Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN DERMATITIS

Mata Kuliah: Keperawatan Maternitas


Dosen Pengampu: Ns. Ritanti, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh:
1. Shinta Nazila (1910701007)
2. Usnul Divana Suleman (1910701009)
3. Vinda Ayu Arini (1910701014)
4. Nur Fitriyah (1910701023)
5. Berlian Rahmah Pertiwi (1910701030)
6. Annisa Fara Dibba (1910701034)
7. Ade Rahmawati (1910701037)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

Jl. Limo Raya No. 1, Limo, Sawangan, Limo, Kota Depok, Jawa Barat 16514

Telp. (021) 75332884, website: www.upnvj.ac.id

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan
Dermatitis”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada
Lansia dengan Dermatitis” ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Depok, September 2021

Penyusun
BAB I
A. Pendahuluan
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,
menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis
juga diklasifikasikan atas 2 tipe yaitu: endogen dan eksogen. Dermatitis
endogen terdiri dari dermatitis atopik, dermatitis seboroik, liken simpleks
kronis, dermatitis non spesifik (pompoliks, dermatitis numuler, dermatitis
xerotik, otosensitisasi), dan dermatitis akibat obat. Dermatitis eksogen
terdiri dari dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis
infektif, dan dermatofitid.
Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang
disertai dengan adanya spongiosis/edema interseluler pada epidermis
karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau
terpajan dengan kulit. Bahan-bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun
alergik. Dermatitis kontak iritan sering terjadi pada pekerja yang sering
melakukan pencucian tangan berulang atau paparan berulang pada kulit
berupa air, bahan makanan, dan berbagai zat yang dapat mengakibatkan
iritasi ataupun alergik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prevalensi dermatitis dan gangguan tidur dan istirahat
pada lansia ?
2. Apa Pengertian dari masalah Dermatitis dan gangguan tidur dan
istirahat pada lansia ?
3. Apa Etiologi dari masalah Dermatitis pada lansia ?
4. Apa Etiologi dari masalah gangguan tidur dan istirahat pada lansia ?
5. Apa Komplikasi dari masalah Dermatitis pada lansia ?
6. Apa Komplikasi dari masalah gangguan tidur dan istirahat pada
lansia ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada masalah yang dialami oleh
kasus tersebut ?
C. Tujuan
1. Mahasiwa mengetahui dan mengerti Prevalensi Dermatitis dan
gangguan tidur dan istirahat pada lansia
2. Mahasiwa mengetahui dan mengerti Pengertian dari masalah
Dermatitis dan gangguan tidur dan istirahat pada lansia
3. Mahasiwa mengetahui dan mengerti Etiologi dari masalah Dermatitis
pada lansia
4. Mahasiwa mengetahui dan mengerti Etiologi dari masalah gangguan
tidur dan istirahat pada lansia
5. Mahasiwa mengetahui dan mengerti Komplikasi dari masalah
Dermatitis pada lansia
6. Mahasiwa mengetahui dan mengerti Komplikasi dari masalah
gangguan tidur dan istirahat pada lansia
7. Mahasiwa mengetahui dan mengerti Asuhan Keperawatan pada
masalah yang dialami oleh kasus tersebut
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prevalensi Dermatitis dan gangguan tidur dan istirahat pada lansia


Prevalensi Dermatis Pada Lansia
Dermatis dapat mengenai semua kelompok usia, namun sebagian
besar manifestasi klinis mulai muncul pada 1 tahun pertama kehidupan
atau masa anak-anak. D.A. lebih sering dijumpai pada perempuan
dibandingkan laki-laki dengan rasio 1,3:1, dan perempuan umumnya
memiliki prognosis yang buruk.
Prevalensi Dermatis makin meningkat sehingga merupakan
masalah kesehatan besar. Di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia
dan negara industri lainnya prevalensi D.A. pada anak mencapai 10
sampai 20 persen, sedangkan pada dewasa kira-kira 1 sampai 3 persen. Di
Indonesia, angka prevalensi dermatitis atopik diperkirakan sebesar 10%
dari populasi, dengan penderita terbanyak adalah anak-anak dan individu
usia produktif.
Walaupun Dermatis. tidak menyebabkan kematian, tetapi akibat yang
ditimbulkan dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya dari faktor
kesehatan, fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. D.A. juga
masih dapat memberikan efek psikologis pada penderitanya seperti
kurangnya pecaya diri, depresi, terjejasnya interaksi sosial, dan juga
perasaan malu akan penyakitnya.

Prevalensi gangguan tidur pada lansia


Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%.
Menurut Japardi (2002) prevalensi insomnia setiap tahun di dunia
diperkirakan sekitar 20%-40% orang dewasa mengalami sulit tidur dan
sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Dari hasil penelitian
The Gallup Organization prevalensi sulit tidur (insomnia) pada usia lanjut
di Amerika adalah 36% untuk laki-laki dan 54% untuk perempuan. Di
Indonesia menurut US Census Bureu, International Data Base tahun 2004,
sekitar 28,053 juta orang dari total penduduk 238,452 juta atau sekitar
11,7% menderita insomnia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Lestario di RSUP Moehammad Hoesin Palembang tahun 2011, prevalensi
insomnia ditempat tersebut sebesar 79,2% dimana insomnia banyak terjadi
pada perempuan (22,7%) daripada laki – laki (18,2%).

Insomnia pada lansia sering terjadi bersama-sama dengan kondisi


lain yaitu berupa penyakitpenyakit fisik (hipertiroid, arthritis), penyakit-
penyakit jiwa (depresi gangguan kecemasan) yang mengakibatkan
seseorang tidak dapat tidur dengan baik. Kualitas tidur yang tidak adekuat
ini dapat memberikan dampak serius seperti mengantuk berlebihan disiang
hari, gangguan memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan
hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup

B. Pengertian dari masalah Dermatitis dan gangguan tidur dan istirahat pada
lansia
Dermatitis
Menurut Djuanda (2006), dermatitis adalah peradangan kulit
(epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen
dan endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
dan keluhan gatal.
Menurut Ardhie (2014) Dermatitis ialah kelainan kulit yang
subyektif ditandai oleh rasa gatal dan secara klinis terdiri atas ruam
polimorfi yang umumnya berbatas tidak tegas. Gambaran klinisnya sesuai
dengan stadium penyakitnya.
Dermatitis atau yang sering disebut ekzema adalah peradangan
kulit dengan morfologi khas namun penyebabnya bervariasi. Kulit yang
mengalami dermatitis memiliki ciri warna kemerahan, bengkak, vesikel
kecil berisi cairan dan pada tahap akut mengeleuaarkan cairan .Pada tahap
kronis kulit menjadi bersisik, mengalami likenifikasi, menebal, tretak dan
berubah warna, (Jeyaratnam & Koh, 2010).
Gangguan tidur dan istirahat
Menurut SDKI (2016), gangguan pola tidur adalah gangguan
kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
Menurut Nanda,2018, gangguan pola tidur adalah interupsi jumlah
waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal.

C. Etiologi dari masalah Dermatitis pada lansia


1. Dermatitis atopik (eksim)

Jenis penyakit kulit ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai


faktor, seperti:

 Kulit kering,
 Perbedaan kondisi genetik,
 Kesalahan pada sistem imun,
 Bakteri pada kulit,
 Faktor lingkungan,
 Adanya riwayat eksim dalam keluarga, serta
 Adanya riwayat alergi atau asma.

2. Dermatitis kontak

Penyakit ini terbagi menjadi dermatitis alergi kontak dan dermatitis


iritan kontak. Dermatitis kontak alergi disebabkan karena sentuhan
langsung dengan pemicu alergi, sedangkan dermatitis kontak iritan terjadi
akibat kontak dengan zat penyebab iritasi.

Beberapa alergen dan iritan yang sering menjadi penyebabnya


yakni:

 Tanaman poison ivy atau tanaman beracun yang berasal dari tanaman
obat, bunga, buah-buahan, dan sayuran,
 Perhiasan dengan nikel,
 Zat kimia dalam produk pembersih,
 Parfum,
 Kosmetik, serta
 Zat pengawet pada krim dan losion.
3. Dermatitis seboroik

Peradangan kronis pada kulit kepala umumnya disebabkan oleh


pertumbuhan jamur Malassezia pada kelenjar minyak yang tersebar di
kulit. Sistem imun kemungkinan bereaksi secara tidak wajar terhadap
jamur tersebut sehingga jamur dan minyak berkembang tanpa terkendali.

D. Etiologi dari masalah gangguan tidur dan istirahat pada lansia


Gangguan tidur pada lansia dapat bersifat nonpatologis karena
faktor usia dan ada pula gangguan tidur spesifik yang sering ditemukan
pada lansia. Ada beberapa gangguan tidur yang sering ditemukan pada
lansia, yaitu :

1. Insomnia Primer
Insomnia primer tidak terjadi secara eksklusif selama ada
gangguan mental lainnya. Tidak disebabkan oleh faktor fisiologis
langsung kondisi medis umum. Ditandai dengan keluhan sulit untuk
memulai tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit selama 1 bulan.
Seseorang dengan insomnia primer sering mengeluh sulit masuk tidur
dan terbangun berkali-kali. Bentuk keluhannya bervariasi dari waktu ke
waktu.

2. Insomnia Kronis
Insomnia kronis biasanya disebut juga insomnia psikofisiologis
persisten. Insomnia ini dapat disebabkan oleh kecemasan, dapat juga
terjadi akibat kebiasaan perilaku maladaptive di tempat tidur. Adanya
kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur menyebabkan
seseorang berusaha keras untuk tidur tapi ia semakin tidak bisa tidur.
Ketika berusaha untuk tidur terjadi peningkatan ketegangan motorik dan
keluhan somatik lain sehingga menyebabkan tidak bisa tidur.

3. Insomnia Idiopatik
Insomnia idiopatik merupakan insomnia yang telah terjadi sejak
dini. Terkadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut
selama hidup. Penyebabnya pun tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh
ketidakseimbangan neurokimia otak di formasioretikularis batang otak
atau disfungsi forebrain. Lansia yang tinggal sendiri atau ada rasa takut
pada malam hari dapat menyebabkan kesulitan tidur. Insomnia kronis
dapat menyebabkan penurunan mood (risiko depresi dan ansietas),
menurunkan motivasi, energy dan konsentrasi serta menimbulkan rasa
malas. Kualitas hidup berkurang menyebabkan lansia tersebut lebih sering
menggunakan fasilitas kesehatan.
E. Komplikasi dari masalah Dermatitis pada lansia
1. Komplikasi Dermatitis Dari Segi Medis
Komplikasi medis dari dermatitis umumnya terjadi pada area kulit
yang bermasalah. Kondisi ini dapat terjadi selama kambuhnya gejala
atau bahkan berbulan-bulan setelah kulit mulai tampak pulih. Berikut
dampak jangka panjang dermatitis yang mungkin terjadi.
- Infeksi
Kulit penderita dermatitis dapat mengalami kerusakan akibat
kondisinya yang kering atau terlalu sering digaruk. Lama-
kelamaan, lapisan pelindung kulit pun terkikis habis sehingga kulit
semakin kering, pecah-pecah, dan mudah terserang virus atau
bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi kulit adalah
Staphylococcus aureus. Bakteri ini secara alamiah terdapat di
permukaan kulit, tapi jumlahnya cenderung lebih banyak  pada 60-
90% penderita dermatitis atopik (eksim).
Infeksi S. aureus pada kulit dapat memperparah gejala eksim.
Akibatnya, kulit pun mengalami peradangan, tampak memerah,
atau ditumbuhi bintil-bintil seperti bisul yang berisikan cairan.
Selain bakteri, penderita dermatitis atopik juga rentan terhadap
infeksi virus pada kulit. Virus yang sering menjadi penyebabnya
adalah virus herpes simpleks dengan gejala infeksi berupa gatal,
munculnya luka lenting, serta rasa panas pada kulit. Banyak
penderita dermatitis atopik juga dilarang menerima vaksin cacar.
Pasalnya, mereka berisiko mengalami eksim vaccinatum. Infeksi
kulit ini disebabkan oleh virus vaccinia pada vaksin cacar yang
sebenarnya tidak berbahaya secara umum.
- Neurodermatitis
Neurodermatitis merupakan komplikasi dermatitis yang berawal
dari munculnya bercak gatal pada kulit. Bercak ini lama-
kelamaan terasa semakin gatal karena kulit terlalu sering digaruk.
Kulit pun tampak menebal, memerah, dan lebih gelap dari
seharusnya. Walaupun tidak berbahaya, neurodermatitis dapat
menyebabkan perubahan warna permanen dan penebalan kulit
sekalipun eksim sudah tidak aktif. Kondisi ini sering kali harus
ditangani dengan kombinasi pengobatan dan terapi psikologis.
-Bekas luka
Kebiasaan menggaruk kulit secara terus-menerus dapat
meninggalkan bekas luka. Bekas luka yang terbentuk akan
membuat permukaan kulit tampak lebih timbul atau menimbulkan
bekas luka keloid pada bagian yang bermasalah.
2. Komplikasi Dermatitis Dari segi Gaya Hidup
Dermatitis tidak hanya berdampak pada kondisi medis penderitanya,
tapi juga aspek psikis dan sosial mereka. Berikut berbagai dampak
jangka panjang yang dapat terjadi bila dermatitis tidak ditangani
dengan baik.
- Menurunnya kepercayaan diri
Banyak penderita dermatitis merasa minder dengan keadaan
kulitnya. Hal ini dapat menimbulkan stres, sedangkan stres
memicu rasa ingin menggaruk kulit kembali. Kondisi ini bisa
diatasi dengan pengobatan dan pengelolaan stres yang baik.
- Rasa tidak nyaman dalam berolahraga
Penyakit dermatitis dapat mempersulit aktivitas berolahraga
karena keringat memicu rasa gatal pada kulit. Oleh sebab itu,
beberapa penderita dermatitis menghindari aktivitas fisik akibat
komplikasi yang satu ini. Namun hal itu masih dapat disiasati
yaitu dengan berolahraga dalam ruangan ber-AC untuk
mengurangi produksi keringat. Selain itu juga bisa menghindari
aktivitas fisik yang terlalu berat serta menggunakan pakaian
olahraga yang bersahabat bagi kulit.
- Kesulitan tidur
Komplikasi lain yang kerap dialami penderita dermatitis adalah
sulit tidur. Jam tidur yang kurang lambat laun dapat memengaruhi
mood dan perilaku. Hal itu pun membuat penderita menjadi sulit
berkonsentrasi selama menjalani kegiatan sehari-hari. Terlepas
dari jenis dermatitis yang  dialami, kondisi ini sebenarnya tidak
memiliki bahaya besar bagi kesehatan. Akan tetapi, dermatitis
dapat menimbulkan sejumlah dampak jangka panjang yang tidak
boleh diabaikan.
F. Komplikasi dari masalah gangguan tidur dan istirahat pada lansia
Gangguan tidur bisa menyebabkan Anda kekurangan tidur, yang
efeknya dapat menimbulkan beberapa hal berikut ini :
1. Kewaspadaan menurun dan mengantuk pada siang hari yang
berisiko mengalami kecelakaan dan cedera.
2. Tubuh kelelahan dan tidak dapat beraktivitas secara optimal.
3. Fungsi otak menurun, seperti tidak dapat berpikir dengan jernih,
daya ingat memburuk, sulit memproses informasi, memecahkan
masalah, dan mengambil keputusan.
4. Suasana hati menjadi buruk dan mudah marah sehingga bisa
memicu konflik antara Anda dan orang sekitar.
5. Sistem imun akan melemah sehingga membuat Anda mudah sakit.
6. Risiko penyakit kronis meningkat, mulai dari hipertensi hingga
penyakit jantung.
7. Hubungan dengan pasangan menjadi memburuk karena fungsi
seksual menurun.

G. Asuhan Keperawatan pada masalah yang dialami oleh kasus tersebut


Seorang perempuan, usia 72 tahun, tinggal di panti Werdha. Hasil
pengkajian didapatkan data gatal pada seluruh tubuh, sudah dirasakan sejak 3
bulan terakhir. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: kulit kering, tampak
garuk, banyak bekas luka garuk, kuku panjang dan kotor, mengeluh sejak
seminggu yang lalu tidak bisa tidur nyenyak, sering terbangun pada malam
hari dan sulit tidur lagi karena gatal. Petugas panti mengatakan beberapa hari
ini Klien terlihat tidur sambil berjalan dan siang banyak tidur TD:110/80
mmHg, suhu: 37oC , frekuensi nafas 22 x/mnt, frekuensi nadi: 80x/mnt, BB
55 kg, TB 150 cm, hasil pemeriksaan GDS: 110 gr/dl. klien mengeluh tidak
bisa tidur karena gatal2 .
1. Data focus
Data Objektif Data Subjektif
1. GDS: 110 gr/dl 1. Lansia mengatakan gatal pada
2. BB 50 kg TB 150 cm seluruh tubuh sejak 3bulan
3. Kulit lansia kering terakhir
4. Lansia tampak garuk 2. Lansia mengeluh sejak seminngu
5. Banyak bekas luka garuk yang lalu tidak bisa tidur
6. Kuku lansia panjang dan kotor nyenyak dan sering terbangun
7. TD : 110/80mmHg dan sulit untuk tidur lagi
Suhu : 37°C 3. Petugas panti mengatakan
RR : 22x/mnt beberapa hari ini klien terlihat

N : 80x/mnt tidur sambal berjalan dan siang


banyak tidur
4. Lansia mengeluh tidak bisa tidur
karena gatal-gatal

2. Analisa data

No. Data Masalah Etiologi


1. DS : Gangguan pola Gatal pada
- Pasien mengeluh tidur seluruh tubuh
sejak seminggu Kategori :
yang lalu tidak Fisiologis
bisa tidur nyenyak Subkategori :
- Petugas panti Aktivitas/Istirahat
mengatakan D.0055
beberapa hari ini SDKI, 2016
Klien terlihat tidur
sambil berjalan
dan siang banyak
tidur
- Pasien mengeluh
tidak bisa tidur
karena gatal2

DO :
- Sering terbangun
pada malah hari
dan sulit tidur lagi
karena gatal
- TD : 110/80
mmHg
- N : 80x/menit
- S : 37℃
- RR : 22x/menit
- BB 55 kg
- TB 150 cm
- GDS: 110 gr/dl

2. DS : Gangguan Kurang terpapar


- Pasien Integritas informasi tentang
mengatakan gatal Kulit/Jaringan upaya
pada seluruh Kategori : mempertahankan/
tubuh, sudah Lingkungan Melindungi
dirasakan sejak 3 Subkategori : integritas
bulan terakhir Keamanan dan jaringan
Proteksi
DS :
D.0192
- Kulit kering,
SDKI, 2016
tampak garuk
- Banyak bekas
luka garuk
- TD : 110/80
mmHg
- N : 80x/menit
- S : 37℃
- RR : 22x/menit
- BB 55 kg
- TB 150 cm
- GDS: 110 gr/dl
3. DS : - Defisit Gaya hidup sehat
DO : Pengetahuan
- Kuku panjang dan Kategori :
kotor Perilaku
DT : Subkategori :
- Menunjukkan Penyuluhan dan
perilaku tidak Pembelajaran
sesuai anjuran

3. Diagnose Keperawatan
No. Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf & Nama
Keperawatan ditemukan teratasi Jelas
1. Gangguan Integritas Senin, 30 Rabu, 1
berhubungan kurang Agustus 2021 Agustus
terpapar informasi 2021
tentang upaya KEL.1
mempertahankan/
melindungi integritas
jaringan
Kulit/Jaringan
Kategori :
Lingkungan
Subkategori :
Keamanan dan
Proteksi
D.0192
SDKI, 2016
2. Gangguan pola tidur Senin, 30 Rabu, 1
berhubungan gatal Agustus 2021 Agustus
pada seluruh tubuh 2021 KEL.1
Kategori : Fisiologis
Subkategori :
Aktivitas/Istirahat
D.0055
SDKI, 2016
3. Defisit Pengetahuan Senin, 30 Rabu, 1
berhubungan gaya Agustus 2021 Agustus
hidup sehat 2021
Kategori : KEL.1
Perilaku
Subkategori :
Penyuluhan dan
Pembelajaran

4. Rencana Keperawatan
Tangga No.D Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Paraf
l X Hasil (NOC) (NIC) dan
Nama
Senin, 1. Setelah dilakukan Perawatan Luka
30 tindakan keperawatan I.14564
Agustus selama 2X24 jam Halaman 328-329 KEL.1
2021 diharapkan masalah SIKI
yang terjadi pada kulit Observasi :
klien dapat hilang 1. Monitor
dengan kriteria hasil : karakteristik
1. Hidrasi luka (misalnya
dipertahankan drainase, warna,
pada skala 1 ukuran, bau)
(menurun) dan 2. Monitor tanda-
ditingkatkan tanda infeksi
pada skala 5
Terapeutik :
(meningkat)
1. Bersihkan
2. Perfusi
dengan cairan
jaringan
NaCL atau
dipertahankan
pembersih
pada skala 2
nontoksis,
(cukup
sesuai
menurun) dan
kebutuhan
ditingkatkan
2. Berikan salep
pada skala 5
yang sesuai ke
(meningkat)
kulit/lesi, jika
3. Sensasi
perlu
dipertahankan
3. Berikan
pada skala 1
suplemen
(menurun) dan
vitamin dan
ditingkatkan
mineral
pada skala 5
(misalnya
(meningkat)
vitamin A,
vitamin C, zinc,
Integritas Kulit dan asam amino)
Jaringan sesuai indikasi
L.14125
Edukasi :
Halaman : 33
1. Jelaskan tanda
SLKI
dan gejala
infeksi
2. Anjurkan
mengkonsusmsi
makanan tinggi
kalori dan
protein
3. Ajarkan
perawatan luka
secara mandiri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
antibiotic

Perawatan Kuku
I.11355
Halaman : 327
SIKI
Observasi :
1. Monitor
perubahan
yang terjadi
pada kuku

Terapeutik :
1. Fasilitasi
pemotongan
dan
pembersihan
kuku, sesuai
kebutuhan

Edukasi :
1. Anjurkan
memotong dan
membersihkan
kuku secara
rutin

Senin, 2. SLKI : L-05045 SIKI : I.09265


30 Pola Tidur Dukungan Tidur
KEL.1
Agustus
2021 Setelah diberikan Def :
tindakan selama 3 x 24 Menmfasilitasi siklus
jam, diharapkan tidur dan terjaga yang
masalah keperawatan teratur
Pola Tidur
berhubungan dengan Observasi :
Kualitas Tidur dapat 1. Identfikasi pola
teratasi dengan aktivitas dan tidur
kriteria hasil : 2. Identifikasi fakdor
1. Keluhan sulit pengganggu tidur
tidur (faik dan/atau
dipertahankan psikologis)
pada skala 3 dan 3. Identifikasi
ditingkatkan pada makanan dan
skala 5 minuman yang
2. Keluhan sering mengganggu tidur
terjaga (mis. kopl, teh,
dipertahankan akohol, makan
pada skala 3 dan mandokat waktu
ditingkatkan pada tidur, minum
skala 5 benysk air sebelum
3. Keluhan tidak tidur)
puas tidur 4. Identifikasi obet
dipertahankan tidur yang
pada skala 3 dan dikonsumsl
ditingkatkan pada Terapeutik :
skala 5 1. Modifikasi
4. Keluhan pola lingkungan (mis.
tidur berubah percahaynan,
dipertahankan kebisingan, suhu,
pada skala 3 dan matras, dan tempat
ditingkatkan pada tidur)
skala 5 2. Batas waktu tidur
5. Keluhan istirahat siang . jika perlu
tidak cukup 3. Faslitasi
dipertahankan menghilangkan
pada skala 3 dan stres sebelum didur
ditingkatkan pada 4. - Tetapkan jadwal
skala 5 tidur rutin

Skala Penilaian : 5. Lakulan prosedur


1. Meningkat untuk
2. Cukup meningkat meningkatkan
3. Sedang kenyamanan (mis.
4. Cukup menurun pjat, pengaturan
5. Menurun posisi, terapi
Untuk skala penilaian akupresur)
kriteria hasil 6. Sesuaikan jadwal
Kemampuan pemberian obat dan
Beraktivitas atau tindakan untuk
1. Memburuk menunjang siklus
2. Cukup memburuk tidur
3. Sedang Edukasi :
4. Cukup membaik 1. Jelaskan pentingnya
5. Membaik tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan
menghindari
makanan minuman
yang mengganggu
tidur
4. Anjurkan
pengunaan obat
tidur yang lidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
5. Ajarkan factor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (mis.
poikologis, o hidup,
sering berubah shift
bekerja)
6. Ajarkan relaksasi
otot autogenik atau
cara
nonfammakologi
lainnya
Senin, 3. SLKI : L.12111 – SIKI : I.12383 –
30 Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
Agustus Hal. 146 Hal. 65
KEL. 1
2021 Setelah dilakukan Definisi:
tindakan keperawatan Mengajarkan
selama 3 x 24jam pengelolaan faktor
masalah keperawatan resiko penyakit dan
Defisien Pengetahuan perilaku hidup bersih
berhubungan dengan serta sehat.
kurang informasi
dapat teratasi. Observasi:
1. Identifikasi kesiapan
Dipertahankan pada dan kemampuan
skala 2 dan menerima informasi
ditingkatkan pada
skala 5 Terapeutik:
Skala Penilaian : 1. Sediakan materi
1. Meningkat dan media
2. Cukup meningkat pendidikan
3. Sedang kesehatan
4. Cukup menurun 2. Jadwalkan
5. Menurun pendidikan
kesehatan sesuai
Kriteria Hasil : kesepakatan
- Persepsi yang 3. Berikan
keliru terhadap kesempatan untuk
masalah bertanya

Edukasi:
1. Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kulit merupakan jaringan lapisan yang terdapat pada bagian luar
menutupi dan melindungi bagian tubuh, berhubungan dengan selaput
lender yang melapisi rongga, lubang-lubang masuk. Pada kulit bermuara
kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. Masalah pada kulit salah satunya
adalah luka, dimana luka terjadi akibat kerusakan jaringan dan ketika
terjadi luka tubuh akan mengeluarkan respon local yang disebut dengan
inflamasi. Kulit mempunyai tiga lapisan utama yaitu Epidermis, Dermis
dan Jaringan Sub Kutis. Epidermis (Lapisan Luar) tersusun dari beberapa
lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan.
Kulit ini melapisi dan melindungi organ dibawahnya terhadap
kehilangan air, cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya
mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam Epidermis
membentuk sel-sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit.
Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integrase kulit
sel-sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis.
Mereka memproduksi melanin, pigmen gelap kulit.
B. Saran
Makalah ini dibuat dengan tujuan mahasiswa mengetahui dan mengerti
Teori dan Asuhan Keperawatan dari Dermatitis dan Masalah Gangguan
Pola Tidur dan Istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

Indrastiti Retno dkk. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Dermatitis Atopik. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
Rarasta Meida dkk. 2018. Prevalensi Insomnia pada Usia Lanjut Warga Panti
Werdha Dharma Bakti dan Tresna Werdha Teratai Palembang. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya
Maria Sumaryati. (2013). TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA
TENTANG PENYAKIT DERMATITIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

PPNI,2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Nanda,2018.NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:


EGC

Ardani, 2013. Faktor-Faktor yang mempengaruhi gangguan tidur (Insomnia) pada


lansia di Panti Sosial Tresna Wherda Wana Seraya Denpasar Bali.

Mulristyarini, Sinta, dkk. 2018. Intisari Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Malang : UB Press

Samiadi, Lika. (2020). Berbagai Komplikasi yang Mungkin Muncul Akibat


Penyakit Dermatitis. Diakses pada 05 September 2021, dari
https://hellosehat.com/penyakit-kulit/dermatitis/komplikasi-dermatitis/?amp=1

Anda mungkin juga menyukai