Anda di halaman 1dari 40

ASKEP SEMINAR KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.G DENGAN ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Elina (1907016)

2. Elisa Maylani (1907017)

3. Fetty Zunita Suryaningrum (1907025)

4. Indry Lestari (1907032)

5. Khaeruliana Dewi Anjelita (1907035)

6. Ratna Herawati (1907047)

7. Yanu Ainur Fitri (1907056)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADASEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaika tugas
keperawatan anak yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN SEMINAR PADA
Ny.G DENGAN ISOLASI SOSIAL”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat dan dukungan dari pihak, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di tentukan.
Dalam kesempatan ini perkenalan penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada
pihak yang telah membatu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat serta doa
untukkeberhasilan penulis, antara lain :

1. Ns. Niken Sukesi., M.Kep selaku Ketua Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Widya Husada Semarang
2. Ns. Arifianto.M.Kep, Ns. Mariyati.,M.Kep.,Sp.Kep.J selaku pembimbing dosen,
yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis
3. Ns. Tri Winarni selaku Clinical Instructor (CI) RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
4. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membatu
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan membangun dari pembaca.

Semarang, 28 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Gangguan jiwa merupakan manifestasiklinis dari bentuk penyimpangan

perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidak wajaran dalam

bertingkah laku. Gangguan jiwa berat ada tigamacam yaitu Schizofrenia, gangguan

bipolar dan psikosis akut dengan Schizofrenia yang paling dominan yaitu

sejumlah 1% hingga 3% warga dunia (Nasir & Muhith, 2011). Skizofrenia

adalah gangguan multi factorial perkembangan saraf yang dipengaruhi oleh factor

genetic dan lingkungan serta ditandai dengan gejala positif, negatif. Dimana

gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi, dan

disorganisasi pikiran, bicara, dan perilaku yang tidak teratur, serta gejala negative

atau gejala samar, seperti afek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari

masyarakat atau rasa tidak nyaman (Videbeck, 2011). Gejala negative seperti

menarik diri dari masyarakat dan disfungsi social merupakan konsekuensi

hubungan respon neuro biologis maladaptif.

Menurut Stuart (2013) menyebutkan masalah social seringkali merupakan

sumber utama keprihatian keluarga dan penyedia layanan kesehatan. Perilaku

langsung dari masalah social meliputi ketidak mampuan untuk berkomunikasi

koheren, hilangnya dorongan dan ketertarikan, penurunan keterampilan sosial,

kebersihan pribadi yang buruk, dan paranoid. Perilaku lain yang terjadi adalah

harga diri rendah berhubungan dengan prestasi akademik dan social yang buruk,

merasakan ketidak nyamanan, dan yang paling sering terjadi adalah isolasi sosial,
jadi dapat disimpulkan bahwa gejala terbanyak dari pasien skizofrenia adalah

isolasi sosial: menarik diri sebagai akibat kerusakan afektif kognitif klien.

Isolasi social adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan

perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan

yang mengancam (Herman, 2015). Ancaman yang dirasakan dapat menimbulkan

respons. Respon kognitif pasien isolasi social dapat berupa merasa ditolak oleh

orang lain, merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak berguna, merasa

putus asa dan tidak mampu membuat tujuan hidup atau tidak memiliki tujuan

hidup, tidak yakin dapat melangsungkan hidup, kehilangan rasa tertarik kegiatan

sosial, merasa tidak aman berada diantara orang lain, serta tidak mampu

konsentrasi dan membuat keputusan.

Klien dengan isolasi social dapat disebabkan oleh beberapa factor antara

lain yang terdiri dari factor predisposisi dan factor presipitasi. Faktor predisposisi

yang dapat menyebabkan seseorang mengalami isolasi social adalah adanya tahap

pertumbuhan dan perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya

gangguan komunikasi didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang

salah yang dianut dalam keluarga serta factor biologis berupa gen yang diturunkan

dari keluarga yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain factor predisposisi ada

juga factor presipitasi yang menjadi penyebab adalah adanya stressor social budaya

serta stressor psikologis yang dapat menyebabkan klien mengalami kecemasan

(Prabowo, 2014).

Perasaan negative yang timbul setelahnya akan berdampak pada penurunan

harga diri terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai

keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan social merendahkan martabat,

percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri(Herman, 2012). Akibat yang

akan ditimbulkan dari perilaku isolasi social yaitu perubahan persepsi sensori:

halusinasi, resiko tinggi terhadap kekerasan, dan harga diri rendah kronis (Keliat,

2011). Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien semakin sulit dalam

mengembangkan hubungan dengan orang lain. Hal ini menyebabkan pasien

menjadi regresi atau mundur mengalami penurunan dalam aktivitas dank urangnya

perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien akan semakin tenggelam

dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai

dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut seperti deficit perawatan diri,

halusinasi yang akhirnya menyebabkan kekerasan dan tindakan bunuh diri

(Dalamidkk, 2009).

Menurut World Health Organization dalam penelitian Anandita 2012,

menyatakan bahwa sekitar 450 jiwa penduduk di seluruh dunia mengalami

gangguan kesehatan jiwa, yang memiliki arti bahwa jumlah penduduk dunia 10%

nya mengalami gangguan kesehatan jiwa, kenyataan ini dibuktikan dengan laporan

dari hasil riset bank dunia dan hasil survey Badan Pusat Statistik yang melaporkan

bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1%

yang merupakan angka tertinggi dibanding presentasi penyakit lain (Anindita,

2012).

Berdasarkan data dari riset kesehatan dasar (RISKESDAS, 2018)

Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan

jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa

Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3

persen dan
terbanyak pada penduduk yang tinggal diperdesaan (18,2%), serta pada kelompok

penduduk dengan kuintil indek kepemilikan terbawah (19,5%). Prevalensi

gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan

prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi

Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan data

dari Tim Pengarah Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Provinsi Jawa Tengah

menyebutkan, bahwa penderita gangguan jiwa didaerah Jawa Tengah tergolong

tinggi, dimana totalnya adalah 107 ribu penderita atau 2,3 persen dari jumlah

penduduk (Widiyanto, 2015).

B. Tujuan

1. Tujuan umum

a. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien

dengan Isolasi sosial

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan definisi Isolasi sosial

b. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan etiologi Isolasi sosial

c. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan patofisiologis Isolasi

sosial

d. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan manifestasiklinis

Isolasi sosial

e. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan pemeriksaan

penunjang Isolasi sosial

f. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan komplikasi Isolasi

sosial
g. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan

Isolasi sosial.

h. Mahasiswa mampu mendeskripsikan konsep asuhan keperawatan

pada pasien Isolasi social

C. Manfaat

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam memahami Isolasi

social

2. Melatih mahasiswa dalam membuat kasus dan penyelesainnya mulai dari

pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. KONSEP DASAR
B
A
B

I
I

T
I
N
J
A
U
A
N

T
E
O
R
I
a) Definisi Isolasi Sosial

Setiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial, pada
berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga
ketergantungan. Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu
dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Individu
tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan
sosial. Maka dari itu hubungan interpersonal perlu dibina oleh setiap individu.
Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan bagi individu yang memiliki gangguan
isolasi sosial (Sutejo, 2018).
Gangguan hubungan intrapersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian
yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Deden & Rusdi, 2013). Kesendirian yang
dialami oleh individu dan dianggap timbul karena orang lain dan sebagai suatu
pernyataan negatif atau mengancam (Herdman, 2015).
b) Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial
- Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon
sosial mengisolasi diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi
terjadinya mengisolasi diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya dapat
mengurangi masalah respon sosial.
- Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
- Faktor Sosiokultural
- Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat
dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan
sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak
realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan
ini (Deden & Rusdi, 2013).
c) Tanda dan Gejala
Gejala subjektif :
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang dan sangat singkat
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa
ditolak Gejala objektif :
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam dikamar
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5) Klien tampak sedih, ekpresi datar dan dangkal
6) Kontak mata kurang
7) Kurang spontan
8) Apatis
9) Ekspresi wajah kurang berseri
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11) Mengisolasi diri
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13) Masukkan makanan dan minuman terganggu
14) Retensi urin dan feses
15) Akktivitas menurun
16) Kurang energy
17) Rendah diri
18) Postur tubuh berubah
d) Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji
Asuhan keperawatan pasien isolasi sosial terdiri dari :
1. Pengkajian
Menurut Deden dan Rusdi, (2013) Tiap individu mempunyai potensi untuk
terlibat berhubungan sosial sebagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim dan
hubungan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai
kebutuhan setiap hari. Pada pengkajian klien-klien sulit diajak bicara, pendiam,
suka melamun dan menyendiri di sudut-sudut.

Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu


terhadap pasien hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran peserta
respon lingkungan yang negatif, kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak
percaya pada orang lain.
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial, kita dapat menggunakan wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga.
a) Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara,
adalah : pasien menceritakan perasaan kesepian atauditolak oleh orang lain.
b) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f) Pasien merasa tidak berguna
g) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi :
a) Tidak memiliki teman dekat
b) Menarik diri
c) Tidak komunikatif
d) Tindakan berulang dan tidak bermakna
e) Asyik dengan pikirannya sendiri
f) Tak ada kontak mata
g) Tampak sedih, afek tumpul
e) Pohon Masalah

Resiko Gangguan Presepsi


Sensori :
Halusinasi
Effect

Isolasi Sosial: Menarik


Diri
Core Problem

Mekanisme koping tidak efektif

Gangguan Konsep
Diri:HargaDiri
Rendah
Causa
f) Diagnosa keperawatan pada pasien isolasi sosial
Menurut Kusumawati dan Hartono, (2010) diagnosa keperawatan merupakan suatu
pernyataan masalah keperawatan pasien mencakup baik respon sehat adaptif atau
maladaptif serta stressor yang menunjang. Diagnosa keperawatan yang diangkat
adalah :
a) Isolasi Sosial
b) Hambatan komunikasi verbal
c) Defisit perawatan diri
d) Harga diri rendah
e) Gangguan sensori persepsi Halusinasi
g) Rencana tindakan keperawatan pada pasien isolasi sosial
Rencana tindakan keperawatan untuk pasien Isolasi Sosial (Sulastri, 2017).
1. Tujuan umum dan tujuan khusus Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
untuk individu yaitu meliputi: pada pasien dengan isolasi sosial terdapat
a) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

b) Pasien dapat membina hubungan saling percaya.

2. Tindakan keperawatan

a) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 1) untuk individu yaitu


pengkajian isolasi sosial, dan keuntungan dan kelebihan mempunyai teman

b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 2) untuk individu yaitu


melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2 orang lain),
latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian

c) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 3) untuk individu yaitu


melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang),
latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian baru.

d) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 4) untuk individu yaitu


mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara berbicara saat
melakukan kegiatan sosial.
BAB III
GAMBARAN KASUS

RUANG RAWAT : RIPD TANGGAL DIRAWAT : 28 Desember 2021


I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.G

Tanggal Pengkajian : 28 Desember 20201

Umur : 34 tahun

RM NO :-
Informan : Anggota Keluarga
II. ALASAN MASUK
Pasien masuk RSJ lagi pada tanggal 22 Desember 2020 karena tidak pernah minum
obat dan tidak memiliki support sistem yang baik. Saat di rumah pasien merasa
bingung ketika diajak ngobrol dengan orang lain dan tidak tau mulai dari mana dengan
apa yang akan dibicarakan. Teman terkadang mengajak pasien berinteraksi dengan
tetangga sekitar, tetapi partisipan tetap tidak mau dan mengatakan ia merasa enggan
bertemu dengan orang. Saat dikaji pasien hanya mau berdiam diri dan menolak
berinteraksi dengan orang lain.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernahkah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? ☑Ya ☐Tidak
2. Pengobatan sebelumnya. ☐Berhasil ☑Kurang Berhasil ☐Tidak Berhasil
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik Aniaya

seksual

Kekerasan dalam
keluarga

Tindakan Kriminal

Jelaskan : Pasien belum pernah menjadi pelaku, menjadi korban maupun menjadi
saksi dalam tindakan tersebut.
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ☐Ya ☑Tidak
Hubungan keluarga
Gejala Riwayat
pengobatan/perawatan
- - -
IV. FAKTOR PRESIPTASI
1. Apakah klien putus obat (tidak minum obat ? berapa lama ?)
Pasien masuk RSJ lagi pada tanggal 22 Desember 2020 karena tidak pernah
minum obat dan tidak memiliki support sistem yang baik.
2. Apakah klien mengkonsumsi NAPZA ?
Pasien alkohol sejak 2017 dan terjerumus mengkonsumsi NAPZA jenis sabu sejak
2019.
3. Apakah klien mengalami peristiwa atau kejadian yang tidak menyenangkan dalam 6
(enam) bulan terakhir ?
Ya, keluarga tidak memberika support sistem yang baik
V. FISIK
Tanda Vital : TD: 110/90 mmHg, N: 92 x/mnt, S : 36,6ºc,P : 22 x/mnt
Ukur :TB: 150 cm BB:48 kg
Keluhan Fisik : Tidak ada
Jelaskan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (tiga generasi)

Keterangan :

: laki-laki meninggal

: laki-laki

: perempuan

: klien

: tinggal bersama

Penjelasan : Klien tinggal bersama neneknya. Klien tidak tinggal serumah dengan
neneknya karena sudah orang tuanya sudah bercerai dan memiliki keluarga
masing-masing.
2. Konsep Diri
Gambaran diri : klien mengatakan tidak perduli dengan dirinya
Identitas diri : klien mengatakan seorang anak laki-laki yang tidak memiliki
orang tua
Peran : klien mengatakan tidak perduli dengan dirinya
maupun orang lain
Ideal diri : klien menginginkan dirinya seperti orang lain tapi
klien malu
Harga diri : klien merasa malu, dengan kehidupannya saat ini
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien tidak menjawab mengenai orang yang berrarti
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien stidak aktif dalam mengikuti kegiatan
TAK dan lebih sering tidur
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Pasien merasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan : klien mengatakan tidak akan merasakan kasih sayang orang
tua lagi
Kegiatan Ibadah : Pasien tidak memberikan jawaban
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
☑Tidak
☐Penggunaan pakaian tidak ☐ Cara berpakaian
rapi
sesuai
tidak seperti biasanya
Jelaskan : dalam berpakaian klien tidak rapi, klien tampak kusam, lesu, kuku
tampak panjang dan kotor. Klien jarang mandi, dan memilih berdiam dikamar
2. Pembicaraan
☐Cepat
☐Kera ☐Gaga ☐Inkohere ☐Apatis
s p
☐Lambat ☑Membisu ☐Tidak mampu
Jelaskan : klien tidak pernah memulai permbicaraan terlebih dahulu pada lawan
bicara, kadang pertanyaan inkoheren dengan pertanyaan yang diajukan
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial & Kerusakan Komunikasi Verbal
3. Aktifitas motorik
☑Lesu
☐Tegang ☐Gelisah ☐Agitasi ☐Tik ☐Grimasen
☐Tremor ☐Kompulsif
Jelaskan : Klien mengatakan ia merasa enggan bertemu dengan orang. Saat
dikaji pasien hanya mau berdiam diri dan menolak berinteraksi dengan orang
lain. ketika diajak berbicara, klien tampak lesu, kontak mata hilang, lebih
banyak menunduk, dan kadang langsung pergi.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Alam perasaan
☑Sedih
☐Ketakutan ☑Putus asa ☐Khawatir ☐Gembira berlebih
Jelaskan : Klien merasa sedih dan putus asa, karena tidak memiliki orang tua
yang menyayanginya lagi, dan orang tua tidak mungkin bersatu kembali
5. Afek
☑Datar
☐Tumpul ☐Labil ☐Tidak Labil
Jelaskan : Datar, karena selama diajak bicara pasien tidak ada kontak mata dan
lebih banyak diam, klien hanya berbicara seperlunya, menjawab pertanyaan
yang diinginkan, terkadang klien langsung meninggalkan tempat
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
6. Interaksi selama wawancara
☐Bermusuhan
☑Tidak Kooperatif ☐Mudah
☑Kontak Tersinggung
☐Sensitif
☐Curiga Mata(-)
Jelaskan : klien tidak kooperatif saat diajak bicara, kontak mata tidak ada, klien
hanya bicara seperlunya, klien memilih menundukkan kepala jika diajak
interaksi
Masalah Keperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial
7. Persepsi
☑Pendengaran
☐Penglihatan ☐Perabaan ☐Pengecap
☐Penghidung
Jelaskan : Klien mengatakan kadang merasa marah karena ada suara yang
mengejek/menghina dirinya, klien mengatakan suara mengatakan kalau dirinya
tidak berguna lagi, sering terjadi ketika pasien melamun
8. Proses Pikir
☐ Sirkumtansial ☐ Tangensial ☑ Kehilangan Asosiasi ☐Fligh of
☐ Pengulangan pembicaraan/Persevarasi
ideasBlocking
Jelaskan : Klien sering kelihatan melamun, dan ketika diajak bicara klien tidak
ada pendapat dan bersikap datar

9. Isi Pikir
☐Obsesi
☐Fobia ☐Hipokondria ☑Depersonalisasi
☐Ide
☐Pikiran magis
yang terkait
Waham
☐Agam ☐Somatik ☐Kebesaran ☐Curiga ☐Nihilistik ☐Sisip
a pikir ☐Siar ☐Kontrol
pikir
Jelaskan : Klien memiliki perasaan sedih dan putus asa, karena tidak memiliki
orang tua yang menyayanginya lagi, dan orang tua tidak mungkin bersatu
kembali, klien tidak ditemukan isi pikir waham

10. Tingkat Kesadaran


☐Bingung☐Sedasi
☐Stupor ☐Disorientasi
☐Waktu ☐Tempat ☑Orang
Jelaskan : Klien merasa jelas saat ini klien dimana, klien sedang dirawat, klien
tidak mau berkenalan dengan orang lain, klien hanya mengenal satu dua orang
disekitar klien dan klien tidak pernah bicara dengan orang itu

11. Memori
☐ Gangguan daya ingat jangka ☐Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
☐Gangguan daya ingat saat ini ☐Konfabulasi
Jelaskan : Klien mampu mengingat setiap kejadian yang pernah dialaminya,
klien masih ingat dia tidur jam berapa bangun jam berapa, klien juga masih
mengingat kapan dia bercerai dengan istrinya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
☐Mudah beralih berhitung
☐Tidak mampu konsentrasi mampu
☐Tidak
Jelaskan : Klien tidak ada gangguan pada konsentrasi, klien mampu berhitung
dan klien mampu berkonsentrasi, meski sulit untuk mengajakanya komunikasi
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
13. Kemampuan Penilaian
☐Gangguan ringan ☐Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien dapat berfikir perilaku dirinya adalah perilaku yang negatif
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
14. Daya Tilik Diri
☐Mengingari penyakit yang dideritanya ☐ Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya Jelaskan : Klien mengatakan terkadang membeci kedua orang tuannya
karena telah meninggalkannya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
☑Bantuan minimal
☐Bantuan total
2. BAB/BAK
☑Bantuan minimal
☐Bantuan total
Jelaskan : Klien tidak memperlukan bantuan untuk makan maupun untuk
BAB/BAK
Masalah keperawatan : Tidak Ada
3. Mandi
☐Bantuan minimal ☐Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
☑Bantuan minimal ☐Bantuan total
5. Istirahat tidur
☑Tidur siang lama : 13.00 WIB s/d 14.00 WIB
☑Tidur malam lama : 22.00 WIB s/d 04.30 WIB
☑Kegiatan sebelum/sesudah tidur : meminum obat
6. Penggunaan obat
☑Bantuan minimal
☐Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Me an rumah Mencuci pakaian Pengaturan
nja keuangan
Perawatan pendukung
ga 9. Kegiatan diluar rumah Mempersiapkan
8. Kegiatan didalam rumah
ker makan Menjaga kerapian rumah
Mempersiapkan makan
api Mencuci pakaian
IX. MEKANISME KOPING
☐Y ☑Tidak
A ☑Tidak
☐Y
a
☑Tidak
☑Tidak
☐Y
a ☑Tidak
☐Y ☑Tidak
a
☐Y ☑Tidak
a
☑Tidak
☐Y
a ☑Tidak

☐Y
a
☐Y
a
☐Y
a
Adaptif Maladaptif
☐Bicara dengan orang lain ☐Minum alcohol
☐Mampu menyelasaikan masalah UReaksi lambat/berlebih
☐Teknik relaksasi ☐Bekerja berlebihan
☐Aktvitas konstruktif ☑Menghindar
☐Olahraga ☐Mencederai diri
☑Lainnya : klien hanya bebricara ☐Lainnya : klien mengatakan dulunya
seperlunya dengan orang lain atau penah minum-minuman berakohol
perawat bahkan juga pernah memakai NAPZA
X. MASALAH PSIKOSOSIAL
☐ Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik ....
☐Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik klien termasuk orang pendiam
dan terlihat lebih sering menyendiri, klien malas berinteraksi dengan orang lain, dan
hanya berbicara secukupnya
☐Masalah dengan pendidikan, spesifik klien putus sekolah pada waktu SMA
☐ Masalah dengan pekerjaan, spesifik
☐ Masalah dengan perumahan, spesifik keluarga atau orang tua klien telah berpisah
☐ Masalah ekonomi, spesifik ....
☐Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik klien pernah dirawat di RSJ
sebelumnya, dan karena kurang support sistem klien masuk lagi di RSJ karena putus
obat
☐ Masalah lainnya, spesifik ....
XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
☐Penyakit Jiwa
☐Sistem Pendukung
☐Faktor Presipitasi
☐Penyakit Fisik
☐Koping
☐Obat-obatan
☐ Lainnya :
Masalah Keperawatan : Kurang Pengetahuan
Analisa Data
Data Masalah
Ds: Pasien tidak menjaawab Isolasi Sosial
pertanyaan yang diberikan oleh
perawat

Do: kontak mata (-), disorientasi


orang, tidak kooperatif saat diajak
bicara, menunduk
XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Skizofrenia
Terapi Medik :

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial (D.0121)
XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial D.0121
XV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tangga Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Ttd
l keperawatan Hasil
22-12- Isolasi Sosial Keterlibatan Sosial Promosi sosialisasi Klp.
2
2020 (D.0121) L.13116 I.13498
Setelah dilakukan Observasi:
asuhan keperawatan 1. Identifikasi
selama 3x8 jam kemampuan
diharapkan melakukan interaksi
keterlibatan sosial dengan orang lain
klien meningkat. 2. Identifikasi hambatan
Dengan kriteria hasil: melakukan interaksi
 Minat interaksi dengan orang lain
meningkat Terapeutik:
 Verbalisasi 1. Motivasi
sosial meingkat meningkatkan
 Verbaliasasi keterlibatan dalam
ketidaknyamanan suatu hubungan
ditempat umum 2. Motivasi kesabaran
menurun dalam
 Perilaku menarik mengembangkan
diri menurun suatu hubungan
3. Motivasi
berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
4. Motivasi berinteraksi
diluar lingkungan
(mis.jalan-jalan,
ketoko buku)
5. Berikan umpan balik
positif dalam
perawatan diri
6. Berikan umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
2. Anjurkan ikut serta
kegiatan social dan
kemasyarakatan
3. Anjurkan berbagi
pengalaman dengan
orang lain

XVI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Tanggal/ja Dx.Kep Implementasi Respon TTD
m
28 Isolasi SP 1 Klp.2
Desembe r sosial  Mengidentifikasi Ds: klien tidak
2021, (D.0121) kemampuan kooperatif
10.15 WIB melakukan interaksi Do: pasien tampak
dengan orang lain menunduk

 Mengidentifikasi Ds : klien tidak


hambatan melakukan kooperatif
interaksi dengan DO : klien hanya diam
orang lain
Ds : klien mengatakan
 Motivasi mau, Do : kontak mata
meningkatkan (+)
keterlibatan
dalam suatu
hubungan
Ds : klien mengatakan
 Memotivasi hanya ingin sendiri
berpartisipasi Do : klien tidak
dalam aktivitas kooperatif
baru dan kegiatan
kelompok
Ds : klien mengatakan
mampun melakukan
 Memberikan aktifitas sendiri
umpan balik positif DO : klien kooperatif
dalam perawatan diri
Ds : klien mengatakan
tidak mau
 Menganjurkan Do : klien hanya diam
berinteraksi dengan
orang lain secara
bertahap
(berkenalan dengan
1 orang)
 Menganjurkan Ds : klien mengatakan
berbagi masih belum siap dan
pengalaman dengan malu
orang lain DO : klien tidak fokus
dengan pembicaraaan

Ds : klien tidak
 Memberikan kooperatif
umpan balik Do : klien
positif pada setiap meninggalkan tempat
peningkatan
kemampuan
28 Isolasi SP 1 Klp.2
Desembe r sosial  Mengidentifikasi Ds : klien mengatakan
2021, (D.0121) kemampuan mampu untuk interaksi
pukul 10.15 melakukan interaksi DO : klien kooperatif
WIB dengan orang lain

 Mengidentifikasi Ds : klien mengatakan


hambatan melakukan masih merasa malu
interaksi dengan untuk berinteraksi
orang lain dengan orang lain
DO : klien kooperatif

 Motivasi Ds : klien mengatakan


meningkatkan mau dan setuju
keterlibatan DO : klien tampak
dalam suatu antusias
hubungan
Ds : klien mengatakan
 Motivasi lebih suka sendiri
kesabaran dalam Do : kontak mata (+)
mengembangkan
suatu hubungan

 Menganjurkan Ds : klien mengatakan


berinteraksi dengan mampu melakukannya
orang lain secara DO : klien kooperatif
bertahap
(berkenalan dengan
1 orang)
Ds : klien mengatakan
 Memberikan malu
umpan balik Do : klien tampak
positif pada setiap nyaman di dalam
peningkatan ruangan
kemampuan
Ds : klien mengatakan
senang tapi malu
 Menganjurkan DO : klien tertawa
berbagi
pengalaman dengan
orang lain
XVII. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal/jam Dx.Keperawatan Evaluasi TTD
28 Desember Isolasi Sosial S : Pasien tidak memberikan Klp.2
2021, pukul (D.0121) jawaban
11.00 WIB O : Klien tidak kooperatif, konta
mata (-), tidak fokus dalam
pembicaraan
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny.G dengan
Isolasi sosial. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny.G adalah Isolasi Sosial
(D.0121), dengan masalah utama keperawatan Isolasi Sosial (D.0121), dibawah ini adalah
pembahasan dari pengkajian, diagnosa sampai evaluasi :
A. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian dengan menggunakan format yang telah ada pada

format Buku Panduan Praktik Keperawatan Jiwa Dan Cmhn Mahasiswa Profesi.

Selama proses pengkajian penulis tidak menemukan hambatan, pasien tidak kooperatif

sehingga mempersulit penulis untuk mengumpulkan data. Penulis mengkaji dari semua

aspek meliputi: biopsiko-sosial-kultural-spiritual. Dari pengkajian pasien masuk RSJ

lagi pada tanggal 28 Desember 2021 karena tidak memiliki support sistem yang baik.

Saat di rumah pasien merasa bingung ketika diajak ngobrol dengan orang lain dan

tidak tau mulai dari mana dengan apa yang akan dibicarakan. Teman terkadang

mengajak pasien berinteraksi dengan tetangga sekitar, tetapi partisipan tetap tidak mau

dan mengatakan ia merasa enggan bertemu dengan orang. Saat dikaji pasien hanya

mau berdiam diri dan menolak berinteraksi dengan orang lain

B. Diagnosa

Berdasarkan data pengkajian yang didapat, penulis menegakkan diagnosa sebagai

berikut: isolasi sosial (D.0121) :

1. Menurut SDKI Isolasi sosial adalah ketidak mampuan untuk membina hubungan

yang erat, hangat terbuka dan interdependen dengan orang lain

2. Alasan diagnosa ini ditegakkan karena pada klien ditemukan


Gejala Mayor dan Minor menurut SDKI

Gejala dan tanda mayor

Subjektif :merasa ingin sendirian, merasa tidak aman ditempat umum

Objektif : menarik diri, tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau

lingkungan

Gejala dan tanda minor

Subjektif : merasa berbeda dengan orang lain, measa asyik dengan pikiran sendiri, merasa

tidak mempunyai tujuan yang jelas

Objektif : afek datar, afek sedih, riwayat ditolak, menunjukka permusuhan, tidak

mampu memenuhi harapan orang lain, kondisi difabel, tindakan tidak

berarti, tidak ada kontak mata, perkembangan terlambat, tidak

bergairah/lesu

Data yang didapatkan dari pengkajian pasien

Ds: pasien mengatakan malu untuk bertemu orang lain, pasien merasa tidak ada

gunanya, pasien mengatakan putus asa dan memilih untuk menyendiri

didalam kamar

Do: kontak mata (-), disorientasi orang, tidak kooperatif saat diajak bicara,

menunduk

C. Intervensi

1. Isolasi sosial

Tujuan yang ingin dicapai penulis untuk diagnose isolasi sosial yaitu Setelah

dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan Keterlibatan Sosial

L.13116 keterlibatan sosial klien meningkat. Dengan kriteria hasil: Minat interaksi

meningkat, Verbalisasi sosial meingkat, Verbaliasasi ketidaknyamanan ditempat


umum menurun, Perilaku menarik diri menurun. Dengan intervensi yang dilakukan

kelompok yaitu :

 SP 1

1) Mengidentifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain

2) Mengidentifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain

3) Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan

4) Memotivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok

5) Memberikan umpan balik positif dalam perawatan diri

6) Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap


(berkenalan dengan 1 orang)

7) Menganjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain

8) Memberikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

D. Implementasi

1. Isolasi sosial

Implementasi yang dilakukan oleh kelompok untuk mengatai masalah

keperawatan isolasi sosial yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2021

kelompok melakukan imlementasi :

1) Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan

Ds : klien tidak mengatakan apapun

Do : klien tidak kooperatif

2) Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubunga

Ds : klien tidak mengatakan apapun


Do : klien tidak kooperatif, kontak mata (-)

3) Memotivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok

Ds : klien tidak mengataan apapun


DO : klien tampak berdiam diri didalam kamar

4) Memotivasi berinteraksi diluar lingkungan

Ds : klien tidak mengatakan apapun


Do : klien tampak tidak dapat beradaptasi

5) Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap (berkenalan


dengan 2 orang)

Ds : klien menolak melakukan interaksi

DO : klien tidak kooperatif

6) Memberikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan

Ds : klien tidak membatakan apapun


Do : klien tidak aktif

7) Menganjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain

Ds : klien tidak mengatakan


apapun
DO : klien terlihat menunduk

E. EVALUASI

1. Isolasi sosial

Mahasiswa evaluasi setelah dilakuka implementasi keperawatan didapatkan hasil

bahwa terdapat peningkatan keterlibatan sosial. Didapatkan data pasien hari 1 :

Ds : pasien tidak mengatakan apapun

Do : Klien tidak kooperatif, konta mata (-), tidak fokus dalam

pembicaraan, klien tampak menuduk, berdiam diri didalam kamar dan

menjauh bila didekati


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Isolasi social adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan

perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan

yang mengancam (Herman,2015). Ancaman yang dirasakan dapat menimbulkan

respons. Respon kognitif pasien isolasi social dapat berupa merasa ditolak oleh

orang lain, merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak berguna, merasa

putus asa dan tidak mampu membuat tujuan hidup atau tidak memiliki tujuan

hidup, tidak yakin dapat melangsungkan hidup, kehilangan rasa tertarik kegiatan

sosial, merasa tidak aman berada diantara orang lain, serta tidak mampu

konsentrasi dan membuat keputusan.

Dari teori dan hasil studi kasus telah melakukan asuhan keperawatan pada

Ny.G (34 tahun) dengan isolasi sosial bahwa, ada kesamaan antara teori dengan

gejala klinis pasien yaitu : Pasien malu untuk bertemu orang lain, pasien merasa

tidak ada gunanya, serta merasa putus asa dan memilih untuk menyendiri didalam

kamar. Walaupun dari klinis teori memiliki banyak keunikan dan tidak di temukan

pada pasien.

Masalah tersebut ditemukan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

di antaranya adalah :

1. Isolasi Sosial (D.0121)

Dengan intervensi pada SDKI SLKI dan SIKI yang dilakukan pada diagnosa

pertama yaitu Isolasi Sosial D.0121 :


Observasi: Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain,

Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain. Terapeutik:

Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan, Motivasi kesabaran

dalam mengembangkan suatu hubungan, Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas

baru dan kegiatan kelompok, Motivasi berinteraksi diluar lingkungan (mis.jalan-

jalan, ketoko buku) Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri, Berikan

umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan. Edukasi :Anjurkan

berinteraksi dengan orang lain secara bertahap, Anjurkan ikut serta kegiatan social

dan kemasyarakatan.

Dalam pemberian asuhan keperawatan perawat juga tetap menggunakan

strategi pelaksanaan (SP): SP 1 yaitu membina hubungan saling percaya Antara

klien dengan perawat dan melatih klien berinteraksi, membantu klien mengenal

penyebab isolasi sosial, menanyakan orang yang paling dekat dengan klien dirumah

maupun RSJ, membantu klien mengetahui keuntungan mempunyai banyak teman

dan bercakap – cakap, melatih klien berkenalan, SP 2 yaitu melatih klien untuk

bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian.

Setelah diberikan tindakan keperawatan dan pemberian strategi pelaksanaan

(SP): SP 1, berdasarkan masalah masing-masing didapatkan masalah isolasi sosial

dapat teratasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran

sebagai berikut :

1. Untuk perawat, diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan serta

meningkatkan kemampuan pasien untuk berinteraksi dengan orang

l a i n agar masalah isolasi sosial pasien dapat teratasi sehingga pasien bisa

berinteraksi kembali dengan orang lain.

2. Untuk Klien diharapkan tetap meminum obatnya dan tidak boleh terlambat
minum obat tersebut, dan melatih klien berkenalan dengan satu orang atau

melakukan kegiatan aktifitas kelompok.


DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. S. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika


Kusumawati, F & Hartono Y. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Setiadi. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Stuart, G., w. (2016). Prinsip Dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart. Jakarta: elaevier
Sutejo. (2017). Keperawatan jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Sefrina. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Keberfungsian Sosial Pada Pasien
Skizofrenia Rawat Jalan. Di unduh pada tanggal 20 Juni 2020 dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/3609/0
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai