Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN PADA SISTEM ENDOKRIN


(HIPOGLIKEMI & HIPERGLIKEMI)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Kegawatdaruratan Semester 3
Dosen Pengampu: Ns. Kiki Rizki A, Mkep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Deni Budiawan C.0105.20.163

Enaf Fantiah Nurwanti C.0105.20.168

PROGRAM T Eni Rosmiati C.0105.20.170 RANSFER


UMUM S1 Iis Surdyani C.0105.20.173

Muklis Hidayat C.0105.20.178

Noormalia Utami C.0105.20.182


Tasya Tamara
C.0105.20.195

KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan

Laporan pendahuluan tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada

pasien hiperglikemi dan hipoglikemi. Kami berterima kasih kepada Ibu Ns. Kiki

Rizki A, Mkep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Gawat darurat.

Kami sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam

rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari

sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat

tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf

apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon

kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Cimahi, Desember 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................4
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT..........................................................................6
2.1 Definisi Hiperglikemi....................................................................................6
2.2 Klasifikasi Hiperglikemi...............................................................................6
2.3 Etiologi Hiperglikemi....................................................................................6
2.4 Patofisiologi Hiperglikemi...........................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis..........................................................................................9
2.6 Komplikasi......................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................9
2.8 Penatalaksanaan.........................................................................................11
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANGAWAT DARURAT......14
BAB IV PENUTUP........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada


rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa
sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001)
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas,
pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. Faktor predisposisi
herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia
khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
sebagai jaringan asing.
Pergeseran pola penyakit saat ini terus terjadi, dari penyakit infeksi ke
penyakit degeneratif. Hiperglikemi adalah penyakit degeneratif yang angka
kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu
penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. World Health
Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hiperglikemi mencapai
lebih dari 180 juta jiwa diseluruh dunia. Kejadian ini akan meningkat lebih
dari dua kali lipat pada tahun 2030 (WHO 2006). Menurut survei yang
dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita
hiperglikemi terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
Menurut data Depkes, jumlah pasien hiperglikemi rawat inap dan rawat jalan
di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin
(Depkes RI 2005).
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah
peningkatan penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat sesuai
dengan angka kejadian diabetes mellitus atau bahkan lebih. Peningkatan
dapat diturunkan dengan melakukan pencegahan, penanggulangan baik

3
secara medis maupun non medis, baik oleh pemerintah maupun masyarakat
sesuai dengan porsinya masing-masing. Perawat sebagai salah satu tim
kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi
hiperglikemi, diperlukan peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik
dengan tidak mengabaikan kolaboratif. Pentingnya peran perawat sebagai
pendidik agar penderita hiperglikemi mau dan mampu untuk melakukan
latihan jasmani secara teratur dan mengatur pola makannya yang dapat
mencegah terjadinya komplikasi dari hiperglikemi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disusun maka rumusan masalah
laporan pendauluan ini sebagai berikut:
a. Bagaimana definisi dari hiperglikemi?
b. Bagaimana klasifikasi hiperglikemi?
c. Bagaimana etiologi hiperglikemi?
d. Bagaimana patofisiologi hiperglikemi?
e. Bagaimana manifestasi klinis hiperglikemi?
f. Bagaimana komplikasi hiperglikemi?
g. Bagaimana pemeriksaan medis hiperglikemi?
h. Bagaimana penatalaksanaan hiperglikemi?
i. Bagaimana asuhan keperawatan hiperglikemi?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum:

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


terstruktur keperawatan gawat darurat dan untuk memberikan wawasan
kepada mahasiswa/i tentang hiperglikemi dan tindakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan hiperglikemi.
2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui definisi dari hiperglikemi
b. Untuk mengetahui klasifikasi hiperglikemi
c. Untuk mengetahui etiologi hiperglikemi
d. Untuk mengetahui patofisiologi hiperglikemi

4
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis hiperglikemi
f. Untuk mengetahui komplikasi hiperglikemi
g. Untuk mengetahui pemeriksaan medis hiperglikemi
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperglikemi
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hiperglikemi

5
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi Hiperglikemi

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada


rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa
sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . (Elizabeth J. Corwin, 2001)

Menurut Christine hancock (1999) berpendapat bahwa hiperglikemia


adalah terdapatnya glukosa dengan kadar yang tinggi didalam darah
(rentang normal kadar glukosa darah adalah 3,0-5,0 mmol/ liter).
Hiperglikemi merupakan tanda yang biasanya menunjukan penyakit diabetes
mellitus.
2.2 Klasifikasi Hiperglikemi

1. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula
darah dalam level >126 mg/dl untuk gula darah puasa.
2. Hiperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula
darah puasa setelah terjadi selama beberapa periodik tanpa adanya
hypoglikemic medication. Pada hiperglikemia kronis sudah harus
dilakukan tindakan dengan segera, karena dapat meningkatkan resiko
komplikasi pada kerusakan ginjal, kerusakan neurologi, jantung,
retina, ekstremitas dan diabetic neuropathy merupakan hasil dari
hiperglikemi jangka panjang. (Frier, BM et al,. 2004).

2.3 Etiologi Hiperglikemi


Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas,
pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.

6
Faktor predisposisi: herediter, obesitas. Faktor imunologi, pada penderita
hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap sebagai jaringan asing

2.4 Patofisiologi Hiperglikemi


Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan
oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan herediter. Insulin
yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel. Hal
itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam darah meningkat.
Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon sehingga terjadi proses
glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan penggunaan glukosa
oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan
pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Hiperglikemia dapat meningkatkan
jumlah urin yang mengakibatkan dehidrasi sehingga tubuh akan
meningkatkan rasa haus (polydipsi). Penggunaan lemak untuk menghasilkan
glukosa memproduksi badan keton yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak
nafsu makan), nafas bau keton dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat
sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel
mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan
glukosa pada dinding pembuluh darah yang membentuk plak sehingga
pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak itu telepas akan
menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus ini dapat menutup aliran darah
yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain (tergantung letak
tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal dapat
menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark, mata
dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian.

7
8
Phatways

Reaksi autoimun Idiopatik, usia, genetik, dll

Sel beta pankreas rusak / terganggu Jml sel pankreas menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein meningkat Glukagon meningkat

Pembatasan diit Penurunan BB Glulonegenesis

Fleksibilitas
darah merah Intake tidak adekuat MK : resiko nutrisi Lemak
kurang
Pelepasan O2 Ketogenesi
Poliuria
Hipoksia perifer Ketonemia

Mual dan muntah


MK : nyeri MK : perfusi pH menurun
jaringan
perifer tidak MK : defisit Asidosis
adekuat volume cairan
Kematian

9
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa darah) :

1. Polipagi
2. Polidipsi
3. Poliuri
4. Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering
5. Rasa kesemutan, kram otot
6. Visus menurun
7. Penurunan berat badan
8. Kelemahan tubuh
9. Luka yang tidak sembuh-sembuh

2.6 Komplikasi
Dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetic
b. Koma hiperglikemik hiperosmoler non ketotik
c. Hipoglikemia
d. Asidosis lactate
e. Infeksi berat
2. Komplikasi kronik
a. Komplikasi vaskuler
Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
b. Komplikasi neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare
diabetik, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks
kardiovaskuler.
c. vascular neuropati
Ulkus kaki
d. Komplikasi pada kulit

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg%
(plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% maka perlu pemeriksaan test
toleransi glukosa oral.

10
Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA menggunakan GDP >
126 mg/dL. Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien
hiperglikemia adalah :
a. Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
b. Aseton plasma : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
e. Elektrolit :
f. Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
g. Kalium : normal atau peningkatan semu
(perpindahan seluller) selanjutnya akan menurun
h. fospor : lebih sering menurun
i. Hemoglobin Glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan
terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam
membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden
j. Glukosa darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositosis
, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi
k. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal
(dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
l. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan
adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA
m. Insulin darah : mungkin menurun/ bahkan sampai tidak
ada (tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin./gangguan dalam pengunaanya (endogen/eksogen).
Resisiten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibodi (auto antibodi)

11
n. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
o. Urine : gula dan aseton positif, berat jenis dan
osmolalitas mungkin meningkat.
p. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka
q. Ultrasonografi (USG)

2.8 Penatalaksanaan
1. Diet
Trilogi 3 J
a. J1 : Jumlah kalori harus sesuai
b. J2 : Jadwal harus ditentukan sesuai jam
c. J3 : Jenis makanan harus diperhatikan
Tujuan Diet
a. Memperbaiki kesehatan umum
b. Menjaga BB ideal
c. Mempertahankan glukosa darah normal
Rumus Diet dan Kebutuhan Kalorinya

RBW = BB x 100%
TB-106

RBW Kebutuhan Kalori


Kurus < 90 % BB x 40 - 60kal/hari
Normal 90 - 100% BB x 30 kal/hari
Gemuk > 110 % BB x 20 kal/hari
Obesitas 110 – 130 BB x 10 - 15kal/hari
%

Faktor yang menentukan kebutuhan kalori:


a. Jenis kelamin (wanita 25 kal/kg BB dan laki-laki 30 kal/kg BB)
b. Umur 40-59 tahun kebutuhan kalori dikurangi 10%, 60 sampai
lebih dari 70 tahun dikurangi 20%

12
c. Aktivitas fisik atau pekerjaan, dimana dalam keadaan istirahat
ditambah 10% dari kebutuhan basal, aktivitas ringan 20%,
aktivitas sedang 30%, dan aktivitas berat 50%
d. Berat badan gemuk dikurangi 20-30% dan kurus ditambah 20-
30%
2. Latihan Jasmani
Tujuan :
a. Menjaga kebugaran
b. Menurunkan BB
c. Meningkatkan kepekaan reseptor sel-sel terhadap insulin
d. Melancarkan peredaran darah sehingga pemanfaatan glukosa
menjadi lebih baik
Jenis-jenis :
a. Latihan Fisik Primer :
 Untuk semua penderita DM
 Latihan fisik ringan, teratur setiap hari (1-1,5 jam sesudah
makan
b. Latihan Fisik Sekunder
 Untuk penderita DM dengan obesitas
 Latihan fisik primer ditambah latihan fisik agak berat untuk
menurunkan berat badan
c. Latihan jasmani secara teratur : 3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit
Latihan yg dianjurkan :
 Aerobik (berjalan kaki, bersepeda santai, jogging,
berenang)
 Tetap berjalan kaki ke pasar atau menggunakan tangga
3. Terapi Obat-obatan
Jenis:
a. OAD
 Biguanide : Bekerja di hepar untuk menjaga pengeluaran
glukosa dari pemecahan glikogen

13
 Sulfoniureas : Menstimulasi pankreas untuk
mengeluarkan insulin
 Thiazolidinesiones : Meningkatkan sensitifitas sel-sel di
otot terhadap insulin
b. Insulin
Khasiat Jenis Insulin Pemberian
Kerja Cepat Reguler Insulin 3-4x/24 jam
- Actrapid ½ jam sebelum
- Humulin R makan
Kerja Sedang Neural Protein
Hagadoin (NPH) 1-2x/24 jam
- Humulin N
Kerja Panjang Protamin Zige Insulin 1x/24 jam
(PZI)
c. Indikasi pemberian insulin :
 IDDM
 DMTM
 Koma diabetik
 NIDDM pada keadaan tertentu :
- DM dengan kegagalan menggunakan obat oral
- DM saat hamil
- DM dengan disertai selulitis atau gangren
- DM dengan disertai penyakit hepar.

14
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANGAWAT DARURAT

3.1 Pengkajian Pada Pasien Hiperglikemi

1. Pengkajian Primer

a. Airway
Kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda
asing yang menghalangi jalan nafas
b. Berathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman dan
berapa frekuensi pernafasan klien. merasa kekurangan oksigen,
batuk dengan atau tanpa sputum. Biasanya pasien yang hiperglikemi
terdapat hiperventilasi, nafas bau aseton
c. Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji
keseimbangan cairan dan elektrolit klien, lebih lanjut kaji output dan
intake klien . klien hiperglikemi sirkulasinya lemah, tampak pucat
(disebabkan karena glukosa intra sel menurun sehingga proses
pembentukkan ATP/energi terganggu)
d. Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien, kaji kemampuan klien dalam
menggerakan ekstremitas. Kaji apakah kliren mengeluhkan nyeri.
Pada klien hiperglikemi perubahan kesadaran klien menurun (jika
sudah terjadi ketoasidosisi metabolik)

e. Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh.
Karena hiperglikemi adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan
kita menemukan adanya luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.
2. Pengkajian Sekunder
1. Biodata
Nama, umur, alamat, agama, pendidikan, dll
2. Riwayat kesehatan

15
a. Kaji keluhan utama
Biasanya adanya rasa kesemutan pada kaki tungkai bawah, rasa
raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh.,
adanya nyeri pada luka atau luka tidak terasa nyeri.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung. Obesitas,, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun
obat-obtan yang biasa digunakan oleh penderita.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien sakit kepala, mual muntah bahkan kejang sampai
tak sadarkan diri, kelumpuhan separoh badan dan gangguan
fungsi otak
d. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit
ketururnan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin
misalnya hipertensi atau penyakit jantung.

- SAMPLE
S : tanda dan gejala yang dirasakan klien
A: alergi yang dipunyai klien
M : tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
P : riwayat penyakit yang diderita klien
L : makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan
peningkatan napsu makan
E : pencetus atau kejadian penyebab keluhan
- Pengkajian nyeri
P : pencetus nyeri
Q: kualitas nyeri
R: arah perjalanan nyeri
S: skala nyeri
T: lamanya nyeri sudah dialami klien
3. Pemeriksaan fisik

16
a. Tanda –tanda vital
Kenaikan TD, Nadi, suhu dan respirasi
b. Inspeksi
Kepala : keadaan rambut, mata, wajah, hidung, mulut, leher dan
telinga
c. Dada
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi atau bradikardi ,artimia, dapat menyebabkan
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik)
d. Abdomen
I : perut acites. P: hepart dan lien tidak teraba. P: thympani. A:
bising usus (+)

- Ekstremitas : kelemahan, kelumpuhan


3.2 Pemeriksaan Diagnostik
- Glukosa darah: meningkat 100-200 mg/dl, atau lebih
- Aseton plasma (keton): positif secara mencolok
- Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
- Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 33Osm/l
- Elektrolit:
 Natrium: mungkin normal =, meningkat atau menurun
 Kalium : normal atau meningkat semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
 Fosfor : lebih sering menurun
3.3 Analisa Data

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Hiperglikemia Intoleransi aktifitas
1. Mengeluh
lemah
2. Dispnea Protein negatif tidak
saat/setelah seimbang
aktivitas
3. Merasa tidak
nyaman setelah BB turun namun polifagia
beraktivitas
DO:

17
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
4. Frekuensi <energi
jantung
meningkat fatigue
>20% dari kodisi
sehat intoleransi aktivitas
5. TD berubah
>20% dari
kondisi istirahat
6. Gambaran EKG
menunjukkan
aritmia
saat/setelah
aktivitas
7. Gambaran EKG
menunjukkan
iskemia
8. Sianosis
2 DS: Hiperglikemia Perfusi perifer
tidak efektif
1. Parastesia
DO: Epineprin meningkat

1. Pengisian kapiler
Glikogenolisis
>3 detik
2. Nadi perifer
defisit glikogen pada hepar
menurun atau
tidak teraba gula darah menurun
>200mg/dl
3. Akral teraba
dingin penurunan nutrisi jaringan
otak
4. Warna kulit pucat
5. Turgor kulit respon sistem saraf pusat

menurun respon otak


6. Edema
kortek serebri kurang suplai
energi <50mg/dl

perfusi perifer tidak efektif

3.4 Diagnosa Keperawatan

a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan nutrisi jaringan otak ditandai
dengan Parastesia, Pengisian kapiler >3 detik , Nadi perifer menurun atau
tidak teraba , Akral teraba dingin , Warna kulit pucat , Turgor kulit
menurun, Edema

18
b. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan ditandai dengan Mengeluh lemah,
Dispnea saat/setelah aktivitas , Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

19
3.5 Perencanaan Tindakan Keperawatan (Nursing Care Planning)

Diagnosa Perencanaan Tindakan Keperawatan (Nursing Care Planning)


No
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Perfusi Setelah diberikan tindakan Perawatan Sirkulasi
perifer tidak keperawatan selama 2-6 jam, 1. Observasi
efektif b.d perfusi perifer menngkat. a. Periksa sirkulasi perifer
penurunan Dengan kriteria hasil: b. Identifikasi faktor risiko gangguan
nutrisi 1. Denyut nadi perifer sirkulasi
jaringan otak meningkat c. Monitor panas, kemerahan, nyeri
ditandai 2. Penyembuhan luka atau begkak pada ekstremitas
dengan meningkat 2. Terapeutik
Parastesia, 3. Warna kulit pucat a. Hindari pemasangan infus atau
Pengisian menurun pengambilan darah di area
kapiler >3 4. Edema perifer menurun keterbatasan perfusi
detik , Nadi 5. Parastesia menurun b. Hindari pengukuran tekanan
perifer 6. Kelemahan otot menurun darah pada ekstremitas dengan
menurun 7. Pengisian kapiler keterbatasan perfusi
atau tidak membaik c. Hindari penekanan dan
teraba , 8. Akral membaik pemasangan torniquet pada area
Akral teraba 9. Turgor kulit membaik yang cedera
dingin , d. Lakukan pencegahan infeksi
Warna kulit e. Lakukan hidrasi
pucat , Lakukan perawatan kaki dan kuku
Turgor kulit
menurun,
Edema
2. Intoleransi Setelah diberikan tindakan Manajemen Energi
aktivitas b.d keperawatan selama 2-6 jam, 1. Observasi
kelelahan diharapkan toleransi aktivitas a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
ditandai menngkat. Dengan kriteria yang mengakibatkan kelelahan

20
Diagnosa Perencanaan Tindakan Keperawatan (Nursing Care Planning)
No
Keperawatan Tujuan Intervensi
dengan hasil: b. monitor kelelahan fisik dan
Mengeluh 1. Kemudahan dalam emosional
lemah, melakukan aktivitas 2. Terapeutik
Dispnea sehari-hari meningkat a. Sediakan lingkungan nyaman
saat/setelah 2. Kekuatan tubuh bagian dan rendah stimulus
aktivitas , atas bawah meningkat b. Lakukan latihan rentan gerak
Merasa tidak 3. Keluhan lelah menurun pasif dan atau aktif
nyaman 4. Diaspnea aktivitas c. Berikan aktivitas distraksi yang
setelah menurun menengkan
beraktivitas d. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan

21
3.5 Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk tindakan perawatan klien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal,
intelektual. Tekhnikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
Setelah selesai implementasi dilakukan evaluasi kemudian didokumntasikan
yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan serta bagaimana respon klien.
3.6 Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan


hiperglikemi diharapkan sebagai berikut:

1. perfusi perifer meningkat.


2. Intoleransi aktivitas meningkat

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah
daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau
rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . ( Elizabeth J.
Corwin, 2001 )
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting.Yang lain akibat pengangkatan pancreas,
pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada
penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing
4.2 Saran

a. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan


pelayanan kesehatan terutama pada pneumotorak untuk pencapaian
kualitas keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan
selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.

b. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan


pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa
perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak
tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga
mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

c. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan


menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan
hiperglikemia.

23
DAFTAR PUSTAKA

Baradero Mary , SPC , MN. 2009.”  Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Endokrin “. Jakarta : EGC.

Carpenito (1997), L.J. Nursing Diagnosis, Lippincott , New York.

Gallo & Hundak. 1996. “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume


II”. Jakarta : EGC.

Rumahorbo Hotma , S.kep. 1999. “ Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem


Endokrin “.Jakarta : EGC.

Waspadji S. Kegawatan pada diabetes melitus. Dalam: Prosiding simposium:


penatalaksanaan kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2000.
hal.83-4.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai