Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
keperawatan jiwa II yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.G
DENGAN ISOLASI SOSIAL DI WISMA DWARAWATI”. Dalam penyusunan
makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat ada
dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang
telah di tentukan.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada pihak yang
telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat serta doa untuk keberhasilan
penulis, antara lain :
1. Ns. Niken Sukesi., M.Kep selaku Ketua Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Widya Husada Semarang
2. Ns. Arifianto.M.Kep, Ns. Mariyati.,M.Kep.,Sp.Kep.J selaku pembimbing dosen,
yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis
3. Ns. Tri Winarni selaku Clinical Instructor (CI) RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
4. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan membangun dari pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Gangguan jiwa merupakan manifestasiklinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat
adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidak wajaran dalam bertingkah laku. Gangguan
jiwa berat ada tigamacam yaitu Schizofrenia, gangguan bipolar dan psikosis akut dengan
Schizofrenia yang paling dominan yaitu sejumlah 1% hingga 3% warga dunia (Nasir &
Muhith, 2011). Skizofrenia adalah gangguan multi factorial perkembangan saraf yang
dipengaruhi oleh factor genetic dan lingkungan serta ditandai dengan gejala positif, negatif.
Dimana gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi, dan disorganisasi
pikiran, bicara, dan perilaku yang tidak teratur, serta gejala negative atau gejala samar, seperti
afek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman
(Videbeck, 2011). Gejala negative seperti menarik diri dari masyarakat dan disfungsi social
merupakan konsekuensi hubungan respon neuro biologis maladaptif.
Menurut Stuart (2013) menyebutkan masalah social seringkali merupakan sumber utama
keprihatian keluarga dan penyedia layanan kesehatan. Perilaku langsung dari masalah social
meliputi ketidak mampuan untuk berkomunikasi koheren, hilangnya dorongan dan
ketertarikan, penurunan keterampilan sosial, kebersihan pribadi yang buruk, dan paranoid.
Perilaku lain yang terjadi adalah harga diri rendah berhubungan dengan prestasi akademik dan
social yang buruk, merasakan ketidak nyamanan, dan yang paling sering terjadi adalah
isolasi sosial, jadi dapat disimpulkan bahwa gejala terbanyak dari pasien skizofrenia adalah
isolasi sosial: menarik diri sebagai akibat kerusakan afektif kognitif klien.
Isolasi social adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan
terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan yang mengancam (Herman,
2015). Ancaman yang dirasakan dapat menimbulkan respons. Respon kognitif pasien isolasi
social dapat berupa merasa ditolak oleh orang lain, merasa tidak dimengerti oleh orang lain,
merasa tidak berguna, merasa putus asa dan tidak mampu membuat tujuan hidup atau tidak
memiliki tujuan hidup, tidak yakin dapat melangsungkan hidup, kehilangan rasa tertarik
kegiatan sosial, merasa tidak aman berada diantara orang lain, serta tidak mampu konsentrasi
dan membuat keputusan.
Klien dengan isolasi social dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain yang
terdiri dari factor predisposisi dan factor presipitasi. Faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami isolasi social adalah adanya tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan komunikasi didalam
keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah yang dianut dalam keluarga serta
factor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga yang menyebabkan gangguan jiwa.
Selain factor predisposisi ada juga factor presipitasi yang menjadi penyebab adalah adanya
stressor social budaya serta stressor psikologis yang dapat menyebabkan klien mengalami
kecemasan (Prabowo, 2014).
Perasaan negative yang timbul setelahnya akan berdampak pada penurunan harga diri
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan social merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga
dapat mencederai diri(Herman, 2012). Akibat yang akan ditimbulkan dari perilaku isolasi
social yaitu perubahan persepsi sensori: halusinasi, resiko tinggi terhadap kekerasan, dan
harga diri rendah kronis (Keliat, 2011). Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien
semakin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Hal ini menyebabkan
pasien menjadi regresi atau mundur mengalami penurunan dalam aktivitas dank
urangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien akan semakin
tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak
sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut seperti deficit perawatan diri,
halusinasi yang akhirnya menyebabkan kekerasan dan tindakan bunuh diri (Dalamidkk,
2009).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasiendengan Isolasi sosial
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan definisi Isolasi sosial
b. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan etiologi Isolasi sosial
c. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan patofisiologis Isolasisosial
d. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan manifestasi klinis isolasi sosial
e. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan komplikasi Isolasisosial
f. ahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan Isolasi sosial.
g. Mahasiswa mampu mendeskripsikan konsep asuhan keperawatanpada pasien Isolasi
social
C. Manfaat
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam memahami Isolasi social
2. Melatih mahasiswa dalam membuat kasus dan penyelesainnya mulai dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Definisi Isolasi Sosial
Setiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial, pada
berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga ketergantungan.
Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu dalam menghadapi dan
mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Individu tidak mampu memenuhi
kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Maka dari itu hubungan
interpersonal perlu dibina oleh setiap individu. Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan
bagi individu yang memiliki gangguan isolasi sosial (Sutejo, 2018).
Gangguan hubungan intrapersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang
tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial (Deden & Rusdi, 2013). Kesendirian yang dialami oleh individu
dan dianggap timbul karena orang lain dan sebagai suatu pernyataan negatif atau
mengancam (Herdman, 2015).
a) Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial
- Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon
sosial mengisolasi diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi
terjadinya mengisolasi diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya dapat
mengurangi masalah respon sosial.
- Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
- Faktor Sosiokultural
- Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat dari
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai
anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Deden & Rusdi, 2013).
a. Pengkajian
Menurut Deden dan Rusdi, (2013) Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat
berhubungan sosial sebagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim dan hubungan saling
ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Pada pengkajian
klien-klien sulit diajak bicara, pendiam,suka melamun dan menyendiri di sudut-sudut.
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap pasien
hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran peserta respon lingkungan yang negatif, kondisi
ini dapat mengembangkan rasa tidak
percaya pada orang lain.
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial, kita dapat menggunakan wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah :
a) pasien menceritakan perasaan kesepian atauditolak oleh orang lain.
b) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f) Pasien merasa tidak berguna
g) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
b. Rentang Respon
Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri
Rendah
Causa
4. Tindakan keperawatan
GAMBARAN KASUS
RUANG RAWAT : RIPD TANGGAL DIRAWAT : 28 Desember 2021
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.G
Tanggal Pengkajian : 28 Desember 2021
Umur : 34 tahun
RM NO : 00-06-79-32
Informan : Anggota Keluarga
II. ALASAN MASUK
Pasien masuk RSJ lagi pada tanggal 22 Desember 2020 karena tidak pernah minum
obat dan tidak memiliki support sistem yang baik. Saat di rumah pasien merasa
bingung ketika diajak ngobrol dengan orang lain dan tidak tau mulai dari mana dengan
apa yang akan dibicarakan. Teman terkadang mengajak pasien berinteraksi dengan
tetangga sekitar, tetapi pasien tetap tidak mau dan mengatakan ia merasa enggan
bertemu dengan orang. Saat dikaji pasien hanya mau berdiam diri dan menolak
berinteraksi dengan orang lain. Tidak bisa memulai pembicaraan, takut salah bicara.
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan Kriminal
Jelaskan : Pasien belum pernah menjadi pelaku, menjadi korban maupun menjadi
saksi dalam tindakan tersebut.
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ☐Ya ☑Tidak
Hubungan keluarga pengobatan/perawatan gejala riwayat
3. Apakah klien mengalami peristiwa atau kejadian yang tidak menyenangkan dalam 6
(enam) bulan terakhir ?
Ya, keluarga tidak memberika support sistem yang baik
V. FISIK
Tanda Vital : TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/mnt, S : 36,6ºc,P : 20 x/mnt
Ukur : TB: 150 cm BB:48 kg
Keterangan :
: laki-laki meninggal
: laki-laki
: perempuan
: klien
: tinggal bersama
Penjelasan : Klien tinggal bersama neneknya. Klien tidak tinggal serumah dengan
neneknya karena sudah orang tuanya sudah bercerai dan memiliki keluarga
masing-masing.
2. Konsep Diri
Gambaran diri : klien mengatakan tidak perduli dengan dirinya
Identitas diri : klien mampu menyebutkan identitas diri , namanya,
umurnya
Peran : klien mengatakan seorang ibu rumah tangga dan
pertani
Ideal diri : klien menginginkan dirinya seperti orang lain tapi
klien malu
Harga diri : klien merasa malu, dengan kehidupannya saat ini
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien tidak menjawab mengenai orang yang berrarti
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien stidak aktif dalam mengikuti kegiatan
TAK dan lebih sering tidur
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Pasien merasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain,takut salah bicara
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan : klien mengatakan tidak akan merasakan kasih sayang orang
tua lagi
Kegiatan Ibadah : Pasien tidak memberikan jawaban
9. Isi Pikir
☐ Obsesi ☐ Fobia ☐Hipokondria ☑Depersonalisasi
☐ Ide
☐ Pikiran magis yang terkait
Waham
☐ Agam ☐ Somatik ☐Kebesaran ☐ Curiga ☐Nihilistik ☐ Sisip
a pikir ☐ Siar pikir ☐Kontrol
Jelaskan : Klien memiliki perasaan sedih dan putus asa, karena tidak memiliki
orang tua yang menyayanginya lagi, dan orang tua tidak mungkin bersatu
kembali, klien tidak ditemukan isi pikir waham
11. Memori
☐ Gangguan daya ingat jangka panjang ☑Gangguan daya ingat jangka
pendek
☐ Gangguan daya ingat saat ini ☐ Konfabulasi
Jelaskan : Klien mampu mengingat setiap kejadian yang pernah dialaminya,
klien masih ingat dia tidur jam berapa bangun jam berapa.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
☑Mudah beralih ☐ Tidak mampu konsentrasi ☐Tidak mampu
berhitung
Jelaskan : Klien tidak ada gangguan pada konsentrasi, klien mampu berhitung
dan klien mampu berkonsentrasi, meski sulit untuk mengajakanya komunikasi
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
13. Kemampuan Penilaian
☐ Gangguan ringan ☐Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien dapat berfikir perilaku dirinya adalah perilaku yang negatif
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
14. Daya Tilik Diri
☐ Mengingari penyakit yang dideritanya ☑Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Klien mengatakan terkadang membeci kedua orang tuannya karena
telah meninggalkannya, marah dengan kedua orangtuanya.
Masalah Keperawatan : RPK
X. MASALAH PSIKOSOSIAL
☐ Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik ....
☐Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik klien termasuk orang pendiam
dan terlihat lebih sering menyendiri, klien malas berinteraksi dengan orang lain, dan
hanya berbicara secukupnya
☐Masalah dengan pendidikan, spesifik klien putus sekolah pada waktu SMA
☐ Masalah dengan pekerjaan, spesifik
☐ Masalah dengan perumahan, spesifik keluarga atau orang tua klien telah berpisah
☐ Masalah ekonomi, spesifik ....
☐Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik klien pernah dirawat di RSJ
sebelumnya, dan karena kurang support sistem klien masuk lagi di RSJ karena putus
obat
☐ Masalah lainnya, spesifik ....
- Clozaphine 25 mg/12jam
Ds : klien mengatakan
Motivasi mau,
meningkatkan Do : kontak mata tidak
ada, mengalihkan
keterlibatan dalam pandangan
suatu hubungan
Memberikan Ds : klien
umpan balik positif hanya diam,
pada setiap tidak ada
peningkatan respon, datar
kemampuan Do : klien
meninggalkan tempat
28 Isolasi SP 1 Klp.2
Desember sosial Mengidentifikasi Ds : klien mengatakan
2021, (D.0121) kemampuan mampu untuk interaksi
pukul 10.15 melakukan interaksi DO : klien kooperatif
WIB dengan orang lain
Ds : klien mengatakan
Mengidentifikasi masih merasa malu
hambatan melakukan untuk berinteraksi
interaksi dengan dengan orang lain
orang lain DO : klien klien hanya
diam, memunduk, suara
pelan, berbicatra
seperlunya
Motivasi
Ds : klien mengatakan
meningkatkan
mau dan setuju
keterlibatan dalam
DO : klien tampak
suatu hubungan antusias, : kontak mata
tidak ada, mengalihkan
pandangan
Motivasi
kesabaran dalam Ds : klien mengatakan
mengembangkan lebih suka sendiri
suatu hubungan Do : kontak mata (+)
Menganjurkan
berinteraksi dengan orang
Ds : klien mengatakan
lain secara bertahap
mampu melakukannya
(berkenalandengan 1 orang)
DO : klien kooperatif
B. Diagnosa
Berdasarkan data pengkajian yang didapat, penulis menegakkan diagnosa sebagai berikut:
isolasi sosial (D.0121) :
1. Menurut SDKI Isolasi sosial adalah ketidak mampuan untuk membina hubungan
yang erat, hangat terbuka dan interdependen dengan orang lain
2. Alasan diagnosa ini ditegakkan karena pada klien ditemukan Gejala Mayor dan Minor
menurut SDKI
- Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :merasa ingin sendirian, merasa tidak aman ditempat umum
Objektif : menarik diri, tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
- Gejala dan tanda minor
Subjektif : merasa berbeda dengan orang lain, merasa asyik dengan pikiran sendiri,
merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Objektif : afek datar, afek sedih, riwayat ditolak, menunjukan penolakan, tidak mampu
memenuhi harapan orang lain, kondisi difabel, tindakan tidak berarti, tidak ada kontak
mata, perkembangan terlambat, tidak bergairah/lesu
D. Implementasi
1. Isolasi sosial
Implementasi yang dilakukan oleh kelompok untuk mengatai masalah keperawatan isolasi
sosial yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2021 kelompok melakukan imlementasi :
a. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
Ds : klien tidak mengatakan apapun
Do : klien tidak kooperatif, meninggalkan interaksi secara sepihak, tidak ada kontak
mata
E. EVALUASI
1. Isolasi sosial
Mahasiswa evaluasi setelah dilakukan implementasi keperawatan didapatkan hasil
bahwa terdapat peningkatan keterlibatan sosial. Didapatkan data pasien hari 1 :
Ds : pasien tidak mengatakan apapun
Do : Klien tidak kooperatif, konta mata (-), tidak fokus dalam
pembicaraan, klien tampak menuduk, berdiam diri didalam kamar dan
menjauh bila didekati
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Isolasi social adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan
terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan yang mengancam
(Herman,2015). Ancaman yang dirasakan dapat menimbulkan respons. Respon kognitif pasien
isolasi social dapat berupa merasa ditolak oleh orang lain, merasa tidak dimengerti oleh orang
lain, merasa tidak berguna, merasa putus asa dan tidak mampu membuat tujuan hidup atau
tidak memiliki tujuan hidup, tidak yakin dapat melangsungkan hidup, kehilangan rasa tertarik
kegiatan sosial, merasa tidak aman berada diantara orang lain, serta tidak mampu konsentrasi
dan membuat keputusan.
Dari teori dan hasil studi kasus telah melakukan asuhan keperawatan pada Ny.G (34 tahun)
dengan isolasi sosial bahwa, ada kesamaan antara teori dengan gejala klinis pasien yaitu :
Pasien malu untuk bertemu orang lain, pasien merasa tidak ada gunanya, serta merasa putus
asa dan memilih untuk menyendiri didalam kamar. Walaupun dari klinis teori memiliki banyak
keunikan dan tidak di temukan pada pasien.
Masalah tersebut ditemukan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien di antaranya
adalah :
1. Isolasi Sosial (D.0121)
Dengan intervensi pada SDKI SLKI dan SIKI yang dilakukan pada diagnosapertama yaitu
Isolasi Sosial D.0121 :
- Observasi: Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain, Identifikasi
hambatan melakukan interaksi dengan orang lain.
- Terapeutik: Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan, Motivasi kesabaran
dalam mengembangkan suatu hubungan, Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok, Motivasi berinteraksi diluar lingkungan (mis.jalan- jalan, ketoko buku)
Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri, Berikan umpan balik positif pada setiap
peningkatan kemampuan.
- Edukasi :Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap, Anjurkan ikut serta
kegiatan social dan kemasyarakatan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk perawat, diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan serta
m e n i n g k a t k a n k e m am p u an p a s i en u n t u k b e ri n t er a k s i d e n g an o r a n g
l a i n agar masalah isolasi sosial pasien dapat teratasi sehingga pasien bisa
berinteraksi kembali dengan orang lain.
2. Untuk Klien diharapkan tetap meminum obatnya dan tidak boleh terlambat minum
obat tersebut, dan melatih klien berkenalan dengan satu orang atau melakukan
kegiatan aktifitas kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G., w. (2016). Prinsip Dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart. Jakarta: elaevier
Sutejo. (2017). Keperawatan jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Sefrina. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Keberfungsian Sosial Pada Pasien
Skizofrenia Rawat Jalan. Di unduh pada tanggal 20 Juni 2020 dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/3609/0
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.