Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu :

Ns. Duma Lumban Tobing, M.Kep, Sp.Kep.J


Ns. Evin Novianti, M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun Oleh :

1. Raihan Parahita F. N - 1910701002


2. Vinda Ayu Arini - 1910701014
3. Adinda Ara Difa - 1910701024
4. Nabila Damayanti - 1910701025

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


PROGRAM DIPLOMA TIGA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
JAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Isolasi Sosial”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Isolasi Sosial ini dapat
memberikan manfaat serta pengetahuan terhadap pembaca.

Jakarta, 5 Maret 2021

Kelompok Isolasi Sosial

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

1.1................................................................................................................L
atar belakang.........................................................................................1
1.2................................................................................................................Ru
musan Masalah......................................................................................1
1.3. Tu
juan Penulisan.................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................3

2.1................................................................................................................Pen
gertian Konsep dasar Isolasi Sosial.......................................................3
2.2................................................................................................................Pr
oses Terjadinya Isolasi Sosial...............................................................3
2.3. Tanda dan
Gejala Isolasi Sosial............................................................ 6

BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................7

3.1...................................................................................................................P
engkajian Kasus Keperawatan.......................................................... 7
3.2...................................................................................................................Po
hon Masalah..................................................................................... 8
3.3...................................................................................................................R
encana Keperawatan.......................................................................... 9
3.4...................................................................................................................Ev
aluasi............................................................................................... 12

BAB IV PENUTUP.................................................................................. 17

iii
4.1...................................................................................................................Kesi
mpulan......................................................................................... 17
4.2....................................................................................................................
Saran................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Isolasi sosial sebagai salah satu gejala actor e pada skizofrenia dimana
klien menghindari diri dari orang lain agar pengalaman yang tidak
menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang lagi.
Klien akan mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi sosial dengan orang lain disekitarnya. Perasaan ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain akan dirasakan oleh klien dengan isolasi sosial (Yosep,
2014).
Klien dengan isolasi sosial dapat disebabkan oleh beberapa actor antara
lain yang terdiri dari actor predisposisi dan actor presipitasi. Faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami isolasi sosial
adalah adanya tahap pertumbuhan dan perkembangan yang belum dapat
dilalui dengan baik, adanya gangguan komunikasi didalam keluarga,
selain itu juga adanya norma-norma yang salah yang dianut dalam
keluarga serta factor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga
yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain actor predisposisi ada juga
factor 3 presipitasi yang menjadi penyebab adalah adanya stressor sosial
budaya serta stressor psikologis yang dapat menyebabkan klien
mengalami kecemasan (Prabowo, 2014).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian konsep dasar isolasi sosial?
2. Bagaimana proses terjadinya isolasi sosial?
3. Apa saja tanda dan gejala isolasi sosial?
4. Bagaimana pengkajian keperawatan isolasi sosial?
5. Bagaimana rumusan masalah keperawatan isolasi sosial?
6. Bagaimana intervensi keperawatan isolasi sosial?
7. Bagaimana evaluasi keperawatan isolasi sosial?
8. Bagaimana dokumentasi keperawatan isolasi sosial?

1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian konsep dasar isolasi sosial
2. Mengetahui dan memahami proses terjadinya isolasi sosial
3. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala isolasi sosial
4. Mengetahui dan memahami pengkajian keperawatan isolasi sosial
5. Mengetahui dan memahami rumusan masalah keperawatan isolasi
sosial
6. Mengetahui dan memahami intervensi keperawatan isolasi sosial
7. Mengetahui dan memahami evaluasi keperawatan isolasi sosial
8. Mengetahui dan memahami dokumentasi keperawatan isolasi sosial

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Yosep,Sutini, 2014).

Isolasi Sosial adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat,


hangat, terbuka, dan interpenden dengan orang lain (SDKI,2016).

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan
mengancam (Townsend, 2010).

Jadi dapat disimpulkan isolasi sosial adalah keadaan seseorang individu


mengalami penurunan tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan membina
hubungan yang erat, hangat, terbuka terhadap orang lain dan dipersepsikan
disebabkan oleh orang lain sebagai ancaman.

2.2. Proses Terjadinya Isolasi Sosial

Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasienakan dijelaskan dengan menggunakan


konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan
presipitasi.

a. Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
dimana ada riwayata anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa. Adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala,
dan riwayat penggunaan NAPZA.

3
Selain itu ditemukan adanya kondisi patologis otak, yang dapat
diketahui dari hasil pemeriksaan struktur otak melalui pemeriksaan CT
Scan dan hasil pemeriksaan MRI untuk melihat gangguan struktur dan
fungsi otak (Thomb, 2000).
2) Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami kegagalan
yang berulan dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini
mengakibatkan terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya akan
berdampak dalam membina hubungan dengan orang lain.Koping
individual yang digunakan pada pasiendengan isolasi sosial dalam
mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif. Koping yang biasa
digunakan meliputi: represi, supresi, sublimasi dan proyeksi. Perilaku
isolasi sosial timbul akibat adanya perasaan bersalah atau
menyalahkan lingkungan, sehingga pasienmerasa tidak pantas berada
diantara orang lain dilingkungannya. Kurangnya kemampuan
komunikasi, merupakan data pengkajian keterampilan verbal pada
pasien dengan masalah solasi sosial, hal ini disebabkan karena pola
asuh yang keluarga yang kurang memberikan kesempatan pada pasien
untuk menyampaikan perasaan maupun pendapatnya.Kepribadian
introvertmerupakan tipe kepribadian
yang sering dimiliki pasien dengan masalah isolasi sosial. Ciri-ciri
pasiendengan kepribadian ini adalah menutup diri dari orang
sekitarnya. Selain itu pembelajaran moral yang tidak adekuat dari
keluarga merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan pasien tidak
mampu menyesuaikan perilakunya di masyarakat, akibatnya
pasienmerasa tersisih ataupun disisihkan dari lingkungannya. Faktor
psikologis lain yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah
kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan. Kegagalan
dalam melaksanakan tugas perkembangan akan mengakibatkan
individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut
salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain,

4
menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan
merasa tertekan. Kondisi diatas, dapat menyebabkan perilaku tidak
ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain,
lebih menyukai berdiam diri sendiri,
kegiatan sehari-hari terabaikan (Stuart & Laraia, 2005).
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada pasiendengan isolasi sosial,
sesringkali diakibatkan karena pasien berasal dari golongan sosial
ekonomi rendah hal ini mengakibatkan ketidakmampuan pasiendalam
memenuhi kebutuhan. Kondisi tersebut memicu timbulnya stres yang
terus menerus, sehingga fokus pasienhanya pada pemenuhan
kebutuhannya dan mengabaikan hubungan sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Stuart & Laraia (2005) dan Townsend (2005) mengatakan bahwa
faktor usia merupakan salah satu penyebab isolasi sosial hal ini
dikarenakan rendahnya kemampuan pasiendalam memecahkan
masalah dan kurangnya kematangan pola berfikir. Pasien dengan
masalah isolasi sosial umumnya memiliki riwayat penolakan
lingkungan pada usia perkembangan anak, sehingga tidak mampu
menyelesaikan masalah tugas perkembangannya yaitu berhubungan
dengan orang lain. Pengalaman tersebut menimbulkan rasa kurang
percaya diri dalam memulai hubungan, akibat rasa takut terhadap
penolakan dari lingkungan.
Lebih lanjut Stuart & Laraia (2005) mengatakan bahwa, tingkat
pendidikan merupakan salah satu tolok ukur kemampuan pasien
berinteraksi secara efektif. Karena faktor pendidikan sangat
mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Pasiendengan masalah isolasi sosial biasanya memiliki
riwayat kurang mampu melakukan interaksi dan menyelesaikan
masalah, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan pasien.

5
b. Faktor Presipitasi
Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak.Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga. Penerapan
aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan pasien dan konflik antar masyarakat.Selain itu Pada pasienyang
mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan adanya pengalaman negatif
pasienyang tidak menyenangkan terhadap gambaran dirinya,
ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang dimiliki serta mengalami
krisis identitas.Pengalaman kegagalan yang berulang dalam mencapai
harapan atau cita-cita, serta kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri
maupun lingkungan. Faktor-faktor diatas, menyebabkan gangguan dalam
berinteraksi sosial dengan orang lain, yang pada akhirnya menjadi
masalah isolasi sosial.

2.3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan di dukung dengan
data hasil observasi.

a. Data subjektif (SDKI,2016) :


1) Merasa ingin sendirian
2) Merasa tidak aman di tempat umum
3) Merasa berbeda dengan orang lain
4) Merasa asyik dengan pikiran sendiri
5) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas

b. Data Objektif (SDKI,2016):


1) Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan
2) Tidak bergairah/lesu
3) Tidak ada kontak mata
4) Tindakan tidak berarti

6
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian kasus keperawatan


1. Kasus :

Seorang perempuan berusia 30 tahun dibawa keluarga kepoli psikiatri dengan


keluhan pasien tidak mau keluar kamar, jarang berbicara dengan orang lain,
lebih senang sendiri dan suka melamun. Hasil pengkajian klien pernah
mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu dan di rawat di RSJ, terdapat
riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu ayahnya,
tidak teratur minum obat sejak 2 bulan yang lalu. Klien malas mandi, gigi
kotor dan nafasnya bau.

2. Pengkajian keperawatan
a. Faktor predisposisi
Biologis : pernah mengalami gangguan jiwa
Psikologis : pasien tidak mau keluar kamar, jarang berbicara dengan orang
lain, lebih senang sendiri dan suka melamun.
Sosial Budaya : seorang perempuan berusia 30 tahun

b. Faktor presipitasi
Nature : seorang perempuan berusia 30 tahun. pasien tidak mau keluar
kamar, jarang berbicara dengan orang lain, lebih senang sendiri dan suka
melamun.

Timing : pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu

Number : pasien tidak mau keluar kamar, jarang berbicara dengan orang
lain, lebih senang sendiri dan suka melamun

c. Penilaian stressor/tanda dan gejala

Kognitif : klien malas mandi, gigi kotor dan nafasnya bau.

7
Afektif : jarang berbicara dengan orang lain, lebih senang sendiri dan suka
melamun.

Fisiologi : klien malas mandi, gigi kotor dan nafasnya bau

Behavior : pasien tidak mau keluar kamar, jarang berbicara dengan orang
lain
Respon sosial : jarang berbicara dengan orang lain, lebih senang sendiri
dan suka melamun

d. Sumber koping

Kemampuan individu : kurangnya pasien dalam mengatasi masalah


dengan tidak meminum obat selama 2 bulan

Ketersediaan materi : dibawa keluarga kepoli psikiatri

e. Mekanisme koping
Destruktif : tidak teratur minum obat sejak 2 bulan yang lalu

3.2. Pohon Masalah


Perubahan presepsi sensori : Halunisasi Effect

Isolasi sosial : Menarik Diri Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Causa

8
3.3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tanda dan Tujuan NOC/Tujuan Khusus NIC/Intervensi


Gejala Umum
Isolasi sosial Ds : Setelah SLKI : L.13115 – Interaksi SIKI : I.13484 –
berhubunga -Pasien dilakukan Sosial (hal.34) Modifikasi Perilaku
n dengan tidak mau tindakan Def : Kuantitas dan atau Keterampilan Sosial
gangguan keluar selama 2 x kualitas hubungan sosial (hal.234)
jiwa. kamar 24 jam. yang cukup Def : Mengubah
D.0121 -Pasien Diharapkan Kriteria hasil : pengembangan atau
Hal. 268 lebih Isolasi sosial - Perasaan nyaman peningkatan
SDKI 2016 senang berhubunga dengan situasi sosial keterampilan sosial
sendiri dan n dengan Dipertahankan pada interpersonal.
melamun gangguan skala 2 (cukup Observasi :
DO : jiwa pada menurun ) - Identifikasi
-Pasien pasien tidak ditingkatkan ke skala fokus pelatihan
jarang terjadi. 5 (meningkat) keterampilan
berbicara - Perasaan mudah sosial
dengan menerima atau Teraupetik :
orang lain mengkomunikasikan - Motivasi untuk
DT : perasaan berlatih
- Dipertahankan pada keterampilan
Melakukan skala 2 (cukup sosial
tindakan menurun ) - Beri umpan
tidak ditingkatkan ke skala balik positif
berarti 5 (meningkat) misal. Pujian
dengan - Responsif pada terhadap
tidak orang lain kemampuan
meminum Dipertahankan pada sosialisasi
obat skala 2 (cukup - Libatkan
selama 2 menurun ) keluarga
bulan ditingkatkan ke skala selama latihan
5 (meningkat) keteramplan

9
- Perasaan tertarik sosial
pada orang lain Edukasi :
Dipertahankan pada - Anjurkan
skala 2 (cukup mengungkapka
menurun ) n perasaan
ditingkatkan ke skala akibat masalah
5 (meningkat) yang dialami
Skala penilaian : - Edukasi
1. Menurun keluarga untuk
2. Cukup menurun dukungan
3. Sedang keterampilan
4. Cukup meningkat sosial
5. Meningkat - Latih
keterampilan
sosial secara
bertahap
Defisit DO : Setelah SLKI : L.11103 – SIKI : I.11352 –
perawatan - Klien dilakukan Perawatan diri (hal.81) Dukungan perawatan
diri malas tindakan Def : Kemampuan diri: mandi(hal.39)
berhubunga mandi, selama 2 x melakukan atau Def : Memfasilitasi
n dengan gigi kotor 24 jam. menyelesaikan aktivitas pemenuhan kebutuhan
depresi dan Diharapkan perawatan diri. kebersihan diri
D.0109 nafasnya Defisit Kriteria hasil : Observasi :
Hal. 240 bau. perawatan - Minta melakukan - Identifikasi usia
SDKI 2016 DT : diri perawatan diri dan budaya
- Pasien berhubunga Dipertahankan pada dalam
menolak n dengan skala 2 (cukup membantu
melakukan depresi menurun ) kebersihan diri
perawatan pada pasien ditingkatkan ke skala - Monitor
diri tidak terjadi 5 (meningkat) kebersihan
- Mempertahankan tubuh (mis.
kebersihan mulut Rambut, mulut,
Dipertahankan pada kulit, dan kuku)

10
skala 2 (cukup Teraupetik :
menurun ) - Sediakan
ditingkatkan ke skala peralatan mandi
5 (meningkat) (mis.
Skala penilaian : Sabun,sikat
1. Menurun gigi, shampoo,
2. Cukup menurun pelembap kulit)
3. Sedang - Sediakan
4. Cukup meningkat lingkungan
5. Meningkat yang aman dan
nyaman
- Fasilitasi
menggosok gigi
sesuai
kebutuhan
- Fasilitasi mandi
sesuai
kebutuhan
Edukasi :
- Jelaskan
manfaat mandi
dan dampak
tidak mandi
terhadap
kesehatan
- Ajarkan kepada
keluarga cara
memandikan
pasien, jika
perlu

3.4. Evaluasi

11
Tanggal/Hari No. Jam Implementasi dan Jam Evaluasi
Dx Respon
Senin, 15 Maret I 09.00 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
2021 WIB Fokus mampu mengerjakan
pelatihan keterampilan sosial
keterampilan O : Klien mampu
sosial meningkatkan
H/ : Pasien keterampilan
fokus saat sosialnya
pelatihan A : Masalah
keterampilan keperawatan Isolasi
sosialnya sosial berhubungan
2. Memotivasi dengan gangguan
pasien untuk jiwa teratasi
berlatih P : Intervensi
keterampilan dilanjutkan
sosial TTD
H/ : pasien mulai Nama
melakukan
keterampilan
yang di miliki
3. Memberi umpan
balik positif
misal. Pujian
terhadap
kemampuan
sosialisasi
H/ : pasien
terlihat senang
ketika diberi
pujian
4. Melibatkan
keluarga selama

12
latihan
keteramplan
sosial
H/ : keluarga
dapat memahami
latihan
keterampilan dan
menerapkan
yang telah diajari
5. Menganjurkan
mengungkapkan
perasaan akibat
masalah yang
dialami
H/ : Pasien
memahami yang
dianjurkan
perawat
6. Mengedukasi
keluarga untuk
dukungan
keterampilan
sosial
H/ : keluarga
dapat memahami
latihan
keterampilan dan
menerapkan
kepada pasien
yang telah diajari
perawat
7. Melatih

13
keterampilan
sosial secara
bertahap
H/ : Pasien
melakukan
keterampilan
yang ia miliki

Senin, 15 Maret II 10.0 WIB 1. Mengidentifikasi S: Klien mengatakan


2021 usia dan budaya sudah mampu
dalam membantu membersihkan diri
kebersihan diri sendiri
H/ : pasien O: Klien terlihat dapat
perempuan membersihkan diri
berusia 30 tahun sendiri yang awalnya
2. Memonitor harus dibantu oleh
kebersihan tubuh perawat
(mis. Rambut, A: Masalah Defisit
mulut, kulit, dan perawatan diri
kuku) berhubungan dengan
H/ : Pasien mau depresi teratasi
mandi dan P: Intervensi
melakukan dihentikan
perawatan diri TTD
3. Menyediakan Nama
peralatan mandi
(mis. Sabun,sikat
gigi, shampoo,
pelembap kulit)
H/ :
Perlengkapan
mandi pasien
terpenuhi

14
4. Menyediakan
lingkungan yang
aman dan
nyaman
H/ : lingkungan
di sekitar pasien
dibersihkan oleh
keluarga dan
pasien di jauhkan
dari benda tajam
5. Memfasilitasi
menggosok gigi
sesuai kebutuhan
H/ : pasien
menggosok
giginya saat
mandi
6. Memfasilitasi
mandi sesuai
kebutuhan
H/ : pasien
mandi 2x/hari
7. Menjelaskan
manfaat mandi
dan dampak
tidak mandi
terhadap
kesehatan
H/ : Pasien
menjadi tahu
manfaat dan
dampak tidak

15
baiknya jika
tidak mandi
8. Mengajarkan
kepada keluarga
cara memandikan
pasien, jika perlu
H/ : Keluarga
memahami apa
yang di ajarkan
perawat dan akan
menerapkan jika
di perlukan

BAB IV

PENUTUP

16
4.1. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan seseorang individu mengalami penurunan tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain dan membina hubungan yang erat,
hangat, terbuka terhadap orang lain dan dipersepsikan disebabkan oleh orang
lain sebagai ancaman.
Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasienakan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor
predisposisi dan presipitasi.
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan di dukung dengan
data hasil observasi.

4.2. Saran
Diharapkan Mahasiswa/i dapat memahami materi tentang Isolasi Sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Eyvin Berhimpong, Sefty Rompas, & Karundeng, M. (2016). PENGARUH


LATIHAN KETERAMPILAN SOSIALISASI TERHADAP
KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJ Prof.

17
Dr. V. L. RATUMBUYSANG MANADO. E-Journal Keperawatan (EKP),
53(9), 1689–1699.

Sukaesti, D. (2019). Sosial Skill Training Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 6(1), 19. https://doi.org/10.26714/jkj.6.1.2018.19-24

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


IndikatorDiagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Iuran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

18

Anda mungkin juga menyukai