Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN MASALAH SKIZOFRENIA


HEBREFENIK DAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatam Jiwa

disusun oleh:
Tika Meliyanti 102018067

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
BANDUNG
2020

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan. Atas rahmat dan karunia-
Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shawalat
serta salam tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Makalah dengan judul “Keperawatan Jiwa tentang Skizofrenia hebefrenik”, Adapun makalah
Keperawatan Jiwa tentang Skizofrenia hebefrenik ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
Keperawatan Jiwa tentang Skizofrenia hebefrenik .

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu
penyelesaian makalah Keperawatan jiwa tentang Skizofrenia. Besar harapan penulis
mengharapkan semoga dari Keperawatan Jiwa tentang Skizofrenia Paranoid ini dapat diambil
manfaatnya sehingga dapat memberikan pengetahuan pada pembaca. Selain itu, kritik dan saran
dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Garut, 7 Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan disetres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia. Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-
keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental yang
meliputi gangguan jiwa (Keliat, 2011). Dalam gangguan jiwa terdapat salah satu
gangguan jiwa berat yaitu Skizofrenia.Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang lebih
banyak dialami oleh beberapa orang dibanding penderita gangguan jiwa lainnya yang
umumnya menyerang pada usia produktif dan merupakan penyebab utama disabilitas
kelompok usia 15-44 tahun (Davidson, 2010). Data statistik yang dikemukakan oleh
WHO (2016) menunjukkan terdapat sekitar 21 juta orang terkena skizofrenia.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menyimpulkan bahwa
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400 juta orang atau
sebanyak 1,7 ‰ penduduk. Jumlah gangguan jiwa berat atau psikosis skizofrenia di
Indonesia ada sekitar 20 juta atau 22 sedangkan pada Riskesda (2018) ada 7 ‰ yang
mengidap gangguan kejiwaan dari tingkat rendah hingga berat. Prevalensi jumlah
penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah menderita gangguan jiwa berat
sebesar 2,7 ‰sedangkan pada 2018 ada 10 ‰. Secara rinci jumlah tertinggi penderita
gangguan jiwa berada di daerah Kabupaten Kulon Progo 4,67%, Kabupaten Bantul 4%,
dan Kota Yogyakarta 2,14% dan Kabupaten Gunungkidul 2,05%, untuk penderita
skizofrenia terendah ada di Kabupaten Sleman 1,52%. Gejala skizofenia dibagi menjadi
dua kelompok yaitu gejala negatif dan gejala positif, yang termasuk gejala negatif yaitu
salah satunya defisit perawatan diri (Maramis, 2009).
Skizofrenia Hebefrenik permulaannya perlahan-lahan atau subakut atau sering timbul
pada masa remaja antara 15-25 tahun. Maramis (2010). Orang yang mengalami
skizofrenia hebefrenik dapat berakibat pada jalan pikiran yang kacau, alam perasaan yang
datar tanpa ekspresi dan tidak serasi atau ketolol-tololan dan perilaku yang tidak
bertanggung jawab. Kaplan-Sadock (2010). Tanda dan gejala yang dapat disebabkan oleh
skizofrenia hebefrenik diantaranya afek datar atau afek yang tidak sesuai secara nyata,
inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
Videbeck (2015), suasana hati yang tidak sesuai, kekanak-kanakan atau bodoh, respons
emosionalnya tidak sesuai, dan mereka sering kali meledak tertawa tanpa alasan Kaplan-
Sadock (2010).
Skizofrenia merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa psikosa fungsional yang
terdapat di seluruh dunia. Menurut The American Psychiatric Association (APA) tahun
20010 dilaporkan angka penderita skizofrenia mencapai 1/100 penduduk dan
dikemukakan tiap tahun terjadi 300.000 episode akut, 35% mengalami kekambuhan dan
20%-40% yang diobati di rumah sakit, 20%-50% melakukan percobaan bunuh diri, dan
10% diantaranya mati disebabkan bunuh diri. (APA, 20011). Penderita skizofrenia
menunjukan peningkatan jumlah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 WHO merilis data
bahwa sekitar 1.1% atau sekitar 51 juta penduduk dunia mengalami skizofrenia. Sebesar
50%, angka tersebut berasal dari penderita baru di tambah dengan penderita mengalami
kekambuhan (Brown, 2011).

C. Rumusan masalah

Adapun Rumusan Masalahnya adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Skizofrenia Hebefrenik ?


2. Apa saja tanda dan gejala Skizofrenia Hebefrenik?
3. Bagaimana terjadinya Skizofrenia Hebefrenik ?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Skizofrenia ?
5. Bagaimana Prognosis Skizofrenia Hebefrenik ?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Skizofrenia Hebefrenik ?

D. Tujuan Masalah

Adapun tujuan makalah adalah :

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Skizofrenia Hebefrenik.


2. Untuk mengetahui tanda dan gejala Skizofrenia Hebefrenik.
3. Untuk mengetahui tipe-tipe Skizofrenia.
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Skizofrenia.
5. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari skizofrenia hebefrenik.
6. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Skizofrenia Hebefrenik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

1. Pengertian
Pengertian Skizofrenia
Menurut Nancy Andreasen (2011) dalam Broken Brain, The Biological
Revolutio in Psychiatry, bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan skizofrenia
merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi
perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetic.
Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang memengaruhi persepsi klien, cara
berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Neurological disease that affects a
person’s perception, thingking, language, emotion, and social behavior).Melinda
Hermann (2010)
Skizofrenia adalah sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir
yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta adanya
gangguan fungsi psikososial. Orang dengan skizofrenia menarik diri dari orang lain dan
kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan
halusinasi.
Pengertian Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia Hebefrenik permulaannya perlahan-lahan atau subakut atau sering
timbul pada masa remaja antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok: gangguan proses
berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.
Gangguan psikomotor seperti mannersim, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan.
Maramis (2010).
Skizofrenia Hebefrenik atau skizofrenia tipe terdisorganisasi ditandai oleh regresi
yang nyata ke perilaku primitif, terdisinhibisi. Gangguan pikiran yang menonjol,
kontaknya pada kenyataan yang buruk, penampilan pribadi dan perilaku sosialnya rusak,
respon emosionalnya tidak sesuai, tertawa meledak-ledak tanpa alasan dan menangis
serta seringai wajah. Perilaku tersebut dapat digambarkan sebagai kekanak-kanakan atau
bodoh. Kaplan (2010).

2. Tanda dan gejala skizofrenia


Tanda – tanda skizofrenia bisa berbeda pada setiap orang. Gejala atau tanda tersebut bisa
muncul perlahan – lahan seiring waktu atau juga muncul secara bersamaan sekaligus
seperti berikut ini:
a. Gejala Positif
Yaitu gangguan – gangguan yang ditambahkan pada kepribadian seorang penderita,
yaitu:
Delusi – Dikenal juga dengan pikiran palsu, seseorang mungkin saja mempunyai
perasaan seperti sedang diawasi terus menerus atau bahwa diri mereka adalah
seseorang yang terkenal atau figur yang religious
Halusinasi – Melihat, merasa, membaui, atau mendengar sesuatu yang pada
kenyataannya tidak ada. Pengalaman yang paling umum adalah mendengar suara
tertentu yang memberikan perintah kepada dirinya.
Kelainan Bicara dan Berpikir – Cara bicara atau menulis yang tidak biasa,
berpindah – pndah pada suatu topik yang tidak biasa dan tidak masuk akal. Bisa
juga mengarang suara atau kata – kata sendiri yang tidak masuk akal atau
mengulang – ulang kata – kata serta ide
Perilaku Tidak Teratur – Hal ini dapat bervariasi dari mempunyai masalah
dengan kebiasaan rutin seperti kebersihan diri hingga kepada ledakan yang tidak
terprovokasi menjadi perilaku impulsif dan tindakan tanpa kontrol, gelisah,
terlihat tegang tanpa alasan yang jelas.
b. Gejala Negatif
Yaitu kemampuan yang hilang dari kepribadian seseorang:

1. Postur tubuh yang aneh.

2. Respons emosional datar

3. Perubahan pada penampilan dan juga kebersihan pribadi.

4. Perubahan pada sifat dan tingkah laku.

5. Menarik diri perlahan dari lingkungan.

6. Merespon orang terdekat dengan jengkel, marah atau takut.

7. Mengalami kesulitan tidur atau berkonsentrasi.

8. Bertingkah laku tidak patut.

9. Kurangnya motivasi.

10. Gerakan yang lambat.

11. Perubahan pada bahasa tubuh.

12. Kekurangan kontak mata.

13. Rentang emosi yang berkurang.


Seseorang yang menderita skizofrenia tipe hebefrenik, disebut juga disorganized type atau
kacau balau yang ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai berikut:

a. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
b. Alam perasaan (mood) affect yang datar tanpa ekspresiserta tidak serasi.
c. Perilaku dan tertawa kekanak kanakan (giggling), senyum yang menunjukan rasa
puas diri atau senyum yang dihaytati sendiri.
d. Waham “delusion”tidak jelas dan tidak sistematik terpecah-pecah.
e. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisir sebagai
satukesatuan
f. Perilaku aneh

3. Pathway Skizofernia
Faktor predisposisis
( faktor biologis, faktor psikologis, faktor sosiokultural dan lingkungan )

Faktor presipitasi
Biologis, lingkungan, pemicu gejala

Gangguan penilaian individu, kurang dukungan, mekanisme coping tidak efektif

Menarik diri, proyeksi, regresi, penolakan

Respon Maladaptiv

Ketidakefektifan
coping individu

SKIZOFRENIA

Gejala positif Gejala negatif


Halusinas waham Prubahan Menarik diri Apatis, bloking
perPerubahan
Perubahan dari pergaulan menurunnya
arus pikir
perilaku
perilaku sosial aktivitas

Kurang aktivitas Tidak mampu


Ganggua Ganggua Risiko Asosiasi sosial, menarik menjaga
n n proses perilaku bebas diri dari kebersihan,
persepsi kekerasan pergaulan sosial, berpakaian,
pikir
penurunan merawat diri
sensori :
dalam bicara, dan makan
acholalia tidak ada kontak
mata

Defisit
Gangguan perawatan
komunikasi Isolasi sosial diri

verbal

Gangguan
konsep diri :
harga diri
rendah Menarik diri
dari
masyarakat,
ungkapan takut
akan kegagalan

patofisiologis dari Skizofrenia belum sepenuhnya dimengerti, namun sudah diketahui


bahwa gangguan jiwa Skizofrenia terjai sebagian akibat gangguan sinyal penghantar saraf
(neurotransmitter) pada sel-sel saraf otak,antara lain, zat pada reseptor dopanine,serotonin
dan noradrenalin. Zat-zat tersebut terjadi pada susunan saraf pusat (otak) yaitu didaerah
system limbic,khususnya di mucleus accumbens dan hypothalamus. Dan neurotransmiter
mengalami ketidak seimbangan antara dopamine serotonin dan kortisol. Reseptor adalah
tempat sasaran dalam suatu system biologic di otak. Gangguan penghantar saraf tersebut
mengakibatkan gangguan pada fungsi berfikir (kognitif),perasaan (afektif) dan perilaku
(psikomotor).
Hal ini Nampak jelas pada penderita Skizofrenia yang menunjukan kelainan pada
dalam piker,perasaan, dan perilaku yang tidak wajar atau abnormal, sehingga yang
bersangkutan disebut mengalami gangguan jiwa.Di dalam otak terdapat milyaran
sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk meneruskan maupun
menerima pesan dari sambungan sel yang lain. Sambungan sel tersebut melepaskan zat
kimia yang disebut neurotransmitters yang membawa pesan dari ujung sambungan sel
yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak yang terserang skizofrenia,
terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut.

Pohon Masalah

4. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi pada skizofrenia
Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizofrenia adalah
antipsikotik dan antiparkinson.
1) Antipsikotik
Antipsikotik adalah terapi medis utama untuk skizofrenia, antipsikotik
efektif mengobati semua obat antipsikotik bekerja dengan cara mengeblok
aktivitas dopamin, dan kebanyakan juga mengeblok reseptor serotonin (5-HT2A).
Obat antipsikotik dibagi menjadi 2, yaitu : a) tipikal atau klasik dan b) atipikal.
Perbedaan dari keduanya lebih kepada generasi penemuannya. Antipsikotik
atipikal adalah yang relatif baru dibandingkan dengan antipsikotik tipikal.
(Katona et al., 2012)
Antipsikotik generasi pertama mempunyai cara kerja dengan memblok
reseptor D2 khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering
disebut juga dengan Antagonist Reseptor Dopamin (ARD) atau antipsikotik
konvensional atau tipikal. Dapat menurunkan gejala positif hingga 60-70% dan
hanya sedikit berpengaruh pada gejala negatif.
a) Mekanisme kerja
Antipsikotik tipikal menghambat reseptor dapomin, tetapi juga
menghambat reseptor kolinergik, dan histaminergik. Antipsikotik atipikal
juga menghambat reseptor dopamin, biasanya dengan afinitas yang lebih
rendah; selain sebagai antagonis 5HT2. Obat ini memiliki aktivitas yang relatif
kecil pada reseptor-reseptor lain. Obat-obatan yang lebih lama (fenotiazin)
relatif non selektif, sedangkan sulpirid dan amisulpirid merupakan
penghambat reseptor dopamin D2 yang sangat selektif.
b) Indikasi
Penatalaksanaan dan pencegaha kekambuhan pada skizofrenia dan
psikosis lainnya (misalnya manik, depresi psikotik dengan kombinasi
bersama antidepresan); obat ini paling efektif dalam meringankan gejala
positif seperti waham, halusinasi, dan gangguan pikiran. Klozapin dan
amisulpirid dapat lebih efektif terhadap gejala-gejala negatif, dibandingkan
dengan neuroleptik lainnya.
c) obat golongan antipsikotik (Katona et al, 2012)

Obat Golongan Antipsikotik

Nama dangang (Nama Dosis harian yang lazim


Generik) diberikan dalam satuan (mg)

ANTIPSIKOTIK TIPIKAL
Clorpomazine 200-1.600
Trifluoperazine 16-32
Fluferazazine 2,5-20
Tioridazin
200-600
Mesoridazine
75-300
Tioteksin
6-30
Haloperidol
2-20
Loksapin
60-100
Molindon
50-100
Perfenazin
16-32
Triluoperazine
6-50
ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
Klozapin
150-500
Risperidon
2-8
Quetiapin
150-500
Olanzapin
5-20
Aripiprazol
Ziprasidon

d) Efek samping
Para pasien melaporkan bahwa gangguan pergerakan, mengantuk,
penambahan berat badan, dan disfungsi seksual merupakan efek samping
psikotik yang paling menyulitkan. Penambahan berat badan (terutama dengan
klozapin dan olanzapin) dan gangguan tolerasi glukosa dan diabetes melitus
terutama dikaitkan dengan antipsikotik atipikal. Klozapin dapat menyebabkan
kejang dan agranulosis yang berpotensi fatal, dan memerlukan pengawasan
hemologi secara teratur.
Karena efek dopaminergik yang lebih poten, antipsikotik tipikal sepertinya
lebih menyebabkan gangguan-gangguan pergerakan ekstrapiramidal Hal ini
mencakup gejala parkinson seperti tremor dan bradikinesia (pergerakan yang
lambat), akatisia (keresahan); diskinesia tardif (gerakan-gerakan pada mulut,
bibir dan lidah [misalnya menggulung lidah atau membasahi bibir]), dan
distonia (kejang otot yang menyebabkan gerakan atau postur wajah dan tubuh
abnormal). Pergerakan abnormal lainnya mencakup tic, korea, stereotipe
(gerakan tidak bermakna yan berulang [misalnya gerakan bergoyang-goyang
pada orang dengan gangguan belajar berat), maneurisma (gerakan yang dapat
dimengerti, meniliki tujuan (misalnya: mem memberi hormat]); dan gaya
berjalan yang abnormal. (Katona et al., 2012)
Efek endokrin mencakup hiperprolaktinemia dan sebagai akibatnya
amenorea (siklus haid yang memanjang), galaktorea (bocornya air susu dari
payudara) dan disfungsi seksual. (Katona et al., 2012)
2) Antiparkinson
Antiparkinson merupakan terapi medis kedua setelah antipsikotik yang digunakan
untuk mengatasi efek samping antipsikotik.
a) Mekanisme kerja
Semua obat golongan antiparkinson berfungsi untuk mengatasi efek
samping dari antipsikotik seperti gejala ektrapiramidal dengan cara
memperbanyak pelepasan dopamin dari ujung-ujung saraf.
b) Jenis obat
1. Trihexyphinidil 1-15 mg/hari
2. Levodopa 1-12 mg/hari
3. Bromocriptin 1-15 mg/hari
4. Mesilate 1-15 mg/hari
5. Selegiline 1-15 mg/hari
c) Efek samping
Anoreksia, mual dan muntah, gangguan penglihatan, hipotensi
ortostatik,konstipasi, retensi urin, gangguan laambung dan usus dan insomnia.
b. Terapi Somatik
Terapi somatik telah banyak di lakukan dalam tatanan psikiatri. Sejalan dengan
terus dilakukannya penelitian tentang patofisiologi gangguan jiwa, modalitas terapi
somatik yang lebih maju dan semakin canggih akan terus berkembang. Pada saat yang
sama, modalitas terapi seperti Restrain, yang merupakan cara lama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien psikitri masih tetap digunakan secara bijaksana.
Dalam hal ini akan membahas terapi somatik restrain mekanis.
Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dgn
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Jenis terapi somatik pd
klien gangguan jiwa antara lain: Pengikatan, Isolasi, Terapi Kejang Listrik, Fototerapi,
Terapi deprivasi tidur.
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di
berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptive menjadi
perilaku adaptif (Keliat, 2011). Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan
jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal- modality)
sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya (Sarka, 2008).
Jenis-jenis terapi modalitas :
1) Terapi individual
Terapi individual adalah penanganan pasien gangguan jiwa dengan pendekatan
hubungan individua l antara seorang terapis dengan seorang pasien. Suatu hubungan
yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan pasien untuk mengubah perilaku
pasien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi,
dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini
terjadi perubahan tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan.
2) Terapi lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada pasien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.
Bentuknya adalah memberi kesempatan pasien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi. Tujuan dari
terapi lingkungan ini adalah memampukan pasien dapat hidup di luar lembaga yang
diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari lingku ngan
rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.
3) Terapi biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di
mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ada beberapa jenis terapi somatic
gangguan jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,
electro convulsive therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang
sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi
psikoaktif dan ECT.
4) Terapi kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku pasien. Proses yang diterapkan adalah
membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan
mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor
tersebut. Ada tujuan terapi kognitif meliputi:
a) Mengembangkan pola berfikir yang rasional.
b) Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan gangguan
perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang
actual. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam
menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
c) Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih
dahulu mengubah pola berfikir.
5) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga
mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah
keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang
dituntut oleh anggotanya.
6) Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan sosial, yang
bertujuan untuk meningkat hubungan sosial dalam kelompok secara bertahan Keliat
(2011)
7) Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul
akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat.
d. Terapi keagamaan (psikoreligius)
Psikoreligiusterhadap penderita Skizofrenia ternyata mempunyai manfaat. Penelitian
menunjukan bahwa komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik
(Larson, dkk 1982). Dalam penelitiannya membandingkan keberhasilan terapi terhadap dua
kelompok penderita Skizofrenia. Kelompok pertama terapi yang konvesional
(psikofarmaka) dan lain-lainya tetapi tidak mendapat terapi keagamaan. Kelompok yang
kedua endapat terapi keagamaan. Terapi keagamaan dalam penelitian berupa kegiatan
agama seperti berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan dan
kajian kitab suci atau AL-Qur’an dan lain sebagainya.

5. Prognosis
Faktor yang menunjang ke arah prognosis baik pada pasien skizofrenia:
a. Onset tua
b. Faktor pencetus yang jelas
c. Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan
d. Menikah
e. Riwayat keluarga
f. Sistem pendukung yang baik

Faktor yang ke arah prognosis buruk pada skizofrenia

a. Onset mudah
b. Faktor pencetus yang tidak jelas
c. Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan
d. Tidak menikah/cerai
e. Riwayat keluarga skizofrenia
f. Sisten pendukung yang buruk
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2009 memperkirakan 450 juta
orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami
gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.

Penderita gangguan jiwa berat dengan usia diatas 15 tahun di Indonesia mencapai
0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari 1 juta jiwa di Indonesia yang menderita
gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa 11,6% dari 19 juta
penduduk Indonesia mengalami masalah gangguan mental emosional (Riset kesehatan
dasar,2010). Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1,7
juta per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Riset kesehatan dasar,2015).
Defist perawatan diri dalam Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi
motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk
melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau
higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Lynda, 2007). Defisit
Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang terdiri dari mandi,
berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri secara mandiri (Nanda,
2006).
Mengingat semakin besarnya permasalahan kesehatan jiwa seperti kasus
gangguan emosional dan gangguan jiwa berat serta beban yang ditanggung pemerintah
bersama masyarakat, maka peningkatan derajat kesehatan jiwa, pencegahan gangguan
jiwa, serta penanggulangan masalah kesehatan jiwa di masyarakat tidak akan berhasil
tanpa pengembangan upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat. Upaya kesehatan jiwa
berbasis masyarakat yaitu dengan cara pemberdayaan serta membangun kemandirian
masyarakat dibidang kesehatan jiwa (Kemenkes RI, 2015).

B. Rumusan masalah

1. Apa Definisi defisit perawatan diri?


2. Apa tanda gejala defisit perawatan diri?
3. Apa jenis-jenis defisit perawatan diri?
4. Apa Penyebab defisit perawatan diri?
5. Bagaimana rentang respon defisit perawatan diri ?
6. Bagaimana pohon masalah defisit perawatan diri?
7. Bagaimana mekanisme koping defisit perawatan diri?
8. Apa dampak defisit perawatan diri?
9. Apa penatalaksanaan defisit perawatan diri?

10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan defisit perawatan diri?

11. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus defisit perawatan diri ?

C. Tujuan
1. Tujuan secaraumum
Mengerti tentang defisit perawatan diri dan memahami apa yang harus di lakukan
seorang perawat untuk menangani defisit perawatan diri pada gangguan jiwa.
2. Tujuan secara khusus
Mengetahui definisi, penyebab, jenis-jenis, proses terjadinya , tanda dan gejala,
akibat defisit perawatan diri, mekanisme koping, penatalaksanaan, pohon masalah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK
(toileting) (Fitria, 2011)

Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat
dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)

B. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2011) adalah sebagai
berikut:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperolehatau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga
memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian.

c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Menurut Depkes (2010) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Social
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri.

C. Jenis - Jenis Perawatan Diri


Menurut (Nanda, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan erhias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri.
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
D. Penyebab defisit perawatan diri
Menurut Tarwoto dan wartah (2010), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
a. Factor predisposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah


kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut (Tarwoto, 2010:79-80) Faktor – faktor yang


mempengaruhi personal hygiene adalah:

1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta


gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.

4) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan


yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5) Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh


dimandikan.

6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri


berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya

E. Rentan Respon Devisit Perawatan Diri

Pola perawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan


seimbang diri kadang tidak perawatan diri pada saat
stres
Adatif maladaptif

1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor


dan mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak
perduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresso (Ade,
2011)

F. Pathway DPD

Faktor pencetus

Mempengaruhi SSP, kerusakan di otak

Neurotransmiter tergaggu

Kortisol dopamin

Serotonin endorfin

Penurunan volum otak, mempengaruhi


mesolimbic, melalui jalur vta

SKIZOFRENIA Gejala positif


Gejala negatif
Delusi
Motivasi kurang
Mempengaruhi Aspek Psikologis
Halusinasi
Respons emosi datar
Emosi berlebih
Menarik diri
koping

KETIDAKEFEKTIFAN stress
Perubahan proses berpikir
KOPING

Mempengaruhi Merasa tidak


Merasa dirinya tidak berharga Perubahan perilaku ;
aktivitas; malas, aman
maladaftif
tidak perduli berhubungan
dengan dengan orang lain
penampilan HARGA DIRI RENDAH
PK
Senang menyendiri GG. Proses fikir

DEFISIT RESIKO PELEMAHAN


PERAWATAN DIRI MARTABAT HALUSINASI
Penarikan diri secara sosial

KEPUTUSASAA
Pengabaian diri ISOLASI SOSIAL
N

HAMBATAN INTERAKSI
SOISAL

Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:


1. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi


pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

2. Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah


pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri

(Damaiyanti, 2012)
G. Dampak Yang Sering Mimbul Pada Masalah Personal Hygiene

1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan rasa dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. Kebutuhan istirahat
tidur, mekanisme diri yang tidak efektif menyebabkan individu menarik diri
dari lingkungan sehingga klien sering mengeluh masalah kebutuhan tidur
atau istirahatnya terganggu dikarenakan mungkin perubahan sensorik
halusinasi lihat dan dengar, panik, penekanan rasa takut dan pikiran delusi.
(Damayati, 2012)
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Defisit Perawatan Diri


Proses keperawatan pada klien dengan defisit keperawatan diri meliputi :

A. Pengkajian

1. Riwayat keperawatan

a. Pengumpulan Data 0bjektif dan subjektif


Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif yaitu data yang dapat secara nyata
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Sedangkan data subjektif yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarganya.
Data ini didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarganya (Keliat,
2010 : 4) Untuk dapat menyaring data yang diperlukan, umumnya yang
dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar
memudahkan dalam pengkajian. Sistematika pengkajian menurut Keliat (2010)
meliputi :

1) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,


pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian nomor
rekam medik, diagnosa medis dan identitas penanggung jawab.
2) Keluhan utama dan alasan masuk, tanyakan pada klien atau
keluarga apa yang menyebabkan klien datang ke rumah sakit saat
ini serta bagaimana hasil dari tindakan orang tersebut.
3) Faktor predisposisi, menanyakan kepadaklien atau keluarganya
a) Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa atau
tidak.
b) Apakah ya, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya.
c) Klien pernah melakukan, mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d) Apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan
jiwa.
e) Pengalaman klien yang tidak menyenangkan (kegagalan yang
terulang lagi, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realitas) atau faktor lain, misalnya kurang mempunyai tanggung
jawab personal.

4) Faktor presipitasi
Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah atau
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri. Cara klien menilai
masalah merupakan awal dari terbentuknya sumber koping. Jika
sumber koping tidak adekuat, bahkan jika ada namun mekanisme
koping maladaptif maka akan menimbulkan permasalahan.
5) Aspek fisik atau biologis, observasi tanda – tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu, pernafasan klien), ukur tinggi badan dan berat
badan klien.
6) Psikososial, membuat genogram minimal tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dengan keluraga. Masalah
yang terkait dengan komunikasi pengambilan keputusan dan pola
asuh.
7) Status mental meliputi pembicaraan, penampilan, aktivitas
motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, emosi, tingkat
konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik
diri.
8) Kebutuhan persiapan pulang, kemampuan klien dalam makan,
BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat, tidur, penggunaan obat,
pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah dan di luar
rumah.
9) Mekanisme koping, didapat melalui wawancara pada klien atau
keluarga baik adaptif maupun maladaptif.
10) Masalah psikolosial dan lingkungan, didapat dari klien atau
keluarga bagaimana tentang keadaan lingkungan klien, masalah
pendidikan dan masalah pekerjaan.
11) Pengetahuan, apakah klien mengetahui tentang kesehatan jiwa.
12) Aspek medis, obat – obatan klien saat ini baik obat fisik,
psikofarmako dan therapy lain.
13) Masalah Keperawatan
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari
kelompok data yang dikumpulkan, kemungkinan

A. Analisa data

Analisa data merupakan proses fikir yang meliputi kegiatan pengelompokan data,
data bisa diperoleh dari keadaan klien yang tidak sesuai dengan standar kriteria
yang sudah ada. Setelah data dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi
masalah keperawatan klien dan
Tabel Analisa Data

Data Etiologi Masalah

B. Diagnosa Keperawatan

Kurangnya perawatan diri : Devisit perawatan Diri.

Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya.

1. Hygine diri,
2. berhias,
3. makan dan
4. bab/bak

Kemungkinan ditemukan data :

Badan kotor dan berbau, Rambut kotor, Kuku panjang dan kotor , Bau mulut dan kotor.
Dengan kondisi klinik yaitu Stroke, Fraktur, Koma

Tujuan yang diharapkan :

Kebersihan diri sesuai pola, Keadaan badan, mulut, rambut dan kuku bersih, Pasien merasa
nyaman

Intervensi :

No. Klien Keluarga

SP1 SP1

1. Menjelaskan pentingnya Mendiskusikan masalah yang

kebersihan diri dirasakan keluarga dalam

merawat klien.

2. Menjelaskan cara menjaga Menjelaskan pengertian, tanda

kebersihan diri. dan gejala defisit perawatan


3. diri, dan jenis defisit

Membantu klien perawatan diri yang dialami

4. mempraktikkan cara menjaga klien beserta proses terjadinya.

kebersihan diri.

Menganjurkan klien Menjelaskan cara-cara

memasukkan dalam jadwal merawat klien defisit

kegiatan harian. perawatan diri.

SP2 SP2

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikan cara

harian klien. merawat merawat klien dengan defisit

2. Menjelaskan cara makan yang baik. perawatan diri.

Melatih keluarga mempraktikan cara

Membantu klien mempraktikan merawat langsung kepada klien defisit


3. cara makan yang baik. perawatan diri.

Menganjurkan klien memasukan

4. dalam jadwal kegiatan harian.

SP3 SP3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat jadwal

harian klien. aktivitas di rumah termasuk jadwal

minum obat (discharge planning).

2. Menjelaskan cara eliminasi yang Menjelaskan follow up pasien setelah

baik. pulang.

3. Membantu klien mempraktikan

cara eliminasi yang baik.

4. Menganjurkan klien memasukan

dalam jadwal kegiatan klien.

SP4

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian klien.

2. Menjelaskan cara berdandan.

3. Membantu klien mempraktikan

cara berdandan.

4. Menganjurkan klien memasukan

dalam jadwal kegiatan harian.


1. EVALUASI

a. Klien mampu melakukan mandi/membersihkandiri.

b. Klien mampu makan dengan benar dan secaramandiri.

c. Klien mampu berpakaian/berhias dengan baik dan benar


secaramandiri.

d. Klien mampu memasukan jadwal kegiatan harian secarateratur.


KASUS 4

Nn. Tina 25 tahun dibawa oleh keluarga ke igd RSj, dengan alasan klien tidak
mau minum obat, dan mudah marah jika di ingatkan. Klien juga sering tidur,
malas mandi dan bicara dengan pohon. Menurut keluarga klien sudah mengalami
gangguan jiwa sejak usia 19 tahun dan ini sudah ke 5 kali klien di rawat, di rumah
hanya klien yang mengalami gangguan jiwa.

Di ruang perawatan klien di wawancara oleh perawat, klien mengatakan


keluhannya saat ini hanya batuk. Klien tampak pakaian sesuai, tercium bau,
rambut kotor dan ada kutu. Ketika di tanya apakah Nn. Tina sudah mandi, klien
mengatakan “ suster saya tidak mandi saya kan sedang batuk, buat apa mandi?
Saya tetap saja cantik ko.” Konsentrasi mudah beralih, tidak mampu melakukan
berhitung.

Klien selalu menyangkal jika dirinya mengalami gangguan jiwa. Klien ingin
segera sembuh dan bisa pulang ke rumah. klien sadar dirinya sebagai anak dan
belum menikah yang harus bekerja untuk orang tua. Klien tidak pernah merasa
malu dengan kehiduapnnya, klien tau tubuhnya gendut tapi dia sangat menyukai
seluaruh fisiknya.

Saat menceritakan masa lalu klien tampak sedih dan menangis, karena pernah di
tinggalkan oleh pacarnya saat SMA, pacar klien pergi dengan wanita lain. klien
juga menceritakan penah mengkonsumsi obat/NAPZA (Sabu, Pil, Gele) sudah
sejak lama. Ny. T mengakui bahwa dia suka minum minuman keras sampai saat
ini. Konsentrasi klien mudah beralih jika berbicara dalam waktu yang lama. Dan
sering mondar mandir. Kemampuan berhitung dan mengingatnya kurang baik.

Saat ini Ny. T tinggal bersama kedua orang tuanya dan 4 saudara, klien
merupakan anak ke 2 kaka klien laki –laki, dan 2 adik klien perempuan. Menurut
klien ayah klien merupakan orang yang tegas dan galak. Klien mengatakan orang
yang paling berarti adalah ibunya. Kien ingin biisa membahagiakan ibunya.

Saat di rumah klien aktif mengikuti kegiatan kerja bakti, bertetangga, bermain
dengan teman sebaya, tapi saat di rs klien sering merasa malas dan mengantuk.
Saat ini klien terdiagnosa skizofrenia hebefrenik berulang, dengan terapi medik
post skizonoat, Triheksiflfenidil, dan clozapine. Klien mengatkan dulu saat di
bawa ke RSj klien di ajarkan cara menfhardik, karena sering mendengar suara-
suara yang tidak jelas. Dan saat ini suara itu kadang-kadang masih suka muncul.

Hasil observasi selama di rs, klien makan dan minum sering bearantakan dan tidak
di kembalikan lagi ke tempatnya. Sudah 2 hari klien tidak mau mandi. terkadang
klien sering mengambil makanan milik temannya. Untuk bab dan bak klien bisa
mandiri tapi tidak di bersihkan.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
STIKES AISYIYAH BANDUNG

RUANG RAWAT : Ruang Kasabelangka TANGGAL DIRAWAT : 7-12-20

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. T
( L/P ) : Perempuan
Tanggal Pengkajian : 7-12-2020
Umur : 25 Thn
RM No : 00001
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : islam
Status Marital :Allert
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Ibu K
Umur : 44 tahun
Hubungan dengan klien: Ibu

II. ALASAN MASUK


SMRS: klien tidak mau minum obat, dan mudah marah jika di ingatkan. Klien
juga sering tidur, malas mandi dan bicara dengan pohon.

KU: klien mengatakan keluhannya saat ini hanya batuk. Klien tampak pakaian
sesuai, tercium bau, rambut kotor dan ada kutu.klien mals mandi Konsentrasi
mudah beralih, tidak mampu melakukan berhitung.

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : ya tidak


(tahun:19 tahun )


2. Pengobatan sebelumnya Berhasil kurang berhasil
tidak berhasil. Penjelasan : karna pasien pernah mengalami gangguan jiwa
saat usia 19 tahun dan saat ini masih mendengar suara-suara tidak jelas.

FAKTOR FAKTOR
PRESIPITASI PREDISPOSISI
(Pelaku/ korban/ (Pelaku/ korban/ saksi)
saksi)
Aniaya fisik - -
Aniaya seksual - -
Penolakan - pernah di tinggalkan oleh
pacarnya saat SMA, pacar
klien pergi dengan wanita
lain
Kekerasan dalam - -
keluarga
Tindakan Kriminal Klien mengakui bahwa Klien
dia suka minum pernahmengkonsumsi
minuman keras. Keras obat/NAPZA (Sabu, Pil,
sampai saat ini. Gele) sudah sejak lama.
Dan minum-minuman
keras.
Putus obat Klien menolak dan malas -
minum obat.

Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri

Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ya tidak

Hubungan dengan klien : Tidak terkaji


Genogram (minimal tiga generasi) Klien, orang tua, nenek / kakek:

Data Tambahan

v v

v
v

v v v

= Perempuan = Laki-laki

= Cerai = Ikatan Pernikahan

= meninggal = orang terdekat klien

= Klien ----- = Orang yang tinggal serumah

= Hamil

3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


a. Kehilangan : Saat menceritakan masa lalu klien tampak sedih
dan menangis, karena pernah di tinggalkan oleh pacarnya saat SMA,
pacar klien pergi dengan wanita lain.

b. Kegagalan : tidak terkaji

c. Trauma selama tumbuh kembang


1. Masa bayi
2. Masa Kanak — Kanak
3. Masa Remaja
4. Masa Dewasa Awal
5. Masa dewasa tua
6. Lansia
Penjelasan :

Saat menceritakan masa lalu klien tampak sedih dan menangis, karena
pernah di tinggalkan oleh pacarnya saat SMA, pacar klien pergi dengan
wanita lain.

Masalah keperawatan : -
Riwayat Penyakit Fisik di masa lalu: Tidak ada

III. FISIK
1. Tanda Vital : TD : 120/100 N : 80 x/menit S : 37 C P : 22x/menit
2. Ukuran : TB : 155 cm BB : 55 kg

3. Keluhan Fisik : ya tidak


Jelaskan : klien mengeluh batuk


4. Pemeriksaan Fisik
Tuliskan data fokus dan efek samping obat yang berhubungan dengan
sistem tubuh
a) Sistem pernafasan
Tidak Terdapat memar disekitar hidung, tidak adanya cuping hidung,
tidak ada kotoran ,tidak ada otot napas tambahan, tidak adanya retraksi
suprasternal, retraksi substernal dan retraksi intercosta, tidak adanya
suara gargling, kaji bentuk dada, pengembangan dada, fremitus taktil
kanan dan kiri. Saat di palpasi tidak adanya nyeri tekan didada,RR Klien
30x/menit, kaji irama nafas klien reguller /ireguler. Tidak ada suara nafas
ronchi. Wheezing atau tidak.
b) Sistem kardiovaskuler
Tidak pada bagian dada jantung/tidak, kaji apakah terlihat ictus
cordis/tidak, saat di perkusi pada daerah lapang jantung apakah terdengar
suara dullness/tidak, saat dipalpasi kaji adanya pulsasi/tidak, saat di
auskultasi kaji bunyi jantung klien s1 dan bunyi s2 pada bagian dasar
(antara ics 2 kanan dan kiri), kaji akral klien hangat/tidak, kaji apakah
adanya peningkatan JVP, tidak terdapat CTR (cardio thorax ratio). Ujung
area distal tidak pucat.
c) Sistem pencernaan
Tidak Terkaji. data yang harus ditambahkan Kaji kebersihan
lidah,kaji apakah terdapat sariawan, caries, lubang pada gigi dan mulut
klien lembab. Kaji kesimetrisan abdomen klien, kaji apakah klien
terpasang NGT/tidak, kaji abdomen klien cembung/cekung, Kaji bising
usus, kaji adanya pembengkakan/pembesaran hati dan lien, Kaji apakah
terdapat asites/tidak, kaji apakah terdapat masa/tidak dan terdapat
nyeri/tidak kaji apakah klien kembung dan mual/tidak.Kaji apakah terjadi
penurunan berat badan/tidak, kaji nafsu makan klien.
d) Sistem integument
Kebersihan kulit Rambut dan kulit kepala klien kotorber kutu kaji
kekuatan rambut klien, kaji kelembaban kulit tubuh klien dan kebersihan
kulit, kaji adanya lesi/massa dan luka, kaji turgor kulit kembali dalam
waktu < 2 detik.
e) Sistem musculoskeletal
- Ekstermitas Atas.
- Ekstermitas Bawah.
Tidak Terdapat pembengkakan, beban traksi klien merasakan nyeri,
ujung area distal masih dapat digerakkan dengan gerakkan sirkular.
Kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5/5.
f) Sistem perkemihan-genital
Tidak Terpasang Kateter, Kaji apakah ada nyeri tekan pada abdomen
bagian bawah kuadran ke III dan IV/tidak, dan kaji adanya distensi
kandung kemih/tidak, kaji adanya pembengkakan ginjal/tidak, kaji
apakah terdapat masa, lesi, luka, dan kebersihan area genitalia.
g) Sistem Sensori/persepsi
Klien masi menengar suara-suara tidak jelas, klien berbicara di depan
pohon dan sering mundar- mandir.
h) System persarafan
Klien dapat merasakan sensasi raba, tidak ada kesemutan.

- N1 (Olfaktorius)
Kaji apakah klien mampu membedakan bau minyak kayu putih atau
kopi atau mencuum bebauan yang sesuai.
- N II (Optikus)
Kaji apakah klien dapat/tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak
yang jauh apakah klien sering melihat benda atau gambaran yang tanya.
- N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)
Kedua kelopak mata pasien bisa berfungsi baik, pupil tidak bermasalah
diameter pupil sebelah kanan reflek cahaya (+), Kaji apakah mata klien
mampu/tidak mampu menggerakkan bola mata kesegala arah dan sulit
mengangkat mata.
- N V (Trigeminus)
Kaji apakah klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan.
- NVII (Fasialis)
Klien tidak memiliki tremor/kelumpuhan dimuka
- NVIII (Auditorius)
Klien dapat menjawab pertanyaan dari perawat, yaitu perawat berbicara
dengan suara dan intonasi yang jelas dan agak keras agar dapat
mendengar dengan baik.
- NIX (Glosofaringeus)
Kaji refleks muntah, dan menelan
- NX (Vagus)
Klien dapat menggerakan lidahnya kesegala arah dengan bebas.
menelan
- NXI (Asesorius)
Klien dapat menoleh kekanan dan kekiri dengan normal.
- NXII (Hipoglossus)
klien pernah ke RSj dan klien di ajarkan cara menfhardik, karena
sering mendengar suara-suara yang tidak jelas. Dan saat ini suara itu
kadang-kadang masih suka muncul.proses fikir nya dan berhitung
lemah.

2. Bagaimana Pola aktivititas kehidupan sehari-sehari sebelum di RS dan selam di


rawat.

No ADL Sebelum di RS Selama dirawat


1. Nutrisi Saat di rumah klien klien makan dan minum
sering makan 3 kali sering bearantakan dan
(makan& minum)
sehari dengan dan tidak di kembalikan lagi
merapihkan kan ke tempatnya.
kembali ketika makan.
terkadang klien sering
mengambil makanan
milik temannya
2. Eliminasi Bab / Bak klien mandiri Untuk bab dan bak klien
dan di bersihkan bisa mandiri tapi tidak di
(BAB & BAK)
setalahnya. bersihkan.

3. Istirahat tidur Klien tidur 8 jam sehari Klien sering mengantuk


dan tidak ada keluhan dan lemas, 7-9 jam /hari
apapun.

4. Aktivitas Saat di rumah klien Klien sering mondar


aktif mengikuti kegiatan mandir , klien berbicar
kerja bakti, bertetangga, dengan pohon
bermain dengan teman
sebaya, tapi saat di rs
klien sering merasa
malas dan mengantuk.

5. Personal hygene Klien berpenampilan Klien tampak pakaian


rapi, mandi 1x/ hari. sesuai, tercium bau,
rambut kotor dan ada
kutu

Sudah 2 hari klien tidak


mau mandi.

Masalah keperawatan:Defisit perawatan diri

IV. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri:
a. Gambaran Diri : Klien selalu menyangkal jika dirinya mengalami
gangguan jiwa. Namun Klien tidak pernah merasa malu dengan
kehiduapnnya, klien tau tubuhnya gendut tapi dia sangat menyukai
seluaruh fisiknya.
b. Identitas :
Ny. T adalah seorang wanita yang tinggal bersama kedua orang tuanya,
klien anak ke 2 dari 4 bersaudaradan 4 saudara,
c. Peran :
klien sadar dirinya sebagai anak dan belum menikah yang harus bekerja
untuk orang tua.
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin segera sembuh dan bisa pulang ke
rumah.
e. Klien tidak pernah merasa malu dengan kehiduapnnya, klien tau
tubuhnya gendut tapi dia sangat menyukai seluaruh fisiknya.
a. Harga diri : Klien menghargai dirinya sendiri dan merasa cukup dengan
apa yang dia punya.

Masalah Keperawatan : Defisit keperawatan diri

2. Hubungan social :
a. Orang yang berarti : Ibu
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Saat di rumah klien
aktif mengikuti kegiatan kerja bakti, bertetangga, bermain dengan
teman sebaya,
a. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien merasa malas
dan mengantuk

Masalah Keperawatan: Defisit keperawatan diri dan gangguan sensori


3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : tidak terkaji, seharusnya tanyakan tentang,
pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma
budaya dan agama yang dianut. Pandangan masyarakat setempat
tentang gangguan jiwa
b. Kegiatan ibadah : Tidak terkaji, seharusnya tanyakan kegiatan ibadah di
rumah secara individu dan kelompok, pendapat klein tentang kegitan
ibadah

Masalah Keperawatan: Risiko distress spiritual


V. STATUS MENTAL
Berikan tanda Checklist √ pada kotak yang sesuai dengan jenis kondisi klien
a. Penampilan :

√ Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai

Berpakaian tidak seperti √ Sesuai


biasanya

Jelaskan: saat dikaji klien berpakaian sesuai.

Masalah Keperawatan :-
b. Cara bicara :

√ Cepat Gelisah Apatis

Keras Inkoheren tidak mampu memulai


pembicaraan

Lambat Membisu Sesuai

Jelaskan:
Masalahkeperawatan:
Aktivitas Motorik :

√ Lesu Tegang Gelisah

Agitasi Apatis Grimasen

Tremor Kompulsif Sesuai

Jelaskan :selama di rs klien lemas dan sering mngantuk.


MasalahKeperawatan :-

c. Suasana hati:

√ Sedih Ketakutan Putus asa

√ Khawatir Gembira berlebihan Sesuai


Jelaskan: saat dikajin klien bersededih ketika menceritakan pengalaman
SMA nya.
MasalahKeperawatan : -
d. Afek

Datar Tumpul Labil Sesuai

√ Tidak Sesuai

Jelaskan: Ketika di tanya apakah Nn. Tina sudah mandi, klien mengatakan “
suster saya tidak mandi saya kan sedang batuk, buat apa mandi? Saya tetap saja
cantik ko.” Konsentrasi mudah beralih, tidak mampu melakukan berhitung.

MasalahKeperawatan :-

e. Gangguan poses fikir Interaksi selama wawancara :

Bermusuhan √ Tidak kooperatif mudah tersinggung

Kontak mata Defensive Curiga


kurang

Seduktif Berhati-hati Kooperatif

Jelaskan:saat dikaji klien susah untuk berfokus.


Masalah Keperawatan :-
f. Persepsi

√ Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Olfakori (penciuman)

Visual Gustatori Ilusi


(penglihatan) (pengecapan)

Sesuai

Jelaskan: klien saat di rsj pernah diajarkan untuk menghardik suara suara
yang di dengar dan suara itu masih muncul kadang kadang
Masalah Keperawatan : halusinasi pendengaran
g. Proses pikir

Sirkumtansial Tangensial Kehilangan Inkoheresn


asosiasi

Flight of idea Blocking Perseverasi Neologisme

√ Irelevansi Verbigerasi Word salad Sesuai

Jelaskan : proses fikir klien tidak sesuai saat dikaji mengatkan sesuatu yang
berlawanan mengatakan dirinya belum mandi tapi cantik namum
sebenernya sudah mandi.
Masalah Keperawatan:-
h. Isi pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

Defersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham: √ Sesuai

Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistik Siar pikir Sisip pikir √ Kontrol pikir

Jelaskan:
Masalah Keperawatan :
i. Tingkat Kesadaran

Bingung Sedasi Stuppor √ Allert

Disorientasi Disorientasi Disorientasi


waktu tempat orang

Jelaskan : klien dalam kesadaran penuh namun sulit untuk berkonsentrasi


MasalahKeperawatan :-
Memori

√ Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka


panjang pendek

Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi Sesuai

Jelaskan :Konsentrasi klien mudah beralih jika berbicara dalam waktu yang
lama. Dan sering mondar mandir. Kemampuan berhitung dan
mengingatnya kurang baik. saat dikaji klien sudah mandi namun
mengatakan belum mandi
Masalah Keperawatan :-
j. Tingkat Konsentrasi dan berhitung

√ Mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi

tidak mampu berhitung sederhana mampu berkonsentrasi

Jelaskan : ketidak sesuaian klien dalam berkonsentrasi dan berhitung


k. MasalahKeperawatan: -

√ Gangguan penilaian ringan Gangguan penilaian bermakna

Tidak ada gangguan

Jelaskan:..klien menyangkal dirinya belum mandi namun sudah mandi


untuk apa mandi karna dengan begini juga sudsh cantik. Padahal
sebenarnya klien sudah mandi.
MasalahKeperawatan: -
l. Daya tilik diri (Insight)

√ Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar


dirinya

Mengetahui sakit yang dideritanya

Jelaskan : klien mengatakan dirinya tidak gannguan jiwa


MasalahKeperawatan :-
VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan: klien mengambil makanan dari temannya, tidak membersihkan
tempat makannya ketika sudah masan, klien tidak mau makan dan
meminum obat.
MasalahKeperawatan: defisit perawatan diri
2. BAB / BAK


Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : klien mampu BAB/BAK di tempat seharusnya namun tidak


dibersihkan setalahnya.
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri: eliminasi
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
v

Jelaskan : klien tidak ma mandi baru 2 hari tidak mandi.


MasalahKeperawatan: DPD

4. Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan: saat dikaji klien berpakaian rapi


MasalahKeperawatan: -

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang ,tidak terkaji
Tidur malam, 7.s/d 8 jam
Kegiatan sebelum/sesudah tidur, klien lemas dan serimg mengantuk
Jelaskan : klien sering mengatuk selama di rs
Keperawatan :-
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : klien saat dikaji tidak mau minum obat.

Masalah Keperawatan :………………………………....


7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya

Tidak

Perawatan pendukung Ya
Tidak
Jelaskan: klien sebelumya perna mengalami gannguan jiwa dan
membutuhkan penangana lanjutan dan pendukung
Masalah Keperawatan :-
8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan √ Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak

Mencuci pakaian Ya Tidak

Pengaturan keuangan Ya Tidak

Jelaskan :klien saat dirumah dapat melakukan persobal hygin dengan baik
namun saat di RS klien malas untuk mandi.
Masalah Keperawatan :-
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya √ Tidak
Tranportasi Ya √ Tidak

Jelaskan: Saat di rumah klien aktif mengikuti kegiatan kerja bakti,


bertetangga, bermain dengan teman sebaya, tapi saat di rs klien sering
merasa malas dan mengantuk.

MasalahKeperawatan :-

VII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alcohol


mampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat/ berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri

Lainnya:…………………………………..
Lainnya:……………
MasalahKeperawatan :di masa lalu klien pernah mengkonsumsi NAPZA dan
minum- minuman keras hingga sekarang.

VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Masalah dengan pendidikan, spesifik
Masalah dengan pekerjaan, spesifik..
Masalah dengan perumahan, spesifik
Masalah ekonomi, spesifik
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Penjelasan : klien tidak bermasalah dalam kegiatan social kelompok. Saat
di rumah klien aktif mengikuti kegiatan kerja bakti, bertetangga, bermain
dengan teman sebaya,

IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Penyakit jiwa system pendukung
√ √
Faktor presipitasi penyakit fisik
√ √
Koping obat-obatan
√ √
Lainnya : …………………….

X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Skizofernia Hebefrenik
Terapi Medik :terapi medik post skizonoat, Triheksiflfenidil, dan clozapine.

Nama Obat Kegunaan efek samping


Skizonoat Sikzonoat adalah merek dari Efek samping ini dapat
obat injeksi yang bervariasi pada setiap
mengandung bahan aktif individu tergantung pada
Fluphenazine. Bahan aktif pada kondisi penyakit, usia,
ini termasuk ke dalam berat badan, jenis kelamin,
golongan obat antipsikotik etnis, maupun kondisi
yang bekerja dengan cara kesehatan seseorang. Efek
mempengaruhi samping Sikzonoate yang
keseimbangan zat kimia mungkin terjadi
alami ( neurotransmitter) di adalah:Reaksi distonia akut,
dalam otak. Obat ini kondisi yang menyerupai
digunakan untuk mengatasi parkinson, diskinesia tardif,
gangguan psikotik seperti mengantuk, letargi,
skizofrenia. Juga bisa penglihatan kabur, mulut
mengatasi kondisi seperti kering, konstipasi, tidak
halusinasi, delusi, atau sikap dapat menahan keinginan
yang kurang wajar yang berkemih atau inkontinensia
bisasanya dimiliki oleh urin, hipotensi ringan,
penderita kizofrenia gangguan untuk melakukan
penilaian & gangguan fungsi
mental, serangan
epileptiform; pigmentasi
abnormal pada kulit &
kekeruhan lensa mata.
Perubahan EKG dengan
perpanjangan interval QT &
perubahan gelombang T;
aritmia serius termasuk
takikardi ventrikuler &
fibrilasi ventrikel.
Hipotermia, sindrom
neuroleptik maligna;
hiperprolaktinemia,
gangguan fungsi seksual.
Triheksiflfenidi obat ini termasuk ke dalam efek samping yang biasanya
l golongan Antikolinergik terjadi :
golongan antimuskarinik. mulut kering, bola mata
Yang bekerja dengan cara membesar/pandangan kabur,
menghambat zat alami lelah/pusing, sulit
asetilkolin. Dengan begitu, BAB/BAK, Gugup/cemas,
obat ini dapat membantu bahkan demam, detak
mengurangi kekakuan otot jantung cepat, cemas,
dan mengontrol fungsi otot, halusinasi, bingung kejang-
serta membantu kejnag, mata tersa sakit, ruam
meningkatkan kemampuan kulit.
berjalan pada penderita
Parkinson.Obat ini juga
membantu menurunkan rasa
kaku pada otot, keringat
berlebih, dan produksi air
liur. Tak hanya itu, trihex
juga mampu membantu
meningkatkan kemampuan
berjalan pada pasien
Parkinson.
clozapine obat ini termasuk ke dalam efek samping yang biasanya
golongan antipsikotik, yang terjadi yaitu, meningkatnya
bekerja amennyeimbangkan produksi air liur, mengantuk,
zat alami tertentu dalam otak pusing, kepala terasa ringan,
(neurotransmitter). sakit kepala, gemetar,
Clozapine adalah obat untuk gangguan metabolik seperti
mengobati gangguan mental, diabetes,
gangguan kecemasan, serta hiperkolesterolemia, dan
gangguan suasana hati kenaikan berat badan.
tertentu (skizofrenia, Bahkan dapat
skizoafektif, dll).Clozapine meneyebabkan, gangguan
mengurangi halusinasi dan pernapasan saat tidur,
membantu mencegah gerakan tak terkendali,
keinginan bunuh diri pada kesulitan BAK, kejang,
orang-orang yang mencoba pingsan, gangguan irama
menyakiti diri mereka jantung.
sendiri. Obat ini membantu
Anda berpikir lebih jelas dan
positif tentang diri Anda,
mengurangi rasa gugup, dan
membantu penderita
menjalani aktivitas sehari-
hari.

XI. ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O

Do: Faktor pencetus, Defisit


mengkonsumsi NAPZA Perawatan
1. Klien tidak mau minum dan minuman keras dan
Diri
obat putus cinta

2. Badan klien bau


3. Rambut kotor dan ada
kutu
Mempengaruhi SSP,
4. Makan dan minum
kerusakan di otak
sering bearantakan dan
tidak di kembalikan lagi
ke tempatnya.
5. Sudah 2 hari klien
tidak mau mandi.
Neurotransmiter tergaggu
6. terkadang klien sering
mengambil makanan milik
temannya.
7. Untuk bab dan bak Pengeluaran hormon
klien bisa mandiri tapi Kortisol dan dopamin
dan Serotonin dan
tidak di bersihkan. endorfin menjadi tidak
8. Sudah 2 hari klien tidak seimbang.

mau mandi

Penurunan volum otak,


mempengaruhi
mesolimbic, melalui jalur
Ds:
vta

1. klien mengatakan malas


dan sering mengantuk.
2. klien mengatakan tidak
Skizofernia
usah mandi juga sudah
cantik.
3. Sudah 2 hari klien
mengatakan tidak mau
Gejala negative
mandi
(Motivasi
kurang,Respons emosi
datar,malas Menarik diri)

Kopping tidadak efektif

Stress

Mempengaruhi aktivitas :
malas dan tidak perduli
dengan penampilan
Gangguan pemeliharaan
kesehatan
(BAB/ BAK, mandi ,
makan , minum )

Defisit Perawatan Diri

2 Do : Faktor pencetus, Halusinasi


1. Konsentrasi klien mengkonsumsi NAPZA Pendengaran
dan minuman keras dan
mudah beralih
putus cinta
2. Klien sering mondar
mandir.
3. Kemampuan berhitung
dan mengingatnya Mempengaruhi SSP,
kurang baik. kerusakan di otak

4. Respon tidak sesuai


5. Klien bersikap seolah
mendengar sesuatu
Neurotransmiter tergaggu
6. Pada saat ini Diagnosa
medis klien :
Skizofrenia Hebefrenik

Ds: Pengeluaran hormon


Kortisol dan dopamin
1. Klien mengatakan dulu ,Serotonin dan endorfin
mengakibatkan tidak
saat di RSJ pernah di
seimbang.
ajarkan menghardik
suar-suara tidak jelas .
2. Klien mengatakan
sudah mengalami Kenaikan volum otak,
gangguan jiwa sejak mempengaruhi
usia 19 tahun. mesolimbic, melalui jalur
vta
3. Klien mengatakan saat
ini suara itu kadang-
kadang masih suka
muncul. Skizofernia
4. Klien Mendengar suara
bisikan yang tak nyata

Gejala positif

(Delusi, HalusinasiEmosi
,berlebih)

Koping tidak efektif

Stress

Perubahan proses
berpikir

Perubahan perilaku ;
maladaftif

Ganguan pola pikir

Halusinasi
XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit Perawatan Diri


2. Halusinasi Pendengaran.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Rencana Asuhan Tindakan Keperawatan Klien dengan DPD

Nama klien: Ny. T Dx Medis: Skizofrenia Hebefrenik


No.Medrek : 00001 Ruang : Kasabelangka

Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Defisit Pasien Setelah 3x24 jam SP1
Perawatan Diri mampu: pertemuan pasien  Dengan klien mengetahui
mampu menjelaskan Identifikasi: pentingnya kebersihan diri
1. Melakukan - kebersihan diri diharapkan klien dapat
pentingnya:
kebersihan diri - berdandan melakukan perawatan diri
secara mandiri - Makan secara mandiri tanpa harus
kebersihan diri
melakukan berdandan/berhias - BAB/BAK di perhatikan oleh orang
berhias/ jelaskan pentingnya lain.
Makan
berdandan BAB/BAK kebersihan diri
secara baik jelaskan alat dan  Dengan menjelaskan
dan mampu
2. melakukan cara kebersihan diri pentingnya kebersihan diri
melakukan cara
makan masukan dalam diharapkan klien dapat
merawat diri meningkatkan perawatan
dengan baik jadwal kegiatan
3. melakukan pasien diri
BAB/ BAK  Dengan klien mengetahui
secara alat dan cara kebersihan diri
mandiri diharapkan klien bisa
merawat dirinya secara baik.
 Dengan memasukan dalam
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
jadwal kegiatan diharapkan
dapat melatih klien agar bisa
melakukan perawatan diri
secara mandiri

SP2  Dengan mengevaluasi di SP


1, diharapkan klien dapat
Evaluasi kegiatan meningkatkan pentingnya
yang lalu (SP1) kebersihan diri, berdandan/
 Jelaskan pentingnya berhias, makan, BAB/BAK.
berdandan  Dengan menjelaskan
 Latih cara pentingnya berdandan
berdandan diharapkan dapat membantu
a. Untuk pasien merubah penampilan klien
supaya terlihat lebih rapih.
laki-laki meliputi
 Dengan klien mengetahui
cara: cara berdandan klien dapat
berdandan secara mandiri
- berpakaian tanpa dibantu oleh orang
lain.
- Menyisir
 Dengan memasukan dalam
rambut
jadwal kegiatan diharapkan
- Bercukur klien dapat lebih meningkatkan
lagi perawatan dirinya
b. Untuk pasien
perempuan:

- berpakaian

- menyisir
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
rambut

- berhias

 Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP3  Dengan mengevaluasi
kegiatan yang lalu 1 dan 2
Evaluasi kegiatan diharapkan klien dapat
yang lalu (SP 1 & 2) mengulang dan mengingat
 jelaskan cara dan cara berdandan.
alat makan yang  Dengan menjelaskan cara dan
benar alat untuk makan yang benar
- jelaskan cara diharapkan klien mampu
mempersiapka mempersiapkan,
n makanan merapihkan peralatan makan,
- jelaskan cara dan praktek makan yang
merapihkan benar.
peralatan  Dengan melatih klien cara
makan setelah makan yang benar bisa/dapat
makan melakukan makan sesuai
dengan tahapan makan yang
- praktek makan
baik. Dengan memasukan
sesuai dengan
dalam jadwal kegiatan
tahapan makan
diharapkan klien dapat
yang baik
melakukan kegiatan secara
- Latih kegiatan
continue
makan
 Masukan dalam
jadwal kegiatan
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
pasien
SP 4 Dengan mengevaluasi kemampuan
klien diharapkan klien mampu
Evaluasi kegiatan mengulang dan mengingat cara
yang lalu (SP1,2 &
3) makan yang benar.
 Latih cara  Dengan klien mengetahui
BAB/BAK yang cara BAB/BAK yang baik
baik: diharapkan klien mampu
- jelaskan temat BAB/BAK di tempat yang
BAB/ BAK sesuai.
yang sesuai
- jelaskan cara
membersihkan
 Dengan menjelaskan cara
diri setelah
BAB/BAK membersihkan diri setelah
BAB/BAK diharapkan klien
dapat melakukan BAB/BAK
yang baik.
Keluarga Setelah 2x pertemuan, SP1  Diharapkan pihak keluarga
mampu: keluarga mampu: tidak merasa asing dengan
Identifikasi masalah kehadiran perawat dan keluarga
 Merawat  Meneruskan yang dirasakan dapat membantu dalam
anggota melatih pasien keluarga dalam memberikan informasi tentang
keluarga  mendukung agar merawat pasien klien.
yang kemampuan dengan masalah:  Dengan mengidentifikasi
mengalami pasien dalam - kebersihan diri masalah dalam merawat klien di
masalah perawatan dirinya - berdandan harapkan keluarga mengetahui
kurang meningkat - makan permasalahan klien dan mampu
perawatan - BAB/ BAK merawat klien.
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
diri jelaskan deficit  Dengan menjelaskan Defisit
perawatan diri Perawatan Diri, diharapkan
jelaskan tentang cara keluarga mengetahui pengertian
merawat: Defisit Perawatan Diri secara
- kebersihan diri realitas.
- berdandan Dengan menjelaskan cara merawat.
- makan Diharapkan keluarga mengetahui
- BAB/ BAK cara cara merawat klien dengan
Bermain peran/ cara Defisit Perawatan Diri.
merawat  Dengan bermain peran
RTL keluarga/ diharapkan keluarga mampu
jadwal keluarga menjelaskan dan merawat pasien
untuk merawat seperti yang telah perawat ajarkan.
pasien  Dengan melakukan rancana
tindak lanjut keluarga,
dapat mempermudah keluarga
dalam merawat klien.
SP2  Dengan mengevaluasi
kegiatan yang lalu dapat
Evaluasi kegiatan mengetahui apakah keluarga
yang lalu (SP1) mampu menjelaskan dan
Latih keluarga merawat klien dalam
langsung ke pasien melakukan perawatan diri.
cara berdandan dan  Dengan melatih keluarga
kebersihan diri merawat langsung ke
Menyusun RTL klien,diharapkan keluarga
keluarga/ jadwal dapat merawat klien secara
keluarga untuk mandiri.
merawat pasien  Dengan melakukan rencana
tindak lanjut keluarga dapat
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
mempermudahkeluarga dalam
merawat klien
SP3  Dengan mengevaluasi
kegiatan yang lalu dapat
Evaluasi mengetahui kemampuan
kemampuan keluarga dalam merawat
keluarga (SP1 & 2) klien. Diaharapkan keluarga
Evaluasi keluarga dapat membimbing klien
merawat langsung tentang cara makan yang
ke pasien cara benar.
makan
Menyusun RTL
keluarga/ jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
RTL keluarga:
Follow Up dan
rujukan
SP4  Dengan mengevalusi
diharapkan keluarga mampu
Evaluasi merawat klien dengan
kemampuan benar.
keluarga (SP1, 2, &  Dengan mengevaluasi klien
3) dapat mengetahui kemampuan
Evaluasi klien.
kemampuan pasien  Untuk pemeriksaan ulang atau
RTL keluarga: untuk mengetahui
Follow Up dan rencana ulang yang dilakukan
rujukan keluarga
Rencana Asuhan Tindakan Keperawatan Klien dengan Halusinasi Pendengaran

Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan persepsi Pasien mampu: Setelah …. pertemuan SP1
Sensori pasien mampu :
4. Mengenali halusinasi yang di Bantu pasien mengenal halusinasi:
alaminya menyebutkan Isi, isi, waktu, frekuensi, situasi
5. Mengontrol halusinasinya waktu, frekuensi, pencetus, perasaan saat terjadi
6. Mengikuti program pengobatan situasi pencetus, halusinasi
secara optimal perasaan Latih mengontrol halusinasi dengan
memperagakan cara cara: menghardik. Tahapan tindakan
dalam mengontrol berupa:
halusinasi - Jelaskan cara menghardik
- peragakan cara menghardik
- minta pasien memperagakan
ulang
- pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
- masukan dalam jadwal kegiatan
pasien
Setelah …. pertemuan SP2
pasien mampu :
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
Menyebutkan Tanyakan program pengobatan
kegiatan yang sudah jelaskan pentingnya penggunaan
dilakukan obat pada pasien dengan halusinasi
Menyebutkan jelaskan akibat bila tidak rutin
manfaat dari program melakukan pengobatan sesuai
pengobatan program
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
jelaskan akibat bila putus obat
jelaskan cara mendapatkan obat/
berobat
jelaskan pengobatan dengan prinsip
5B
latih pasien minum obat
masukan dalam jadwal kegiatan
pasien
Setelah …. pertemuan SP3
pasien mampu :
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan
menyebutkan 2)
kegiatan yang sudah latih berbicara/ bercakap dengan
dilakukan orang lainsaat halusinasi muncul
memperagakan cara masukan dalam jadwal kegiatan
bercakap-cakap pasien
dengan orang lain
Setelah …. pertemuan SP4
pasien mampu :
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, 2
Menyebutkan & 3)
kegiatan yang sudah Latih kegiatan agar halusinasi tidak
dilakukan muncul, dengan tahapan:
Membuat jadwal - jelaskan pentingnya aktivitas
kegiatan sehari-hari teratur untuk mengatasi halusinasi
dan memperagakanya - diskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan oleh pasien
- latih pasien melakukan aktivitas
- susun jadal sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang telah dilatih
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
(mulai bangun pagi –tidur malam)
Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan reinforcement terhadap
perilaku pasien yang (+)
Keluarga mampu: Setelah … pertemuan, SP1
keluarga mampu
Merawat pasien di rumah dan menjelaskan tentang identifikasi masalah keluarga dalam
menjadi system pendukung yang halusinasi merawat pasien
efektif untuk pasien jelaskan tentang halusinasi, berupa:
- pengertian halusinasi
- jenis halusinasi yang di alami
pasien
- tanda & gejala halusinasi
- cara merawat pasien halusinasi
(caraberkomunikasi pemberian
obat & pemberian aktivitas
kepada pasien)
 sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang bisa dijangkau
 bermain peran cara merawat
 rencana tindak lanjut keluarga,
jadwal jeluarga untuk merawat
pasien
Setelah …. pertemuan SP2
pasien mampu :
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
Menyelesaikan Latih keluarga merawat pasien
kegiatan yang sudah RTL keluarga/ jadwal keluarga
dilakukan untuk merawat pasien
memperagkan cara
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
merawat pasien
Setelah …. pertemuan SP3
pasien mampu :
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP2)
Menyebutkan Latih keluarga merawat pasien
kegiatan yang sudah RTL keluarga/ jadwal keluarga
dilakukan untuk merawat pasien
memperagkan cara
merawat pasien serta
mampu membuat
RTL
Setelah …. pertemuan SP4
pasien mampu :
Evaluasi kemampuan keluarga
Menyebutkan Evaluasi kemampuan pasien
kegiatan yang sudah RTL keluarga: Follow Up dan
dilakukan rujukan
Melaksanakan Follow
Up rujukan

Form. Catatan Perkembangan


Nama klien : Ny. T No.Medrec : 0001

Nama
Tanggal Nama&
No. & Evaluasi
& Jam Implementasi Paraf
paraf

1. 07 SP1 S: klien sudah bisa melakukan


Desembe MeIdentifikasi: personal hygin dengan benar Tika Meliyanti
r 2020 - kebersihan diri (mandi , berias, makan BAB/BAK)
- berdandan
- Makan
- BAB/BAK
R: kllien dapat menyebutkan O : klien dapat
alasan tidak mau melakukan - membersihakan tempat makannya.
personal hygine. - Bab/Bak di tempat yang seharusnya
dan di bersikan setrelahnya.
Mejelaskan pentingnya - Badan dan rambut klien wangi dan
kebersihan diri bebas dari kutu.
R: klien dapat memahami
- klien sudah ada motifasi untuk
pentingnya kebersihan diri.
membersihkan diri (mandi)
Meelaskan alat dan cara
kebersihan diri
R: klienndapat memahami alatr A :Defisit perawaan diri teratasi.
dan cara membersihkan diri.
Memasukan dalam jadwal
kegiatan pasien
P :Intervensi di hentikan pasien
R: kien menyetujui dimasukan
kedalam jadwal kegiatan pasien. pulang.
Pembahasan

No Intervensi Pembahasan SOAP Nama jurnal

1 SP1  Dengan klien 1. Perawat menyatakan tujuan yang Novita P,


mengetahui Julia V.(2016).pengaruh
MeIdentifikasi: pentingnya akan dicapai dalam interaksi
kebersihan diri penerapan asuhan keperawatan
perawat klien
- kebersihan diri diharapkan DPD terhadap kemandirian
klien dapat 2. Salam terapeutik, personal hygine.(e-
- berdandan melakukan memperkenalkan diri jurnalKep)Volume 4
perawatan diri No.2.Manado:
- Makan secara mandiri 3. Membuka pembicaraan dengan
tanpa harus di Program Studi Ilmu
- BAB/BAK topik netral
perhatikan Keperawatan Fakultas
oleh orang 4. Evaluasi tindak lanjut pada Kedokteran
Mejelaskan lain.
pentingnya pertemuan sebelumnya Universitas Sam Ratulangi
kebersihan diri 5. Perawat menganalis isi
 Dengan
Meelaskan alat dan menjelaskan pembicaraan klien secara verbal
cara kebersihan diri pentingnya dan non verbal / KAJI
kebersihan diri
diharapkan KELUHAN UTAMA
Memasukan dalam
klien dapat 6. Membuat/ validasi kontrak
jadwal kegiatan
meningkatkan
pasien perawatan diri (topik, waktu, tempat)
 Dengan klien
mengetahui alat 7. Menyimak pembicaraan klien
dan cara dengan teknik listening,
kebersihan diri
pandangan tertuju pada klien &
diharapkan klien
bisa merawat 8. Perawat bersama klien
dirinya secara menyimpulkan permasalahan
baik.
klien
 Dengan
memasukan 9. Perawat menanyakan perasaan
dalam jadwal klien tentang interaksi yang telah
kegiatan
berlangsung
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)
Nama Pasien : Ny.T
Hari/tanggal : Senin, 07 Desember 2020
Pertemuan ke : 1
Fase : SP 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. KONDISI KLIEN
DO: Klien tidak mau minum obat , Badan klien bau , Rambut kotor dan ada kutu, Makan dan minum acak acakan sering
bearantakan dan tidak di rapikan kembali,Sudah 2 hari klien tidak mau mandi, terkadang klien sering mengambil makanan
milik temannya, untuk bab dan bak klien bisa mandiri tapi tidak di bersihkan.
DS : klien mengatakan malas dan sering mengantuk,klien mengatakan tidak usah mandi juga sudah cantik, Klien
mengatakan malas mandi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Diri (DPD)
3. TUJUAN KEPERAWATAN
a. Tujuan Umum
Klien bisa membina hubungan percaya dengan perawat dan melakukan SP1
b. Tujuan Khusus
1) Melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Melakukan berhias/ berdandan secara baik
3) Melakukan makan dengan baik
4) Melakukan BAB/ BAK secara mandiri
5) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri
4. TINDAKAN KEPERAWATAN

 Identifikasi:
- kebersihan diri
- berdandan
- Makan
- BAB/BAK
 jelaskan pentingnya kebersihan diri
 jelaskan alat dan cara kebersihan diri
 masukan dalam jadwal kegiatan pasien

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


a. FASE ORIENTASI

a. Salam terapeutik, memperkenalkan diri


“Assalamu’alaikum, selamat siang perkenalkan nama saya Perawat Tika Meliyanti, bisa dipanggil perawat Tika. Saya
bertugas dari jam 07:00 sampai jam 14:00 WIB. Kalau boleh tahu namanya siapa? dan senang dipanggil apa?’
b. Membuka pembicaraan dengan topik umum/ netral.
“Bagaimana keadaan Ibu Tina ini? Ibu Tina sudah sarapan belum hari ini? Dihabiskan tidak makannya?
c. Evaluasi/validasi Kontrak:
1) Topik :
“ Bagaimanakalau kita berbincang-bincang tentang kondisi Ibu?
2) Waktu :
“Mau berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja?”
3) Tempat :
“Menurut Ibu enaknya dimana bincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu atau taman?”

b. FASE KERJA
(kaji keluhan utama)
“Ibu Tina, apa yang Ibu rasakan saat ini ? (menjawab malas mandi), oh begitu, mengapa Ibu Tina malas untuk mandi? apa
yang membuat Ibu malas untuk mandi? mengapa saat ini ibu malas untuk mandi? apa yang ibu Tina ingin lakukan ketika
malas mandi?” dari pada teteh merasa terus-terusan malas apa mau saya jelaskan pentingnya kebersihan diri dan saya
jelaskan alat dan cara membersihan diri? Baik.

3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Klien (subjektif) :
“Bagaimana perasaan ibu Tina setelah kita berbincang-bincang dan mendengarkan penjelasan pentingnya kebersihan
diri, alat apa saja yang digunakan dan bagaimana cara membersihan diri?”

Evaluasi Perawat (objektif setelah reinforcement ) :


“Apakah ibu masih ingat yang tadi kita bicarakan?”
b. Rencana tindak lanjut
“Tadi saya sudah menjelaskan bagaimanapentingnya kebersihan diri, alat apa saja yang digunakan danbagaimana cara
membersihan diri, saya harap Teh tina dapat mengetahui mengetahui bagaimana cara membersihkan diri ”.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Topik :
“Baiklah pertemuan kita cukup sampai disini, besok pagi kita bertemu lagi untuk menelaskan pentingnya berdandan.
Ibu dengan berpakaian ,menyisir rambut dan berhias. Apa teteh bersedia?”

2) Waktu :
“Berapa lama Ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalo 10 sampai 15 menit
saja? Besok jam 08.00 WIB pagi sehabis makan pagi”
3) Tempat :
“Dimana ibu mau berbincang-bincang besok? Bagaimana kalau tempatnya di sini lagi?”
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seseorang yang menderita skizofrenia tipe hebefrenik, disebut juga disorganized type
atau kacau balau yang ditandai dengan gejala-gejala Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang
kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya, Alam perasaan (mood) affect yang datar
tanpa ekspresiserta tidak serasi, Perilaku dan tertawa kekanak kanakan (giggling), senyum
yang menunjukan rasa puas diri atau senyum yang dihaytati sendiri.

B. Saran
Kami berharap setelah apa yang kami kemukakan dapat diambil manfaatnya oleh
semua yang membacanya, khususnya kepada para mahasiswa dan mahasiswi Universitas
Aisyiyah Bandung. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Mukripah,Iskandar. (2012), Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Sutejo, Ns. (2010), Keperwatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Carlson, Neil R. (2012), Fisiologi Perilaku. Jakarta: Erlangga

Yosep,Iyus. (2010), Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Dermawan, Deden. (2013), Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Gosyen Publising.

Hawari, Dadang (), Skizofrenia.

Keliat, B.A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Keliat, B.A. & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Edisi 2.
Jakarta : EGC

Maramis, (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga

Anda mungkin juga menyukai