1. Elina (1907016)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaika tugas
keperawatan anak yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN SEMINAR PADA
Ny.G DENGAN ISOLASI SOSIAL”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat dan dukungan dari pihak, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di tentukan.
Dalam kesempatan ini perkenalan penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada
pihak yang telah membatu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat serta doa
untukkeberhasilan penulis, antara lain :
1. Ns. Niken Sukesi., M.Kep selaku Ketua Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Widya Husada Semarang
2. Ns. Arifianto.M.Kep, Ns. Mariyati.,M.Kep.,Sp.Kep.J selaku pembimbing dosen,
yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis
3. Ns. Tri Winarni selaku Clinical Instructor (CI) RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
4. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membatu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan membangun dari pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidak wajaran dalam
bertingkah laku. Gangguan jiwa berat ada tigamacam yaitu Schizofrenia, gangguan
bipolar dan psikosis akut dengan Schizofrenia yang paling dominan yaitu
adalah gangguan multi factorial perkembangan saraf yang dipengaruhi oleh factor
genetic dan lingkungan serta ditandai dengan gejala positif, negatif. Dimana
gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi, dan
disorganisasi pikiran, bicara, dan perilaku yang tidak teratur, serta gejala negative
atau gejala samar, seperti afek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari
masyarakat atau rasa tidak nyaman (Videbeck, 2011). Gejala negative seperti
kebersihan pribadi yang buruk, dan paranoid. Perilaku lain yang terjadi adalah
harga diri rendah berhubungan dengan prestasi akademik dan social yang buruk,
merasakan ketidak nyamanan, dan yang paling sering terjadi adalah isolasi sosial,
jadi dapat disimpulkan bahwa gejala terbanyak dari pasien skizofrenia adalah
isolasi sosial: menarik diri sebagai akibat kerusakan afektif kognitif klien.
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan
respons. Respon kognitif pasien isolasi social dapat berupa merasa ditolak oleh
orang lain, merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak berguna, merasa
putus asa dan tidak mampu membuat tujuan hidup atau tidak memiliki tujuan
hidup, tidak yakin dapat melangsungkan hidup, kehilangan rasa tertarik kegiatan
sosial, merasa tidak aman berada diantara orang lain, serta tidak mampu
Klien dengan isolasi social dapat disebabkan oleh beberapa factor antara
lain yang terdiri dari factor predisposisi dan factor presipitasi. Faktor predisposisi
yang dapat menyebabkan seseorang mengalami isolasi social adalah adanya tahap
pertumbuhan dan perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya
gangguan komunikasi didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang
salah yang dianut dalam keluarga serta factor biologis berupa gen yang diturunkan
dari keluarga yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain factor predisposisi ada
juga factor presipitasi yang menjadi penyebab adalah adanya stressor social budaya
(Prabowo, 2014).
harga diri terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan social merendahkan martabat,
percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri(Herman, 2012). Akibat yang
akan ditimbulkan dari perilaku isolasi social yaitu perubahan persepsi sensori:
halusinasi, resiko tinggi terhadap kekerasan, dan harga diri rendah kronis (Keliat,
menjadi regresi atau mundur mengalami penurunan dalam aktivitas dank urangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien akan semakin tenggelam
dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai
(Dalamidkk, 2009).
gangguan kesehatan jiwa, yang memiliki arti bahwa jumlah penduduk dunia 10%
nya mengalami gangguan kesehatan jiwa, kenyataan ini dibuktikan dengan laporan
dari hasil riset bank dunia dan hasil survey Badan Pusat Statistik yang melaporkan
bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1%
2012).
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan
jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa
Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3
persen dan
terbanyak pada penduduk yang tinggal diperdesaan (18,2%), serta pada kelompok
gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan
Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan data
dari Tim Pengarah Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Provinsi Jawa Tengah
tinggi, dimana totalnya adalah 107 ribu penderita atau 2,3 persen dari jumlah
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
sosial
Isolasi sosial
sosial
g. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan
Isolasi sosial.
C. Manfaat
social
A. KONSEP DASAR
B
A
B
I
I
T
I
N
J
A
U
A
N
T
E
O
R
I
a) Definisi Isolasi Sosial
Setiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial, pada
berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga
ketergantungan. Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu
dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Individu
tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan
sosial. Maka dari itu hubungan interpersonal perlu dibina oleh setiap individu.
Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan bagi individu yang memiliki gangguan
isolasi sosial (Sutejo, 2018).
Gangguan hubungan intrapersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian
yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Deden & Rusdi, 2013). Kesendirian yang
dialami oleh individu dan dianggap timbul karena orang lain dan sebagai suatu
pernyataan negatif atau mengancam (Herdman, 2015).
b) Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial
- Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon
sosial mengisolasi diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi
terjadinya mengisolasi diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya dapat
mengurangi masalah respon sosial.
- Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
- Faktor Sosiokultural
- Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat
dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan
sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak
realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan
ini (Deden & Rusdi, 2013).
c) Tanda dan Gejala
Gejala subjektif :
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang dan sangat singkat
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa
ditolak Gejala objektif :
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam dikamar
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5) Klien tampak sedih, ekpresi datar dan dangkal
6) Kontak mata kurang
7) Kurang spontan
8) Apatis
9) Ekspresi wajah kurang berseri
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11) Mengisolasi diri
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13) Masukkan makanan dan minuman terganggu
14) Retensi urin dan feses
15) Akktivitas menurun
16) Kurang energy
17) Rendah diri
18) Postur tubuh berubah
d) Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji
Asuhan keperawatan pasien isolasi sosial terdiri dari :
1. Pengkajian
Menurut Deden dan Rusdi, (2013) Tiap individu mempunyai potensi untuk
terlibat berhubungan sosial sebagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim dan
hubungan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai
kebutuhan setiap hari. Pada pengkajian klien-klien sulit diajak bicara, pendiam,
suka melamun dan menyendiri di sudut-sudut.
Gangguan Konsep
Diri:HargaDiri
Rendah
Causa
f) Diagnosa keperawatan pada pasien isolasi sosial
Menurut Kusumawati dan Hartono, (2010) diagnosa keperawatan merupakan suatu
pernyataan masalah keperawatan pasien mencakup baik respon sehat adaptif atau
maladaptif serta stressor yang menunjang. Diagnosa keperawatan yang diangkat
adalah :
a) Isolasi Sosial
b) Hambatan komunikasi verbal
c) Defisit perawatan diri
d) Harga diri rendah
e) Gangguan sensori persepsi Halusinasi
g) Rencana tindakan keperawatan pada pasien isolasi sosial
Rencana tindakan keperawatan untuk pasien Isolasi Sosial (Sulastri, 2017).
1. Tujuan umum dan tujuan khusus Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
untuk individu yaitu meliputi: pada pasien dengan isolasi sosial terdapat
a) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2. Tindakan keperawatan
Umur : 34 tahun
RM NO :-
Informan : Anggota Keluarga
II. ALASAN MASUK
Pasien masuk RSJ lagi pada tanggal 22 Desember 2020 karena tidak pernah minum
obat dan tidak memiliki support sistem yang baik. Saat di rumah pasien merasa
bingung ketika diajak ngobrol dengan orang lain dan tidak tau mulai dari mana dengan
apa yang akan dibicarakan. Teman terkadang mengajak pasien berinteraksi dengan
tetangga sekitar, tetapi partisipan tetap tidak mau dan mengatakan ia merasa enggan
bertemu dengan orang. Saat dikaji pasien hanya mau berdiam diri dan menolak
berinteraksi dengan orang lain.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernahkah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? ☑Ya ☐Tidak
2. Pengobatan sebelumnya. ☐Berhasil ☑Kurang Berhasil ☐Tidak Berhasil
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
seksual
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan Kriminal
Jelaskan : Pasien belum pernah menjadi pelaku, menjadi korban maupun menjadi
saksi dalam tindakan tersebut.
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ☐Ya ☑Tidak
Hubungan keluarga
Gejala Riwayat
pengobatan/perawatan
- - -
IV. FAKTOR PRESIPTASI
1. Apakah klien putus obat (tidak minum obat ? berapa lama ?)
Pasien masuk RSJ lagi pada tanggal 22 Desember 2020 karena tidak pernah
minum obat dan tidak memiliki support sistem yang baik.
2. Apakah klien mengkonsumsi NAPZA ?
Pasien alkohol sejak 2017 dan terjerumus mengkonsumsi NAPZA jenis sabu sejak
2019.
3. Apakah klien mengalami peristiwa atau kejadian yang tidak menyenangkan dalam 6
(enam) bulan terakhir ?
Ya, keluarga tidak memberika support sistem yang baik
V. FISIK
Tanda Vital : TD: 110/90 mmHg, N: 92 x/mnt, S : 36,6ºc,P : 22 x/mnt
Ukur :TB: 150 cm BB:48 kg
Keluhan Fisik : Tidak ada
Jelaskan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (tiga generasi)
Keterangan :
: laki-laki meninggal
: laki-laki
: perempuan
: klien
: tinggal bersama
Penjelasan : Klien tinggal bersama neneknya. Klien tidak tinggal serumah dengan
neneknya karena sudah orang tuanya sudah bercerai dan memiliki keluarga
masing-masing.
2. Konsep Diri
Gambaran diri : klien mengatakan tidak perduli dengan dirinya
Identitas diri : klien mengatakan seorang anak laki-laki yang tidak memiliki
orang tua
Peran : klien mengatakan tidak perduli dengan dirinya
maupun orang lain
Ideal diri : klien menginginkan dirinya seperti orang lain tapi
klien malu
Harga diri : klien merasa malu, dengan kehidupannya saat ini
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien tidak menjawab mengenai orang yang berrarti
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien stidak aktif dalam mengikuti kegiatan
TAK dan lebih sering tidur
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Pasien merasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan : klien mengatakan tidak akan merasakan kasih sayang orang
tua lagi
Kegiatan Ibadah : Pasien tidak memberikan jawaban
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
☑Tidak
☐Penggunaan pakaian tidak ☐ Cara berpakaian
rapi
sesuai
tidak seperti biasanya
Jelaskan : dalam berpakaian klien tidak rapi, klien tampak kusam, lesu, kuku
tampak panjang dan kotor. Klien jarang mandi, dan memilih berdiam dikamar
2. Pembicaraan
☐Cepat
☐Kera ☐Gaga ☐Inkohere ☐Apatis
s p
☐Lambat ☑Membisu ☐Tidak mampu
Jelaskan : klien tidak pernah memulai permbicaraan terlebih dahulu pada lawan
bicara, kadang pertanyaan inkoheren dengan pertanyaan yang diajukan
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial & Kerusakan Komunikasi Verbal
3. Aktifitas motorik
☑Lesu
☐Tegang ☐Gelisah ☐Agitasi ☐Tik ☐Grimasen
☐Tremor ☐Kompulsif
Jelaskan : Klien mengatakan ia merasa enggan bertemu dengan orang. Saat
dikaji pasien hanya mau berdiam diri dan menolak berinteraksi dengan orang
lain. ketika diajak berbicara, klien tampak lesu, kontak mata hilang, lebih
banyak menunduk, dan kadang langsung pergi.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Alam perasaan
☑Sedih
☐Ketakutan ☑Putus asa ☐Khawatir ☐Gembira berlebih
Jelaskan : Klien merasa sedih dan putus asa, karena tidak memiliki orang tua
yang menyayanginya lagi, dan orang tua tidak mungkin bersatu kembali
5. Afek
☑Datar
☐Tumpul ☐Labil ☐Tidak Labil
Jelaskan : Datar, karena selama diajak bicara pasien tidak ada kontak mata dan
lebih banyak diam, klien hanya berbicara seperlunya, menjawab pertanyaan
yang diinginkan, terkadang klien langsung meninggalkan tempat
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
6. Interaksi selama wawancara
☐Bermusuhan
☑Tidak Kooperatif ☐Mudah
☑Kontak Tersinggung
☐Sensitif
☐Curiga Mata(-)
Jelaskan : klien tidak kooperatif saat diajak bicara, kontak mata tidak ada, klien
hanya bicara seperlunya, klien memilih menundukkan kepala jika diajak
interaksi
Masalah Keperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial
7. Persepsi
☑Pendengaran
☐Penglihatan ☐Perabaan ☐Pengecap
☐Penghidung
Jelaskan : Klien mengatakan kadang merasa marah karena ada suara yang
mengejek/menghina dirinya, klien mengatakan suara mengatakan kalau dirinya
tidak berguna lagi, sering terjadi ketika pasien melamun
8. Proses Pikir
☐ Sirkumtansial ☐ Tangensial ☑ Kehilangan Asosiasi ☐Fligh of
☐ Pengulangan pembicaraan/Persevarasi
ideasBlocking
Jelaskan : Klien sering kelihatan melamun, dan ketika diajak bicara klien tidak
ada pendapat dan bersikap datar
9. Isi Pikir
☐Obsesi
☐Fobia ☐Hipokondria ☑Depersonalisasi
☐Ide
☐Pikiran magis
yang terkait
Waham
☐Agam ☐Somatik ☐Kebesaran ☐Curiga ☐Nihilistik ☐Sisip
a pikir ☐Siar ☐Kontrol
pikir
Jelaskan : Klien memiliki perasaan sedih dan putus asa, karena tidak memiliki
orang tua yang menyayanginya lagi, dan orang tua tidak mungkin bersatu
kembali, klien tidak ditemukan isi pikir waham
11. Memori
☐ Gangguan daya ingat jangka ☐Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
☐Gangguan daya ingat saat ini ☐Konfabulasi
Jelaskan : Klien mampu mengingat setiap kejadian yang pernah dialaminya,
klien masih ingat dia tidur jam berapa bangun jam berapa, klien juga masih
mengingat kapan dia bercerai dengan istrinya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
☐Mudah beralih berhitung
☐Tidak mampu konsentrasi mampu
☐Tidak
Jelaskan : Klien tidak ada gangguan pada konsentrasi, klien mampu berhitung
dan klien mampu berkonsentrasi, meski sulit untuk mengajakanya komunikasi
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
13. Kemampuan Penilaian
☐Gangguan ringan ☐Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien dapat berfikir perilaku dirinya adalah perilaku yang negatif
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
14. Daya Tilik Diri
☐Mengingari penyakit yang dideritanya ☐ Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya Jelaskan : Klien mengatakan terkadang membeci kedua orang tuannya
karena telah meninggalkannya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
☑Bantuan minimal
☐Bantuan total
2. BAB/BAK
☑Bantuan minimal
☐Bantuan total
Jelaskan : Klien tidak memperlukan bantuan untuk makan maupun untuk
BAB/BAK
Masalah keperawatan : Tidak Ada
3. Mandi
☐Bantuan minimal ☐Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
☑Bantuan minimal ☐Bantuan total
5. Istirahat tidur
☑Tidur siang lama : 13.00 WIB s/d 14.00 WIB
☑Tidur malam lama : 22.00 WIB s/d 04.30 WIB
☑Kegiatan sebelum/sesudah tidur : meminum obat
6. Penggunaan obat
☑Bantuan minimal
☐Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Me an rumah Mencuci pakaian Pengaturan
nja keuangan
Perawatan pendukung
ga 9. Kegiatan diluar rumah Mempersiapkan
8. Kegiatan didalam rumah
ker makan Menjaga kerapian rumah
Mempersiapkan makan
api Mencuci pakaian
IX. MEKANISME KOPING
☐Y ☑Tidak
A ☑Tidak
☐Y
a
☑Tidak
☑Tidak
☐Y
a ☑Tidak
☐Y ☑Tidak
a
☐Y ☑Tidak
a
☑Tidak
☐Y
a ☑Tidak
☐Y
a
☐Y
a
☐Y
a
Adaptif Maladaptif
☐Bicara dengan orang lain ☐Minum alcohol
☐Mampu menyelasaikan masalah UReaksi lambat/berlebih
☐Teknik relaksasi ☐Bekerja berlebihan
☐Aktvitas konstruktif ☑Menghindar
☐Olahraga ☐Mencederai diri
☑Lainnya : klien hanya bebricara ☐Lainnya : klien mengatakan dulunya
seperlunya dengan orang lain atau penah minum-minuman berakohol
perawat bahkan juga pernah memakai NAPZA
X. MASALAH PSIKOSOSIAL
☐ Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik ....
☐Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik klien termasuk orang pendiam
dan terlihat lebih sering menyendiri, klien malas berinteraksi dengan orang lain, dan
hanya berbicara secukupnya
☐Masalah dengan pendidikan, spesifik klien putus sekolah pada waktu SMA
☐ Masalah dengan pekerjaan, spesifik
☐ Masalah dengan perumahan, spesifik keluarga atau orang tua klien telah berpisah
☐ Masalah ekonomi, spesifik ....
☐Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik klien pernah dirawat di RSJ
sebelumnya, dan karena kurang support sistem klien masuk lagi di RSJ karena putus
obat
☐ Masalah lainnya, spesifik ....
XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
☐Penyakit Jiwa
☐Sistem Pendukung
☐Faktor Presipitasi
☐Penyakit Fisik
☐Koping
☐Obat-obatan
☐ Lainnya :
Masalah Keperawatan : Kurang Pengetahuan
Analisa Data
Data Masalah
Ds: Pasien tidak menjaawab Isolasi Sosial
pertanyaan yang diberikan oleh
perawat
Ds : klien tidak
Memberikan kooperatif
umpan balik Do : klien
positif pada setiap meninggalkan tempat
peningkatan
kemampuan
28 Isolasi SP 1 Klp.2
Desembe r sosial Mengidentifikasi Ds : klien mengatakan
2021, (D.0121) kemampuan mampu untuk interaksi
pukul 10.15 melakukan interaksi DO : klien kooperatif
WIB dengan orang lain
Penulis melakukan pengkajian dengan menggunakan format yang telah ada pada
format Buku Panduan Praktik Keperawatan Jiwa Dan Cmhn Mahasiswa Profesi.
Selama proses pengkajian penulis tidak menemukan hambatan, pasien tidak kooperatif
sehingga mempersulit penulis untuk mengumpulkan data. Penulis mengkaji dari semua
lagi pada tanggal 28 Desember 2021 karena tidak memiliki support sistem yang baik.
Saat di rumah pasien merasa bingung ketika diajak ngobrol dengan orang lain dan
tidak tau mulai dari mana dengan apa yang akan dibicarakan. Teman terkadang
mengajak pasien berinteraksi dengan tetangga sekitar, tetapi partisipan tetap tidak mau
dan mengatakan ia merasa enggan bertemu dengan orang. Saat dikaji pasien hanya
B. Diagnosa
1. Menurut SDKI Isolasi sosial adalah ketidak mampuan untuk membina hubungan
Objektif : menarik diri, tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
Subjektif : merasa berbeda dengan orang lain, measa asyik dengan pikiran sendiri, merasa
Objektif : afek datar, afek sedih, riwayat ditolak, menunjukka permusuhan, tidak
bergairah/lesu
Ds: pasien mengatakan malu untuk bertemu orang lain, pasien merasa tidak ada
didalam kamar
Do: kontak mata (-), disorientasi orang, tidak kooperatif saat diajak bicara,
menunduk
C. Intervensi
1. Isolasi sosial
Tujuan yang ingin dicapai penulis untuk diagnose isolasi sosial yaitu Setelah
L.13116 keterlibatan sosial klien meningkat. Dengan kriteria hasil: Minat interaksi
kelompok yaitu :
SP 1
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
D. Implementasi
1. Isolasi sosial
E. EVALUASI
1. Isolasi sosial
A. Kesimpulan
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan
respons. Respon kognitif pasien isolasi social dapat berupa merasa ditolak oleh
orang lain, merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak berguna, merasa
putus asa dan tidak mampu membuat tujuan hidup atau tidak memiliki tujuan
hidup, tidak yakin dapat melangsungkan hidup, kehilangan rasa tertarik kegiatan
sosial, merasa tidak aman berada diantara orang lain, serta tidak mampu
Dari teori dan hasil studi kasus telah melakukan asuhan keperawatan pada
Ny.G (34 tahun) dengan isolasi sosial bahwa, ada kesamaan antara teori dengan
gejala klinis pasien yaitu : Pasien malu untuk bertemu orang lain, pasien merasa
tidak ada gunanya, serta merasa putus asa dan memilih untuk menyendiri didalam
kamar. Walaupun dari klinis teori memiliki banyak keunikan dan tidak di temukan
pada pasien.
di antaranya adalah :
Dengan intervensi pada SDKI SLKI dan SIKI yang dilakukan pada diagnosa
jalan, ketoko buku) Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri, Berikan
berinteraksi dengan orang lain secara bertahap, Anjurkan ikut serta kegiatan social
dan kemasyarakatan.
klien dengan perawat dan melatih klien berinteraksi, membantu klien mengenal
penyebab isolasi sosial, menanyakan orang yang paling dekat dengan klien dirumah
dan bercakap – cakap, melatih klien berkenalan, SP 2 yaitu melatih klien untuk
dapat teratasi.
B. Saran
sebagai berikut :
l a i n agar masalah isolasi sosial pasien dapat teratasi sehingga pasien bisa
2. Untuk Klien diharapkan tetap meminum obatnya dan tidak boleh terlambat
minum obat tersebut, dan melatih klien berkenalan dengan satu orang atau