ISOLASI SOSIAL
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2022
BAB II
TINJAUAN TEORI
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011). Adapun kerusakan interaksi
sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi rasa, pikiran dan kegagalan, klien mengalami kesulitan dalam berhubungan
secara spontan dengan orang lain yang di manifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak
Isolasi sosial juga didefinisikan sebagai suatu keadaan kesepian yang dialami
oleh seseorang karena orang lain mengatakan sikap yang negatif dan mengancam.
kemampuan untuk menerima, memproses pesan (stimulus) yang diterima, dan tidak
mampu memberi respon yang sesuai karena kerusakan sistem di otak (Kusumawati &
hartono, 2011).
Setiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial, pada
berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga ketergantungan.
kebutuhannya tanpa adanya hubungan interpersonal perlu dibina oleh setiap individu.
Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan bagi individu yang memiliki gangguan isolasi
sosial (Sutejo,2018).
2. Rentang Respon
Bagan 2.1
Rentang respon
Respon Respon
adaptif maladaptif
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang masih
dapat diterima oleh norma sosial dan buaya yang umum berlaku, respon ini meliputi :
seorang untuk merenung apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu
hubungan interpersonal.
4) Saling ketergantungan (Interdependent : Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal
menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkungannya, respon yang sering ditemukan
meliputi :
1) Mengisolasi diri: Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
2) Manipulasi : Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
yang dimiliki
mampu belajar dari pengalaman, mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat
diandalkan.
5) Narkisme: Harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap
egosentris, pencemburu, marah bila orang lain tidak mendukung ( Deden & Rusdi,
2013).
3. Etiologi
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor prespitasi.
menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan masih
tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin
untuk berkomunkasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan
a. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial :
1) Faktor perkembangan
masalah respon sosial mengisolasi diri. Sistem keluarga yang terganggu juga
lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.
2) Faktor biologik
struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume
3) Faktor sosiokultural
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti
lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Deden & Rusdi, 2013).
b. Faktor presipitasi
1) Stressor sosiokultural
keluarga besar, merampas orang yang menjadi sistem pendukung yang penting
pada semua usia. Kurang kontak yang terjadi antara generasi. Tradisi, yang
menyediakan hubungan yang kuat dengan masa lalu dan rasa identitas dalam
Ketertarikan pada etnis dan budaya mencerminkan upaya orang yang terisolasi
2) Stressor psikologik
a. Terapi Psikososial
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien
(Videbeck, 2012).
b. Terapi Individu
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-
perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan
klien(Videbeck, 2012). Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk terapi
yang dilakukan secara individu oleh perawat kepada klien secara tatap muka
perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu tertentu sesuai
Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat
kepada klien dengan isolasi sosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP).
Dalam pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling
perawat dan Klien (Videbeck, 2012). Semakin baik komunikasi perawat, maka
komunikasi yang baik dapat membina hubungan saling percaya antara perawat
terapeutik tidak saja mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, tapi
juga dapat menumbuhkan sikap empati dan caring, mencegah terjadi masalah
c. Farmakologi
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan
senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk
6. Mekanisme Koping
koping yang sering digunakan adalah regresi, represi, dan isolasi. Sedangkan
contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam
hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan
7. Rencana Keperawatan
Tabel 2.1
Rencana keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
pekerjaan, status mental, suku bangsa, alamat, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
3) Bagaimana hasilnya?
b. Faktor predisposisi
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan
dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
perlakuan orang lain yang tidak menghargai Klien/perasaan negatif terhadap diri
klien depresi berat didapatkan pada sistem integumen klien tampak kotor, kulit
d. Psikososial
1) Konsep Diri:
Gambaran Diri : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
mengungkapkan ketakutan.
2) Ideal Diri
3) Harga Diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
percaya diri.
sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam
masyarakat.
f. Spiritual
gangguan jiwa sesuai dengan norma dan agama yang dianut pandangan
g. Status mental
1) Penampilan
2) Pembicaraan
di ukur dengan berapa keras klien berbicara. Observasi frekuensi cepat atau
lambat, volume keras atau lambat, jumlah sedikit, membisu, dan di tekan,
3) Aktifitas Motorik
letargik, tegang, gelisah atau agitasi. Jenis aktifitas : seringai atau tremor.
4) Alam Perasaan
“bagaimana perasaan anda hari ini” apakah klien menjawab bahwa ia merasa
5) Afek
Afek adalah nada emosi yang kuat pada klien yang dapat di observasi
sebagai berikut : batasan, durasi, intensitas, dan ketepatan. Afek yang labil
sering terlihat pada mania, dan afek yang datar,tidak selaras sering tampak
pada skizofrenia.
6) Persepsi
Ada dua jenis utama masalah perseptual : halusinasi dan ilusi.
Ilusi adalah persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
8) Proses Pikir
Proses pikir merujuk “ bagaimana” ekspresi diri klien proses diri klien
9) Isi Pikir
komunikasi klien. Merujuk pada apa yang dipikirkan klien walaupun klien
area isi harus dicatat dalam pemeriksaan status mental. Mungkin bersifat
11) Memori
pengalaman lalu.
hitungan sederhana.
13) Penilaian
hubungan.
mengingkari penyakitnya.
teratur.
2. Diagnosa Keperawatan
suatu pernyataan masalah keperawatan pasien mencakup baik respon sehat adaptif
atau maladaptif serta stressor yang menunjang. Diagnosa keperawatan yang diangkat
adalah:
a. Isolasi sosial
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
persepsi: Halusinasi Klien tidak menciderai diri tidakan keperawatan di (SP1) untuk Klien
halusinasi 4. Mengidentifikas
mengidentifikasi 5. Mengidentifikasi
halusinasi halusinasi
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien
2. Melatih klien
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakap-cakap
3. Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian
Strategi Pelaksanaan 3
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien
2. Melatih klien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
dilakukan klien di
rumah)
3. Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian
Strategi Pelaksanaan 4
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien
2. Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
penggunaaan obat
secara teratur
3. Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian
1. Mengidentifikasi
penyebab isolasi
social
2. Berdiskusi dengan
klien tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain
3. Berdiskusi dengan
klien tentang
kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain
4. Mengajarkan
cara berkenalan
5. Menganjurkan
kepada klien
memasukkan
kegiatan
berbincang-bncang
dalam kegiatan
harian
Strategi Pelaksanaan 2
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien
2. Memberikan
kesempatan kepada
klien mempraktikan
cara berkenalan
3. Membantu klien
memasukkan
kegiatan
berbincang-bincang
kegiatan harian
3) untuk klien
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien
2. Memberi
kesempatan kepada
klien berkenalan
atau lebih
3. Menganjurkan
kepada klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian
1. Mengidentifikasi
kemampuan dan
dimiliki klien
2. Membantu klien
menilai kemampuan
dilakukan
3. Membantu klien
menentukan
dilatih sesuai
dengan kemampuan
klien
dengan kemampuan
yang dipilih
5. Memberikan pujian
6. Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian
Strategi Pelaksanaan 2
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien
2. Melatih kemampuan
kedua
3. Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi
Salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
adalah teknik komunikasi terapeutik. Teknik ini dapat digunakan dengan verbal; kata
pembuka, informasi, fokus. Selain teknik verbal, perawat juga harus menggunakan
teknik non verbal seperti; kontak mata, mendekati kearah klien, tersenyum,
terapeutik terdiri dari keikhlasan, menghargai, empati dan konkrit (Yusuf, 2019).
5. Evaluasi Keperawatan
efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan
yang telah dilaksanakan, A:Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data
yang kontradiksi terhadap masalah yang ada, dan P : Tindak lanjut berdasarkan hasil
analisis respon pasien rencana tindak lanjut dapat berupa hal rencana dilanjutkan (jika
masalah tidak berubah) atau rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah
Direja, Ade herman surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika
Wachidah, Nurzahrotul. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia Dengan Masalah
Isolasi Sosial Di Ruang Plamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Diambil Dari KTI
Sutejo. 2017. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Gangguan Jiwa dan
Rustandi, D.&.2013. Konsep Keperawatan Jiwa dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Edisi 1.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-