, 2012). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas yang
tertinggi diantara semua kebutuhan dasar yang lain. Umumnya, seseorang
yang memiliki bebrapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu
memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.
(Ambarwati, 2014)/
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oksigen
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam metabolism sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energy,
dan air. Akan tetapi, penambahan CO2yang melebihi batas normal pada tubuh
akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Hal ini
menunjukan bahwa oksigen merupakan hal yang sangat penting bagi
manusia. (Ambarwati, 2014).
Penyebab terjadinya gangguan oksigenasi disebabkan oleh beberapa
hal yang mempengaruhi fungsi pernafasana, yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor penting, diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku dan lingkungan. Pernafasan dapat berubah
karena kondisi dan penyakit yang dapat mengubah kondisi dan struktur paru.
Otot-ototpernafasan, ruang pleura, dan alveoli sangat penting untuk ventilasi,
perfusi, dan juga pertukan gas dalam pernafasan (Ambarwati, 2014).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah kalimat pertanyaan yang diangkat untuk
merumuskan suatu permasalahan. Adapun rumusan masalah kali ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Pneumonia?
2. Apa saja klasifikasi Pneumonia?
3. Apa saja etiologi Pneumonia?
4. Apa saja Gambaran Klinis Pneumonia?
5. Apa saja Manifestasi Klinis Pneumonia?
6. Bagaimana Patofisiologi Pneumonia?
7. Apa saja Komplikasi Pneumonia?
8. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Pneumonia?
9. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pneumonia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan umum dari makalah ini untuk mengetahui konsep penyakit gagal
ginjal kronik dan konsep asuhan keperawatan dengan Pneumonia. Adapun
tujuan khusus dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi Pneumonia
2. Untuk mengetahui klasifikasi Pneumonia
3. Untuk mengetahui etiologi Pneumonia
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Pneumonia
5. Untuk mengetahui gambaran klinis Pneumonia
6. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Pneumonia
7. Untuk mengetahui Komplikasi Pneumonia
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Pneumonia
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Untuk mengetahui Konsep Asuhan
Keperawatan Pneumonia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep penyakit
1. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi
karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry &
Sharon,2013).
Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh
karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat
peradangan (Mutaqin, 2008).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
(Ngastiyah, 2015). Pneumonia adalah peradangan pada paru yang tidak
saja mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenaijaringan paru tapi
dapat juga mengenai bronkioli (Nugroho, 2011).
2. Klasifikasi
Secara Garis Besar Pneumonia Dapat Dibedakan Menjadi 3 Yaitu:
a. Aspirasi pneumonia
Terjadi apabila tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru-
paru.pada bayi baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau
asi.
b. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur
Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri
sepertistreptococcus pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala
akanmuncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai
dari demam,batuk lalu sesak nafas.
c. Pneumonia akibat faktor lingkungan
d. Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.bila
tidak segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan
Broncopneumonia dan selanjutnya menjadi pneumonia (Meadow,
2015).
e. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
1) Usia 2 bulan – 5 tahun
a) Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak
nafas yang dilihat dengan adanya tarikan dinding dada
bagian bawah.
b) Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas
cepat yaitu pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas
50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40
x/menit atau lebih.
c) Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk
pilek biasa dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa
terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya
nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
a) Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi
nafas 60 x/menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding
dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
3. Etiologi
a. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella,
hemophillus, influenza, eneterobacter.
b. Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat,
setelah system pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau
malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan.
c. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza,
adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini
menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat
memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
d. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis
ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia
yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering
disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang
segala jenis usia.
e. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans (Meadow, 2015)
4. Gejala Klinis
Gambaran klin is pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia
anak, respon sitemik anak terhadap infeksi,agen etiologi, tingkat
keterlibatan paru,danobstruksi jalan napas. Tanda dan gejala anak yang
mengalami pneumonia antara lain : takipnea, demam, dan batuk disertai
penggunaan otot bantu nafas dan suara nafas abnormal (Terry &
Sharon,2013).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh
manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat
menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru
meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas,
anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan
cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan
batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan
membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru
menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan
rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi
menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia. Dari penjelasan diatas masalah
yang muncul yaitu: nyeri (akut), hipertermi, perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas tidakk efektif, gangguan pola tidur,
pola nafas tak efekif danintoleransi aktivitas.
Tanda dan gejala :
a. Batuk berdahak atau batuk kering.
b. Hidung tersumbat.
c. Muntah.
d. Demam.
e. Mengi atau napas berbunyi.
f. Kesulitan untuk bernapas, dada dan perut menggembung.
g. Terasa nyeri di bagian dada.
h. Menggigil.
5. Manifestasi klinis
Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum
kehijauan atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai
nafas yang pendek, nyeri dada seperti pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti
ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan selama bernafas dalam atau batuk.
Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit
kepala atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa
hilang nafsu makan, kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi
atau otot. Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala
yang lain.
Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri
perut dan diare, pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya
menyebabkan penurunan berat badan dan berkeringat pada malam hari. Pada
orang tua manifestasi dari pneumonia mungkin tidak khas. Bayi dengan
pneumonia lebih banyak gejala, tetapi pada banyak kasus, mereka hanya tidur
atau kehilangan nafsu makan (Wong, 2009).
6. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan
konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat
saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi,
disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2013)
Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada
keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia
disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru- paru , partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik dan humoral.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu
mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius
terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika pathogen
mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke
alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak
mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai
bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru menjadi
terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah
menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis
right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan
hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi
oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011)
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari
seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit
dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus. Penyebab paling
sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan
infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit :
a. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya
virus masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup
melalui mulut dan hidung. setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan
alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus
langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang
disebut apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi
kerusakan paru.Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi
sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi
pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari
proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain dan kemudian
menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat
tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena
bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan
oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus
influensa,virus syccytial respiratory(RSV),adenovirus dan
metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia
kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga
berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh
cytomegalovirus(CMV).
b. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada
di udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui
aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas
seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju
alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan
diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini
memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari
pertahanan sel darah putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan
membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan
cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.
Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada
pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan
cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu
transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi
menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal
seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada
bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding
dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema.
Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah
Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri
atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk
pada warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses
yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena
bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih
sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada
antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
c. Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin
terjadi pada individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan
AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain.patofisiologi
dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia
yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering
disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,Cryptococcus
neoformans,Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.
Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi,dan
Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian
barat daya.
d. Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit
ini secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah
memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-paru,biasanya melalui
darah.
Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain ,kombinasi dari destruksi
seluler dan respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi
oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil berespon dengan
dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat
menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang
mendasari pneumonia yang disebabkan parasit.Parasit paling umum yang
dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii,Strongioides
stercoralis dan Ascariasis. a adalah Toxoplasma gondii,Strongioides
stercoralis dan Ascariasis (Meadow, 2015)
7. Pathway
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
2) Palpasi
a) Gerakan pernapasan
b) Raba apakah dinding dada panas
c) Kaji vocal premitus
d) Penurunan ekspansi dada
3) Auskultasi
a) Adakah terdenganr stridor
b) Adakah terdengar wheezing
c) Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
4) Perkusi
1) Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
2) Hipersonor , adanya tahanan udara
3) Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
4) Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
5) Tympani, terisi udara
d. Pola Kebutuhan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : Kistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi)
4) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : Perusakan mental (bingung)
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
6) Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : Sputum: merah muda, berkarat
perpusi: Pekak datar area yang konsolidasi
premikus: Taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun : Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
7) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguasn sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar (Wong, 2009).
2. Diagnosa Keperawatan
Menggunakan sumber Wong (2009), diagnosa yang di dapat yaitu :
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi eksudat dan
peningkatan produksi mukus.
b. Hipertermia berhubungan dengan infeksi.
c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
hipertermia atau hiperpnea.
d. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi.
e. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme
3. Rencana Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi eksudat dan
peningkatan produksi mukus.
Tujuan: Pertukaran gas dapat diperbaiki
Kriteria Hasil:
1) Respirasi anak mudah dan kecepatan respirasi dalam batas normal
2) Warna kulit tampak merah muda
3) Gelisah menurun
Intervensi Rasional
1. Kaji status pernapasan anak terhadap 1. Tanda-tanda adanya dyspnea,
adanya dyspnea, takipnea, wheezing, takipnea, wheezing, krekel, ronchi,
krekel, ronchi, dan sianosis. dan sianosis menunjukan pengobatan
yang tidak efektif dan kondisi anak
mungkin buruk
2. Berikan anak istirahat yang cukup. 2. Periode istirahat yang cukup
menghemat energi yang butuh untuk
penyembuhan infeksi.
3. Berikan lingkungan yang dingin 3. Dingin dan lembab dapat
dan lembab pada bagian facemask, melembabkan jalan napas dan
pemberian oksigen maupun dengan membantu mengurangi sekresi dan
tanda oksigen. edema bronchial
4. Atur posisi anak setiap 1-2 jam. 4. Posisi yang diubah membantu
mobilisasi sekresi
5. Biarkan anak beransumsi untuk 5. Anak berasumsi merasakan posisi
merasakan posisi yang nyaman yang nyaman seperti semi fowler
baginya. membuat anak bernapas lebih
6. Lakukan fisioterapi dada setiap 4 mudah.
jam sesuai order. 6. fisioterapi dada termasuk perkusi
manual, vibrasi, dan tekanan dad,
batuk, kekuatan ekspirasi, dan
latihan napas dalam untuk
membersihkan mukus dari jalan
napas serta meningkatkan
7. Anjurkan pemberian intake cairan pengembangan paru kembali.
oral, jika tidak ada kontraindikasi 7. Pemberian cairan dapat
8. Anjurkan anak untuk batuk, latihan mengencerkan sekresi.
napas dalam setiap 2 jam. 8. Batuk merupakan mekanisme
pembersihan jalan napas alami, dan
membantu silia mempertahankan
9. Kolaborasi: Berikan oksigen melalui kepatenan jalan napas.
masker, kanul, maupun tenda 9. Oksigen membantu menurunkan
oksigen sesuai order. kegelisahan yang berhubungan
dengan distres pernapasan dan
hipoksemia
BAB III
PEMBAHASAN
KASUS I <OKSIGENASI>
Pasien yang dikaji bernama An. R. F berusia 8 bulan dan berjenis kelamin perempuan. An. T
berstatus seb agai anak tunggal dari Ny. P dan Tn. Z beragama Islam , bertempat tinggal di
Kabupaten Bandung. Pasien masuk UGD Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tanggal
12 Juni 2020 , pkul 20.00 WIB dengan diagnosa medis pneumonia.
Saat ini pasien dirawat di Ruang Kenanga dengan diagnosa medis pneumonia ec TBC. Saat
di kaji keluhan utama yang dialami pasien adalah batuk dan sesak nafas, ibu mengatakan An.
T mengalami batuk-batuk namun tidak dapat mengeluarkan dahak. Keluarga pasien
mengatakan awal masuk rumah sakit karena mengalami demam, sesak nafas, dan batuk.
Keluarga pasien (ibu) mengatakan bahwa sakit yang di alami An. T adalah batuk dan sesak
nafas, keluarga tidak tahu cara pencegahan dan penanganan pasien dirumah, saat ditanyakan
ibu tidak bisa menjawab cara penanganan dan pencegahan. Keluarga pasien mengatakan pada
saat An.T berusia satu bulan, ia pernah dirawat dirumah sakit karena kejang. Saat itu An. T
lebih banyak diberikan obat yang di berikan puskesmas. Pada pola hidup, pasien mengalami
gangguan pada personal hygiene. Saat sebelum sakit, biasanya An.T dimandikan dua kali
dalam sehari dan rambut di cuci. Namun pada saat sakit pasien hanya dapat di lap sekali
dalam sehari karena pasien mengalami sesak, lemas, terpasang O2, 3 liter/menit, terpasang
infus Dextrose 5 % ½ NS 1000cc/24 jam (14 tetes per menit) dan terpasang NGT di lubang
hidung sebelah kiri. Saat dilakukan pengukuran, berat badan An. T memiliki berat 5,8 kg,
panjang badan 62 cm, lingkar kepala 45 cm.
Riwayat kehamilan dan kelahiran saat dikaji , riwayat prenatal Ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan di Puskesmas setiap satu bulan sekali Pada masa kehamilan, sakit yang biasa
dirasakan ibu mual dan sakit kepala serta cepat lelah, riwayat intranatal Ibu bersalin di
Puskesmas dengan usia kehamilan 36 minggu dan ditolong oleh bidan dengan jenis
persalinan spontan. Saat ibu melahirkan, bayi langsung menangis dengan berat badan bayi
2700 gram dan kulit berwarna merah. Riwayat postnatal An. T mendapat ASI sampai dengan
usia 6 bulan bulan, dan pada usia 7 bulan bayi sudah mendapatkan susu formula. Pasien juga
tidak alergi terhadap obat-obatan, tidak alergi dengan susu formula. Status imunisasi dasar
belum lengkap .
Riwayat Kesehatan dahulu klien pernah berobat 6 bulan dan mengkonsumsi obat OAT . ibu
klien mengatakan klien rutin di berikan obat 6 bulan dan tidak pernah bolong . serta rutin
control ke puskesmas 1 bulan sekali.
Saat dilakukan pengkajian tanda-tanda vital dengan suhu 37,9 ˚C, nadi 100x/menit,
pernapasan 55x/menit, pasien tampak sesak. Saat dilakukan pemeriksaan fisik terdapat
pernapasan cuping hidung, bunyi ronchi pada paru kanan lobus bawah, ada retraksi dinding
dada, penggunaan otot bantu nafas, terpasang O2 3 liter/menit, pasien tampak batuk, adanya
secret berwarna putih tampak pada hidung, bentuk dada simetris, lingkar dada 38 cm,
konjungtiva tidak anemis, sklera berwarna putih, pupil isokhor, bibir tampak pucat, mulut
tampak bersih, rambut tampak kotor dan lengket. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
hasil bentuk abdomen simetris, abdomen teraba lunak, tidak ada massa pada abdomen, bising
usus 36 x/menit dan tidak ada mual muntah, pergerakan sendi bebas tidak ada fraktur.
Pengkajian juga dilakukan untuk mengetahui dampak hospitalisasi yang terjadi pada An. T
maupun orang tuanya , kedua orang tua merasa khawatir karena An.T merupakan anak
pertama dan anak satu-satunya.
Pemeriksaan laboratorium terakhir dilakukan pada tanggal 12 Juni 2020 pukul 08.00
WIBdengan hasil labolatorium : Hemoglobin 12.0 g/dL, Eritrosit 5.60 10^6/uL, Hematokrit
39.9%, Monosit 10.8%, Neutrofil 3.25 10^3/uL, Limfosit 7.79 10^3/uL, Trombosit 276
10^3/uL. pasien mendapatkan obat-obatan Dextrose 5% ½ NaCl 1000cc/24 jam (14 tetes per
menit), Dexametazole 2 x 2 mg per IV, Amoxycilin 3x 1½ ctg per NGT, Cefotaxime 3 x 300
mg per IV.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T (8 BULAN)
DENGAN PNEUMONIA
M.Riwayat Keluarga
N. Riwayat penyakit keturunan √ Tidak Ya, ......................
O. Riwayat penyakit menular √ Tidak Ya, ........................
P. Pengkajian Fisiologis
Q. OKSIGENASI
Thorax
Ct Scan
R. NUTRISI
PERILAKU
BB saat ini BB 5,8 kg PB/TB 62 cm LLA :……….
Status Nutrisi □ Lebih □ Baik kurang □ Buruk
Diet □ ASI □ susu formula □ bubur □ nasi tim
Puasa □ Ya √ tidak Frekuensi makan : Posi makan: ¼ nya
Cara Makan oral □ OGT √ NGT □ Gastrostomi □ parenteral
Kualitas Makan kurang □ cukup □ baik
Lidah □ bersih □ Kotor stomatitis : □ ya □ tidak
Mulut Caries : □ ya √tidak lain-lain: tampak kering
Abdomen □ supel □ kembung □ tegang □ terdapat massa lokasi:
Hepar □ tidak teraba □ hepatomegali □ lien □
splenomegali
Bising Usus 36 x/menit
S. PROTEKSI
Gangguan □ Tidak ada □ Pucat □ Jaundice
Warna Kulit
□ Menjadi merah □ Sianosis Ptekie
Suhu □ suhu : 37,9 □ Hangat Teraba panas □Teraba dingin
Turgor □ Baik □ Jelek
Gangguan pada □ Tidak ada □ Lesi □ Erupsi □ Eritema
kulit
□ Lainnya, ……………
Luka √Tidak ada □ Ada
Stoma √Tidak ada □ Ada
Drainase √Tidak Ada □ Ada
Jika terjadi
gangguan pada
kulit / luka /
stoma, berikan
tanda silang (X)
Pengkajian Nyeri
T. SENSASI
Z. KONSEP DIRI
Pembawaan anak Periang Pemalu □ Pendiam
………………….
Reaksi terhadap Baik
hospitalisasi?
□ Buruk (ingin Pulang)
Adanya stress/ √ Ya Tidak
cemas?
Persepsi keluarga √ Baik
terhadap penyakit?
Buruk
Reaksi keluarga √ Baik
terhadap penyakit?
Buruk
Persepsi keluarga √ Baik
terhadap pengobatan?
Buruk
PEMERIKSAAN KECEMASAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
HH. THERAPI
nafas
DIAGNOSA PRIORITAS
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme.
3. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Bersihan jalan setelah dilakukan Manajemen jalan napas Observasi
napas tidak efektif tindakan 2 x 24 jam 1.01011 1. mengetahui pola
berhubungan mampu membersihkan Observasi napas pada klien.
dengan spasme secret atau obstruksi 1. monitor pola napas 2. mengetahui
jalan napas jalan napas untuk (frekuesnis, kedalaman, apakah adanya
mempertahankan jalan usaha napas) bunyi napas
napas tetap paten 2. monitor bunyi napas tambahan yang
dengan kriteria hasil : tambahan (mis, abnormal pada
1. Sesak menurun gurgling, mengi, klien.
(5) wheezing, ronchi 3. mengetahui
2. Batuk efektif kering) struktur sputum
meningkat (5) 3. monitor sputum yang ada pada
3. Produksi (jumlah, warna, aroma) klien.
sputum Terapeutik 4. Posisi semi
menurun (5) 4. posisikan semi fowler fowler yaitu
4. Ronchi atau fowler posisi pasien 45
menurun (5) 5. lakukan fisioterapi derajat dapat
5. Frekuensi nafas dada membantu
normal (30- 6. lakukan penghisapan pasien
60x/ menit) lendir kurang dari 15 mengurangi
membaik (5) detik sesak.
6. Otot bantu 7. berikan oksigen 1 liter / 5. teknik yang
nafas menurun menit digunakan dalam
(5) latihan penyakit
7. Pernafasan respirasi untuk
cuping hidung mengeluarkan
menurun (5) sputum.
8. Retraksi 6. mengeluarkan
dinding dada secret yang
menurun (5) menghalangi
9. Pasien tidak jalan napas klien.
terpasang 7. Memnuhi
oksigen kebutuhan kadar
oksigen pada
klien.
2. Defisit nutrisi setelah dilakukan Manajemen nutrisi 1.03119 1. Untuk
berhubungan tindakan 2 x 24 jam Observasi mengetahui
dengan mampu meningkatkan 1. Identifikasi status status nutrisi
peningkatan keadekuatan asupan nutrisi. pada pasien.
kebutuhan nutrisi untuk memenuhi 2. Identifikasi kebutuhan 2. Untuk
metabolisme. kebutuhan metabolism kalori dan jenis mengetahui
dengan kriteria hasil : nutrient. jumlah
1. Sesak menurun 3. Monitor asupan kebutuhan kalori
(5) makanan. dan jenis nutrient
2. Nafsu makan 4. Monitor berat badan. yang dibutuhkan
membaik (5) Terapeutik untuk
3. Bising usus 5. Berikan makanan pemenuhan
membaik (5) tinggi kalori dan tinggi metabolism pada
4. tidak terpasang protein. pasien.
NGT Edukasi 3. Untuk
5. tidak terpasang 6. Ajarkan diet yang mengetahui
infus diprogamkan. asupan makanan
6. membrane Kolaborasi dalam jumlah
mukosa 7. Kolaborasi dengan ahli yang sesuai.
membaik (5) gizi untuk menentukan 4. Untuk
7. pasien tidak jumlah kalori dan jenis mengetahui
lemas nutrient yang adanya
8. BB bertambah. dibutuhkan. peningkatan atau
tidak pada berat
badan klien
setelah dilakukan
diet tersebut.
5. Protein
membantu dalam
proses
pertumbuhan,
mulai dari
pembentukan
kulit, rambut,
dan kuku, serta
untuk
memastikan
setiap sel dalam
tubuh anak
menerima
pasokan oksigen.
6. Agar orangtua
bisa melakukan
anjuran diet
sendiri dirumah.
7. Ahli gizi dapat
menentukan
kebutuhan
asupan makanan
yang dibutuhkan
oleh klien.
3. Hipertermia Setelah dilakukan Regulasi temperature 1. Untuk
berhubungan tindakan 2x24 jam 1.14578 mengetahui suhu
dengan mampu mengatur suhu Observasi tubuh pada anak.
peningkatan laju tubuh agar tetap berada 1. monitor suhu bayi 2. Mempertahankan
metabolisme. pada rentang normal sampai stabil (36,5- cairan dan
dengan kriteria hasil : 37,50C ). elektrolit serta
1. Demam Terapeutik meningkatkan
menurun (5) 2. tingkatkan asupan metabolism
2. Suhu tubuh cairan dan nutrisi yang tubuh.
normal (36,5- adekuat. 3. salah satu teknik
37,50C ) 3. Lakukan kompres yang bisa
membaik (5) hangat. digunakan untuk
3. Nadi normal menurunkan
(100- suhu tubuh pada
160x/menit) anak.
membaik (5)
4. Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan 1.12383 1. Untuk
pengetahuan tindakan 1x24 jam 1. Identifikasi kesiapan mengetahui
berhubungan mampu mengetahui dan kemampuan seberapa siap
dengan kurang informasi kognitif yang menerima informasi. keluarga
terpapar berkaitan dengan topic 2. Jelaskan faktor risiko mendapatkan
informasi. tertentu dengan kriteria yang dapat informasi yang
hasil : mempengaruhi akan
1. keluarga kesehatan. disampaikan.
mengetahui cara 3. Jelaskan mengenai 2. Agar mengetahui
pencegah dan penyakit pneumonia faktor risiko apa
penanganan pencegahan dan saja yang dapat
penyakit penanganannya. mempengaruhi
pneumonia. 4. Ajarkan perilaku hidup kesehatan.
2. Tidak bersih dan sehat. 3. Untuk
mengalami mengetahui apa
gangguan pada itu pneumonia,
personal bagaimana cara
hygiene mencegah dan
3. Kemampuan penanganannya
menjelaskan dirumah.
pengetahuan 4. Agar pasien dan
tentang suatu keluarga dapat
topic meningkat melakukan
(5) perilaku hidur
bersih dan sehat.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
PEMBAHASAN JURNAL
1. Fisioterapi dada merupakan salah satu terapi penting dalam pengobatan pada
penyakit pernapasan untuk anak-anak yang menderita penyakit pernapasan
(Purnamiasih, 2020). Fisioterapi dada merupakan kelompok terapi non
farmakologis yang digunakan dengan kombinasi untuk mobilisasi sekresi pulmonal
(Yanwar, 2016). Tujuan utama dilakukannya fisioterapi dada adalah untuk
membersihkan obstruksi jalan nafas, mengurangi hambatan jalan nafas,
meningkatkan pertukaran gas dan mengurangi kerja pernafasan. Teknik yang
berbeda digunakan pada pasien anak-anak: 1) terapi fisik dada konvensional seperti
perkusi dada (clapping) dan getaran dalam kombinasi dengan posisi drainase
postural, dada gemetar dan batuk terarah dan 2) teknik berbasis aliran: ekspirasi
pasif lambat atau paksa dapat membantu memobilisasi sekresi ke arah trakea dan
memicu batuk yang membantu mengeluarkan sekresi (Figuils et al, 2016).
Berdasarkan hasil ulasan literature review Aryayuni dan Siregar (2019) bahwa
fisioterapi dada berpengaruh terhadap pengeluaran sputum pada anak. H al ini
sesuai dengan peneli tian dari Daya dan Sukraeny (2020) bahwa fisioterapi dada
berpengaruh terhadap kebersihan jalan napas dan dapat meningkat terhadap
pengeluaran sputum.