Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN 1

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :

1. DEBY AYU SAFIRA (1907011)


2. DESIDARIA ROSALIANI RONA (1907012)
3. DIAH AYU FAIZATIN (1907913)
4. DIAN FITRIHANAYANI (1907014)
5. DINI LISTIANINGSIH (1907015) a) )

6. ELINA (1907016)
7. ELISA MAYLANI (1907017)
8. ERNA FILIASARI (1907018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2

LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................................................................3

A. KASUS............................................................................................................................................3

B. PENGERTIAN..............................................................................................................................3

C. RENTAN RESPON.......................................................................................................................3

a. Respon Adaptif............................................................................................................................3

b. Respon Maladaptif.......................................................................................................................4

D. ETIOLOGI.....................................................................................................................................4

a. Faktor Predisposisi.......................................................................................................................4

b. Faktor Presipitasi.........................................................................................................................5

E. TANDA DAN GEJALA................................................................................................................6

F. SUMBER KOPING.......................................................................................................................7

a. Sumber Koping............................................................................................................................7

b. Mekanisme Koping......................................................................................................................8

G. ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................................8

STRATEGI PELAKSANAAN 1............................................................................................................26

1. Pertemuan......................................................................................................................................26

2. Kondisi Klien.................................................................................................................................26

3. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................................26

4. Tujuan Umum................................................................................................................................26

5. Tujuan Khusus...............................................................................................................................26

6. Komunikasi Terapeutik.................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................29

2
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KASUS
Isolasi social berhubungan dengan perubahan status.

B. PENGERTIAN
Isolasi social merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu
fungsi seseorang dalam berhubungan social (DepKes, 2000 dalam Direja 2011).

Isolasi social adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat,


hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain (SDKI).

C. RENTAN RESPON
Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo tentang respon klien ditinjau dari
interaksinya dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara
respon adaptif dengan maladaptive sebagai berikut :

a. Respon Adaptif
Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain
individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut
adalah sikap yang termasuk respon adaptif :
1. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah terjadi di lingkungan sosialnya.

3
2. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan social.
3. Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal yang saling
membutuhkan satu sama lain.
4. Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling ketergantungan
antara individu dengan orang lain.

b. Respon Maladaptif
Menurut Sutejo (2017) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari
norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang
termasuk respon maladaptive.
1. Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
2. Impulsive merupakan respon social yang ditandai dengan individu sebagai
subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu
melakukan penilaian secara onjektif.
3. Narsisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah
marah.

D. ETIOLOGI
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya
pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kedaan ini
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam
diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).

Faktor pendukung terjadinya gangguan jiwa dalam hubungan sosial diantaranya:


a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang pendukung terjadinya perilaku isolasi social
diantaranya :
1. Faktor Perkembangan

4
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah
respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja
sama dengan tenaga professional untuk mengembangkan gambaran yang
lebih cepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.
Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
2. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak
seperti: atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3. Faktor Struktural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan hal ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan dengan
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti pada lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi sosial dapat
terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini
(Dermawan, 2013).

b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus terdiri terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan
alasan perasaan adalah :

1. Kehilangan ketertarikan nyata atau dibayangkan, termasuk kehilangan cinta


seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan
simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain
merupakan hal yang sangat penting.

5
2. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masala-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi terutama
pada wanita.
E. TANDA DAN GEJALA
a. Kognitif
Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting, merasa tidak aman di dekat orang
lain, tidak mampu berkonsentrasi dan kehilangan rasa tertarik pada kegiatan social.
b. Fisik
Bukti kecacatan ( fisik, mental ),
c. Afektif
merasa tidak nyaman dengan orang lain, afek tumpul dan takut berada dekat orang lain
d. Perilaku
tidak ada kontak mata, berdiam diri di kamar, banyak melamun, aspek sosial yaitu
menarik diri, sulit berinteraksi dengan orang lain dan curiga terhadap orang lain.
e. Social
menarik diri, sulit berinteraksi dengan orang lain dan curiga terhadap orang lain.
(Herdman & Kamitsuru, 2015)

F. SUMBER KOPING
a. Sumber Koping
Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagai menjadi 4,
yaitu sebagai berikut :
1. Personal Ability
Kemampuan untuk mencari informasi terkait masalah, kemampuan
mengidentifikasi masalah, pertimbangan alternatife, kemampuan
mengungkapkan / konfrontasi perasaan marah., tidak semangat untuk
menyelesaikan masalah, kemampuan mempertahankan hubungan
interpersonal, mempunyai pegetahuan dalam pemecahan masalah secara
asertif, intelegensi kurang dalam menghadapi stressor, identitas ego tidak
adekuat.
2. Social Support

6
Dukungan dari keluarga dan masyarakat, keterlibatan atau perkumpulan di
masyarakat dan pertentangan nilai budaya.
3. Material Assest
Penghasilan yang layak, tidak ada benda atau barang yang biasa dijadikan
asset, tidak mempunyai tabungan untuk mengantisipasi hidup, tidak mampu
menjangkau pelayanan kesehatan.
4. Positive Belief
Distress spiritua, adanya motivasi, penilaian terhadap pelayanan kesehatan
b. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang umum di gunakan adalah mekanisme pertahanan ego menurut
Yosep (2011), seperti :

Adaptif :

1. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu seperti pada
mulanya yang membangkitkan emosi.
2. Reaksi Formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa yang
benar-benar di lakukan orang lain.
Maladaptif :
1. Depresi
Menekan perasaan orang lain yang menyakitkan atau konflik ingatan dari
kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang tidak baik

7
G. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
status mental, suku bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosis medis.Identitas penanggung jawab : nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.
B. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain,
tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
C. Faktor Predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orangtua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami,
putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai
Klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
D. Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup semua sistem yang ada hubungannya dengan klien
depresi berat didapatkan pada sistem integumen klien tampak kotor, kulit lengket di
karenakan kurang perhatian terhadap perawatan dirinya bahkan gangguan aspek dan
kondisi klien
E. Psikosisial
1) Konsep Diri
1. Gambaran diri
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.

8
2. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
3. Harga diri
4. Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
5. Penampilan Peran
6. Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua, putus sekolah, PHK.
7. Identitas Personal
8. Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
2) Hubungan Sosial
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan sosial
dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam
masyarakat.
3) Spiritual
Nilai dan keyakinan klien, pandangan dan keyakian klien terhadapap
gangguan jiwa sesuai dengan norma dan agama yang dianut pandangan
masyarakat setempat tentang gangguan jiwa. Kegiatan ibadah : kegiatan di
rumah secara individu atau kelompok.
4) Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
a. Penampilan
Biasanya pada Klien menarik diriklien tidak terlalu memperhatikan
penampilan, biasanya penampilan tidak rapi, cara berpakaian tidak seperti
biasanya (tidak tepat).

9
b. Pembicaraan
Cara berpakaian biasanya di gambarkan dalam frekuensi, volume dan
karakteristik. Frekuansi merujuk pada kecepatan Klien berbicara dan
volume di ukur dengan berapa keras klien berbicara. Observasi frekuensi
cepat atau lambat, volume keras atau lambat, jumlah sedikit, membisu, dan
di tekan, karakteristik gagap atau kata-kata bersambungan.
c. Aktivitas motoric
Aktifitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik klien. Tingkat aktifitas :
letargik, tegang, gelisah atau agitasi. Jenis aktifitas : seringai atau tremor.
Gerakan tubuh yang berlebihan mungkin ada hubunganya dengan ansietas,
mania atau penyalahgunaan stimulan. Gerakan motorik yang berulang atau
kompulsif bisa merupakan kelainan obsesif kompulsif
d. Alam Perasaan
Alam perasaan merupakan laporan diri klien tentang status emosional dan
cerminan situasi kehidupan klien. Alam perasaan dapat di evaluasi dengan
menanyakan pertanyaan yang sederhana dan tidak mengarah seperti
“bagaimana perasaan anda hari ini” apakah klien menjawab bahwa ia
merasa sedih, takut, putus asa, sangat gembira atau ansietas.
e. Interaksi saat wawancara
Interaksi menguraikan bagaimana klien berhubungan dengan perawat.
Apakah klien bersikap bermusuhan,tidak kooperatif, mudah tersinggung,
berhati-hati, apatis, defensive,curiga atau sedatif.
f. Afek
Afek adalah nada emosi yang kuat pada klien yang dapat di observasi oleh
perawat selama wawancara. Afek dapat di gambarkan dalam istilah
sebagai berikut : batasan, durasi, intensitas, dan ketepatan. Afek yang labil
sering terlihat pada mania, dan afek yang datar,tidak selaras sering tampak
pada skizofrenia.
g. Persepsi
Ada dua jenis utama masalah perseptual : halusinasi dan ilusi. Halusinasi
di definisikan sebagai kesan atau pengalaman sensori yang salah. Ilusi

10
adalah persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
Halusinasi perintah adalah yang menyuruh klien melakukan sesuatu seperti
membunuh dirinya sendiri, dan melukai diri sendiri.
h. Proses Pikir
Proses pikir merujuk “ bagaimana” ekspresi diri klien proses diri klien
diobservasi melalui kemampuan berbicaranya. Pengkajian dilakukan lebih
pada pola atas bentuk verbalisasi dari pada isinya.
i. Isi Pikir
Isi pikir mengacu pada arti spesifik yang diekspresikan dalam komunikasi
klien. Merujuk pada apa yang dipikirkan klien walaupun klien mungkin
berbicara mengenai berbagai subjek selama wawancara, beberapa area isi
harus dicatat dalam pemeriksaan status mental. Mungkin bersifat kompleks
dan sering disembunyikan oleh klien.
j. Tingkat kesadaran
Pemeriksaan status mental secara rutin mengkaji orientasi klien terhadap
situasi terakhir. Berbagai istilah dapat digunakan untuk menguraikan
tingkat kesadaran klien seperti bingung, tersedasi atau stupor.
k. Memori
Pemeriksaan status mental dapat memberikan saringan yang cepat tehadap
masalah-masalah memori yang potensial tetapi bukan merupakan jawaban
definitif apakah terdapat kerusakan yang spesifik. Pengkajian neurologis
diperlukan untuk menguraikan sifat dan keparahan kerusakan memori.
Memori didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengingat pengalaman
lalu.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan selama
jalannya wawancara.Kalkulasi adalah kemampuan klien untuk
mengerjakan hitungan sederhana.
m. Kemampuan penilaian

11
Penilaian melibatkan perbuatan keputusan yang konstruktif dan adaptif
termasuk kemampuan untuk mengerti fakta dan menarik kesimpulan dari
hubungan.
n. Daya titik diri
Penting bagi perawat untuk menetapkan apakahklien menerima atau
mengingkari penyakitnya.

5) Keperluan Persiapan Pulang


Pengkajian diarahkan pada klien dan keluarga klien tentang persiapan
keluarga, lingkungan dalam menerima kepulangan klien. Untuk menjaga klien
tidak kambuh kembali diperlukan adanya penjelasan atau pemberian
pengetahuan terhadap keluarga yang mendukung pengobatan secara rutin dan
teratur.
6) Mekanisme Koping
Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada pasien atau keluarga,
bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi masalah koping
adaptif dan maladaptif.
7) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien dengan isolasi sosial memiliki masalah dengan psikososial
dan lingkungannya. Seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan
keluarga atau masyarakat karena merasa takut, tidak berguna, dll.
8) Aspek Medis Diagnosa
Terapi yang diterima pasien bisa berupa terapi farmakologi, ECT, psikomotor,
terapi ekopasional, TAK, dan rehabilitasi.

F. Analisis Data
N Data Etiologi Masalah
o
1. Gejala dan tanda mayor Ketidaksesuaian Isolasi
Data Subjektif : perilaku sosial Sosial
1. Merasa ingin sendirian dengan norma

12
2. Merasa tidak aman ditempat umum
Data objektif
1. Menarik diri
2. Tidak berminat/ menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan
Gejala dan tanda minor
Data subjektif
1. Merasa berbeda dengan orang lain
2. Merasa asyik dengan pikiran sendiri
3. Merasa tidak mempunyai tujuan yang
jelas
Data objektif
1. Afek datar
2. Afek sedih
3. Riwayat ditolak
4. Menunjukkan permusuhan
5. Tidak mampu memenuhi harapan
orang lain
6. Kondisi difabel
7. Tindakan tidak berarti
8. Tidak ada kontak mata
9. Perkembangan terlambat
10. Tidak bergairah/lesu
2. Tanda dan gejala mayor Ketidakefektifan Harga Diri
Data Subjektif : mengatasi Rendah
1. Menilai diri negatif (mis: tidak masalah Kronis
berguna,tidak tertolong)
2. Merasa malu/bersalah
3. Merasa tidak mampu melakukan
apapun
4. Meremehkan kemampuan mengatasi

13
masalah
5. Merasa tidak memiliki kelebihan atau
kemampuan positif
6. Melebih-lebihkan penilaian negatif
tentang diri sendiri
7. Menolak penilaian positif tentang diri
sendiri
Objektif :
1. Enggan mencoba hal baru
2. Berjalan menunduk
3. Postur tubuh bungkuk

Gejala dan tanda minor


Subjektif :
1. Merasa sulit berkonsentrasi
2. Sulit tidur
3. Mengungkapkan keputusasaan
Objektif :
1. Kontak mata kurang
2. Lesu dan tidak bergairah
3. Berbicara pelan dan lirih
4. Pasif
5. Perilaku tidak asertif
6. Mencari penguatan secara berlebihan
7. Bergantung pada pendapat orang lain
8. Sulit membuka keputusan
3. Gejala dan tanda mayor Halusinasi Gangguan
Subjektif: Persepsi
1. Mendengar suara bisikan atau Sensori
melihat bayangan
2. Merasakan sesuatu melalui indera

14
perabaan, penciuman, perabaan, atau
pengecapan
Objektif :
1. Distrosi sensori
2. Respons tidak sesuai
3. Bersikap seolah melihat, mendengar,
mengecap, atau mencium sesuatu

Gejala dan tanda minor


Subjektif :
1. Menyatakan kesal
Objektif :
1. Menyendiri
2. Melamun
3. Konsentrasi buruk
4. Disorientasi waktu, tempat, orang
atau situasi
5. Curiga
6. Melihat ke satu arah
7. Mondar-mandir
8. Bicara sendiri

G. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0121) Isolasi Sosial b.d ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
2. (D.0086) Harga Diri Rendah Kronis b.d ketidakefektifan mengatasi masalah
3. (D.0085) Gangguan Persepsi Sensori b.d halusinasi

15
H. Pohon Masalah

Gangguan presepsi sensori : Halusinasi (Effect)

Isolasi sosial : ketidak sesuaian perilaku sosial dengan norma ( Core)

Harga diri rendah :ketidakefektifan mengatasi masalah (Cause)

I. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Kriteria Intervensi


keperawatan SLKI SIKI
Isolasi sosial Setelah dilakukan tindakan Promosi sosialisasi(I.13498)
(D.0121) keperawatan selama 3x24 jam O:
diharapkan masalah dapat teratasi 1) Identifikasi kemampuan
dengan tujuan dan kriteria hasil : dengan melakukan
Keterlibatan sosial (L.13115) interaksi dengan orang
1) Minat interaksi meningkat lain.
2) Verbalisasi isolas menurun 2) Identifikasi hambatan
3) Verbalisasi ketidak amanan di melakukan itnteraksi
tempat umum menurun dengan orang lain.
4) Perilaku menarik diri menurun T :

16
1) Motivasi meningkatkan
keterlibatan dalam suatu
hubungan.
2) Motivasi kesabaran dalam
dalam mengembangkan
suatu hubungan.
3) Motivasi dalam
berpartisipasi dalam
aktivitas baru memotivassi
berinteraksi di luar
lingkungan
4) Didskusikan kekuatan dan
keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan
orang lain
5) Diskusikan perencanaaan
di masa depan.
6) Berikan umpan bailik
positive dalam perawatan
diri
7) Berikan umpan balik
positif dalam setiap
peningkatan kemampuan.

E:
1) Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap

17
Harga dri Setelah dilakukan tindakan Manajemen perilaku (I.12463)
rendah kronis keperawatan selama diharapkan 1) Identifikasi harapan untuk
(D..0086) masalah dapat teratasi dengan tujuan mengandalikan perilaku
dan kriteria hasil: P:
Harga diri (L.09069)
1) Diskusiakan tanggung
1) Penilaian diri positif meingkat
jawab terhadap perilaku
2) Perasaan memiliki kelebihan
2) Jadwalkan kegiatan
atau kemapuan positif
terstruktur
meningkat
3) Tindakan aktivitas fisik
3) Penerimaan penilaian positif
sesuai kemampuan
terhadap diri sendiri
4) Lakukan kegiatan
meningkat
pengalihan terhadap
4) Minat mencoba hal baru
agistasi
meningkat
5) Cegah perilaku pasif dan
5) Postur tubuh menampakan
agresif
wajah meningkat
6) Beri pengetahuan positif
6) Berjalan menampakan wajah
terhadap keberhasilan
meningkat
pengendalian perilaku
7) Perasaan malu menurun
7) Hindari bersikap
8) Perasaan bersalah menurun
menyudutkan dan
9) Perasaan tidak mampu
menghentikan pembicaraan
melakukan apapun menurun
E:
10) Meremahkan kemampuan
mengatasi masalah menurun 1) Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif

Promosi harga diri (I.09308)


O:
1) Identifikasi

18
agama,budaya,ras,jenis
klamin,dan usia terhadap
harga diri
2) Monitor verbalisasi yang
merendahkan diri sendiri
3) Monitor tingkat harga diri
setiap waktu, sesuai
kebutuhan
T:
1) Motivasi terlibat dalam
verbalisasi positif untuk
diri sendiri
2) Motivasi menerima
tantangan atau hal baru
3) Diskusikan pernyataan
tentang harga diri
4) Diskusikan keercayaan
terhadap penilaian diri
5) Diskusikan pengalaman
yang meningkatkan harga
diri yang lebih tinggi
6) Diskusikan presepsi
negatif diri
7) Diskusikan alasan
mengkritik diri atau rasa
bersalah
8) Diskusikan penetapan
tujuan realistis untuk
mencapai harga driri yang
lebih tinggi
9) Diskusikan bersama
kluarga untuk menetapka
harapan dan batasan yang
jelas
10) Beruka umpan balik
19
positif atas peningkatan
mencapai tujuan
11) Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas yang
meningkatkan harga diri

E:

1) Jelaskan kepada keluarha


pentingnya dukungan
dalam perjembangan
konsep positif dari pasien
2) Anjurkan mempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi dengan
orang lain
3) Anjurkan membuka diri
terhadap kritik negatif
4) Lanjurkan mengevaluasi
perilaku
5) Ljarkan cara menfatasi
bullying
6) Latih untuk meningkatkan
tanggung jawab untuk diri
sendiri
7) Latih pernyataan
/kemampuan positif diri
8) Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
9) Latih meningkatkan
kepercayaan dan
kemampuan dalam

20
mengatasi situasi
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Halusinasi (l.09288)
presepsi keperawatan selama diharapkan O:
sensori masalah dapat teratasi dengan tujuan 1) Monitor perilaku yang
(D.0085) dan kriteria hasil: mengindikasi halusinasi
Presepsi sensori (L.09083) 2) Monitor dan sesuaikan
1) Verbalisasi mendengar tingkat aktivitas dan
bisikan menurun stimulasi lingkungan
2) Verbalisasi melihat bayangan T:
menurun
1) Pertahankan lingkungan
3) Verbalisasi merasakan sesuatu
yang aman
melalui indra perabaan
2) Diskusikan perasaan dan
menurun
respon halusinansi
4) Verbalisasi merasakan sesuatu
E:
melalui indra penciuman
1) Anjurkan berbicara pada
menurun
orang
5) Verbalisasi merasakan sesuatu
melalui indra pengecapan
menurun
6) Distorsi sensori membaik
7) Respon sesuai stimulus
membaik

J. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

N0 DP IMPLEMENTASI EVALUASI

1 1 Mengidentifikasi S :Klien mengatakan akan mau


kemampuan dengan bersosialisasi diri
melakukan interaksi

21
dengan orang lain O :Klien sudah mau
bersosialisasi dengan
masyrakat sekitar

A: masalah sudah teratasi

P : hentikan intervensi
Mengidentfikasi hambatan S :Klien mengatakan sudah
melakukan interaksi mau keluar rumah
dengan orang lain
O : Klien mau berbicara
dengan orang lain

A: sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Memotivasi meningkatkan S: Klien mengatakan ingin
keterlibatan suatu terbuka dengan orang-orang
hubungan sekitarnya

O :Klien mau melakukan


kewajibannya

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Memotivasi kesabaran S :Klien mengatakan sudah
dalam mengembangkan ikhlas dengan keadaanya
suatu hubungan
O : Klien tampak lebih tenang
dan klien rajin beribadah

A:masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Memotivasi dalam S : Klien mengatakan ikut
berpartisipasi dalam berperan dalam kegiatan sosial
beraktivitas diluar
22
lingkungan O : Klien ikut serta kegiatan
dilingkungan masyarakat

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Mengdiskusikan kekuatan S :Klien mengatakan sudah
dan keterbatasan dalam bisa memulai pembicaraan
berkomunikasi dengan maupun menjawab pertanyaan
orang lain
O : Klien mau memulai
pembicaraan dengan orang lain

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Mengdiskusikan S: Klien mengatakan sudah
perencanaan dimasa depan memikirkan rencana
kehidupanya nanti

O : Klien mulai beraktifitas


dan mulai memperbaiki
kehidupnya

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

23
Berikan umpan balik S: Klien mengatakan dengan
positive berisolasi sosial dengan
Dalam setiap peningkatan masyarakat dia lebih tenang
kemampuan
O : Klien akrab dengan tetangga
sebelah dan saling membantu satu
sama lain degan warga sekitar

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Menganjurkan berintaraksi S : Klien mengatakan berbicara
dengan lain secara bertahap dengan masyarakat sekitar

O : Klien terlihat sedang


mengobrol dengan tetangganya

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
2 2 Mengidentifikasi harapan S : Klien mengatakan ingin
untuk mengenalikan berusaha memperbaiki diri
perilaku
O :Pasien tampak mulai percaya
diri dengan berlatih memperbaiki
dirinya

A : masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Mengdiskusikan tanggug S :klien mengatakan mau
jawab terhadap perilaku menjadikan dirinya lebih baik dari
sebelumnya

O : Klien memperbaiki
penampilanya dan berusaha
merawat dirinya sendiri

24
A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Mengjadwalkan kegiatan S : Klien mengatakan ia sedang
terstruktur
menyiapkan rencana masa depan

O : Klien sedng mencari kerja


untuk biaya keidupanya

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Mengadakan aktivitas fisik S : Klien mengatakan dapat
sesuai kemampuan melakukan aktifitas sehari- hari

O : Klien rajin beribadah dan


aktifitas

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Mencegah perilaku pasif S : Klien mengatakan bisa
dan agresif mngatur emosinya

O :Klien tampak lebih tenang dan


tidak murung

A: masalah sudah teratasi

P : hentikan intervensi

Memberi pengetahuan S : Klien mengatakan sekarang


positif terhadap agistasi lebih bisa berfikir postif dengan
menjadikan masalalu sebagai
pelajaran

O : Klien tampak sudah tenang

25
dan lebih mengahargai dirinya

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Menghidari bersikap S:Klien mengatakan tidak mau


menyudutkan dan mengungkit masa lalunya
menghentikan pembicaraan
O : Klien tampak lebih bahagia

A; masalah sudah teratasi

P : hentikan intervensi

Menginformasikan keluarga S : Klien mengatakan lebih dekat


bahwa keluarga sebagai dngan kakaknya
dasar pembentukan kognitif
O :Klien tampak akur dengan
kakaknya

A: masalah sudah teratasi

P : hentikan intervensi
3 3 Memonitor perilaku yang S : Klien mengatakan akan lebih
mengindikasi halusinasi terbuka terhadap orang lain

O : Klien tampak mulai


berintraksi dengan orang lain

A: masalah sudah teratasi

26
P : hentikan intervensi

Memonitor dan sesuaikan S : Klien mengatakan sudah bisa


tingkat aktivitas dan berkomunikasi dengan orang lain
stimulasi lingkungan O : Klien sudah bisa membedakan
suara orang dan sudah mengobrol
dengan orang sekitar

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Mempertahankan S : Klien mengatakan lebih suka
lingkungan yang aman ditemani

O : Klien bisa bergaul dengan


orang sekitarnya dengan
lingkungan yg tenang

A; masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Mendiskusikan perasaan S : Klien mengatakan dapat


dan respon halusinasi mengatasi masalah halusinasinya

O : Klien berbicara tentang


perasaanya dengan orang lain

A: masakah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

27
28
STRATEGI PELAKSANAAN 1

1. Pertemuan : 1
2. Kondisi Klien :
Klien sudah 2 minggu sering menyendiri, bingung sulit tidur tidak mau makan jarang
sekali bergaul dengan lingkungan karena klien merasa malu.
3. Diagnosa Keperawatan :
(D.0121) Isolasi sosial b.d ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
4. Tujuan Umum :
Membantu pasien untuk interaksi sosial dengan orang lain
5. Tujuan Khusus :
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu klien mengenali penyebab isolasi sosial
c) Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
d) Mengajarkan pasien berkenalan

6. Komunikasi Terapeutik
A. Orientasi
1. Salam terapeutik

" Assalamualaikum wr wb, selamat pagi pak, perkenalkan pak saya Melati Daeva
Oktaviani saya biasa dipanggil Melati "

" Kalau boleh tau bapak namanya siapa ya? "

" Bapak lebih senang dipanggil apa? "

" Bapak saya mahasiswa S1 keperawatan dari Universitas Widya Husada Semarang,
disini saya akan menjalankan praktek selama 6 hari, dari hari Senin, 1 November -
Sabtu 6 November 2021 dari pukul 08.00-14.00 wib "

Evaluasi tand gejala

29
" Saya sering melihat bapak menyendiri, kalau boleh tau kenapa bapak tidak
berkomunikasi dengan orang lain? "

Validasi kemampuan

" Lalu apa yang bisa bapak lakukan ketika bapak bertemu orang lain? "

" Apakah bapak diam saja? atau bapak langsung menyapa ora tersebut untuk diajak
berkomunikasi "

Kontrak waktu, tempat dan tujuan

" Baik pak, bagaimana kalau kita lanjutkan perbincangan kita di taman pak supaya
lebih santai suasananya, dan untuk waktunya 15 menit saja ya pak, bagaimana pak? "

" Jadi tujuan perbincangan kita hari ini supaya kita saling mengenal dan bapak bisa
menceritakan masalah bapak ke saya, kemudian kita akan belajar bersama bagaimana
cara berkomunikasi dengan orang lain, apakah bapak bersedia? "

B. Fase Kerja
" Tadi kan bapak bilang kalau bapak merasa kesepian, apa yang membuat bapak merasa
kesepian "
" Kalau boleh tau kenapa bapak lebih sering menyendiri? "
" Apakah bapak tau akibat tidak mau berinteraksi dengan orang lain pak? "
" Baik pak jika bapak belum mengetahui akibat dari tidak mau berinteraksi dengan orang
lain saya akan menjelaskannya ya pak, jadi kita tidak akan mempunyai teman jika kita
tidak mau berinteraksi dengan orang lain, kemudian kita akan merasa kesepian seperti
yang bapak rasakan saat ini. Untuk itu perlu dilakukan interaksi dengan orang lain ya pak
"
" Untuk mengawali berinteraksi dengan orang lain tentunya kita harus berkenalan terlebih
dahulu apakah bapak tau bagaimana cara berkenalan dengan orang lain pak? "
" Baik pak karena bapak belum mengetahui cara berkenalan saya akan mengajarkannya,
bapak bisa lihat saya terlebih dahulu . "
" Pertama - tama kita menyapa lawan bicara kita (sambil berjabat tangan), "perkenalkan
nama saya Melati Daeva Oktaviani, kalau boleh tau nama bapak siapa? Saya hobi

30
bermain badminton kalau bapak hobinya apa? ", Dan jika bapak ingin mengatahui hal
lainnya bapak bisa menanyakannya lagi, jadi seperti itu contoh perkenalannya ya pak
apakah bapak mengrti ? "

C. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
" Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang - bincang dengan saya, dan belajar
berkenalan dengan orang lain? "
b. Evaluasi objektif
" Sekarang coba bapak ulangi lagi cara berkenalan dengan orang lain "
" Alhamdulillah, bapak sudah bisa melakukan perkenalan dengan baik ya pak "
c. Rencana tindak lanjut
" Baiklah pak, saya berharap semoga bapak sudah tidak merasa kesepian lagi dan
bapak bisa berinteraksi dengan orang lain supaya bapak mempunyai teman untuk
diajak ngobrol dengan mempraktekan cara berkenalan yang sudah saya ajarkan tadi
ya pak. "
d. Kontrak selanjutnya (waktu, tempat, dan topik)

" Sepertinya sudah cukup untuk bincang - bincang kita pada hari ini ya pak, kita
bertemu lagi besok sekitar pukul 13.00-13.15 wib, untuk tempatnya ditaman ini lagi
ya pak supaya suasannya santai, besok kita akan mengevaluasi hasil yang sudah kita
bicarakan hari in ya pak dan kita akan belajar melakukan kegiatan dalam kelompok "

31
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan Jiwa dan
Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Damayanti, M. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Adiatama.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

32
33

Anda mungkin juga menyukai