Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

B SKIZOFRENIA
HEBEFRENIK DENGAN DIAGNOSA PERILAKU KEKEKRASAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Kerja Lapang
Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :
Yandi Kurniawan
(102018032)

Dosen pembimbing:
Shella Febrita Puteri Utomo S. Kep., Ners., M., Kep

PROGAM STUDI VOKASI DIPLOMA II KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.6, Turangga, Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat
40264.

2020
A. Pengertian

1. Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari kata “skizo” dan “frenia”.Skizo yang artinya
retak atau perpecahan, sedangkan frenia adalah jiwa. Skizofrenia menurut
Videbeck (2008) adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran,persepsi, em osi, gerakan dan perilaku yang
aneh dan terganggu. Skizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan.
Bleuler (dalamMaramis, 2009) membagi gejala – gejala skizofrenia menjadi 2
kelompok :
a. Gejala – gejala primer:
1. Gangguan proses berpikir
2. Gangguan emosi
3. Gangguan kemauan
4. Autisme
b. Gejala – gejala sekunder
1. Waham
2. Halusinasi
3. Gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain.
2. Skizofrenia katatonik
Skizofrenia katatonik ciri utamanya adalah gangguan pada psikomotor
yang dapat meliputi motoric immobility, aktivitas motorik berlebihan,
negativesm yang ekstrim serta gerakan yang tidak terkendali. Timbulnya
pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik. Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti:
a. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik, seperti
topeng, stupor penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang sangat
lama, beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.
b. Bila diganti posisinya penderita menentang.
c. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut dan
meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.
d. Terdapat grimas dan katalepsi.
B. Jenis-jenis skizofrenia

Kraeplin (dalam Maramis, 2009) membagi skizofrenia menjadi beberapa jenis.


Penderita digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat
padanya. Akan tetapi batas batas golongan-golongan ini tidak jelas, gejala-gejala
dapat berganti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat digolongkan ke
dalam satu jenis. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Skizofrenia paranoid
Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah mulai 30 tahun.Permulaanya mungkin
subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat
digolongkan schizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak
dan kurang percaya pada orang lain.
2. Skizofrenia hebefrenik
Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau
antara 15 – 25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berpikir,
gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double p ersonality. Gangguan
psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering
terdapat pada skizofrenia heberfrenik, waham dan halusinasinya banyak sekali.
3. Skizofrenia katatonik
Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya akut serta
sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik. Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti:
e. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik, seperti
topeng, stupor penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang sangat
lama, beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.
f. Bila diganti posisinya penderita menentang.
g. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut dan
meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.
h. Terdapat grimas dan katalepsi.
4. Skizofrenia simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala utama pada jenis simplex
adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir
biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali ditemukan.
5. Skizofrenia residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu
episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kea rah gejala negative
yang lebih menonjol. Gejala negative terdiri dari kelambatan psikomotor, penurunan
aktivitas, penumpukan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan,
ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.

C. Faktor Penyebab

Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya skizofrenia adalah sebagai


berikut.

1. Umur Umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar menderita
skizofrenia dibandingkan umur 17-24 tahun.
2. Jenis kelamin Proporsi skiofrenia terbanyak adalah lakilaki (72%) dengan
kemungkinan laki-laki berisiko 2,37 kali lebih besar mengalami kejadian
skizofrenia dibandingkan perempuan. Kaum pria lebih mudah terkena
gangguan jiwa karena kaum pria yang menjadi penopang utama rumah tangga
sehingga lebih besar mengalami tekanan hidup, sedangkan perempuan lebih
sedikit berisiko menderita gangguan jiwa dibandingkan laki-laki karena
perempuan lebih bisa menerima situasi kehidupan dibandingkan dengan laki-
laki. Meskipun beberapa sumber lainnya mengatakan bahwa wanita lebih
mempunyai risiko untuk menderita stress psikologik dan juga wanita relatif
lebih rentan bila dikenai trauma. Sementara prevalensi skizofrenia antara laki-
laki dan perempuan adalah sama.
3. Pekerjaan Pada kelompok skizofrenia, jumlah yang tidak bekerja adalah
sebesar 85,3% sehingga orang yang tidak bekerja kemungkinan mempunyai
risiko 6,2 kali lebih besar menderita skizofrenia dibandingkan yang bekerja.
Orang yang tidak bekerja akan lebih mudah menjadi stres yang berhubungan
dengan tingginya kadar hormon stres (kadar katekolamin) dan mengakibatkan
ketidakberdayaan, karena orang yang bekerja memiliki rasa optimis terhadap
masa depan dan lebih memiliki semangat hidup yang lebih besar dibandingkan
dengan yang tidak bekerja.
4. Status perkawinan Seseorang yang belum menikah kemungkinan berisiko
untuk mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan yang menikah
karena status marital perlu untuk pertukaran ego ideal dan identifikasi perilaku
antara suami dan istri menuju tercapainya kedamaian. Dan perhatian dan kasih
sayang adalah fundamental bagi pencapaian suatu hidup yang berarti dan
memuaskan.
5. Konflik keluarga Konflik keluarga kemungkinan berisiko 1,13 kali untuk
mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan tidak ada konflik
keluarga.
6. Status ekonomi Status ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali untuk
mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan status ekonomi tinggi.
Status ekonomi rendah sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Beberapa
ahli tidak mempertimbangkan kemiskinan (status ekonomi rendah) sebagai
faktor risiko, tetapi faktor yang menyertainya bertanggung jawab atas
timbulnya gangguan kesehatan. Himpitan ekonomi memicu orang menjadi
rentan dan terjadi berbagai peristiwa yang menyebabkan gangguan jiwa. Jadi,
penyebab gangguan jiwa bukan sekadar stressor psikososial melainkan juga
stressor ekonomi. Dua stressor ini kaitmengait, makin membuat persoalan
yang sudah kompleks menjadi lebih kompleks.
7. Faktor genetik
Faktor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia
dan terutama anak-anak kembar monozigot. Angka kesakitan bagi saudara tiri
adalah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu
orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita
skizofrenia 4068%; bagi heterozigot 2-15%; dan bagi monozigot 61-86%.
Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan
skizofrenia melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga
lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan
terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak.

D. Etiologi

Videbeck (2008) menyatakan bahwa skizofrenia dapat disebabkan oleh 2 faktor,


yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
1) Faktor genetika
Faktor genetik adalah faktor utama pencetus dari skizofrenia.Anak
yang memiliki satu orang tua biologis penderita skizofrenia tetapi
diadopsi pada saat lahir oleh keluarga tanpa riwayat skizofrenia masih
memiliki resiko genetik dari orang tua biologis mereka.Hal ini
dibuktikan dengan penelitian bahwa anak yang memiliki satu orang tua
penderita skizofrenia memiliki resiko 15%; angka ini meningkat
sampai 35% jika kedua orang tua biologis menderita skizofrenia
(Videbeck, 2008)
b. Faktor neuroanatomi
Penelitian menunjukkan bahwa individu penderita skizofrenia memiliki
jaringan otak yang relatif lebih sedikit; hal ini dapat memperlihatkan suatu
kegagalan perembangan atau kehilangan jaringan selanjutnya.Computerized
Tomography (CT Scan) menunjukkan pembesaran ventrikel otak dan atrofi
korteks otak. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
menunjukkan bahwa ada penurunan oksigen dan metabolisme glukosa pada
struktur korteks frontal otak.Riset secara konsisten menunjukkan penurunan
volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada area temporal dan frontal
individu penderita skizofrenia (Videbeck, 2008). Daerah otak yang
mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan ganglia basalis. Otak
pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal,
ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu dan beberapa area terjadi
peningkatan maupun penurunan aktivitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopis
dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang
timbul pada massa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul
pada trauma otak setelah lahir (Prabowo, 2014).
c. Neurokimia
Penelitian neurokimia secara konsisten memperlihatkan adanya perubahan
sistem neurotransmitters otak pada individu penderita skizofrenia.Pada orang
normal, sistem switch pada otak bekerja dengan normal.Sinyal-sinyal persepsi
yang datang dikirim kembali dengan sempurna tanpa ada gangguan sehingga
menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya melakukan tindakan sesuai
kebutuhan saat itu.Pada otak penderita skizofrenia, sinyal-sinyal yang dikirim
mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel yang
dituju (Yosep, 2016).
d. Faktor Psikologis
Skizofrenia terjadi karena kegagalan dalam menyelesaikan perkembangan
awal psikososial sebagai contoh seorang anak yang tidak mampu membentuk
hubungan saling percaya yang dapat mengakibatkan konflik intrapsikis
seumur hidup.Skizofrenia yang parah terlihat pada ketidakmampuan
mengatasi masalah yang ada.Gangguan identitas, ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah pencitraan, ketidakmampuan untuk mengontrol diri sendiri
juga merupakan kunci dari teori ini (Stuart, 2013).
e. Faktor Sosiokultural dan Lingkungan
Faktor sosiokultural dan lingkungan menunjukkan bahwa jumlah individu dari
sosial ekonomi kelas rendah mengalami gejala skizofrenia lebih besar
dibandingkan dengan individu dari sosial ekonomi yang lebih tinggi.Kejadian
ini berhubungan dengan kemiskinan, akomodasi perumahan padat, nutrisi
tidak memadahi, tidak ada perawatan prenatal, sumber daya untuk
menghadapi stress dan perasaan putus asa.
1. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari skizofrenia antaralain sebagai berikut :
a. Biologis
Stresssor biologis yang berbuhungan dengan respons neurobiologis maladaptif
meliputi : gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak yang
mengatur mengatur proses balik informasi, abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus (Stuart, 2013).
b. Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan pikiran
(Stuart, 2013).
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimuli yang sering menimbulkan episode baru
suatu penyakit.Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis
maladaptif yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku
individu (Stuart, 2013).
E. Manifestasi klinis

Gejala-gejala skizofrenia menurut Keliat (2012) adalah sebagai berikut :


1. Gejala positif :
a. Waham : keyakinan yang salah ,tidak sesuai dengan kenyataan, dipertahankan
dan disampaikan berulang-ulang (waham kejar, waham curiga, waham kebesaran)
b. Halusinasi : gangguan penerimaan pancaindra tanpa ada stimulus eksternal
(halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman dan perabaan )
c. Perubahan arus pikir :
1) Arus pikir terputus : dalam pembicaraan tiba-tiba tidak dapat
melanjutkan isi pembicaraan
2) Inkohoren : berbicara tidak selaras dengan lawan bicara ( bicara kacau)
3) Neologisme : menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti oleh diri
sendiri tetapi tidak dimengerti oleh orang lain
d. Perubahan perilaku : Hiperaktif , Agitasi Iritabilitas
1. Gejala negatif :
a. Sikap masa bodoh (apatis).
b. Pembicaraan terhenti tiba-tiba (blocking).
c. Menarik diri dari pergaulan sosial (isolasi sosial).
d. Menurunnya kinerja atau aktivitas sosial sehari-hari.

Patwey
Faktor genectic: masyarakat
umum1% orang tua 5% saudara
Lingkungan Ekpresi emosi berlebih
kandung8% anak10%

Pandangan ekstrim masy.

Ketidak mampuan
menghadapi stresor

Penurunan motivasi
Gangguan Koping individi dlm pemenuhan
berfikir tidak efektif kebutuhan sehari-hari
Mk : waham Penurunan motivasi dan
kemampuan dlm
berhubungansosial
Mk : resiko
Mk: Ggg konsep nutrisi kurang
Kbutuhan diri : HD Rendah dari kebutuhan
dasar tak
terpenuhi

Mk : isolasi sosial

Ketidak berdayaan
diarahkan pd diri orng Mk : Halusinasi Mk : deficit
lain & lingkungan perawatan
Kecemasan diri
meningkat

Mk : resiko Isi halusinasi Isi halusinasi


perilaku kekerasan terganggu menyenagkan
F. GAMBARAN DAN PERJALANAN KLINIS
Skizofrenia adalah penyakit kronis dengan gejala heterogen. Skizofrenia dapat
digolongkan pada tiga dimensi, yakni gejala positif, gejala negatif, dan disorganisasi.
Gejala positif meliputi, halusinasi, waham, gaduh gelisah, dan perilaku aneh serta
bermusuhan. Gejala negatif meliputi afek tumpul atau datar, menarik diri,
berkurangnya motivasi, miskin kontak emosional, pasif, apatis, dan sulit berpikir
abstrak. Gejalagejala disorganisasi meliputi disorganisasi pembicaraan, disorganisasi
perilaku, serta gangguan pemusatan perhatian, dan pengolahan informasi. Gejala-
gejala ini juga dikaitkan dengan hendaya sosial dan pekerjaan pada pasien skizofrenia.
Perjalanan klinis gangguan skizofrenia berlangsung secara perlahanlahan
meliputi beberapa fase, dimulai dengan keadaan prodromal (awal sakit), fase aktif,
dan keadaan residual (sisa).
1. Fase prodromal
Fase prodromal adalah tanda dan gejala awal suatu penyakit. Pemahaman pada
fase prodromal menjadi sangat penting untuk deteksi dini, karena dapat memberi
kesempatan atau peluang yang lebih besar untuk mencegah berlarutnya gangguan,
disabilitas dan memberi kemungkinan kesembuhan yang lebih besar jika diberi
terapi yang tepat. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia berupa cemas, depresi,
keluhan somatik, perubahan perilaku dan timbulnya minat baru yang tidak lazim.
Gejala prodromal tersebut dapat berlangsung beberapa bulan atau beberapa tahun
sebelum diagnosis pasti skizofrenia ditegakkan. Keluhan kecemasan dapat berupa
perasaan khawatir, waswas, tidak berani sendiri, takut keluar rumah, dan merasa
diteror. Keluhan somatik dapat berupa nyeri kepala, nyeri punggung, kelemahan
dan gangguan pencernaan. Perubahan minat, kebiasaan dan perilaku dapat berupa
pasien mengembangkan gagasan abstrak, filsafat dan keagamaan. Munculnya
gejala prodromal ini dapat terjadi dengan atau tanpa pencetus, misalnya trauma
emosi, frustasi karena permintaannya tidak terpenuhi, penyalahgunaan zat,
berpisah dengan orang yang dicintai.
2. Fase aktif
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis
yakni kekacauan alam pikir, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien terhadap
realita mulai terganggu dan pemahaman dirinya buruk atau bahkan tidak ada.
Diagnosis pada pasien gangguan skizofrenia dapat ditegakkan pada fase aktif,
biasanya terdapat waham, halusinasi, hendaya penilaian realita, serta gangguan
alam pikiran, perasaan dan perilaku.
3. Fase Residual
Pada fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis
skizofrenia, hanya tersisa beberapa gejala sisa, misalnya berupa penarikan diri,
hendaya fungsi peran, perilaku aneh, hendaya perawatan diri, afek tumpul afek
datar, merasa mampu meramal atau peristiwa yang belum terjadi, ide atau gagasan
yang aneh, tidak masuk akal.

G. PENATALAKSANAAN
Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada skizofrenia. Hal ini
diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan dengan jangka waktu yang relatif
cukup lama. Terapi skizofrenia terdiri dari pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan
rehabilitasi. Terapi psikososial pada skizofrenia meliputi: terapi individu, terapi
kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan sosial dan
manajemen kasus (Hawari, 2009).
WHO merekomendasikan sistem 4 level untuk penanganan masalah gangguan
jiwa, baik berbasis masyarakat maupun pada tatanan kebijakan seperti puskesmas dan
rumah sakit.
1. Level keempat adalah penanganan kesehatan jiwa di keluarga.
2. Level ketiga adalah dukungan dan penanganan kesehatan jiwa di masyarakat.
3. Level kedua adalah penanganan kesehatan jiwa melalui puskesmas.
4. Level pertama adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas.
A. KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian

Perilaku kekerasan diangap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau
ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering
dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yang lain. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secar fisik, baik
kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Sering disebut gaduh gelisah atau
amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan
motorik yang tidak terkontrol ( Iyus, 2010).
Agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang mengambarkan
perilaku amuk, permusuhan, dan potensi untuk merusak secara fisik atau dengan kata-
kata.(Iyus).

2. Etiologi
a. Faktor Predis posisi

1) Teori Biologik

a. Neurologic Factor, berbagai komponen dari sisten syraf seperti synap,


neurotransmitter, dendrit, axonterminalis mempunyai peran memfasilitasi
atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhna dan respon agresif.
b. Genetic factor , adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun
jika terstimulasi oleh faktor ekternal.
c. Cyrcardian Rhytm (irama sirkandian tubuh), memegang peranan pada
individu. Menurut penelitian pada jam-jam tertentu mnusia mengalami
peningkatan cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk
kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13:00. Pada
jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap agresif.
d. Biochemistry factor (faktor biokimia tubuh ) seperti neurotransmitter di otak
(epineprin, norephinephrin, dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat
berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam
tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau
membahayakan akan dihantar melalui impuls neurotransmiter ke otak dan
merespon melalui serabut efferen. Peningkatan hormon androgen dan
norepinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal
vertebra dan dapat menjadi faktor predis posisi terjadinya perilaku agresif.
e. Brain Area Disorder ( faktor biokimia tubuh)

2) Teori Psikologik

a. Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa adaanya ketidak puasan fase oral
antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa.
b. Imitation, modeling, dan information
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang
menolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku kekerasan bisa
berkembang dalam lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru
perilaku tersebut
c. Learning theori
Perilaku kekerasan merupakan hasil individu terhadap lingkungan terdekatnya.
Ia mengalami respon ayah saat menerima kekecewaanya dan bagaimana
respon ibu saat marah.

3) Teori Sosiokultural

Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, serta ritual-
ritual yang cenderung kemusrikan secara tidak langsung turut memupuk sikap
agresif dan ingin menang sendiri. Kontrol masyarakat yang rendah dan
kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian
masalah dalam masyarak merupakan faktor predis posisi terjadinyaperilaku
kekerasan.

4) Aspek Religiusitas

Dalam aspek religiusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan dan


bisikan setan yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal

b. Faktor Presipitasi

Faktor-Faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali


berkaitan dengan :

1) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksitensi diri atau simbol solidaritas


seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah
perkelahian massal dan sebagainya.
2) Ekpresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelsaikan konflik.
4) Ketidak siapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak
mampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya perilaku riwayat anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkhol dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi
6) Kematian anggota keluarga yangterpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan atau perubahan tahap perkembagan
keluarga.

3. Rentang Respon
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan
yang dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemraham tersebut merupakan suatu
bentuk komunikasi dan peroses penyampaian pesan dari individu. Orang yang
mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia’’tidak
ssetuju, tersinggung, merasa tidak diangap, merasa tidak diturut, atau diremehkan.
Rentang respon normal (asertif) sampai pada respon sangat tidak normal
(maladaptif).

4. Tanda dan gejala

Perawat dapat mengidentifikasi dan menobsrvasi tanda dan gejala perilaku


kekerasan:

a. Fisik
1) Muka/ wajah merah dan tegang
2) Mata melotot / pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengaatup kuat
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan momdar mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/ orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/ orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/ agresif
d. Emosi
Tidak adekuaat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, crewet, kasar, berdebat, meremehkan,sarkasme.
f. Spritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyingung perasaan orang lain, tidak peduli, dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

5. Patwey
Ancaman terhadap kebutuhan

stres

Cemas

Merasa kuat Mengungkapkan secara verbal Merasa tidak adekuat

Menantang Menjaga keutuhan orang Menarik diri


lain

Masalah tidak selsai Lega Mengingkari marah

Marah berkepanjangan Ketegangan menurun Marah tidak terungkap

Marah pada oarang lain Masalah marah teratasi Marah pada diri sendiri

Muncul rasa bermusuhan Depresi psikosomatik

Rasa bermusuhan menahun

Agresif /amuk

6. Masalah Keperawatan

a. Perilaku kekerasa
b. Defisit perawatan diri

Rencana asuhan keperaawatan

Diagnosa

Perilaku kekerasan
Tujuan umum : klien dapat mengotrol perilaku kekerasan

Tujuan khusus:

1) Menidentifikasi penyebab dan tanda gejala perilaku kekerasan


2) Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukakan
3) Menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
4) Menyebutkan cara mengontrolperilaku kekerasan seperti:
- Fsik
- Sosial
- Spritual
- Terapi psikofarmako (patuh obata)

Keriteria evaluasi

1) Mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala dari akibat perilaku


kekerasan
2) Memperagakan cara fisik untuk mengotorl perilaku kekerasan
3) Menjelaskan tentang penyebab, tanda dan gejala dan akibat kepada keluarga
4) Memperagakan cara merawat pasien kepada keluarga

Intervensi

Sp 1

1) Identifikasi penyebab, tanda gejala dan akibat perilaku kekerasan


2) Latihan secara fisik 1 seperti
a. Tarik nafas dalam
b. Masukan dalam jadwal harian

Sp 1 Keluarga

1) Identifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien


2) Menjelaskan tentang proses terjadinya perilaku kekerasan penyebab akibat dan
cara meraawat klien

Rasional

1) Membantu klien melihat dampak yang ditimbulkan akibat perilaku kekerasan


yang dilakukan klien
2) Agar pasien mengetahui cara latihan fisk yang akan mencedrai klien dan
lingkungan sekitar
3) Keluarga mampu mengontrol klien saat pada marah dengan dengan cara
latihan tarik napas dalam
4) Keluarga dapat mengetahui kapan klien sedang marah dan mampu mengontrol
marah pasien dengan cara latihan teknik nafas dalam

KASUS 3
Ny. Bella 35 tahun di bawa oleh keluarga ke IGD RSJ, dengan keluhan klien sering terlihat
berbicara sendiri, keluyuran dan mengamuk. Ini merupakan pertama kali klien di bawa ke
RSJ, sebelumnya sudah 2 tahun klien melakukan pengobatan dengan metode alternatif dan
tidak ada perubahan. Ayah klien 57 tahun sebagai penangung jawab.

Saat ini klien di rawat di ruang akut dengan keluhan gaduh gelisah. Saat dilakukan
pengkajian tampak pakaian acak- acakan, bau, rambut gimbal. klien mnegeluh sakit badan,
linu. Tampak tatapan tajam, bicara cepat dan keras. Klien mngatakan kesal dengan semua
perawat karena sudah menyiksa kemarin di ikat saat di UGD. “saya sangat marah dan kesal “
nanti kalau saya keluar akan saya balas ikat semua perawat”. Nada suara tinggi dan keras.

Menurt keluarga klien dulu sering mengkonsumsi narkoba dengan suaminya, dan suaminya
tertangkap polisi karena sudah menjadi bandar dan pengguna narkoba. Ketika di tanya, klien
menyangkal sering mendengar suara—suara, itu menurut klien suara itu adalah suara nyata
bisikan dari teman-temannya buka halusinasi dan klien sangat marah karena di bawa ke RSJ
“saya tidak sait jiwa, ini ide keluarga saya saja”.

Klien mengatakan sadar dirinya adalah seorang wanita, sebagai istri dan ibu dari kedua anak
perempuannya. Klien mengaku sangat menyukai seluruh anggota tubuhnya, klien ingin
kembali kumpul dengan suaminya yang sekarang sedang di penjara.

Hasil observasi klien tampak kotor, bau, klien bab dan bak di celana, makan dan minum
berantakan. Klien sulit berkonsentrasi, bisara klien tidak nyambung. Ketika di tanya sudah
makan klien menjawab tidur malam di sini tidak nyaman panas dan banyak nyamuk.

Klien merasa sedih di sini klien tidak bisa sholat. Menurut keluarga sebelum dan sesudah
sakit klien tidak pernah bergaul dengan lingkungan sekitar. Klien selalu menanyakan kapan
bisa pulang?. Ketika di kaji pendapat, klien menganggap bahwa dirinya tidak gangguan jiwa,
hanya sakit fisik pegal di punggung dan akan segera sembuh sehingga klien bisa kembali
pulang ke rumah dan berkumpul dengan anak dan suaminya.

Keluarga sangat berharap klien bisa sembuh seperti dulu lagi, sehingga bisa mengurus kedua
anaknya. Saat ini klien tinggal dengan kedua anaknya, ayah dan ibu. Kaka perempuan klien
dan suaminya. Menurut keluarga klien merupakan anak yang penurut dan pemalu. Ayah klien
merupakan orang yang keras dan otoriter dalam mengasuh. Jika klien melakukan kesalahan
maka akan di berikan hukuman 2 minggu sebelum masuk RS klien habis mengkonsumsi
narkoba dan minum alkohol, karena ingin membeli motor dan tidak punya uang, dengan
alasan untuk mencari ketenangan dan rasa bahagia dengan cara tersebut.

Saat ini klien mendapatkan terapi obat Skizonoat 1x1, Clozapin 2x1, Haloperidol 1x1.
Dengan Diagnosa medis susp. Skizofrenia hebefrenik. Hasil pemeriksaan fisik semua tampak
baik dan normal.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG

RUANG RAWAT: RUANG AKUT TANGGAL DIRAWAT: Tidak terkaji

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.B Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
Umur : 35 thn RM No. : Tidak terkaji
Pendidikan terakhir : Tidak terkaji
Agama : Islam
Status Marital : Menikah
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Tn. R
Umur : 57 tahun
Hubungan dengan klien : Ayah

II. ALASAN MASUK


SMRS :
Ny. B di bawa oleh keluarga ke IGD RSJ, dengan keluhan klien sering terlihat berbicara
sendiri, keluyuran, dan mengamuk. Ini merupakan pertama kali pasien di bawa ke RSJ,
sebelumnya sudah 2 tahun klien melakukan pengobatan dengan metode alternatif dan tidak
ada perubahan. 2 minggu sebelum masuk RS klien habis mengkonsumsi narkoba dan
minum alkohol, karena ingin membeli motor dan tidak punya uang, dengan alasan untuk
mencari ketenangan dan rasa bahagia dengan cara tersebut.
Keluhan Utama :

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : ya tidak (2 tahun)



2. Pengobatan sebelumnya Berhasil kurang berhasil tidak
berhasil √

FAKTOR FAKTOR
PRESIPITASI PREDISPOSISI
(Pelaku/ korban/ saksi) (Pelaku/ korban/ saksi)

Aniaya fisik Tidak terkaji Jika klien melakukan


kesalahan akan diberikan
hukuman 2 minggu.

Aniaya seksual Tidak terkaji Tidak terkaji

Penolakan Tidak terkaji Tidak terkaji

Kekerasan dalam keluarga Tidak terkaji Tidak terkaji Jika klien


melakukan kesalahan akan
diberikan hukuman 2
minggu.

Tindakan Kriminal Tidak terkaji Klien sering mengkonsumsi


narkoba dengan suaminya,
dan suaminya tertangkap
polisi karena sudah jadi
bandar dan pengguna
narkoba

Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan

3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ya tidak √


Hubungan dengan klien: -
Genogram (minimal tiga generasi) Klien, orang tua, nenek / kakek :
Keterangan :

Laki-laki ayah, suami klien dan suami kakak perempuan klien

Perempuan ibu klien, anak klien,kakak perempuan klien

Perempuan yang sudah meninggal

Laki-laki yang sudah meninggal

Klien

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


a. Kehilangan :
Klien mengatakan ingin kembali kumpul dengan suaminya yang sekarang ada di
penjara

b. Kegagalan: Tidak terkaji

c. Trauma selama tumbuh kembang

1. Masa bayi

2. Masa Kanak - Kanak

3. Masa Remaja

4. Masa Dewasa Awal

5. Masa dewasa tua

6. Lansia
Penjelasan : Ayah klien merupakan orang yg keras dan otoriter dalam mengasuh. Jika
klien melakukakan kesalahan maka akan di hukum.

Masalah keperawatan: -

Riwayat Penyakit Fisik di masa lalu: Tidak terkaji

III. FISIK
1. Tanda-tanda Vital : TD : 120/70 N : 96 x/menit S : 37°C RR: 15 x/menit
2. Ukuran : TB : Tidak terkaji BB : Tidak terkaji

3. Keluhan Fisik : ya tidak



Penjelasan : Klien mengeluh sakit badan, linu.
4. Pemeriksaan Fisik
Tuliskan data fokus dan efek samping obat yang berhubungan dengan sistem tubuh
a. Sistem Pernapasan :
Hidung pasien simetris, mukosa hidung bersih, udara lancar berhembus
dikedua lubang hidung, bentuk dada normal, tidak ada penggunaan otot tambahan,
pengembangan dada simetris Saat di palpasi tidak adanya nyeri tekan didada, RR
Klien 15 x/menit.
b. Sistem Integumen
Klien kotor, bau, gimbal, kulit rambut bercabang, kulit kapala kotor.
c. Sistem Kardiovaskuler : Tidak terkaji
d. Sistem Gastrointestinal : Tidak terkaji
e. Sistem Genital : Tidak terkaji
f. Sistem Reproduksi : Tidak terkaji
g. Sistem Persarafan : Klien sulit berkonsentrasi dan bicara klien tidak
nyambung

a) Nervus Olfaktori (N. I):


Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman
b) Nervus Optikus (N. II)
Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan
c) Nervus Okulomotoris (N. III)
Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas, kontriksi pupil,
dan sebagian gerakan ekstraokuler
d) Nervus Trochlearis (N. IV)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam
e) Nervus Trigeminus (N. V)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan gigi, refleks
korenea dan refleks kedip
f) Nervus Abdusen (N. VI)
Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral
g) Nervus Fasialis (N. VII)
Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah
h) Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)
Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan
i) Nervus Glosofaringeus (N. IX)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa
j) Nervus Vagus (N. X)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan
k) Nervus Asesoris (N. XI)
Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu
l) Nervus Hipoglosus (N. XII)
Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah
h. Sistem Muskuloskeletal : Tidak terkaji
i. Sistem Endokrin : Tidak terkaji
j. Sistem Penginderaan :
klien menyangkal sering mendengar suara—suara, itu menurut klien suara itu
adalah suara nyata bisikan dari teman-temannya bukan halusinasi.Klien mengaku
sangat menyukai anggota tubuhnya.

2. Bagaimana Pola aktivititas kehidupan sehari-sehari sebelum di RS dan selam di rawat.

No ADL Sebelum di RS Selama dirawat

1. Nutrisi (makan& Tidak terkaji Klien makan dan minum


minum) berantakan

2. Eliminasi (BAB & Tidak terkaji Klien BAB / BAK di celana


BAK)

3. Istirahat tidur Tidak terkaji Klien susah tidur karena


tidak nyaman dan banyak
nyamuk

4. Aktivitas Klien dulu sering mengkonsumsi Tidak terjadi


narkoba

5. Personal hygene Tidak terkaji Klien tampak Acak-acakan,


kotor, bau, dan rambutnya
tampak gimbal.

Masalah keperawatan: Deficit perawatan diri

IV. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri:
a. Gambaran Diri :
Klien mengaku sangat menyukai seluruh anggota tubuhnya,
b. Identitas :
Klien mengatakan sadar dirinya adalah seorang wanita, sebagai istri dan ibu dari
kedua anak perempuannya.
c. Peran :
Klien sebagai istri dan ibu dari kedua anak perempuannya.
d. Ideal diri : klien menganggap bahwa dirinya tidak gangguan jiwa, hanya sakit fisik
pegal di punggung dan akan segera sembuh sehingga klien bisa kembali pulang ke
rumah dan berkumpul dengan anak dan suaminya.
e. Harga diri:
Klien merasa malu karena suaminya seorang bandar narkoba.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
2. Hubungan sosial :
a. Orang yang berarti :
Keluarga sangat berharap klien bisa sembuh seperti dulu lagi, sehingga bisa
mengurus kedua anaknya. Saat ini klien tinggal dengan kedua anaknya, ayah, ibu
kaka perempuan, dan suaminya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Tidak terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Menurut keluarga sebelum dan sesudah sakit klien tidak pernah bergaul dengan
lingkungan sekitar .
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien merasa sedih di sini klien tidak bisa sholat
b. Kegiatan ibadah : Tidak terkaji

Masalah Keperawatan : -

V. STATUS MENTAL
Berikan tanda Checklist √ pada kotak yang sesuai dengan jenis kondisi klien
1. Penampilan :

√ Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai


Berpakaian tidak seperti biasanya Sesuai

Jelaskan: Pada saat dilakukan prngkajian kondisi pasien tampak acak-acakan bau,
kotor, dan rambutnya telihat gimbal.

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri


2. Cara bicara :

√ Cepat Gelisah Apatis


√ Keras Inkoheren tidak mampu memulai
pembicaraan
Lambat Membisu Sesuai

Jelaskan: Klien mengatakan kesal dengan semua perawat perawat karena sudah
menyiksa kemarin di ikat saat di UGD
Masalah keperawatan : Perilaku Kekerasan
3. Aktivitas Motorik :
Lesu √ Tegang √ Gelisah
Agitasi Apatis Grimasen
Tremor Kompulsif Sesuai

Jelaskan: Tatapan klien tajam, klien terlihat gaduh, dan gelisah.


Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan
4. Suasana hati:

√ Sedih Ketakutan Putus asa


√ Khawatir Gembira berlebihan Sesuai

Jelaskan: Klien merasa sedih di sini klien tidak bisa sholat


Masalah Keperawatan: Distress Spiritual
5. Afek

Datar Tumpul √ Labil Sesuai


Tidak Sesuai

Jelaskan: Klien mengatakan sangat marah dan kesal , Klien mengatakan nanti kalau
saya keluar akan saya balas ikat semua perawat , nada suara tinggi dan keras
Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan
6. Interaksi selama wawancara :

Bermusuhan √ Tidak kooperatif mudah tersinggung


Kontak mata Defensive Curiga
kurang
Seduktif Berhati-hati Kooperatif

Jelaskan:
Ketika di tanya sudah makan klien menjawab tidur malam di sini tidak nyaman panas
dan banyak nyamuk, Klien sulit berkonsentrasi
Masalah Keperawatan: Halusinasi
7. Persepsi

√ Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Olfakori (penciuman)


Visual Gustatori Ilusi
(penglihatan) (pengecapan)
Sesuai

Jelaskan: Klien menyangkal sering mendengar suara-suara, itu menurut klien suara itu
adalah suara nyata bisikan dari teman-temannya bukan halusinasi
Masalah Keperawatan: Halusinasi
8. Proses pikir

Sirkumtansial √ Tangensial Kehilangan Inkoheresn


asosiasi
Flight of idea Blocking Perseverasi Neologisme
Irelevansi Verbigerasi Word salad Sesuai

Jelaskan: Ketika di tanya sudah makan klien menjawab tidur malam di sini tidak
nyaman panas dan banyak nyamuk,
Masalah Keperawatan: Perilaku Pekerasan
9. Isi pikir

Obsesi Fobia Hipokondria


Defersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham: Sesuai
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Siar piker Sisip pikir Kontrol pikir
Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan: Waham dan Disstres Spiritual
10. Tingkat Kesadaran

Bingung Sedasi Stuppor Allert


Disorientasi √ Disorientasi Disorientasi Compos
waktu tempat orang mentis

Jelaskan: Klien selalu menanyakan kapan bisa pulang?


Masalah Keperawatan: -
11. Memori

Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka


panjang pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi √ Sesuai

Jelaskan: Tidak terkaji


Masalah Keperawatan: -
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung

√ Mudah beralih √ tidak mampu berkonsentrasi

tidak mampu berhitung sederhana mampu berkonsentrasi


Jelaskan: Klien sulit berkonsentrasi,, bicara klien tidak nyambung saat ditanya sudah
makan klien menjawab tidur malam di sini tidak nyaman panas dan banyak nyamuk .
Menurut klien suara itu suara nyata bisikan dari teman-temannya bukan halusinasi
Masalah Keperawatan: Halusinasi
13. Kemampuan Penilaian

Gangguan penilaian ringan Gangguan penilaian bermakna


Tidak ada gangguan

Jelaskan: Tidak terkaji


Masalah Keperawatan: -
14. Daya tilik diri (Insight)

√ Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar


dirinya
Mengetahui sakit yang dideritanya

Jelaskan: klien menganggap bahwa dirinya tidak gangguan jiwa, hanya sakit fisik
pegal di punggung dan segera sembuh sehingga klien bisa kembali pulang ke rumah
dan berkumpul dengan anak dan suaminya . ”saya tidak gangguan jiwa, ini ide
keluarga saya saja”.
Masalah Keperawatan : Penyangkalan Tidak Efektif
VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan: Klien makan 3x sehari tanpa bantuan
Masalah Keperawatan: defisit Perawatan Diri
2. BAB / BAK
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan: klien dapat BAB/BAK tanpa bantuan dengan frekuensi kurang lebih 4x
Masalah Keperawatan: Personal Hygiene
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan: klien bisa mandi 2x sehari pagi dan sore hari tanpa bantuan orang lain
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

4. Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan: klien dapat berpakaian dengan rapih tanpa bantuan orang lain
Masalah Keperawatan; Defisit Perawatan Diri
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama s/d jam
√ Tidur malam, lama s/d jam

Kegiatan sebelum/sesudah
Jelaskan: tidak terkaji
Masalah Keperawatan: -
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : tidak terkaji
Masalah Keperawatan : -
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
Perawatan pendukung Ya Tidak
Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan : -
8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya Tidak

Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak

Mencuci pakaian Ya Tidak

Pengaturan keuangan Ya Tidak
Jelaskan: Tidak Terkaji √
Masalah Keperawatan : -
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya Tidak

Tranportasi Ya Tidak

Jelaskan: klien tidak pernah bergaul dengan lingkungan tetangga
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
VII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alcohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/ berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya :…………………………….. Lainnya :……………
Masalah Keperawatan: Isolasi Soasial
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL
Masalah dengan dukungan kelompok,
Spesifik : Tidak terkaji

√ Masalah berhubungan dengan lingkungan,


Spesifik klien tidak pernah bergaul dengan lingkungan sekitar
Masalah dengan pendidikan,
Spesifik : Tidak terkaji
Masalah dengan pekerjaan,
Spesifik : Tidak terkaji
Masalah dengan perumahan,
Spesifik : Tidak terkaji
Masalah ekonomi,
Spesifik : Tidak terkaji
Masalah dengan pelayanan kesehatan,
Spesifik: Klien pernah diikat oleh perawat, sehingga akan melakukan balas dendam
IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
√ Penyakit jiwa system pendukung
Faktor presipitasi √ penyakit fisik
√ √
Koping obat-obatan
√ √
Lainnya: …………………….
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik:
Skizofrenia Hebefrenik
Terapi Medik:
Skizotnoat 1 x 1, Clozapine 2x1, Haloperidol 1x1

Nama Obat Golongan Fungsi Efek Samping


Skizotnoat Antipsikotik Mengurangi  Mengantuk
skizofrenia  Penglihatan kabur
 Mulut kering
 Konstipasi
Clozapine Antipsikotik Mengurangi  Sembelit
halusinasi  Mulut kering
 Pusing
 Gangguan tidur
Haloperdol Antipsikotik Mengurangi  Mulut kering
halusinasi  Pandangan kabur
 Sedasi
 Konstipasi
 Hipotensi ortostatik

XI. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Do : Ancaman terhadap Perilaku


kebutuhan Kekerasan
 Nada suara keras dan
tinggi
Stres
 Pandangan tajam
 Perilaku Cemas
Agresif/amuk

Ds: Merasa kuat

 Klien mengatakan Menantang


kesal dengan semua
perawat karena sudah Masalah tidak selsai
menyiksa kemaren di
IGD Marah berkepanjangan
 Klien mengatakan
ingin balas dendam Maraha pada orang lain
terhadap perawat
Agresif /amuk

Perilaku kekerasan

2. Do : Faktor predis Defisit


posisi(skizoprenia perawatan diri
 Kien tampak acak-
acakan hebefrenik)
 Klien tampak bau dan
kotor
 Klien tamapak rambut
gimbal Gangguan pada
 Klien bab/bak di neurotransmitter otak
celana
 Klien tampak

Kadar rendah
Ds: dopamine dijalur
musokortikal

Skizoprenia Hebefrenik

Gejala negatif

Hilangnya motivasi

Perawatan diri
menurun

defisit perawatan diri

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perilaku Pekerasan

2. Defisit Perawatan Diri


XII. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan

Nama Klien : Ny. B Dx Medis : Skizofrenia hebefrenik


No. Medrek : Tidak terkaji Ruang : Ruang Akut

Dx.Kepera Perencanaan
watan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Perilaku Tujuan Umum : Klien dapat Setelah 3x24 jam SP 1


Pekerasan mengontrol perilaku pertemuan pasien mampu :
1. Identifikasi 1. Membantu klien melihat
kekerasaan.
1. Menyebutkan penyebab, tanda dampak yang ditimbulkan
Tujuan Khusus : penyebab, tanda dan gejala dan akibat akibat perilaku kekerasan
gejala dari akibat PK Perilaku yang dilakukan klien
1. Mengidentifikasi
2. Memperagakan cara Kekerasan 2. Agar pasien mengetahui cara
penyebab dan tanda
fisik 1 untuk 2. Latihan cara latihan fisik yang akan
gejala perilaku
mengontrol perilaku fisik 1 seperti mencederai klien dan
kekerasan
kekerasan a. Tarik nafas lingkungan sekitar klien
2. Menyebutkan jenis
dalam
perilaku kekerasan
b. Masukan
yang pernah dilakukan
dalam jadwal
3. Menyebutkan akibat
harian
dari perilaku 1. keluarga mampu mengontrol
kekerasan yang Setelah 3x24 jam SP 1 Keluarga klien saat pada saat marah
dilakukan pertemuan keluarga dengan cara latihan tark nafas
1. Identifikasi masalah
4. Menyebutkan cara mampu dalam
yang di rasakan
mengontrol perilaku 2. keluarga mengetahui kapan
1. Menjelaskan keluarga dalam
kekerasan seperti; klien sedang marah dan
tentang penyebab, merawat pasien
a. Fisik mampu mengontrol marah
tanda dan gejala 2. Menjelaskan tentang
b. Social/verbal pasien dengan cara teknik
dan akibat proses terjadinya
c. Spiritual latihan nafas dalam
2. Memperagakan perilaku kekerasan
d. Terapi 3. keluarga mampu mengajarkan
cara merawat penyebab akibat dan
psikofarmako klien Tarik nafas dalam di
pasien cara merawat
(patuh obat) rumah secara mandiri
3. Latih 2 cara merawat
4. keluarga sudah paham dan
klien
mengetahui cara merawat
4. RTL keluarga atau
klien secara mandiri di rumah
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien
Setelah 2x24 jam SP 1
Tujuan Umum : pasien tidak pertemuan pasien mampu
Defisit mengalami defisit perawatan 1. Identifikasi 1. Pasien mengetahui
menjelaskan pentingnya:
Perawatan diri a. Kebersihan permasalahan yang terjadi
Diri Tujuan Khusus :
1. Kebersihan diri b. Berdandan pada klien
1. Melakukan kebersihan
diri secara mandiri 2. Berdandan/berhias c. Makan a. Agar klien tau pentingnya
2. Melakukan berhias/ 3. Makan d. Bak/bab kebersihan diri sendiri
berdandan secara baik
4. Bab/bak 2. Jelaskan pentingnya tanpa di bantu orang lain.
3. Melakukan makan
dengan baik 5. Dan mampu kebersihan diri 2. Memberitau klien bagaimana
4. Melakukan bab/bak melakukan 3. Masukan dalam cara berdandan dengan baik
secara mandiri perawatan diri jadwal kegiatan dan menggunakan alat yang
pasien digunakan
3. Agar klien bisa melakukan
kebersihan diri secara mandiri

1. Keluarga mampu
membimbing klien dalam
perawatan kebersihan diri di
rumah seperti mandi, alat apa
Setelah 2x24 jam
saja yang digunakan pada saat
pertemuan, keluarga
SP 1 Keluarga hendak mandi, berdandan,
mampu
menyiapkan makan, dan
1. Identifikasi masalah
1. Meneruskan buang air besar di kamar
yang dirasakan
melatih pasien mandi
keluarga dalam
2. Mendukung agar 2. Keluarga mampu mengetahui
merawat pasien
kemampuan pasien perawatan diri yang baik dan
dengan bermasalah
dalam perawatan benar seperti apa
a. Kebersihan diri
sendirinya 3. Keluarga paham tentang cara
b. Berdandan
meningkat merawat diri dengan baik dan
c. Makan
benar
d. Bab/bak
2. Jelaskan deficit
perawatan diri
3. Jelaskan tentang
cara merawat;
a. Kebersihan diri
b. Berdandan
c. Makan
d. Bab/bak
Form. Catatan Perkembangan
Nama klien: Ny.B No.Medrec: Tidak Terkaji

Tanggal Nama& Nama&


No. Evaluasi
& Jam Implementasi paraf Paraf

1. Dx 1 Perilaku Kekerasaan Yandi k S:klien mangatan kesal dengan semua


1. Identifikasi hal apa yang Perawat karena sudah menyiksanya
Kemarin di ikat di UGD
membuat klien tiba- tiba
marah O: klien masih tampak tatapan tajam
R: Klien mengatakan kesal Berbicara cepat dank eras dan tinggi

kepada perawat yang telah


A: Masalah teratasi sebagian
mengikatnya di IGD
2. Mengajarkan Tarik nafas P: Evaluasi SP 1 dan Lanjutkan SP 2
dalam
R : Klien mengatakan
dengan teknik ini dapat
mengontrol emosi.
Format Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Nama Pasien : Ny. B
Hari/tanggal : Tidak terkaji
Pertemuan ke :1
Fase : Sp 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. KONDISI KLIEN
DO: Klien terlihat tampak tatapan tajam, Klien terlihat berbicara keras dan cepat, klien
tampak
DS: Klien mengatakan kesal dengan semua perawat karena sudah menyiksa kemaren di
IGD
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx : Perilaku Kekerasan
3. TUJUAN KEPERAWATAN
Pasien mampu :
 Mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala perilaku kekerasan,
 Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, menyebutkan akibat dari
perilaku kekerasan yang dilakukan.
 Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan secar; fisik,social/verbal, spiritual, terapi
psikofarmako (patuh obat)
4. TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1
a. Identifikasi penyebab, tanda gejala dan akibat Perilaku Kekerasan
b. Latihan cara fisik 1 seperti : Tarik nafas dalam
c. Masukan dalam jadwal harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik,
Assalamualaikum ibu. Perkenalkan nama saya Yandi Kurniawan,perawat disini yang
akan merawat ibu.”
b. Perkenalan
“Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
c. Membuka pembicaraan dengan topik umum
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Apakah sudah makan ? Bagaimana tidurnya
semalam ?“
d. Evaluasi
“Apakah masih ada perasaan kesal atau marah ? Baiklah, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang penyebab ibu kesal atau marah ? Ibu bersedia ?.“
e. Kontrak
 Topik : Baik ibu hari ini kita berbincang – bincang tentang penyebab
bapak kesal atau marah ya bu. Dan juga akan melatih tarik napas dalam.
 Waktu : Bagaimana kalau kita berbincang – bincang selama 5-10 menit bu
?
 Tempat : Ibu mau berbicang-bicang disini atau mau ditempat lain bu? Di
ruang ini atau ditaman ? baiklah kita akan berbican-bincang di ruangan ini ya
bu.

2. Fase kerja
Apa yang menyebabkan ibu marah ? Apakah sebelumnya ibu pernah marah? Terus
penyebabnya karena apa bu ? Samakah perasaan marahnya dengan sekarang ?”Apa yang
ibu rasakan? Apakah ibu merasa kesal?” “Apakah dengan ibu marah-marah keadaan
menjadi lebih baik? Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?”
Maukah ibu belajar mengungkapkan rasa marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian? Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar
satu-satu dulu ya bu? Jadi begini ibu, kalau tanda-tanda marah itu sudah ibu rasakan ibu
berdiri lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan
dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Coba ibu lakukan seperti tadi sebanyak 5
kali. Bagus sekali ibu sudah bisa melakukuannya” “Nah sebaiknya latihan ini ibu
lakukan secara rutin ya. Sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah ibu muncul lagi, ibu
sudah terbiasa melakukannya.” Dan semoga untuk kedepannya ibu bisa mengontrol rasa
marah ibu ya bu.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Klien (subjektif) : Evaluasi klien (subjektif) :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang - bincang ?”
Evaluasi Perawat (objektif) setelah reinforcement :
“Coba ibu ulangi, hal apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa marah dan
kesal ibu atau bisa simpulkan dari pembicaraan kita tadi ? “
b. Rencana tindak lanjut (PR untuk klien)
“Baiklah saya masukan ke jadwal harian ya bu ? “
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
Topik : “Saya rasa pertemuan hari ini cukup ya bu. Bagaimana pertemuan
selanjutnya kita belajar meminum obat dengan cara yang baik dan benar ya bu
Waktu : “Waktunya dua hari lagi ya bagaimana ibu bersedia ?
Tempat :  Untuk ruangan nya mau diruangan ini lagi atau mau coba untuk
ditempat lain bu
d. Salam Terapeutik
“Baik ibu kalau begitu saya akhiri pertemuan hari ini, saya permisi bu.
Assalamualaikum.”
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta; Salemba

Medika.

Kusumawati, Farid. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta; Salemba Medika.

Tim Progja SDKI DPP PPNI. 2016. Standardiagnosis keperawatan Indonesia.

Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta :

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai