Anda di halaman 1dari 32

ASKEP SEMINAR KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.G DENGAN ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Elina (1907016)
2. Elisa Maylani (1907017)
3. Fetty Zunita Suryaningrum (1907025)
4. Indry Lestari (1907032)
5. Khaeruliana Dewi Anjelita (1907035)
6. Ratna Herawati (1907047)
7. Yanu Ainur Fitri (1907056)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS


KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
keperawatan jiwa II yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.G
DENGAN ISOLASI SOSIAL DI WISMA DWARAWATI”. Dalam penyusunan
makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat ada
dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang
telah di tentukan.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada pihak yang
telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat serta doa untuk keberhasilan
penulis, antara lain :

1. Ns. Niken Sukesi., M.Kep selaku Ketua Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Widya Husada Semarang
2. Ns. Arifianto.M.Kep, Ns. Mariyati.,M.Kep.,Sp.Kep.J selaku pembimbing dosen,
yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis
3. Ns. Tri Winarni selaku Clinical Instructor (CI) RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
4. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan,

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan membangun dari pembaca.

Semarang, 28 Desember 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Gangguan jiwa merupakan manifestasiklinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat
adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidak wajaran dalam bertingkah laku. Gangguan
jiwa berat ada tigamacam yaitu Schizofrenia, gangguan bipolar dan psikosis akut dengan
Schizofrenia yang paling dominan yaitu sejumlah 1% hingga 3% warga dunia (Nasir &
Muhith, 2011). Skizofrenia adalah gangguan multi factorial perkembangan saraf yang
dipengaruhi oleh factor genetic dan lingkungan serta ditandai dengan gejala positif, negatif.
Dimana gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi, dan disorganisasi
pikiran, bicara, dan perilaku yang tidak teratur, serta gejala negative atau gejala samar, seperti
afek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman
(Videbeck, 2011). Gejala negative seperti menarik diri dari masyarakat dan disfungsi social
merupakan konsekuensi hubungan respon neuro biologis maladaptif.
Menurut Stuart (2013) menyebutkan masalah social seringkali merupakan sumber utama
keprihatian keluarga dan penyedia layanan kesehatan. Perilaku langsung dari masalah social
meliputi ketidak mampuan untuk berkomunikasi koheren, hilangnya dorongan dan
ketertarikan, penurunan keterampilan sosial, kebersihan pribadi yang buruk, dan paranoid.
Perilaku lain yang terjadi adalah harga diri rendah berhubungan dengan prestasi akademik dan
social yang buruk, merasakan ketidak nyamanan, dan yang paling sering terjadi adalah
isolasi sosial, jadi dapat disimpulkan bahwa gejala terbanyak dari pasien skizofrenia adalah
isolasi sosial: menarik diri sebagai akibat kerusakan afektif kognitif klien.
Isolasi social adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan
terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan yang mengancam (Herman,
2015). Ancaman yang dirasakan dapat menimbulkan respons. Respon kognitif pasien isolasi
social dapat berupa merasa ditolak oleh orang lain, merasa tidak dimengerti oleh orang lain,
merasa tidak berguna, merasa putus asa dan tidak mampu membuat tujuan hidup atau tidak
memiliki tujuan hidup, tidak yakin dapat melangsungkan hidup, kehilangan rasa tertarik
kegiatan sosial, merasa tidak aman berada diantara orang lain, serta tidak mampu konsentrasi
dan membuat keputusan.
Klien dengan isolasi social dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain yang
terdiri dari factor predisposisi dan factor presipitasi. Faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami isolasi social adalah adanya tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan komunikasi didalam
keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah yang dianut dalam keluarga serta
factor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga yang menyebabkan gangguan jiwa.
Selain factor predisposisi ada juga factor presipitasi yang menjadi penyebab adalah adanya
stressor social budaya serta stressor psikologis yang dapat menyebabkan klien mengalami
kecemasan (Prabowo, 2014).
Perasaan negative yang timbul setelahnya akan berdampak pada penurunan harga diri
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan social merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga
dapat mencederai diri(Herman, 2012). Akibat yang akan ditimbulkan dari perilaku isolasi
social yaitu perubahan persepsi sensori: halusinasi, resiko tinggi terhadap kekerasan, dan
harga diri rendah kronis (Keliat, 2011). Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien
semakin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Hal ini menyebabkan
pasien menjadi regresi atau mundur mengalami penurunan dalam aktivitas dank
urangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien akan semakin
tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak
sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut seperti deficit perawatan diri,
halusinasi yang akhirnya menyebabkan kekerasan dan tindakan bunuh diri (Dalamidkk,
2009).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasiendengan Isolasi sosial
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan definisi Isolasi sosial
b. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan etiologi Isolasi sosial
c. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan patofisiologis Isolasisosial
d. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan manifestasi klinis isolasi sosial
e. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan komplikasi Isolasisosial
f. ahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan Isolasi sosial.
g. Mahasiswa mampu mendeskripsikan konsep asuhan keperawatanpada pasien Isolasi
social

C. Manfaat
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam memahami Isolasi social
2. Melatih mahasiswa dalam membuat kasus dan penyelesainnya mulai dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR
1. Definisi Isolasi Sosial
Setiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial, pada
berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga ketergantungan.
Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu dalam menghadapi dan
mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Individu tidak mampu memenuhi
kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Maka dari itu hubungan
interpersonal perlu dibina oleh setiap individu. Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan
bagi individu yang memiliki gangguan isolasi sosial (Sutejo, 2018).
Gangguan hubungan intrapersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang
tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial (Deden & Rusdi, 2013). Kesendirian yang dialami oleh individu
dan dianggap timbul karena orang lain dan sebagai suatu pernyataan negatif atau
mengancam (Herdman, 2015).
a) Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial
- Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon
sosial mengisolasi diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi
terjadinya mengisolasi diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya dapat
mengurangi masalah respon sosial.
- Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
- Faktor Sosiokultural
- Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat dari
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai
anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Deden & Rusdi, 2013).

2. Tanda dan Gejala


Gejala subjektif :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respon verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa ditolak
Gejala objektif :
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam dikamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
e. Klien tampak sedih, ekpresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
m. Masukkan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urin dan feses
o. Akktivitas menurun
p. Kurang energy
q. Rendah diri
r. Postur tubuh berubah

3. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji


Asuhan keperawatan pasien isolasi sosial terdiri dari :

a. Pengkajian
Menurut Deden dan Rusdi, (2013) Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat
berhubungan sosial sebagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim dan hubungan saling
ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Pada pengkajian
klien-klien sulit diajak bicara, pendiam,suka melamun dan menyendiri di sudut-sudut.
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap pasien
hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran peserta respon lingkungan yang negatif, kondisi
ini dapat mengembangkan rasa tidak
percaya pada orang lain.
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial, kita dapat menggunakan wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah :
a) pasien menceritakan perasaan kesepian atauditolak oleh orang lain.
b) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f) Pasien merasa tidak berguna
g) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi :


a) Tidak memiliki teman dekat
b) Menarik diri
c) Tidak komunikatif
d) Tindakan berulang dan tidak bermakna
e) Asyik dengan pikirannya sendiri
f) Tak ada kontak mata
g) Tampak sedih, afek tumpul

b. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri kesendirian manipulasi


Otonomi mengisoslasi diri impulsif
Kebersamaan ketergantungan narsisme
Saling tergantung
c. Pohon Masalah
Resiko Gangguan
Presepsi Sensori :
Halusinasi
Effect

Isolasi Sosial: Menarik


Diri
Core Problem

Mekanisme koping tidak efektif

Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri
Rendah
Causa

d. Diagnosa keperawatan pada pasien isolasi sosial


Menurut Kusumawati dan Hartono, (2010) diagnosa keperawatan merupakan suatu
pernyataan masalah keperawatan pasien mencakup baik respon sehat adaptif atau
maladaptif serta stressor yang menunjang. Diagnosa keperawatan yang diangkat
adalah :
a) Isolasi Sosial
b) Hambatan komunikasi verbal
c) Defisit perawatan diri
d) Harga diri rendah
e) Gangguan sensori persepsi Halusinasi

e. Rencana tindakan keperawatan pada pasien isolasi sosial


Rencana tindakan keperawatan untuk pasien Isolasi Sosial (Sulastri, 2017).
1. Tujuan umum dan tujuan khusus Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
untuk individu yaitu meliputi: pada pasien dengan isolasi sosial terdapat
a) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
b) Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Tindakan keperawatan

a) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 1) untuk individu yaitu


pengkajian isolasi sosial, dan keuntungan dan kelebihan mempunyai teman

b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 2) untuk individu yaitu


melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2 orang lain),
latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian

c) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 3) untuk individu yaitu


melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang),
latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian baru.

d) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 4) untuk individu yaitu


mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara berbicara saat
melakukan kegiatan sosial.

b) Rencana tindakan keperawatan pada pasien isolasi sosial


Rencana tindakan keperawatan untuk pasien Isolasi Sosial (Sulastri, 2017).
3. Tujuan umum dan tujuan khusus Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
untuk individu yaitu meliputi: pada pasien dengan isolasi sosial terdapat
a) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

b) Pasien dapat membina hubungan saling percaya.

4. Tindakan keperawatan

a) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 1) untuk individu yaitu


pengkajian isolasi sosial, dan keuntungan dan kelebihan mempunyai teman

b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 2) untuk individu yaitu


melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2 orang lain),
latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian

c) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 3) untuk individu yaitu


melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang),
latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian baru.

d) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 4) untuk individu yaitu


mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara berbicara saat
melakukan kegiatan sosial
BAB III

GAMBARAN KASUS
RUANG RAWAT : RIPD TANGGAL DIRAWAT : 28 Desember 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.G
Tanggal Pengkajian : 28 Desember 2021
Umur : 34 tahun
RM NO : 00-06-79-32
Informan : Anggota Keluarga
II. ALASAN MASUK
Pasien masuk RSJ lagi pada tanggal 22 Desember 2020 karena tidak pernah minum
obat dan tidak memiliki support sistem yang baik. Saat di rumah pasien merasa
bingung ketika diajak ngobrol dengan orang lain dan tidak tau mulai dari mana dengan
apa yang akan dibicarakan. Teman terkadang mengajak pasien berinteraksi dengan
tetangga sekitar, tetapi pasien tetap tidak mau dan mengatakan ia merasa enggan
bertemu dengan orang. Saat dikaji pasien hanya mau berdiam diri dan menolak
berinteraksi dengan orang lain. Tidak bisa memulai pembicaraan, takut salah bicara.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernahkah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? ☑Ya ☐Tidak
2. Pengobatan sebelumnya. ☐Berhasil ☐ Tidak Berhasil
☑Kurang Berhasil
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Kekerasan dalam
keluarga

Tindakan Kriminal

Jelaskan : Pasien belum pernah menjadi pelaku, menjadi korban maupun menjadi
saksi dalam tindakan tersebut.
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ☐Ya ☑Tidak
Hubungan keluarga pengobatan/perawatan gejala riwayat

IV. FAKTOR PRESIPTASI


1. Apakah klien putus obat (tidak minum obat ? berapa lama ?)
Pasien masuk RSJ lagi pada tanggal 26 Desember 2021 karena tidak pernah
minum obat dan tidak memiliki support sistem yang baik.
2. Apakah klien mengkonsumsi NAPZA ?
Pasien tidak pernah mengkonsumsi NAPZA

3. Apakah klien mengalami peristiwa atau kejadian yang tidak menyenangkan dalam 6
(enam) bulan terakhir ?
Ya, keluarga tidak memberika support sistem yang baik

V. FISIK
Tanda Vital : TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/mnt, S : 36,6ºc,P : 20 x/mnt
Ukur : TB: 150 cm BB:48 kg

Keluhan Fisik : Tidak ada

Jelaskan : Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada


VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (tiga generasi)

Keterangan :

: laki-laki meninggal

: laki-laki

: perempuan

: klien

: tinggal bersama

Penjelasan : Klien tinggal bersama neneknya. Klien tidak tinggal serumah dengan
neneknya karena sudah orang tuanya sudah bercerai dan memiliki keluarga
masing-masing.
2. Konsep Diri
Gambaran diri : klien mengatakan tidak perduli dengan dirinya
Identitas diri : klien mampu menyebutkan identitas diri , namanya,
umurnya
Peran : klien mengatakan seorang ibu rumah tangga dan
pertani
Ideal diri : klien menginginkan dirinya seperti orang lain tapi
klien malu
Harga diri : klien merasa malu, dengan kehidupannya saat ini
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien tidak menjawab mengenai orang yang berrarti
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien stidak aktif dalam mengikuti kegiatan
TAK dan lebih sering tidur
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Pasien merasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain,takut salah bicara
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan : klien mengatakan tidak akan merasakan kasih sayang orang
tua lagi
Kegiatan Ibadah : Pasien tidak memberikan jawaban

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
☑Tidak rapi ☐ Penggunaan pakaian tidak sesuai ☐ Cara berpakaian
tidak seperti biasanya
Jelaskan : dalam berpakaian klien tidak rapi, klien tampak kusam, lesu, kuku
tampak panjang dan kotor. Klien jarang mandi, dan memilih berdiam dikamar
2. Pembicaraan
☐ Cepat keras ☐ Inkohere ☐ Apatis
☑Lambat Membisu ☐ Tidak mampu
Jelaskan : klien tidak pernah memulai permbicaraan terlebih dahulu pada lawan
bicara, kadang pertanyaan inkoheren dengan pertanyaan yang diajukan
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
3. Aktifitas motorik
☑Lesu ☑Tegang ☐Gelisah ☐Agitasi ☐Tik ☐Grimasen
☐Tremor ☐Kompulsif
Jelaskan : Klien mengatakan ia merasa enggan bertemu dengan orang. Saat
dikaji pasien hanya mau berdiam diri dan menolak berinteraksi dengan orang
lain. ketika diajak berbicara, klien tampak murung, kontak mata tidak ada, lebih
banyak menunduk, dan kadang memutus interaksi secara sepihak.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Alam perasaan
☑Sedih ☐ Ketakutan ☑Putus asa ☐ Khawatir ☐ Gembira berlebih
Jelaskan : Klien merasa sedih dan putus asa, karena tidak memiliki orang tua
yang menyayanginya lagi, dan orang tua tidak mungkin bersatu kembali
5. Afek
☑Datar ☐ Tumpul ☐ Labil ☐ Tidak Labil
Jelaskan : Datar, karena selama diajak bicara pasien tidak ada kontak mata dan
lebih banyak diam, klien hanya berbicara seperlunya, menjawab pertanyaan
yang diinginkan, terkadang klien langsung meninggalkan tempat, memutus
pembicaraan sepihak
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
6. Interaksi selama wawancara
☐ Bermusuhan ☑Tidak Kooperatif ☐ Mudah Tersinggung
☑Kontak
☐ Sensitif ☐Curiga Mata(-)
Jelaskan : klien tidak kooperatif saat diajak bicara, kontak mata tidak ada, klien
hanya bicara seperlunya, klien memilih menundukkan kepala jika diajak
interaksi, memutus interaksi secara sepihak
Masalah Keperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial
7. Persepsi
☑Pendengaran ☐ Penglihatan ☐ Perabaan ☐ Pengecap
☐ Penghidung
Jelaskan : Klien mengatakan kadang merasa marah karena ada suara yang
mengejek/menghina dirinya, klien mengatakan suara mengatakan kalau dirinya
tidak berguna lagi, sering terjadi ketika pasien melamun dan menyendiri
8. Proses Pikir
☐ Sirkumtansial ☐ Tangensial ☑ Kehilangan Asosiasi ☐Fligh of
☐ Pengulangan pembicaraan/Persevarasi
Ideas Blocking
Jelaskan : Klien sering kelihatan melamun, dan ketika diajak bicara klien tidak
ada pendapat dan bersikap datar

9. Isi Pikir
☐ Obsesi ☐ Fobia ☐Hipokondria ☑Depersonalisasi
☐ Ide
☐ Pikiran magis yang terkait
Waham
☐ Agam ☐ Somatik ☐Kebesaran ☐ Curiga ☐Nihilistik ☐ Sisip
a pikir ☐ Siar pikir ☐Kontrol
Jelaskan : Klien memiliki perasaan sedih dan putus asa, karena tidak memiliki
orang tua yang menyayanginya lagi, dan orang tua tidak mungkin bersatu
kembali, klien tidak ditemukan isi pikir waham

10. Tingkat Kesadaran


☑Bingung ☐ Stupor ☐ Disorientasi
☐ Waktu ☐ Tempat ☑Orang
Jelaskan : Klien merasa jelas saat ini klien dimana, klien sedang dirawat, klien
tidak mau berkenalan dengan orang lain, klien hanya mengenal satu dua orang
disekitar klien dan klien tidak pernah bicara dengan orang itu

11. Memori
☐ Gangguan daya ingat jangka panjang ☑Gangguan daya ingat jangka
pendek
☐ Gangguan daya ingat saat ini ☐ Konfabulasi
Jelaskan : Klien mampu mengingat setiap kejadian yang pernah dialaminya,
klien masih ingat dia tidur jam berapa bangun jam berapa.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
☑Mudah beralih ☐ Tidak mampu konsentrasi ☐Tidak mampu
berhitung
Jelaskan : Klien tidak ada gangguan pada konsentrasi, klien mampu berhitung
dan klien mampu berkonsentrasi, meski sulit untuk mengajakanya komunikasi
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
13. Kemampuan Penilaian
☐ Gangguan ringan ☐Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien dapat berfikir perilaku dirinya adalah perilaku yang negatif
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
14. Daya Tilik Diri
☐ Mengingari penyakit yang dideritanya ☑Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Klien mengatakan terkadang membeci kedua orang tuannya karena
telah meninggalkannya, marah dengan kedua orangtuanya.
Masalah Keperawatan : RPK

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
☑Bantuan minimal ☐ Bantuan total
2. BAB/BAK
☑Bantuan minimal ☐ Bantuan total

Jelaskan : Klien tidak memperlukan bantuan untuk makan maupun untuk


BAB/BAK
Masalah keperawatan : Tidak Ada
3. Mandi
☑Bantuan minimal ☐Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
☑Bantuan minimal ☐Bantuan total
5. Istirahat tidur
☑Tidur siang lama : 13.00 WIB s/d 14.00 WIB
☑Tidur malam lama : 22.00 WIB s/d 04.30 WIB
☑Kegiatan sebelum/sesudah tidur : meminum obat
6. Penggunaan obat
☑Bantuan minimal ☐Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan ☐Y ☑Tidak
A
☑Tidak
Perawatan pendukung ☐Y
8. Kegiatan didalam rumah a
☑Tidak
Mempersiapkan makan
☑Tidak
Menjaga kerapian rumah ☐ Y
a ☑Tidak
Mencuci pakaian
☐Y
Pengaturan keuangan ☑Tidak
a
9. Kegiatan diluar rumah ☐Y
a ☑Tidak
Mempersiapkan makan
☐Y ☑Tidak
Menjaga kerapian rumah a
Mencuci pakaian ☑Tidak

IX. MEKANISME KOPING ☐Y


a
☐Y
a
☐Y
a
Adaptif Maladaptif
☐Bicara dengan orang lain
☐Mampu menyelasaikan masalah
☐Teknik relaksasi
☐Aktvitas konstruktif
☐Olahraga
☑Lainnya : klien hanya berbicara seperlunya dengan orang lain atau perawat
☐Minum alcohol
☐Reaksi lambat/berlebih
☐ Bekerja berlebihan
☑Menghindar
☐ Mencederai diri
Lainnya : -

X. MASALAH PSIKOSOSIAL
☐ Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik ....
☐Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik klien termasuk orang pendiam
dan terlihat lebih sering menyendiri, klien malas berinteraksi dengan orang lain, dan
hanya berbicara secukupnya
☐Masalah dengan pendidikan, spesifik klien putus sekolah pada waktu SMA
☐ Masalah dengan pekerjaan, spesifik
☐ Masalah dengan perumahan, spesifik keluarga atau orang tua klien telah berpisah
☐ Masalah ekonomi, spesifik ....
☐Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik klien pernah dirawat di RSJ
sebelumnya, dan karena kurang support sistem klien masuk lagi di RSJ karena putus
obat
☐ Masalah lainnya, spesifik ....

XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


☐Penyakit Jiwa ☑Sistem Pendukung
☐Faktor Presipitasi ☐ Penyakit Fisik
☑Koping ☐Obat-obatan
☐ Lainnya :
Masalah Keperawatan : Kurang Pengetahuan
Analisa Data
Data Masalah

Ds: Pasien tidak menjawab pertanyaan Isolasi Sosial


yang diberikan oleh perawat (diam)

Do: kontak mata (-), disorientasi


orang, tidak kooperatif saat diajak
bicara menunduk, memutus
pembicaraan / ingteraksi secara
sepihak, suara kecil/pelan, belum mau
memulai pembicaraan

XII. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : Skizofrenia
Terapi Medik :

- Rpd 2 mg/ 12 jam

- Clozaphine 25 mg/12jam

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial (D.0121)
XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial D.0121
XV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Ttd
Tanggal
Kriteria
Keperawatan
Hasil
22-12- Isolasi Sosial Keterlibatan Promosi sosialisasi Klp.
2
2020 (D.0121) Sosial (I.13498)
(L.13116 Observasi: - Untuk mengetahui
kemmpuan pasien
Setelah 1. Identifikasi
berinteraksi dengan
dilakukan kemampuan orang lain
asuhan melakukan
keperawatan interaksidengan
selama 3x8 orang lain
- Untuk mengetahui
 Minat 2. Identifikasi hambatan pasien
dalam berinteraksi
interaksi hambatan
dengan orang lain
meningk melakukan interaksi
at dengan orang lain
 Verbalisasi Terapeutik: - Untuk
1. Motivasi meningkatkan
sosial
meningkatkan keterlibatan dalam
meingkat keterlibatan dalam suatu suatu hubungan
 Verbaliasasi hubungan
- Untuk
2. Memotivasi
meningkatkan
kesabaran dalam kesabaran dalam
mengembangkan
mengembangkan
suatu hubungan
dalam suatu
hubungan
3. Motivasi - Agar pasien mau
berpartisipasi
partisipasi dalam
kegiatan kelompok
aktivitas baru
dan kegiatan
kelompok
4. Motivasi dalam - Agar klien bisa
berinteraksi di luar
berpartisipasi lingkungan
dalam aktivitas
baru memotivasi
berinteraksi
diluar
lingkungan
- Agar klien lebih
5. Berikan umpan semangat dalam
merawat dirinya
balik positif
sehingga tidak
dalam minder
keperawatan diri
- Agar klien
6. Berikan umpan semangat
berinteraksi dengan
balik positif
oranglain
pada setiap disekitarnya
kemampuan
XVI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam Dx.Kep Implementasi Respon TTD
28 Desembe Isolasi sosial SP 1 Klp.2
r 2021, (D.0121) Ds: klien diam
10.15 WIB  Mengidentifikasi Do: pasien tampak
kemampuan melakukan menunduk
interaksi dengan orang
lain
Ds : klien diam
 Mengidentifikasi DO : klien hanya diam,
memunduk, suara pelan,
hambatan melakukan berbicatra seperlunya
interaksi dengan orang
lain

Ds : klien mengatakan
 Motivasi mau,
meningkatkan Do : kontak mata tidak
ada, mengalihkan
keterlibatan dalam pandangan
suatu hubungan

 Memotivasi Ds : klien mengatakan


hanya ingin sendiri
berpartisipasi dalam Do : klien tidak
aktivitas baru dan kooperatif
kegiatan kelompok
Ds : klien mengatakan
 Memberikan umpan mampu melakukan
aktifitas sendiri
balik positif dalam DO : klien kooperatif,
sering menyendiri, tidak
perawatan diri mau bergabung dengan
yang lain
 Menganjurkan
berinteraksi dengan Ds : klien mengatakan
tidak mau
orang lain secara Do : klien hanya diam,
kontak mata tidak ada,
bertahap (berkenalan menunduk, memutus
dengan 1 orang) pembicaraan.
 Menganjurkan Ds : klien mengatakan
berbagi pengalaman masih belum siap dan
dengan orang lain malu
DO : klien tidak fokus
dengan pembicaraaan

 Memberikan Ds : klien
umpan balik positif hanya diam,
pada setiap tidak ada
peningkatan respon, datar
kemampuan Do : klien
meninggalkan tempat
28 Isolasi SP 1 Klp.2
Desember sosial  Mengidentifikasi Ds : klien mengatakan
2021, (D.0121) kemampuan mampu untuk interaksi
pukul 10.15 melakukan interaksi DO : klien kooperatif
WIB dengan orang lain

Ds : klien mengatakan
 Mengidentifikasi masih merasa malu
hambatan melakukan untuk berinteraksi
interaksi dengan dengan orang lain
orang lain DO : klien klien hanya
diam, memunduk, suara
pelan, berbicatra
seperlunya
 Motivasi
Ds : klien mengatakan
meningkatkan
mau dan setuju
keterlibatan dalam
DO : klien tampak
suatu hubungan antusias, : kontak mata
tidak ada, mengalihkan
pandangan
 Motivasi
kesabaran dalam Ds : klien mengatakan
mengembangkan lebih suka sendiri
suatu hubungan Do : kontak mata (+)
 Menganjurkan
berinteraksi dengan orang
Ds : klien mengatakan
lain secara bertahap
mampu melakukannya
(berkenalandengan 1 orang)
DO : klien kooperatif

 Memberikan umpan Ds : klien mengatakan


balik positifpada setiap malu
peningkatan kemampuan Do : klien tampak
sering menyendiri
didalam kamar,
melamun, tidak
mau berinteraksi
dengan orang lain

 Menganjurkan berbagi Ds : klien mengatakan


pengalaman dengan orang senang tapi malu
lain DO : klien tampak datar,
tidak ada respon, diam
damn tampak murung
XVII. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal/jam Dx.Keperawatan Evaluasi TTD
28 Desember Isolasi Sosial S : Pasien tidak ada respon atau Klp.2
2021, pukul (D.0121) diam saja
11.00 WIB O : Klien tidak kooperatif, konta
mata (-), tidak fokus dalam
pembicaraan, saat diajjak
bicara menunduk, konsentraai
mudah teraslih
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny.G
dengan Isolasi sosial. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny.G adalah Isolasi Sosial
(D.0121), dengan masalah utama keperawatan Isolasi Sosial (D.0121), dibawah ini adalah
pembahasan dari pengkajian, diagnosa sampai evaluasi :
A. Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian dengan menggunakan format yang telah ada pada format
Buku Panduan Praktik Keperawatan Jiwa Dan Cmhn Mahasiswa Profesi S1 Ilmu
Keperawatan. Selama proses pengkajian penulis menemukan hambatan, pasien tidak
kooperatif sehingga mempersulit penulis untuk mengumpulkan data. Penulis mengkaji dari
semua aspek meliputi: biopsiko-sosial-kultural-spiritual. Dari pengkajian pasien masuk RSJ
lagi pada tanggal 28 Desember 2021 karena tidak memiliki support sistem yang baik. Saat di
rumah pasien merasa bingung ketika diajak ngobrol dengan orang lain dan tidak tahu mulai
dari mana dengan apa yang akan dibicarakan. Teman terkadang mengajak pasien
berinteraksi dengan tetangga sekitar, tetapi pasien tetap tidak mau dan mengatakan ia merasa
enggan bertemu dengan orang. Saat dikaji pasien hanya mau berdiam diri dan menolak
berinteraksi dengan orang lain, tidak mampu memulai pembicaraan.

B. Diagnosa
Berdasarkan data pengkajian yang didapat, penulis menegakkan diagnosa sebagai berikut:
isolasi sosial (D.0121) :
1. Menurut SDKI Isolasi sosial adalah ketidak mampuan untuk membina hubungan
yang erat, hangat terbuka dan interdependen dengan orang lain
2. Alasan diagnosa ini ditegakkan karena pada klien ditemukan Gejala Mayor dan Minor
menurut SDKI
- Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :merasa ingin sendirian, merasa tidak aman ditempat umum
Objektif : menarik diri, tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
- Gejala dan tanda minor
Subjektif : merasa berbeda dengan orang lain, merasa asyik dengan pikiran sendiri,
merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Objektif : afek datar, afek sedih, riwayat ditolak, menunjukan penolakan, tidak mampu
memenuhi harapan orang lain, kondisi difabel, tindakan tidak berarti, tidak ada kontak
mata, perkembangan terlambat, tidak bergairah/lesu

Data yang didapatkan dari pengkajian pasien


- Ds: pasien mengatakan malu untuk bertemu orang lain, pasien merasa tidak ada gunanya,
pasien mengatakan putus asa, memilih untuk menyendiri didalam kamar dan isolasi sosial
bicara
- Do: kontak mata tidak ada, disorientasi orang, tidak kooperatif saat diajak bicara, menunduk
(memutus interaksi sosial secara sepihak)
C. Intervensi
1. Isolasi sosial
Tujuan yang ingin dicapai penulis untuk diagnose isolasi sosial yaitu Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan Keterlibatan Sosial L.13116 keterlibatan sosial
klien meningkat. Dengan kriteria hasil: Minat interaksi meningkat, Verbalisasi sosial meingkat,
Verbalisasi ketidaknyamanan ditempat umum menurun, Perilaku menarik diri menurun.
Dengan intervensi yang dilakukankelompok yaitu :
 SP 1
a. Mengidentifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
b. Mengidentifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
c. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
d. Memotivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
e. Memberikan umpan balik positif dalam perawatan diri
f. Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap (berkenalan dengan 1
orang)
g. Menganjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
h. Memberikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

D. Implementasi
1. Isolasi sosial
Implementasi yang dilakukan oleh kelompok untuk mengatai masalah keperawatan isolasi
sosial yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2021 kelompok melakukan imlementasi :
a. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
Ds : klien tidak mengatakan apapun
Do : klien tidak kooperatif, meninggalkan interaksi secara sepihak, tidak ada kontak
mata

b. Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubunga


Ds : klien tidak mengatakan apapun
Do : klien tidak kooperatif, kontak mata (-)
c. Memotivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan
kelomponen
Ds : klien tidak mengataan apapun
DO : klien tampak berdiam diri didalam kamar dan belum mampu memulai
pembicaraan

d. Memotivasi berinteraksi diluar lingkungan

Ds : klien tidak mengatakan apapun


Do : klien banyak diam di tempat tidur dan
belum bisa memulai pembicaraan

e. Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap (berkenalan


dengan 2 orang)

Ds : klien menolak melakukan interaksi

DO : klien tidak kooperatif, banyak di tempat


tidur dan menyendiri tidak mau bergabung ke
teman lainya

f. Memberikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan

Ds : klien tidak membatakan apapun


Do : klien tidak aktif, klien tidak mau
terlibat kegiatan sosialisasi dengan
lainya

g. Menganjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain

Ds : klien tidak mengatakan


apapun
DO : klien terlihat menunduk

E. EVALUASI
1. Isolasi sosial
Mahasiswa evaluasi setelah dilakukan implementasi keperawatan didapatkan hasil
bahwa terdapat peningkatan keterlibatan sosial. Didapatkan data pasien hari 1 :
Ds : pasien tidak mengatakan apapun
Do : Klien tidak kooperatif, konta mata (-), tidak fokus dalam
pembicaraan, klien tampak menuduk, berdiam diri didalam kamar dan
menjauh bila didekati
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Isolasi social adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan
terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan yang mengancam
(Herman,2015). Ancaman yang dirasakan dapat menimbulkan respons. Respon kognitif pasien
isolasi social dapat berupa merasa ditolak oleh orang lain, merasa tidak dimengerti oleh orang
lain, merasa tidak berguna, merasa putus asa dan tidak mampu membuat tujuan hidup atau
tidak memiliki tujuan hidup, tidak yakin dapat melangsungkan hidup, kehilangan rasa tertarik
kegiatan sosial, merasa tidak aman berada diantara orang lain, serta tidak mampu konsentrasi
dan membuat keputusan.
Dari teori dan hasil studi kasus telah melakukan asuhan keperawatan pada Ny.G (34 tahun)
dengan isolasi sosial bahwa, ada kesamaan antara teori dengan gejala klinis pasien yaitu :
Pasien malu untuk bertemu orang lain, pasien merasa tidak ada gunanya, serta merasa putus
asa dan memilih untuk menyendiri didalam kamar. Walaupun dari klinis teori memiliki banyak
keunikan dan tidak di temukan pada pasien.
Masalah tersebut ditemukan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien di antaranya
adalah :
1. Isolasi Sosial (D.0121)
Dengan intervensi pada SDKI SLKI dan SIKI yang dilakukan pada diagnosapertama yaitu
Isolasi Sosial D.0121 :
- Observasi: Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain, Identifikasi
hambatan melakukan interaksi dengan orang lain.
- Terapeutik: Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan, Motivasi kesabaran
dalam mengembangkan suatu hubungan, Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok, Motivasi berinteraksi diluar lingkungan (mis.jalan- jalan, ketoko buku)
Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri, Berikan umpan balik positif pada setiap
peningkatan kemampuan.
- Edukasi :Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap, Anjurkan ikut serta
kegiatan social dan kemasyarakatan.

Dalam pemberian asuhan keperawatan perawat juga tetap menggunakan strategi


pelaksanaan (SP): SP 1 yaitu membina hubungan saling percaya Antara klien dengan
perawat dan melatih klien berinteraksi, membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial,
menanyakan orang yang paling dekat dengan klien dirumah maupun RSJ, membantu klien
mengetahui keuntungan mempunyai banyak teman dan bercakap – cakap, melatih klien
berkenalan, SP 2 yaitu melatih klien untuk bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan
harian.
Setelah diberikan tindakan keperawatan dan pemberian strategi pelaksanaan (SP): SP 1,
berdasarkan masalah masing-masing didapatkan masalah isolasi sosial dapat teratasi.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk perawat, diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan serta
m e n i n g k a t k a n k e m am p u an p a s i en u n t u k b e ri n t er a k s i d e n g an o r a n g
l a i n agar masalah isolasi sosial pasien dapat teratasi sehingga pasien bisa
berinteraksi kembali dengan orang lain.
2. Untuk Klien diharapkan tetap meminum obatnya dan tidak boleh terlambat minum
obat tersebut, dan melatih klien berkenalan dengan satu orang atau melakukan
kegiatan aktifitas kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. S. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika


Kusumawati, F & Hartono Y. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Setiadi. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Stuart, G., w. (2016). Prinsip Dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart. Jakarta: elaevier
Sutejo. (2017). Keperawatan jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Sefrina. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Keberfungsian Sosial Pada Pasien
Skizofrenia Rawat Jalan. Di unduh pada tanggal 20 Juni 2020 dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/3609/0

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai