S DENGAN
PNEUMONIA DI RUANG FLAMBOYAN C
Disusun oleh :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi dan anak kecil lebihrentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mererka
masih belumberkembang dengan baik.Pneumonia pada orang tua dan orang yang
lemahakibat penyakit kronik tertentu.Pasien peminum alcohol, pasca bedah danpenderita
penyakit pernapasan kronik atau infeksi virus juga mudahterserang penyakit ini. Hampir 60%
dari pasien-pasien yang kritis di ICU dapat mendeerita pneumonia, dan setengah dari pasien-
pasien tersebutakan meninggal.
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
D. Sistematika Penulisan
Penulis membagi laporan penulisan asuhan keperawaan ini menjadi 5 bab, yaitu terdiri dari :
BAB I :PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar belakang, Tujuan penulisan dan sistematika penulisan
BAB V :PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
a. Definisi/Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001: 571). Pneumonia adalah peradangan paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur (Medicastore).
b. Epidemiologi/Insiden Kasus
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus tipe 8
menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak
ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari
4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu
disebabkan oleh pneumokokus dan ditemukan pada orang dewasa dan anak besar,
sedangkan bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.
c. Etiologi
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia
dan penyakit ini baru akan timbul apabila ada faktor- faktor prsesipitasi, namun
pneumonia juga sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit
yang terjadi karena etiologi di bawah ini :
1. Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif
yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus
aureus dan streptococcus pyogenis
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus merupakan
penyebab utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia
adalah Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum,
Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp,
Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita
AIDS.
5. Faktor lain yang mempengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun,
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
d. Patofisiologi
1. Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi
hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang
terkebelakangan mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit
pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh
rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh
menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia
akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah
kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Biasanya
pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu
sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan
dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung
pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai
tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik,
staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal disebabkan
mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
3. Pneumonia jamur,
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan
daya tahan lemah (immunocompromised).
1. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari
pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
f. Pathway
g. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
3. Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
leukosit) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan pergeseran
LED meninggi.
4. LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan
komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi
biopsi jaringan paru
5. Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi
pada satu atau beberapa lobus.
8. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Penatalaksanaan
1. Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
2. Pemberian oksigen tambahan
3. Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
4. Antibiotik sesuai dengan program
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
6. Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan
KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
7. Obat-obatan :
- Antibiotika berdasarkan etiologi.
- Kortikosteroid bila banyak lender.
8. Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X
500 mg sehari atau Tetrasiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan
dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat
penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan
interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik
seperti :
- Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
- Simptomatik terhadap batuk.
- Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
- Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
- Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab
yang mempunyai spektrum sempit.
j. Komplikasi
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan
akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke
telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura
3. Abses otak
4. Endokarditis
5. Osteomielitis
6. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
7. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
8. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
9. Infeksi sitemik.
10. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
11. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
k. Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai 1%. Pasien dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi (Q_key `0094
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien,
Lyer et al(1996, dalam Setiadi, 2012).
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan,
Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012).
1. Pengkajian
2. Biodata Identitas Klien, meliputi :
- Nama/Nama panggilan
- Tempat tgl lahir/usia
- Jenis kelamin
- Agama
- Alamat
- Tgl/jam masuk
- Tgl pengkajian
- Diagnosa medic
4. Keluhan utama
- sesak napas
5. Riwayat kesehatan
- Riwayat Penyakit sekarang, tanyakan :
1. Apakah masih ada batuk, berapa lama?
2. Apakah masih ada panas badan?
3, Apakah nyeri dada kalau batuk?
4. Apakah ada suara napas tambahan?
5. Apakah batuk disertai dengan dahak berlendir?
6. Apakah anak mengalami sesak napas?
7. Riwayat Alergi
1.Kebiasaan merokok
2.Pengguaan obat-obatan
8. Imunisasi
Inspeksi :
- Amati bentuk thorax
- Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
- Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma, penggunaan
otot Bantu pernapasan
- Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
- Gerakan dada
- Adakah tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
- Apakah ada tanda tanda kesadaran meenurun
Palpasi :
- Kaji vocal premitus
- Penurunan ekspansi dada
Auskultasi :
- Adakah terdengar stridor
- Adakah terdengar wheezing
- Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
Perkusi :
- Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
- Hipersonor , adanya tahanan udara
- Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
- Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
- Tympani, terisi udara.
a. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat berdasarkan persepsi klien
tentang masalah kesehatan mereka. Pada klien anak atau bayi, data subjektif
didapat dari orangtua atau sumber lainnya. (Potter&Perry, 2005).
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang didapat
dari pengamatan, observasi, dan pengukuran atau pemeriksaan fisik dengan
beberapa metode (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi, (Potter&Perry, 2005).
- Suhu tubuh klien teraba panas, lebih dari 37,5 0C dan klien tampak menggigil.
- Wajah klien tampak meringis.
- Takipnea (25-45x/menit), dyspnea
- Terdengar pernafasan mendengkur, rhonchi saat auskultasi.
- Tampak penggunaan pernafasan cuping hidung atau otot-otot aksesori
pernafasan.
- Klien tampak lemah dan pucat.
- Tampak area solid (konsolidasi) pada lobus-lobus paru dalam hasil rontgen
dada.
- Terjadi peningkatan taktil fremitus saat dilakukan palpasi.
- Suara pekak pada saat perkusi di daerah dada
- Terdengar bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni (bunyi
mengembik yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang
terauskultasi melalui dinding dada).
- Ditemukannya ketidaknormalan pada hasil AGD.
- Terdapat perubahan pada frekuensi, ritme, dan kedalaman pernafasan.
- Kesadaran dapat menurun akibat perluasan infeksi menjadi sepsis
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
capiler
- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
- Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
- Resiko Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
Intervensi :
Monitoring respirasi
a) Pantau RR, irama dan kedalaman pernapasan klien.
Rasional : Ketidakefektifan pola napas dapat dilihat dari peningkatan atau
penurunan RR, serta perubahan dalam irama dan kedalaman pernapasan
b) Pantau adanya penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dinding dada
pada klien
Rasional : Penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dinding dada
menunjukkan terjadi gangguan ekspansi paru
Memfasilitasi ventilasi
a) Berikan posisi semifowler pada klien.
Rasional : Posisi semifowler dapat membantu meningkatkan toleransi tubuh
untuk inspirasi dan ekspirasi.
b) Pantau status pernapasan dan oksigen klien.
Rasional : Kelainan status pernapasan dan perubahan saturasi O2 dapat
menentukan indikasi terapi untuk klien
c) Berikan dan pertahankan masukan oksigen pada klien sesuai indikasi
Rasional : Pemberian oksigen sesuai indikasi diperlukan untuk
mempertahankan masukan O2 saat klien mengalami perubahan status respirasi.
Intervensi :
Airway Management
a) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu.
Rasional :Untuk memperlancar jalan napas klien.
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Rasional : Memaksimalkan posisi untuk meningkatkan ventilasi klien.
c) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
Rasional : Menghilangkan obstruksi jalan napas klien.
d) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
Rasional : Memantau kondisi jalan napas klien.
Respiratory Monitoring
a) Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi.
Rasional : Mengetahui karakteristik napas klien.
b) Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi
otot supraclavicular dan intercostal
Rasional : Penggunaan otot bantu pernapasan menandakan perburukan kondisi
klien.
c) Lakukan pemeriksaan AGD pada klien.
Rasional : Pemantauan AGD dapat menunjukkan status respirasi dan adanya
kerusakan ventilasi klien.
2) Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
3) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.
4) Kolaborasi pemberian antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotelamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organism dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi.
c. Monitor ketepatan diet order yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi klien.
Rasional : Mencegah klien mendapat asupan yang tidak sesuai dengan prosedur.
d. Jaga kebersihan mulut.
Rasional : Menjaga kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Rasional :Untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan klien
Fluid/ electrolyte management
a. Monitor abnormal serum elektrolit klien.
Rasional : Membantu memberikan terapi yang tepat sesuai kebutuhan.
b. Berikan intravenous infusion sesuai indikasi.
Rasional : Membantu menambah cairan/elektrolit tubuh bila asupan oral tidak
memenuhi kebutuhan.
Penanganan berat badan:
a. Timbang berat badan klien secara teratur.
Rasional : Dengan memantau berat badan klien dengan teratur dapat mengetahui
kenaikan ataupun penurunan status gizi.
b. Pantau konsumsi kalori harian.
Rasional : membantu mengetahui masukan kalori harian klien disesuaikan
dengan kebutuhan kalori sesuai usia.
c. Pantau hasil laboratorium, seperti kadar serum albumin, dan elektrolit.
Rasional : kadar albumin dan elektrolit yang normal menunjukkan status nutrisi
baik. Sajikan makanan dengan menarik.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan dalam ....x.... jam,diharapkan masalah intoleransi
aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri
- Tanda tanda vital dalam batas normal
- Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
Intervensi :
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Rasional : untuk mengetahui penyebab dari kelelahan fisik
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Rasional : untuk memantau kondisi fisik dan emosional pasien
c. Monitor pola dan jam tidur
Rasional : untuk mengetahui pola istirahat pasien
d. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
Rasional : Agar pasien dapat melakukan aktivitas dengan nyaman dan aman
e. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
Rasional : untuk melatih gerakan pasien agar tidak terjadi kekakuan otot
f. Berikan aktifitas distraksi yang menyenangkan
Rasional : agar pasien dapat melatih otot dengan perasaan nyaman dan senang
g. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Rasional : agar pasien berlatih secara perlahan lahan untuk menyesuaikan
rentang geraknya
8. Implementasi keperawatan
A. Kesimpulan
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-bronchopneumonia
Nursecerdas.wordpress.com/2009/05/02/askep-anak-dengan-pneumonia/)
http://medicastore.com/penyakit/441/Pneumonia_radang_paru.html
http://repository.unimus.ac.id/2026/6/BAB%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65999/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y