B SKIZOFRENIA
HEBEFRENIK DENGAN DIAGNOSA PERILAKU KEKEKRASAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Kerja Lapang
Keperawatan Jiwa
Disusun oleh :
Yandi Kurniawan
(102018032)
Dosen pembimbing:
Shella Febrita Puteri Utomo S. Kep., Ners., M., Kep
2020
A. Pengertian
1. Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari kata “skizo” dan “frenia”.Skizo yang artinya
retak atau perpecahan, sedangkan frenia adalah jiwa. Skizofrenia menurut
Videbeck (2008) adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran,persepsi, em osi, gerakan dan perilaku yang
aneh dan terganggu. Skizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan.
Bleuler (dalamMaramis, 2009) membagi gejala – gejala skizofrenia menjadi 2
kelompok :
a. Gejala – gejala primer:
1. Gangguan proses berpikir
2. Gangguan emosi
3. Gangguan kemauan
4. Autisme
b. Gejala – gejala sekunder
1. Waham
2. Halusinasi
3. Gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain.
2. Skizofrenia katatonik
Skizofrenia katatonik ciri utamanya adalah gangguan pada psikomotor
yang dapat meliputi motoric immobility, aktivitas motorik berlebihan,
negativesm yang ekstrim serta gerakan yang tidak terkendali. Timbulnya
pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik. Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti:
a. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik, seperti
topeng, stupor penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang sangat
lama, beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.
b. Bila diganti posisinya penderita menentang.
c. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut dan
meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.
d. Terdapat grimas dan katalepsi.
B. Jenis-jenis skizofrenia
C. Faktor Penyebab
1. Umur Umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar menderita
skizofrenia dibandingkan umur 17-24 tahun.
2. Jenis kelamin Proporsi skiofrenia terbanyak adalah lakilaki (72%) dengan
kemungkinan laki-laki berisiko 2,37 kali lebih besar mengalami kejadian
skizofrenia dibandingkan perempuan. Kaum pria lebih mudah terkena
gangguan jiwa karena kaum pria yang menjadi penopang utama rumah tangga
sehingga lebih besar mengalami tekanan hidup, sedangkan perempuan lebih
sedikit berisiko menderita gangguan jiwa dibandingkan laki-laki karena
perempuan lebih bisa menerima situasi kehidupan dibandingkan dengan laki-
laki. Meskipun beberapa sumber lainnya mengatakan bahwa wanita lebih
mempunyai risiko untuk menderita stress psikologik dan juga wanita relatif
lebih rentan bila dikenai trauma. Sementara prevalensi skizofrenia antara laki-
laki dan perempuan adalah sama.
3. Pekerjaan Pada kelompok skizofrenia, jumlah yang tidak bekerja adalah
sebesar 85,3% sehingga orang yang tidak bekerja kemungkinan mempunyai
risiko 6,2 kali lebih besar menderita skizofrenia dibandingkan yang bekerja.
Orang yang tidak bekerja akan lebih mudah menjadi stres yang berhubungan
dengan tingginya kadar hormon stres (kadar katekolamin) dan mengakibatkan
ketidakberdayaan, karena orang yang bekerja memiliki rasa optimis terhadap
masa depan dan lebih memiliki semangat hidup yang lebih besar dibandingkan
dengan yang tidak bekerja.
4. Status perkawinan Seseorang yang belum menikah kemungkinan berisiko
untuk mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan yang menikah
karena status marital perlu untuk pertukaran ego ideal dan identifikasi perilaku
antara suami dan istri menuju tercapainya kedamaian. Dan perhatian dan kasih
sayang adalah fundamental bagi pencapaian suatu hidup yang berarti dan
memuaskan.
5. Konflik keluarga Konflik keluarga kemungkinan berisiko 1,13 kali untuk
mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan tidak ada konflik
keluarga.
6. Status ekonomi Status ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali untuk
mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan status ekonomi tinggi.
Status ekonomi rendah sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Beberapa
ahli tidak mempertimbangkan kemiskinan (status ekonomi rendah) sebagai
faktor risiko, tetapi faktor yang menyertainya bertanggung jawab atas
timbulnya gangguan kesehatan. Himpitan ekonomi memicu orang menjadi
rentan dan terjadi berbagai peristiwa yang menyebabkan gangguan jiwa. Jadi,
penyebab gangguan jiwa bukan sekadar stressor psikososial melainkan juga
stressor ekonomi. Dua stressor ini kaitmengait, makin membuat persoalan
yang sudah kompleks menjadi lebih kompleks.
7. Faktor genetik
Faktor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia
dan terutama anak-anak kembar monozigot. Angka kesakitan bagi saudara tiri
adalah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu
orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita
skizofrenia 4068%; bagi heterozigot 2-15%; dan bagi monozigot 61-86%.
Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan
skizofrenia melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga
lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan
terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak.
D. Etiologi
Patwey
Faktor genectic: masyarakat
umum1% orang tua 5% saudara
Lingkungan Ekpresi emosi berlebih
kandung8% anak10%
Ketidak mampuan
menghadapi stresor
Penurunan motivasi
Gangguan Koping individi dlm pemenuhan
berfikir tidak efektif kebutuhan sehari-hari
Mk : waham Penurunan motivasi dan
kemampuan dlm
berhubungansosial
Mk : resiko
Mk: Ggg konsep nutrisi kurang
Kbutuhan diri : HD Rendah dari kebutuhan
dasar tak
terpenuhi
Mk : isolasi sosial
Ketidak berdayaan
diarahkan pd diri orng Mk : Halusinasi Mk : deficit
lain & lingkungan perawatan
Kecemasan diri
meningkat
G. PENATALAKSANAAN
Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada skizofrenia. Hal ini
diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan dengan jangka waktu yang relatif
cukup lama. Terapi skizofrenia terdiri dari pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan
rehabilitasi. Terapi psikososial pada skizofrenia meliputi: terapi individu, terapi
kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan sosial dan
manajemen kasus (Hawari, 2009).
WHO merekomendasikan sistem 4 level untuk penanganan masalah gangguan
jiwa, baik berbasis masyarakat maupun pada tatanan kebijakan seperti puskesmas dan
rumah sakit.
1. Level keempat adalah penanganan kesehatan jiwa di keluarga.
2. Level ketiga adalah dukungan dan penanganan kesehatan jiwa di masyarakat.
3. Level kedua adalah penanganan kesehatan jiwa melalui puskesmas.
4. Level pertama adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas.
A. KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Perilaku kekerasan diangap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau
ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering
dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yang lain. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secar fisik, baik
kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Sering disebut gaduh gelisah atau
amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan
motorik yang tidak terkontrol ( Iyus, 2010).
Agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang mengambarkan
perilaku amuk, permusuhan, dan potensi untuk merusak secara fisik atau dengan kata-
kata.(Iyus).
2. Etiologi
a. Faktor Predis posisi
1) Teori Biologik
2) Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa adaanya ketidak puasan fase oral
antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa.
b. Imitation, modeling, dan information
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang
menolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku kekerasan bisa
berkembang dalam lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru
perilaku tersebut
c. Learning theori
Perilaku kekerasan merupakan hasil individu terhadap lingkungan terdekatnya.
Ia mengalami respon ayah saat menerima kekecewaanya dan bagaimana
respon ibu saat marah.
3) Teori Sosiokultural
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, serta ritual-
ritual yang cenderung kemusrikan secara tidak langsung turut memupuk sikap
agresif dan ingin menang sendiri. Kontrol masyarakat yang rendah dan
kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian
masalah dalam masyarak merupakan faktor predis posisi terjadinyaperilaku
kekerasan.
4) Aspek Religiusitas
b. Faktor Presipitasi
3. Rentang Respon
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan
yang dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemraham tersebut merupakan suatu
bentuk komunikasi dan peroses penyampaian pesan dari individu. Orang yang
mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia’’tidak
ssetuju, tersinggung, merasa tidak diangap, merasa tidak diturut, atau diremehkan.
Rentang respon normal (asertif) sampai pada respon sangat tidak normal
(maladaptif).
a. Fisik
1) Muka/ wajah merah dan tegang
2) Mata melotot / pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengaatup kuat
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan momdar mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/ orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/ orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/ agresif
d. Emosi
Tidak adekuaat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, crewet, kasar, berdebat, meremehkan,sarkasme.
f. Spritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyingung perasaan orang lain, tidak peduli, dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
5. Patwey
Ancaman terhadap kebutuhan
stres
Cemas
Marah pada oarang lain Masalah marah teratasi Marah pada diri sendiri
Agresif /amuk
6. Masalah Keperawatan
a. Perilaku kekerasa
b. Defisit perawatan diri
Diagnosa
Perilaku kekerasan
Tujuan umum : klien dapat mengotrol perilaku kekerasan
Tujuan khusus:
Keriteria evaluasi
Intervensi
Sp 1
Sp 1 Keluarga
Rasional
KASUS 3
Ny. Bella 35 tahun di bawa oleh keluarga ke IGD RSJ, dengan keluhan klien sering terlihat
berbicara sendiri, keluyuran dan mengamuk. Ini merupakan pertama kali klien di bawa ke
RSJ, sebelumnya sudah 2 tahun klien melakukan pengobatan dengan metode alternatif dan
tidak ada perubahan. Ayah klien 57 tahun sebagai penangung jawab.
Saat ini klien di rawat di ruang akut dengan keluhan gaduh gelisah. Saat dilakukan
pengkajian tampak pakaian acak- acakan, bau, rambut gimbal. klien mnegeluh sakit badan,
linu. Tampak tatapan tajam, bicara cepat dan keras. Klien mngatakan kesal dengan semua
perawat karena sudah menyiksa kemarin di ikat saat di UGD. “saya sangat marah dan kesal “
nanti kalau saya keluar akan saya balas ikat semua perawat”. Nada suara tinggi dan keras.
Menurt keluarga klien dulu sering mengkonsumsi narkoba dengan suaminya, dan suaminya
tertangkap polisi karena sudah menjadi bandar dan pengguna narkoba. Ketika di tanya, klien
menyangkal sering mendengar suara—suara, itu menurut klien suara itu adalah suara nyata
bisikan dari teman-temannya buka halusinasi dan klien sangat marah karena di bawa ke RSJ
“saya tidak sait jiwa, ini ide keluarga saya saja”.
Klien mengatakan sadar dirinya adalah seorang wanita, sebagai istri dan ibu dari kedua anak
perempuannya. Klien mengaku sangat menyukai seluruh anggota tubuhnya, klien ingin
kembali kumpul dengan suaminya yang sekarang sedang di penjara.
Hasil observasi klien tampak kotor, bau, klien bab dan bak di celana, makan dan minum
berantakan. Klien sulit berkonsentrasi, bisara klien tidak nyambung. Ketika di tanya sudah
makan klien menjawab tidur malam di sini tidak nyaman panas dan banyak nyamuk.
Klien merasa sedih di sini klien tidak bisa sholat. Menurut keluarga sebelum dan sesudah
sakit klien tidak pernah bergaul dengan lingkungan sekitar. Klien selalu menanyakan kapan
bisa pulang?. Ketika di kaji pendapat, klien menganggap bahwa dirinya tidak gangguan jiwa,
hanya sakit fisik pegal di punggung dan akan segera sembuh sehingga klien bisa kembali
pulang ke rumah dan berkumpul dengan anak dan suaminya.
Keluarga sangat berharap klien bisa sembuh seperti dulu lagi, sehingga bisa mengurus kedua
anaknya. Saat ini klien tinggal dengan kedua anaknya, ayah dan ibu. Kaka perempuan klien
dan suaminya. Menurut keluarga klien merupakan anak yang penurut dan pemalu. Ayah klien
merupakan orang yang keras dan otoriter dalam mengasuh. Jika klien melakukan kesalahan
maka akan di berikan hukuman 2 minggu sebelum masuk RS klien habis mengkonsumsi
narkoba dan minum alkohol, karena ingin membeli motor dan tidak punya uang, dengan
alasan untuk mencari ketenangan dan rasa bahagia dengan cara tersebut.
Saat ini klien mendapatkan terapi obat Skizonoat 1x1, Clozapin 2x1, Haloperidol 1x1.
Dengan Diagnosa medis susp. Skizofrenia hebefrenik. Hasil pemeriksaan fisik semua tampak
baik dan normal.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.B Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
Umur : 35 thn RM No. : Tidak terkaji
Pendidikan terakhir : Tidak terkaji
Agama : Islam
Status Marital : Menikah
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Tn. R
Umur : 57 tahun
Hubungan dengan klien : Ayah
FAKTOR FAKTOR
PRESIPITASI PREDISPOSISI
(Pelaku/ korban/ saksi) (Pelaku/ korban/ saksi)
Klien
1. Masa bayi
3. Masa Remaja
6. Lansia
Penjelasan : Ayah klien merupakan orang yg keras dan otoriter dalam mengasuh. Jika
klien melakukakan kesalahan maka akan di hukum.
Masalah keperawatan: -
III. FISIK
1. Tanda-tanda Vital : TD : 120/70 N : 96 x/menit S : 37°C RR: 15 x/menit
2. Ukuran : TB : Tidak terkaji BB : Tidak terkaji
IV. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri:
a. Gambaran Diri :
Klien mengaku sangat menyukai seluruh anggota tubuhnya,
b. Identitas :
Klien mengatakan sadar dirinya adalah seorang wanita, sebagai istri dan ibu dari
kedua anak perempuannya.
c. Peran :
Klien sebagai istri dan ibu dari kedua anak perempuannya.
d. Ideal diri : klien menganggap bahwa dirinya tidak gangguan jiwa, hanya sakit fisik
pegal di punggung dan akan segera sembuh sehingga klien bisa kembali pulang ke
rumah dan berkumpul dengan anak dan suaminya.
e. Harga diri:
Klien merasa malu karena suaminya seorang bandar narkoba.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
2. Hubungan sosial :
a. Orang yang berarti :
Keluarga sangat berharap klien bisa sembuh seperti dulu lagi, sehingga bisa
mengurus kedua anaknya. Saat ini klien tinggal dengan kedua anaknya, ayah, ibu
kaka perempuan, dan suaminya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Tidak terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Menurut keluarga sebelum dan sesudah sakit klien tidak pernah bergaul dengan
lingkungan sekitar .
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien merasa sedih di sini klien tidak bisa sholat
b. Kegiatan ibadah : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan : -
V. STATUS MENTAL
Berikan tanda Checklist √ pada kotak yang sesuai dengan jenis kondisi klien
1. Penampilan :
Jelaskan: Pada saat dilakukan prngkajian kondisi pasien tampak acak-acakan bau,
kotor, dan rambutnya telihat gimbal.
Jelaskan: Klien mengatakan kesal dengan semua perawat perawat karena sudah
menyiksa kemarin di ikat saat di UGD
Masalah keperawatan : Perilaku Kekerasan
3. Aktivitas Motorik :
Lesu √ Tegang √ Gelisah
Agitasi Apatis Grimasen
Tremor Kompulsif Sesuai
Jelaskan: Klien mengatakan sangat marah dan kesal , Klien mengatakan nanti kalau
saya keluar akan saya balas ikat semua perawat , nada suara tinggi dan keras
Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan
6. Interaksi selama wawancara :
Jelaskan:
Ketika di tanya sudah makan klien menjawab tidur malam di sini tidak nyaman panas
dan banyak nyamuk, Klien sulit berkonsentrasi
Masalah Keperawatan: Halusinasi
7. Persepsi
Jelaskan: Klien menyangkal sering mendengar suara-suara, itu menurut klien suara itu
adalah suara nyata bisikan dari teman-temannya bukan halusinasi
Masalah Keperawatan: Halusinasi
8. Proses pikir
Jelaskan: Ketika di tanya sudah makan klien menjawab tidur malam di sini tidak
nyaman panas dan banyak nyamuk,
Masalah Keperawatan: Perilaku Pekerasan
9. Isi pikir
Jelaskan: klien menganggap bahwa dirinya tidak gangguan jiwa, hanya sakit fisik
pegal di punggung dan segera sembuh sehingga klien bisa kembali pulang ke rumah
dan berkumpul dengan anak dan suaminya . ”saya tidak gangguan jiwa, ini ide
keluarga saya saja”.
Masalah Keperawatan : Penyangkalan Tidak Efektif
VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
√
Jelaskan: Klien makan 3x sehari tanpa bantuan
Masalah Keperawatan: defisit Perawatan Diri
2. BAB / BAK
Bantuan minimal Bantuan total
√
Jelaskan: klien dapat BAB/BAK tanpa bantuan dengan frekuensi kurang lebih 4x
Masalah Keperawatan: Personal Hygiene
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
√
Jelaskan: klien bisa mandi 2x sehari pagi dan sore hari tanpa bantuan orang lain
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
4. Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Bantuan total
√
Jelaskan: klien dapat berpakaian dengan rapih tanpa bantuan orang lain
Masalah Keperawatan; Defisit Perawatan Diri
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama s/d jam
√ Tidur malam, lama s/d jam
√
Kegiatan sebelum/sesudah
Jelaskan: tidak terkaji
Masalah Keperawatan: -
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
√
Jelaskan : tidak terkaji
Masalah Keperawatan : -
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
Perawatan pendukung Ya Tidak
Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan : -
8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya Tidak
√
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak
√
Mencuci pakaian Ya Tidak
√
Pengaturan keuangan Ya Tidak
Jelaskan: Tidak Terkaji √
Masalah Keperawatan : -
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya Tidak
√
Tranportasi Ya Tidak
√
Jelaskan: klien tidak pernah bergaul dengan lingkungan tetangga
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
VII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alcohol
√
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/ berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya :…………………………….. Lainnya :……………
Masalah Keperawatan: Isolasi Soasial
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL
Masalah dengan dukungan kelompok,
Spesifik : Tidak terkaji
Perilaku kekerasan
Kadar rendah
Ds: dopamine dijalur
musokortikal
Skizoprenia Hebefrenik
Gejala negatif
Hilangnya motivasi
Perawatan diri
menurun
1. Perilaku Pekerasan
Dx.Kepera Perencanaan
watan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Keluarga mampu
membimbing klien dalam
perawatan kebersihan diri di
rumah seperti mandi, alat apa
Setelah 2x24 jam
saja yang digunakan pada saat
pertemuan, keluarga
SP 1 Keluarga hendak mandi, berdandan,
mampu
menyiapkan makan, dan
1. Identifikasi masalah
1. Meneruskan buang air besar di kamar
yang dirasakan
melatih pasien mandi
keluarga dalam
2. Mendukung agar 2. Keluarga mampu mengetahui
merawat pasien
kemampuan pasien perawatan diri yang baik dan
dengan bermasalah
dalam perawatan benar seperti apa
a. Kebersihan diri
sendirinya 3. Keluarga paham tentang cara
b. Berdandan
meningkat merawat diri dengan baik dan
c. Makan
benar
d. Bab/bak
2. Jelaskan deficit
perawatan diri
3. Jelaskan tentang
cara merawat;
a. Kebersihan diri
b. Berdandan
c. Makan
d. Bab/bak
Form. Catatan Perkembangan
Nama klien: Ny.B No.Medrec: Tidak Terkaji
A. PROSES KEPERAWATAN
1. KONDISI KLIEN
DO: Klien terlihat tampak tatapan tajam, Klien terlihat berbicara keras dan cepat, klien
tampak
DS: Klien mengatakan kesal dengan semua perawat karena sudah menyiksa kemaren di
IGD
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx : Perilaku Kekerasan
3. TUJUAN KEPERAWATAN
Pasien mampu :
Mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala perilaku kekerasan,
Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, menyebutkan akibat dari
perilaku kekerasan yang dilakukan.
Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan secar; fisik,social/verbal, spiritual, terapi
psikofarmako (patuh obat)
4. TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1
a. Identifikasi penyebab, tanda gejala dan akibat Perilaku Kekerasan
b. Latihan cara fisik 1 seperti : Tarik nafas dalam
c. Masukan dalam jadwal harian
2. Fase kerja
Apa yang menyebabkan ibu marah ? Apakah sebelumnya ibu pernah marah? Terus
penyebabnya karena apa bu ? Samakah perasaan marahnya dengan sekarang ?”Apa yang
ibu rasakan? Apakah ibu merasa kesal?” “Apakah dengan ibu marah-marah keadaan
menjadi lebih baik? Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?”
Maukah ibu belajar mengungkapkan rasa marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian? Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar
satu-satu dulu ya bu? Jadi begini ibu, kalau tanda-tanda marah itu sudah ibu rasakan ibu
berdiri lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan
dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Coba ibu lakukan seperti tadi sebanyak 5
kali. Bagus sekali ibu sudah bisa melakukuannya” “Nah sebaiknya latihan ini ibu
lakukan secara rutin ya. Sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah ibu muncul lagi, ibu
sudah terbiasa melakukannya.” Dan semoga untuk kedepannya ibu bisa mengontrol rasa
marah ibu ya bu.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Klien (subjektif) : Evaluasi klien (subjektif) :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang - bincang ?”
Evaluasi Perawat (objektif) setelah reinforcement :
“Coba ibu ulangi, hal apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa marah dan
kesal ibu atau bisa simpulkan dari pembicaraan kita tadi ? “
b. Rencana tindak lanjut (PR untuk klien)
“Baiklah saya masukan ke jadwal harian ya bu ? “
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
Topik : “Saya rasa pertemuan hari ini cukup ya bu. Bagaimana pertemuan
selanjutnya kita belajar meminum obat dengan cara yang baik dan benar ya bu
Waktu : “Waktunya dua hari lagi ya bagaimana ibu bersedia ?
Tempat : Untuk ruangan nya mau diruangan ini lagi atau mau coba untuk
ditempat lain bu
d. Salam Terapeutik
“Baik ibu kalau begitu saya akhiri pertemuan hari ini, saya permisi bu.
Assalamualaikum.”
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta; Salemba
Medika.
Kusumawati, Farid. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta; Salemba Medika.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta :