Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOLOGI

GANGGUAN PADA SISTEM PERNAFASAN


PNEUMONIA

Di Susun Oleh :
ZIKI ARBA
XI IPA 1

Guru Bidang Studi :


SUSY NOVIANTI S.Pd.

MAN 1 SIJUNJUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT.yang dengan rahmat


dan Inayah-Nya.Tugas makalah ini telah selesai saya susun untuk dapat diberikan
kepada ibuk guru yang bersangkutan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar dapat menambah wawasan kita tentang
berbagai macam penyakit yang dapat menyerang organ pernapasan. Supaya
dengan makalah ini kita menjadi lebih waspada lagi dengan apa yang kita lakukan
setiap harinya,agar terhindar dari penyakit yang tidak kita inginkan.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas materi pembelajaran tentang
GANGGUAN PADA SISTEM PERNAFASAN yang berjudul " PNEUMONIA ".
Dengan menggunakan makalah ini semoga kita dapat mengenali gejala apa saja
yang akan terjadi dan upaya apa yang harus kita lakukan apabila kita terjangkit
penyakit ini.

Palangki, Februari 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pneumonia 2
B. Penyebab Pneumonia 2
C. Faktor Pneumonia 2
D. Gejala Pneumonia 3
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme bakteri, virus, jamur, dan parasit, namun pneumonia juga
dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti
suhu.Pneumonia adalah masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya
tinggi, tidak saja di Negara berkembang tetapi juga di Negara maju seperti
Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa Pneumonia menjadi
penyebab kematian utama akibat infeksi di Amerika Serikat.
Penyakit pneumonia termasuk dalam tiga besar penyebab kematian di
Indonesia. Prevalensi pneumonia di Indonesia yang terdiagnosis tenaga
kesehatan yaitu sebesar 4,5%. Lima Provinsi yang mempunyai insiden tertinggi
pneumonia untuk semua umur yaitu Nusa Tenggara Timur sebesar 10,3%,
Papua 8,2%, Sulawesi Tengah 5,7%, Sulawesi Barat 6,1%, dan Sulawesi
Selatan 4,8%. Dilihat dari jenis kelamin penderita pneumonia. Pneumonia
menduduki 10 besar penyakit rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Mangusada Badung.
Penyebab pneumonia bervariasi tergantung pada populasi pasien yang
diamati.Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan lingkungannya menjadi
pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial.Terjadinya pneumonia
komunitas biasanya didapatkan di luar sarana pelayanan kesehatan dan
penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae, namun pneumonia
nosokomial biasanya terjadi saat menjalani perawatan di rumah sakit
karenasistem pertahanan tubuh penderita untuk melawan infeksi sering
terganggu. Pneumonia nosokomial lebih sering disebabkan oleh bakteri
staphylococcus aureus.Menurut jurnal Gross et al.521 pasien sebanyak 50,5%
mengalami pneumonia komunitas dan 49,4% mengalami pneumonia
nosokomial.

1
Proses peradangan pada pneumonia mengakibatkan produksi sekret
meningkat dan menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul
bersihan jalan napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan
ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas.
Sebanyak 73,3% mengeluhkan batuk, sebanyak 24,8% mengeluhkan
sputum berlebih, 74% mengalami sesak napas, dan sebanyak 86,7% mengalami
ronkhi, berdasarkan hasil penelitian tersebut merupakan gejala yang
ditimbulkan dari bersihan jalan napas tidak efektif. Dampak dari bersihan jalan
napas tidak efektif yaitu penderita mengalami kesulitan bernapas karena
sputum atau dahak yang sulit keluar dan penderita akan mengalami
penyempitan jalan napas dan terjadi obstruksi jalan napas .
Perawat sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien pneumonia
secara komprehensif. BERDASARKAN LATAR BELAKANG DI ATAS
PENELITI MENGANGKAT JUDUL PNEUMONIA

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Pneumonia?”

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan batuk
dan disertai dengan sesak nafas disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-
paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pneumonia adalah
peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran
pernafasan bawah akut dimana asinus terisi dengan cairan radang yang ditandai
dengan batuk. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan repirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrast paru bilateral yang difus.

B. Penyebab Pneumonia
1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia nosokomial
3. Pneumonia rekurens
4. Pneumonia aspirasi
5. Pneumonia pada gangguan imun
6. Pneumonia hipostatik

Berdasarkan sindrom klinis :


1. Pneumonia bakterial
2. Pneumonia non bakterial
3. Etiologi Pneumonia
a. Bakteri
b. Virus
c. Jamur

3
d. Protozoa
4. Patogenesis Pneumonia
Gambaran patologis dalam batas tertentu tergantung pada agen
etiologis, Pneumonia bakteri ditandai oleh eksudat intraalveolar supuratif
disertai konsolidasi. Stadium dari pneumonia bakteri yang disebabkan oleh
bakteri Pneumonia pneumococcus yang tidak diobati adalah:
a. Penyumbatan ( 4-12 jam pertama): eksudat serosamasuk kedalam
alveolus dari pemnuluh darah yang bocor.
b. Hepatilasi Merah (48 jam berikutnya): paru – paru tampak merah dan
tampak bergaula karena eritrosit, fibrin, dan
leukositpolimorphonuceus(PMN) mengisi aleveolus.
c. Hepatitasi Kelabu (3-8 hari): paru – paru tampak berwarna abu –abu
karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveolus
yang terserang.
d. Pemulihan (7-11 hari): eksudat mengalami lisis dan diireabsorbsi oleh
e. makrofag sehingga jaringan kembali kepada struktur semula.

5. Patofisilogi Pneumonia
Mikroorganisme dapat mencapai paru melalui beberapa jalur :
a. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara,
mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain.
b. Mikroorganisme dapat juga terinpirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari
peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi.
c. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal
orofaring dapat menjadi patogenik.
d. Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi
dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi

C. Tanda Gejala Pneumonia


a. Gejala umum : Demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan kurang, gejala
gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare.

4
b. Gejala respiratorik : Batuk, napas cepat (tachypnoe / fast breathing), napas
c. sesak (retraksi dada/chest indrawing), napas cuping hidung, air hunger dan
sianosis.
d. Hipoksia merupakan tanda klinis pneumonia berat.

D. Pencegahan Pneumonia
1. Meningkatkan derajat sosio-ekonomi
2. Lingkungan yang bersih, bebas polusi
3. Cegah BBLR
4. Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang
5. Berikan imunisasi

5
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan data diatas,dapat disimpulkan bahwa senam pada saat ini bisa
mengatasi penyakit asma dan bisa membantu kesehatan fisik. Maka dari itu
penderita asma harus menjaga pola makan yang sehat,tidak boleh kelelahan,dan
olahraga secara teratur.maka dari itu kita harus hidup dilingkungan bersih dan
makan makanan yang sehat. Meskipun saya menginginkan kesempurnaan dalam
penyusun makalah ini, akan tetapi masih banyak penulisan yang harus saya
perbaiki.Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan saya.Oleh karena itu
kritik dan sarannya sangat berpengaruh umtuk penulisan kedepannya,sehingga
kedepannya bisa menghasilkan karya tulis yang bermanfaat lagi.

6
DAFTAR PUSTAKA
Anwar A. and Dharmayanti I., 2014, Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8, 360.
Bartlett John G., Dowell Scott F., Mandell Lionel A., File Thomas M., Jr., Musher
Daniel M. and Fine Michael J., 2000, Practice Guidelines for the Management of
Community-Acquired Pneumonia in Adults, Clinical Infectious Diseases, 31, 347-
382.
Brooks G.F., Butel J.S. and Morse S.A., 2005, Jawetz, Melnick, & Adelberg’s
Mikrobiologi Kedokteran, Edisi I, Diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedoktersan Universitas Airlangga, Salemba Medika, Jakarta, pp. 260-
372.
Chung D.R., Song Jae-H., Kim So H., Thamlikitkul V., Huang Shao-G., Wang H.,
So Thomas Man-k., Yasin Rohani M.D., Hsueh Po-R., Carlos Celia C., Hsu Li Y.,
Buntaran L., Lalitha M.K., Kim Min J., Choi Jun Y., Kim Sang II., Ko Kwan S.,
Kang Cheol-I. and Peck Kyong R., 2011, High Prevalence of Multidrug-Resistant
Nonfermenters in Hospital-acquired Pneumonia in Asia, American Journal Of
Respiratory And Critical Care Medicine, 184, 1409-1417.
CLSI., 2013, M100-S23 Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility
Testing; Twenty-Third Informational Supplement, Clinical and Laboratory
Standard Institute, USA, 34 (1), 27-93.
Dairo M.T., 2014, Pola Kuman Berdasarkan Spesimen Dan Sensitivitas Terhadap
Antibiotik Pada Penderita Community-Acquired Pneumonia (CAP) Di RSUP
Dokter Kariadi Semarang, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai