Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

STROKE NON HEMORAGIK

DISUSUN OLEH :

NENI PIKIYANI

19.035

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS

TAHUN 2021
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang di
akibatkkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare 2013).
Stroke atau penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak
baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis
dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Wijaya
& Putri 2013).
Stroke non hemoragik adalah stroke yang di sebabkan karena penyumbatan
pembuluh darah di otak oleh thrombosis maupun emboli sehingga suplai glukosa dan
oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai
(Wijaya & Putri 2013).
Berdasarkan pendapat menurut Ayu R D, (2018) stroke non hemoragik atau CVA
(Cerebro Vaskuler Accident) dapat dibagi menjadi:
a. TIA (Trans iskemik attack): Gangguan neurologis yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam.
b. Stroke infolusi: Stroke atau Cerebro Vaskuler Accident (CVA) yang terjadi
masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat
dan bertambah buruk.
c. Stroke komplit: Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen.

2. Etiologi
Penyebab stroke dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Trombosis serebral
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama thrombosis serebral yang adalah penyebbab paling umum dari stroke
(Smeltzer & Bare 2013).
Thrombosis ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan
oleh ahli patologi. Biasanya ada kaitannya dengan kerusakan lokal dinding
pembuluh darah akibat aterosklerosis (Wijaya & Putri 2013).
b. Emboli serebri
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus dalam jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung.
c. Hemoragi
Hemoragi dapat terjadi diluar durameter (hemoragi ekstra dural atau epidural) di
bawah durameter (hemoragi subdural), di ruang sub arachnoid (hemoragik
subarachnoid atau dalam susbstansial otak (Wijaya & Putri 2013).

Adapun Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik yaitu:

a. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang
kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Selain dari endapan lemak,
aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding
arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan
bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya
pembuluh darah.
b. Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang
menuju ke otak.
c. Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita.
d. Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti:
amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen pembuluh darah ke
otak.
e. Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi
jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.

3. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat)
pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering
sebagai faktor penyebab infark padaotak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah
mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Wijaya & Putri 2013).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah, terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa
hari.
Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yang tersumbat, menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada
otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan
kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai; karena perdarahan
yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang
lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen
magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus, dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat
berkembang anoksia serebral: Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat
reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung (Wijaya & Putri 2013).

4. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare, (2013) stroke menyebabkan berbagai deficit neurologik,
gejala muncul akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi akibat terganggunya aliran
darah ke tempat tersebut, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori).
Gejala tersebut antara lain :
a. Umumnya terjadi mendadak, ada nyeri kepala
b. Parasthesia, paresis, Plegia sebagian badan
c. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
control volunter terhadap gerakan motorik. Di awal tahapan stroke, gambaran
klinis yang muncul biasanya adalah paralysis dan hilang atau menurunnya
refleks tendon.
d. Dysphagia
e. Kehilangan komunikasi
f. Gangguan persepsi
g. Perubahan kemampuan kognitif dan efek psikologis
h. Disfungsi Kandung Kemih

Manifestasi klinis stroke menurut Ayu S D, (2017) dapat dibagi atas:

a. Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak.


b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
c. Perubahan status mental yang mendadak.
d. Afasia (bicara tidak lancar).
e. Ataksia anggota badan.
f. Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala.

5. Pemeriksaan penunjang & pemeriksaan diagnostik


Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien stroke menurut Santoso, L.E (2018)
dalam Dellima D R, (2019) sebagai berikut:
a. Angiografi serebral
b. Elektro encefalography
c. Sinar x tengkorak
d. Ultrasonography Doppler
e. CT- Scan dan MRI
f. Pemeriksaan foto thorax
g. Pemeriksaan laboratorium

Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
ialah sebagai berikut:

a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carespiratori ratean
lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan
pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpaipada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti.
Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan
terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
d. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).
f. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan
otak.

6. Penatalaksanaan medik/pengobatan
Menurut (Nggebu 2019) :
Fase Akut:
a. Pertahankan fungsi vital seperti: jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan
sirkulasi.
b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation: Nimotop. Pemberian ini
diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / emobolik.
c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari
flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang .
Post Fase Akut:
a. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
b. Program fisiotherapi
c. Penanganan masalah psikososial

Penatalaksanaa menurut American Heart Association, (2018) terdiri dari:


1. Terapi trombolitik
2. Antikoagulan
3. Antilaptelet
4. Pembedahan

B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dalam asuhan keperawatan dalam lima langkah pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi yang ada pengkajian menurut model
keperawatan Virginia Henderson berfokus pada keseimbangan fisiologis dengan
membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit sehingga dapat menigkatkan
kualitas hidup pasien yang bertjuan mengembalikan kemandirian, kemampuan dan
pengetahuan terhadap kondisi yang dialami (Desmawati, 2019).
Menurut (Ningrum 2020) :
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Pemeriksaan fisik dan observasi head to toe
 Kepala Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit dan
mengetahui adanya lesi atau bekas luka.
 Rambut Tujuan: untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan
padarambut dan untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.
 Kuku Tujuan : untuk mengetahui keadaan kuku, warna danpanjang, dan
untuk mengetahui kapiler refill.
 Kepala/wajah Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan
untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala.
 Mata Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan
penglihatan visus dan otot-otot mata), dan juga untuk mengetahui adanya
kelainan atau pandagan pada mata.
 Hidung Tujuan :untuk megetahui bentuk dan fungsi hidung dan
mengetahui adanya inflamasi atau sinusitis.
 Telinga Tujuan : untuk mengetahui kedalaman telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga.
 Mulut dan faring Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada
mulut, dan untuk mengetahui kebersihan mulut.
 Leher Tujuan : untuk menentukan struktur imtegritas leher, untuk
mengetahui bentuk dan organ yang berkaitan dan untuk memeriksa sistem
limfatik.
 Dada Tujuan : untuk mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama
pernafasan, adanya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
 Abdomen Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan gerakan perut,
mendengarkan bunyi peristaltik usus, dan mengetahui respon nyeri tekan
pada organ dalam abdomen.
 Muskuloskeletal Tujuan : untuk mengetahui mobilitas kekuatan otot dan
gangguan-gangguan pada daerah tertentu.
2. Pathway

Gambar 1 Pathway Stroke Non Hemmoragik Arief (2016)


3. Diagnosa keperawatan
Menurut (Wasena 2019) diagnosa yang mungkin muncul, yaitu:
a. Resiko perfusi jaringan serebral d.d infark jaringan otak (D.0017)
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskuler(D.0054)
c. Gangguan menelan b.d gangguan saraf cranial (D.0063)
d. Konstipasi b.dkurang nya aktifitas fisik (D.0049)
e. Defisit perawatan diri b.d kelemahan neuromuskuler.(D.0109)

4. Intervensi keperawatan
a. Resiko perfusi jaringan serebral ditandai dengan infark jaringan otak (D.0017)
1) Tujuan umum : setelah di lakukan tindakan keperawatan dihrapkan perfusi
serebral dengan ekspetasi meningkat
2) Kriteria hasil
 Tingkat kesadaran meningka
 Kognitif meningkat
 Tekanan intra kranial menurun
 Sakit kepala menurun
 Gelisah menurun
 Kecemasan menurun
 Agitasi menurun
 Demam menurun
 Nilai rata-rata tekanan darah membaik
 Kesadaran membaik
 Tekanan darah sistolik membaik
 Tekanan darah diastolik membaik
 Reflek saraf membaik
3) Intervensi
Menejemen peningkayan tekanan intra karanial (I.06194)
Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan TIK
 Monitor tanda/gejal TIK
 Montor MAP
 Monitor CVP
 Monitor PAWP
 Monitor PAP
 Monitor ICP
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor Intake dan ouput cairan
 Monitor cairan serebro-spinali

Terapeutik

 Minimalkan stimulus dngan menyediakan lingkungan yang tenang


 Berikan posisi semi fowler
 Hindari manuver valsava
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2 optimal
 Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu


 Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
 Kolaborasi pemberian pelunak tinja
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler
(D.0054)
1) Tujuan umum: setelah dilakuakn tindakan keperawatan
2) Kriteria hasil
 Pergerakan ekstremitas meningkat
 Kekuatan otot meningkat
 ROM meningkat
 Nyeri menurun
 Kecemasan menurun
 Kaku sendi menurun
 Gerakan terbatas menurun
 Kelemahan fisik
3) Intervensi
Dukungan mobilisasi (I.05173)
Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransifisik melakukan pergerakan
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pndah dari tempat tidur ke
kursi)
c. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf cranial (D.0063)
1) Tujuan umum : setelah dilakkan tidakan keperawatan ekspetasi status
menelan membaik
2) Kriteria hasil
 Mempertahankn makanan di mulut meningkat
 Refleks meneln meningkat
 Kemampuan mengosongkan mulut meningkat
 Kemampuan mengungunyah mningkat
 Usaha menelan meningkat
 Pembentukan bolus meningkat
 Frekuensi tersedak menurun
 Batuk menurun
 Mutah menurun
 Refluks lambung menurun
 Gelisah menurun
 Regurgitasi menurun
 Produksi saliva
 Penerimaan makanan
 Kualitas suara
3) Intervensi

Dukungan perawatan diri: makan/minum (I.11351)

Observasi
 Identifikasi diet yang dianjurkan
 Monitor kemampuan menelan
 Monitor status hidrasi pasien, jika perlu

Terapeutik
 Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan
 Atur posisi yang nyaman untuk makan/minum
 Lakukan oral hyginesebelum makan, jika perlu
 Letakan makanan di sisi mata yangsehat
 Sediakan sedotan untuk minum sesuai kebutuhan
 Siapkan makanan dengan suhu yang meningkatkan nafsu makan
 Sediakan makanan dan minuman yang disuakai
 Berikan bantuan saat makan/minum sesuai tingkat kemandirian, jika
perlu
 Motivasi untuk makan di ruang makan, jika tersedia

Edukasi
 Jelaskan pososi makanan pada pasienyang mengalami gangguan
penglihatan dengan menggunakan arah jaru jam

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat (mis.analgetik, antimetik), sesuai kondisi
d. Konstipasi berhubungan dengan kurang nya aktifitas fisik (D.0049)
1) Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ekpetasi
eliminasi fekal membaik
2) Kriteria hasil
 Kontrol pengeluaran feses meningkat
 Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
 Mengejan saat defekasi menurun
 Distensi abdomen menurun
 Terasa massa pada rektal menurun
 Uregency menurun
 Nyeri abdomen
 Kram abdomen menurun
 Konsistensi feses membaik
 Frekuensi defekasi membaik
 Peristaltik usus membaik
3) Intervensi
Menejemen eliminasi fekal (I.0451)
Observasi
 Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
 Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal
 Monitor buang air besar (mis. Warna,frekuensi, konsistensi, volume)
 Monitor tanda dan gejala diare,konstipasi atau impaksi
Terapeutik
 Beriakan air hangat setelah makan
 Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
 Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
 Jelaskan jnis makanan yang membantu meningkatkan keteraturan
peristaltik usus
 Anjurkan mencatat warana, frekuensi, konsistensi, volume feses
 Anjurkan meningkatakan aktifitas fisik, sesuai toleransi
 Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
 Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat
 Anjurkan meningkatkan mengkonsumsi cairan, jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika ada

e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler.(D.0109)


1) Tujauan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
ekspetasi perawatan diri meningkat
2) Kriteria hasil
 Kemampuan mandi meningkat
 Kemampuan mngenakan pakaian meningkat
 Kemampuan makan meningkat
 Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat
 Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
 Minat melakukan perawatan diri meningkat
 Mempertahankan kebersihan diri meningkat
 Mempertahankan kebersiah mulut meningkat
3) Intervensi
Dukungan perawatan diri (I.11348)
Observasi
 Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
 Monitor tingkat kemandirian
 Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias
dan makan
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang terapeutik (ms. Suasana hangat, rileks,
privasi)
 Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
 Dampingi dalam melakukan perawatan diri samapai mandiri
 Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
 Fasilitasi kemandiriaan, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
 Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (AHA), 2018, Health Care Research: Coronary Heart Disease

Ayu Septiandini Dyah, 2017, Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Stroke Non
Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang ICU RSUD Salatiga, Program
Studi D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

Dellima Damayanti Reicha, 2019, Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik
Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri (Studi Di Ruang Krissan Rsud
Bangil Pasuruhan), Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

Nggebu, Juan. 2019. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny P.S DENGAN STROKE NON
HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA RSUD. PROF. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG
DISUSUN.”

Ningrum, Niken Dian. 2020. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE NON
HEMORAGIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL DI
RUANG KRISSAN RSUD BANGIL PASURUAN.”

Santoso Lois Elita, (2018), Peningkatan Kekuatan Motorik Pasien Stroke Non Hemoragik
Dengan Latihan Menggenggam Bola Karet (Studi Di Ruang Flamboyan Rsud Jombang),
Skripsi Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang http://repo.stikesicmejbg.ac.id/749/1/14.3210077%20Lois%20Elita
%20Santoso %20skripsi.pdf

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI ( 2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia 2016. Edisi I
Cetakan III (revisi ). Jakarta:Tim pokja SDKI EGC DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI ( 2018). Standar luaran keperawatan indonesia 2018. Edisi I
Cetakan II (revisi ). Jakarta:Tim pokja SDKI EGC DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI ( 2018). Standar intervensi keperawatan indonesia 2018. Edisi I
Cetakan II (revisi ). Jakarta:Tim pokja SDKI EGC DPP PPNI
Wasena, Kevin Arlando Chintara. 2019. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN
STROKE ISKEMIK DI RUANG RAWAT INAP NEUROLOGI RSUD Dr ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2019.” : 1–122.

Wijaya & Putri.2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai