DIGAWAHYU (21200
PRODI D3 KEPERAWATAN
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pengajar yang telah memberikan
bimbingannya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu,saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
COVER………………………….……………………………………………………………
KATA PENGANTAR.…………...………………………………......................................
DAFTAR ISI……………………….………………………………………………………...
MATERI PERTEMUAN.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………..
………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami
ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di
sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan
yang ditujukan untuk mencapai pemuasaan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga
melakukan pembatasan (isolasi diri) termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering
pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan
hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam
membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yang adaptif sampai dengan
maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan budaya.
PEMBAHASAN
Saling tergantung
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang masih
dapat diterima oleh norma sosial dan buaya yang umum berlaku, respon ini meliputi :
1) Mengisolasi diri : Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu
2) Manipulasi : Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
3) Ketergantungan : Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan
yang dimiliki
4) Impulsive : Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman, mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat
diandalkan.
5) Narkisme : Harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap
egosentris, pencemburu, marah bila orang lain tidak mendukung ( Deden & Rusdi,
2013).
C. Etiologi
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor prespitasi.
Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidakpercayaan pada individu,
menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan
merasa tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak
ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam
diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari hari ( Direja, 2011).
1) Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku
isolasi sosial
a) Faktor perkembangan Tiap gangguan dalam pencapaian tugas
perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi
pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon sosial
mengisolasi diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya mengisolasi diri. Organisasi anggota
keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
dapat mengurangi masalah respon sosial.
b) Faktor Biologik Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon
sosial maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c) Faktor Sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan
berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma,
perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Deden & Rusdi,
2013).
2) Faktor presipitasi
Menurut Stuart, (2016) Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat
menyebabkan seseorang mengisolasi diri. Faktorfaktor tersebut dapat berasal
dari berbagai stressor antara lain:
a) Stressor sosiokultural
Salah satu stresor sosial budaya adalah ketidakstabilan
keluarga. Perceraian adalah penyebab yang umum terjadi. Mobilitas
dapat memecahkan keluarga besar, merampas orang yang menjadi
sistem pendukung yang penting pada semua usia. Kurang kontak yang
terjadi antara generasi. Tradisi, yang menyediakan hubungan yang kuat
dengan masa lalu dan rasa identitas dalam keluarga besar, sering
kurang dipertahankan ketika keluarga terfregmentasi. Ketertarikan
pada etnis dan ”budaya” mencerminkan upaya orang yang terisolasi
untuk menghubungkan dirinya dengan identitas tertentu.
b) Stressor psikologik
Tingkat ansietas yang tinggi mengakibatkan gangguan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Kombinasi ansietas
yang berkepanjangan atau terus menerus dengan kemampuan koping
yang terbatas dapat menyebabkan masalah hubungan yang berat.
Orang dengan gangguan kepribadian borderline kemungkinan akan
mengalami tingkat ansietas yang membuatnya tidak mampu dalam
menanggapi peristiwa kehidupan yang memerlukan peningkatan
otonomi dan pemisahan contohnya lulus dari sekolah, pernikahan
pekerjaan. Orang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik
cenderung mengalami ansietas yang tinggi, dan menyebabkan
kesulitan berhubungan, ketika orang berarti tidak memadai lagi
memperhatikan untuk memelihara harga diri seseorang yang rapuh.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Deden & Rusdi, (2013) tanda dan gejala isolasi sosial yaitu :
Gejala subjektif :
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Respon verbal kurang dan sangat singkat
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7. Klien merasa tidak berguna
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9. Klien merasa ditolak
Gejala objektif :
Dari data diatas penulis memperoleh data untuk diagnose utama yaitu Isolasi
Sosial
C. Rencana Keperawatan
Masalah yang muncul pada tanggal 23 November 2020 tersebut,
selanjutnya di susun rencana Tindakan Keperawatan yang digunakan sebagai
tindak lanjut asuhan keperawatan pada Ny. K Isolasi Sosial : Menarik Diri
setelah di lakukan Tindakanokeperawatan selama 2 x 8 jam diharapkan pasien
mampu berinteraksi dengan orang lain dengan, menunjukan rasa percaya
kepada keluarga maupun perawat, pasien mampu melakukan aktivitas dengan
baik.
Intervensi pertama yang dilakukan adalah SP 1 membina hubungan
saling pecaya seperti berkenalan menyebutkan nama dan menanyakan
perasaan atau masalah yang sedang di alami, rasionalnya hubungan saling
percaya merupakan Langkah pertama dalam melakukan interaksi. Yang kedua
SP 2 pasien menyebutkan penyebeb menarik diri seperti menanyakan orang
yang terdekat dirumah , menanyakan apa yang membuat pasien dekat dengan
orang ttersebut, menanyakan siapa saja yang tinggal dalam 1 rumah,
berdiskusi dengan pasien apa penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
rasionalnya dengan mengetahui tanda-tanda dan gejala kita dapat menentukan
langkah selanjutnya . Yang ketiga SP 3 yaitu pasien dapat menyebutkan
keuntungan berinteraksi sosial dan kerugian menarik diri seperti menanyakan
manfaat berinteraksi sosial dan menanyakan kerugian menarik diri,
rasionalnya dapat meningkatkan harga diri pasien
D. Implementasi
Implementasi telah disusun berdasarkan masalah, kemudian dilakukan
implementasi untuk tindak lanjut dari proses asuhan keperawatan pada Ny. K.
Implementasi yang dilakukan ini untuk mengatasi pasien pada tanggal 23
November 2020 yaitu
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Yaitu melakukan SP 1 pada tanggal 24 November 2020 jam 13.30
WIB yaitu menjalin hubungan saling percaya dengan respon pasien dapat
melakukan tindakan memperkenalkan diri. Dapat menyebutkan salam, nama
kemudian menanyakan perasaan pasien, pasien kurang kooperatif. Selanjutnya
melakukan SP 2 pada jam 14.50 WIB yaitu dapat menyebutkan penyebab
menarik diri dengan respon kurang bersedia, kurang berkonsentrasi, bingung,
hanya menggerakan kepala saja. Kemudian pada tanggal 25 November 2020
jam 08.35 WIB melakukan SP 3 yaitu pasien bisa menyebutkan keuntungan
berkomunikasi sosial dan kerugian menarik diri dengan respon cukup baik,
kurang kooperatif, pasien tampak ragu – ragu untuk menjawab tetapi hanya
menjawab dengan gerakan kepala.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan untuk mengukur respon pasien terhadap
Tindakan asuhan keperawatan yang sudah diterima untuk kemajuan pasien
pada tanggal 24 November 2020
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Dilakukan evaluasi dubjektik pada tanggal 24 November 2020 pukul
15.20 WIB yaitu pasien kurang mampu memperkenalkan diri dan kurang
yakin menyebutkan penyebab mengapa pasien menarik diri, pasien
mengatakan tampak sedikit memberi kepercayaan kepeda perawat, pasien
tampak ragu dalam menjawab beberapa pertanyaan dan pasien kurang
berkosentrasi. Penulis merencanakan untuk melanjutkan intervensi pada hari
berikutnya yaitu mengajak berdiskusi pasien untuk dapat menyebutkan atau
menceritakan penyebab menarik diri. Pada jam 10.00 WIB dilakukan hasil
subjektif pasien yaitu mampu menyebutkan minimal keuntungan berinteraksi
dan kerugian berinteraksi. Evaluasi objektif : pasien kurang kooperatif, pasien
tampak lesu, ekspresi pasien datar, sulit memulai berbicara. Penulis
merencanakan untuk melanjutkan intervensi pada hari berikutnya yaitu
mengajak berdiskusi keuntungan berkomunikasi dan kerugian menarik diri
serta memberi dukungan kepada pasienj untuk menjalin komunikasi kepada
keluarga atau perawat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saat memberi asuhan keperawatan pada klien dapat menciptakan
suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan yang di berikan serta klien
membutuhkan dukungan keluarga yang mengerti permasalahan dirinya
dimana keluarga harus mengajak pasien berkomunikasi dan bersosialisasi
dimana pasien isolasi sosial harus diberi semangat, dukungan dan peran
keluarga itu sangatlah penting.
B. Saran
Dalam menangani kasus isolasi sosial hendaknya perawat melakukan
pendekatan untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien
sehingga terciptanya suasana terapeutik dalam pelaksanaan dan bagi keluarga
hendaknya sering mengunjungi klien sehingga dapat mengetahui
perkembangan kondisi klien serta membantu perawat bekerja sama dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien.
A. Kesimpulan
B. Pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien
isolasi sosial dapat
disimpulkan:
C. 1. Saat memberi asuhan
keperawatan klien dapat
menciptakan suasana
teraupetik
D. dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan yang
diberikan
E. 2. Klien membutuhkan
dukungan keluarga yang
mengerti permasalahan
dirinya
F. dimana keluarga harus
mengajak pasien
berkomunikasi dan
bersosialisasi dimana
G. pasien isolasi social harus
diberi semangat dan
dukungan dan peran
keluarga itu
H. sangatlah penting
I. Kesimpulan
J. Pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien
isolasi sosial dapat
disimpulkan:
K. 1. Saat memberi asuhan
keperawatan klien dapat
menciptakan suasana
teraupetik
L. dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan yang
diberikan
M. 2. Klien membutuhkan
dukungan keluarga yang
mengerti permasalahan
dirinya
N. dimana keluarga harus
mengajak pasien
berkomunikasi dan
bersosialisasi dimana
O. pasien isolasi social harus
diberi semangat dan
dukungan dan peran
keluarga itu
P. sangatlah penti
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/10860183/ISOLASI_SOSIAL
http://repository.akperykyjogja.ac.id/295/1/LINDA%20ASTUTI%282317021%29.pdf
http://repository.unissula.ac.id/23670/1/40901800041_fullpdf.pdf
https://www.studocu.com/id/document/universitas-riau/keperawatan-jiwa/makalah-
keperawatan-jiwa-isolasi-sosial-kel-1-1/45127258