Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 4 / 4B Gresik
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Makalah Evakuasi dan Transportasi
Korban Gempa Bumi” dalam mata kuliah Gawat Darurat dan Manajemen Bencana ini
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan, doa dan
dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengajar mata kuliah Gawat Darurat dan Manajemen Bencana, serta teman-teman yang telah
bekerja sama dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa isi
dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak untuk memperbaiki kualitas makalah ini.Harapan kami semoga
makalah yang kami selesaikan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………………………...… 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1.3 Hal yang harus diperbauikan bagaimana pOsisi korban pada saat diberi tindakan ...... 7
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
transportasi untuk evakuasi akibat kejadian bencana sebagai salah satu instrumen
penelitian keteknikan yang mendukung kebijakan penentuan upaya penanganan korban
terutama pada proses evakuasi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
leher, cara pengangkatan yang salah dapat menyebabkan saraf dileher terjepit dan
dapat menyebabkan henti napas atau gagal napas (Eka dkk, 2015).
Upaya ini dalam situasi dan keadaan tertentu sangat penting, misalnya
saatevakuasi korban gawat darurat, ketika korban harus mendapatkan perawatan dan
pengobatan di rumah sakit sehingga evakuasi korban harusdilakukan nsecara cepat
dan dan waspada serta diusahakan tidakmemperburuk keadaaan korban atau
menambah cedera baru. (Ramsidkk, 2014).
2.1.3 Hal yang harus diperbauikan bagaimana pOsisi korban pada saat diberi
tindakan
1. Korban duduk
Padakecelakaan lalu lintas sering terjadi pada karbon yang masihberada di
dalam kendaraan. Sebelum melakukan evakunsi korban.penolong harus
menentukanapakah penolong dalam keadaanstabil atau tidak stabil, apakah perlu
evakuasi segera.
2. Korban terbaring
Pada saat kejedian kecelakaan sehari-hari mungkin didapatkanKorban
dalam posisi berbaring, tetapi mungkin dalanposisi terlentang atau mungkin juga
dalam posisi tertutup. Pada saatmelakukanpemindahanperhatikanadakah
kemungkinan cederapada tulang belakang atau tidak. Bila terdapat frakrur tulang
ataudicurigai adanya fraktur lakukan immobilisasidahulu sebelunpengangkatan
pasien.
3. Korban yang menggunakan helmet
Pada kecelakaan lalu lintas terutama pasien dengan kendaraan rodadua
yang menggunakan helm. Bila dalam keadaan tidak sadar danmenggunakan helm,
7
maka helm harus dibuka terlebih dahulu. Helm dengan bagian muka terbuka
mungkin tidak ada masalah untuk membukanya, tetapi jcnis helm yang tertutup
seluruhnya, perlu cara khusus untuk membukanya. Pada saat membuka harus
ditentukan adakah kemungkinan/dugaan fraktur pada tulang leher,lakukan
immobilisasi kepala pada saat membuka helm kemudianpasang collarsplint pada
saat melakukan prosedur pemeriksaanlain.
8
1) Perawatan kondisi penderita memerlukan pemindahan.Penderita harus
dipindahkan untuk memperbaiki pernafasan yang tidak adekuat atau
mengobati shock atau gangguan status kejiwaan.
2) Faktor faktor pada tempat kejadian menyebabkan kondisipenderita menurun.
Jika kondisi penderita menurun dengan cepat karena panas atau dingin,
misalnya, dia harus mungkin dipindahkan.
3) Memindahkan penderita ke papan spinal yang panjang, juga disebut papan
(longspineboard), merupakan pemindahanmendesak yang digunakan ketika
terdapat bahaya yang mengancam hidup dan kecurigaan cedera spinal. Jika
penderita telentang pada tanah, maneuver log roll (menggulingkan) harus
dilakukan untuk memindahkanpenderita ke samping. Papan spinal kemudian
di tempalkan didekat tubuh penderita lalu di gulingkan kembali ke papan.
Setelah penderita aman dan diimobilisasi ke papan spinal, papan dan penderita
diangkat bersamaan ke tandu dandimasukkan ke ambulans.
c. Pemindahan tidak mendesak
Ketika tidak ada bahaya yang mengancam hidup, penderita
harusdipindahkan ketika transportasi sudah tersedia, menggunakanpemindahan
tidak mendesak. Pemeriksaan pada tempat kejadian dan perawatan pada tempat
kejadian yang diperlukan, seperti pembidaian, harus dilakukan terlebih dahulu.
Pemindahan tidak mendesak harus dilakukan untuk mencegah cedera atau cedera
tambahan pada penderita dan untuk menghindari ketidaknyamanan dan nyeri.
9
c) Secara hati bati tarik/seret tubuh pasien ke belakang sembari penolong
berjalan jougkok ke belakang.
d) Bila pasien kebetulan memakai jaket buka semua kancingnya balik bagian
belakang jaketnya, tarik dan seret hati-hati bagian belakang.
Perhatian :
Cara-cara ini tidak digunakan pada pasien dengan cedera pundak, kepala
dan leher.
1) Menarik kerneja korban (shirtdrag)
Bagian kemeja yang ditarik adalah bagian punggung belakang. Jika terlalu
depan, terdapat risiko kemeja lepas dan mencekikkorban.
10
Tangan korban dikat dan digantungkan di leher penolong.Cegah kepala
korban agar tidak terseret di tanah denganmenggunakan satu tangan
ataumenggantungkannya.
11
Gambar 4. Gendong Punggung
2. Mengangkat depan/memapah (cradilecarry)
Korban yang sadar telapi lemas, lidak dapat berjalan,
dantangan hanya dapat menggantung pasif ke leher
penolong,sebaiknya dipindahkan dengan cara membopong.
Cara cradlecarry (memapah) (Amiruddin,2010)Jongkoklah di
belakang pasien lelakkan situ lenganpenolong mcrangkul di bawah
punggung pasicn sedikit diatas pinggang.
a) Letakkan lengan yang lain di bawah paha pasientepat pelipatan
lutut. Berdirilah pelan-pelan danbersamaan mengangkat pasien.
Gambar 6. Menjulang
5) Teknik Menopang (cruth)
a.Memapah 1 orang (onerescuercrutch)
Jika masih dapat berjalan meskipun sedikit, maka korban
dapat dibantu dengan memapahnya. Tangan korbandirangkulkan di
pundak penolong, salah satu tanganpenolong memegang pinggang
12
korban untukmengantisipasi jika korban pingsan atau mendadak
lemas.
Cara Human Cruch (papah rangkul) (Amiruldin, 2010)Human
Crutch : dipapah dengan dirangkul dari samping,bila dimungkinkan
berikan alat bantu jalan sebagai penopang atau penguat (alat bantu
ckstra).
a) Berdiri di samping pasien di sisi yang ccdcra atauyang
lemah, rangkulkansatn lengan pasien padaleher penolong
dan gaitlah tangan pasien ataupergelangannya.
b) Rangkulkan tangan penolong yang lain dari arahbelakang
menggait pinggang pasien. Tahan kakipenolong yang
berdekatan dengan pasien untukmendampingi pasicn,
sedang kaki penolong yang jauh dari pasien maju setapak
demi setapak.
c) Bergeraklah pelan-pelan maju. Selanjutnya tarik pelan-
pelan gulungan yang ada di arah kepala agar tcrbuka
mengalasi tubuh pasicnbagian atas sedang gulungan yang
ada di arah kakitarik ke bawah agar terbuka mengalasi
tubuh pasienbagian bawah.
d) Selanjutnya selundupkan kedua tongkat masing-masing di
kiri dan kanan tepi kanvas yang sudahdilipat dan dijahit.
e) Angkat & angkut pasien hati-hati.
Gambar 7. Memapah
13
Korban diangkat dengan menggunakan tangan sebagai tanduCara ditandu
dengan kcdua lengan penolong (Amiruddin, 2010) Pasien didudukkan
1) Keduapenolongjongkok dan saling berhadapan di sanping kiri dan kanan
pasien lengan kanan penolong kiri dan lengan kiripenolong kanan saling
menyilang di belakang punggung pasien.Menggapai dan menarik ikat
pinggang pasicn.
2) Kedua lengan penulung yang menerobos di bawah pelipalanlululpasien,
saling bergandengan dan mengait dengan cara saling memegang
pergelangan tangan.
3) Makin mendekatlah para penolong.Tahan dan atur punggung penolong
tegap. Angkatlah pasienpelan-pelan bergerak ke atas.
14
Yang perlu diperhatikan adalah posisi korban yang dipertahankanagar
tetap sesuai aksis punggungnya.
15
Gambar 10. Pengangkatan Korban Menggunakan Papan Spinal
Korban yang harus mendapatkan perawatan dan pengohatan lebih lanjut,
dibawa ke rumah sakit atau tempat rujukan lain. Pada keadaan ketika kendaraan
tidak dapat menjangkau lokasi, evakuasi korban dengan tandu darurat merupakan
sebuah alternative yang penting.Evakuasi korban dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara danberbagai macam sarana, tergantung dari jumlah penolong, sarana
yang ada, rute yang dilalui, keadaan korban, dan segalanya.
a. Traksi manual pada cedera spinal
1) Posisikan kedua tangan penolong
2) Lakukan traksi (tarikan) ke arah ujung kepala dengan mantap dan lembut
3) Perlahankan traksi, jaga kepala dalam posisi netral sejajar dengan tulang
belakang.
16
Gambar 13. Collar dikunci dibelakang leher
5) Teruskan merpertahankan kestabilan leher dan kepala.
17
o Tandu ditempatkan di samping korban, jika mungkin lapisitandu tersebut
pada daerah leher, pinggang, lutut, dan pergelangan kaki untuk membantu
mengisi ronggga antara tubuh korban dan tandu
o Penolong D menyatukan kaki korban dengan mengikatnya.
memiringkan korban.
Gambar 16. Persiapan memindahkan korban ke tandu
o Penolong A memberi aba-aba tiga penolong yang lain untukmenempatkan
tangan mereka pada posisinya :
1) Penolong yang sejajar bahu menempatkan satu tangandi bawah
bahu korban dan tangan yang lain di bawah lengan korban.
2) Penolong yang sejajar pinggang menempatkan satu tangan di
bawah pinggang korban dan tangan yang lainberada di bawah
bokong korban
18
3) Penolong yang sejajar lutut korban menempatkan satu tangan di
bawah paha korban bagian bawah dan tanganyang lain di bawah
pertengahan betis korban.
o Penolong A mempertahankan traksi manual pada kepala danleher.
Mengikuti gerakan tiga penolong yang lain ketikakorban dimiringkan.
Lakukan dengan hati-hati dan gerakkankorban sebagai satu kesatuan.
korban
Gambar 18. Korban diletakkan di tandu Lalu diikatkanpada tandu
o Pasang selimut tebal di bawah kepala korban, kemudiangulung kedua sisi
selimut ke atah kepala korban
o Kemudian fiksasi selimut tersebut menggunakan mitela
19
o Kirim korban ke rumah sakit beserta tandu spinalnya sebagai satu
kesatuan.
Gambar 19. Kepala di fiksasi dengan selimut lalu diikat ke tandu
Kepala tandu dapat di naikkan, yang akan sangat menguntungkan pada beberapa
penderita.
Gambar 20. Tandu Beroda(WheeledStrecher)
2) Tandu Portabel
Tandu portable atau tandu lipat dapat menguntungkan padakejadian dengan
banyak korban (kejadian dengan banyakpenderita). Tandu dapat terbuat dari kanvas,
aluminium, atauplastik keras dan biasanya dapat dilipat atau dikempiskan.
20
3) Kursi Tangga
Kursi tangga memiliki banyak keuntungan dalam memindahkanpenderita dari
tempat kejadian ke tandu. Keuntungan pertamaadalah, seperti namanya, kursi tangga
ini bagus digunakan pada tangga. 'Tandu besur sering lidak bisa dibawa ke sudut yang
sempil atau naik turun tangga yang sempit. Kursi tangga memindahkan penderita pada
posisi duduk, yang dapat mengurangi panjangpenderita dan alat, memungkinkan
penolong untuk bergerak disekitar sudut dan melalui ruang yang scmpit. Alat ini idcal
untuk penderita dengan kesulitan bernafas. Penderita seperti ini biasanyaharus duduk
tegak untuk bernafas lebih mudah dan kursi tanggamemungkinkan penderita untuk
melakukannya. Kursi tangga tidakboleh dilakukan pada penderita dengan cedera lcher
atau spinalkarena penderita ini harus diimmobilisasi terlentang dengan papan untuk
mencegah cedera lebih lanjut.
21
Terdapat 2 tipe papan spinal atau papan punggung: panjang (longspine board)
dan pendek (short spine board). Alat ini digunakan pada penderita yang ditemukan
berbaring atau berdiri dan harusdiimmobilasi. Perlatan ini terbuat dari kayu
tradisional dan jugaplastic tahan pecah. Papan spinal pendek digunakan terutama
untuk memindahkan penderita dari kendaraan ketika dicuri gai ada cederaleher atau
spinal.
Gambar 24. Papan Spinal
6) Tandu keranjang
Dapat digunakan untuk memindahkan penderita satu tingkat ke tingkat lainnya
atau melewati tanah yang kasar. Keranjang harusdilapisi dengan selimut sebelum
memposisikanpenderita.
22
2.2 KONSEP MANAJEMEN GAWAT DARURAT DAN BENCANA GEMPA BUMI
2.2.1 GEMPA BUMI
Tindakan Pencegahan jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini terdapat
10 petunjuk yang dapat dijadikan pegangan dimanapun anda berada
a. Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus
mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah ke bawah meja
untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki
meja, lindungi kepala anda dengan bantal. Jika anda sedang menyalakan kompor
maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.
b. Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku,
jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke
pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.
c. Di luar rumah
Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah
perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan
papanpapan reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau
apapun yang anda bawa.
d. Di pusat perbelanjaan
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua
petunjuk dari pegawai atau satpam.
e. Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda
merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua
tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika
anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone
jika tersedia.
f. Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh
secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah
mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan
kepanikan.seandainya kereta dihentikan.
g. Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil
anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah
23
mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan
berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah
dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.
h. Di gunung atau pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke
tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan
getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
i. Beri Pertolongan
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa
bumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami
kesulitan datang ke tempat kejadian maka bersiaplah memberikan pertolongan
pertama kepada orang-orang berada di sekitar anda.
j. Dengarkan Informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk
mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah
sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yang benar
dari pihak berwenang, polisi, atau petugas lainnya. Jangan bertindak karena informasi
orang yang tidak jelas.
Tindakan Pencegahan Gempa Bumi lainnya adalah:
a) Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan
gempa.
b) Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
c) Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
d) Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
e) Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di
daerah rawan gempa bumi.
f) Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
g) Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara-
cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
h) Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat
terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
i) Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.
j) Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi
gempa bumi.
24
Proteksi diri sangatlahpenting bagi Andadengan tujuan untuk melindungi dan
mencegah terjadinya penularan dari berbagai penyakit yang dibawa oleh korban.
Begitu juga keadaan lingkungan sekitar haruslah aman,nyaman dan
mendukungkeselamatanbaik korban maupun penolong. Coba bayangkan bila Anda
menolong korban apabila ada api di dekat Anda, tentu Anda tidak akan aman dan
nyaman ketika anda menolong korban. Oleh sebab sangatlah penting proteksi diri dan
lingkungan yang aman dan nyaman tersebut.
Setelah Anda menggunakan proteksi diri dan membawa alat - alat pengkajian
ke dekat korbanmaka Anda berada di dekat/samping korban mengatur posisi korban
dengan posisi terlentang atau sesuai dengan kebutuhan.
Triage
A. Pengertian
Triage adalah suatu cara untuk menseleksi atau memilah korban berdasarkan
tingkat kegawatan. Menseleksi dan memilah korban tersebut bertujuan untuk
mempercepat dalam memberikan pertolongan terutama pada para korban yang
25
dalam kondisi kritis atau emergensi sehingga nyawa korban dapat diselamatkan.
Untuk bisa melakukan triage dengan benar maka perlu Anda memahami tentang
prinsip-prinsip triage.
B. Prinsip Triage
Triage seharusnya segera dan tepat waktu, penanganan yang segera dan tepat
waktu akan segera mengatasi masalah pasien dan mengurangi terjadi kecacatan
akibat kerusakan organ. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat, data yang
didapatkan dengan adekuat dan akurat menghasilkan diagnosa masalah yang tepat.
Keputusan didasarkan dari pengkajian, penegakan diagnose dan keputusan
tindakan yang diberikan sesuai kondisi pasien.
Intervensi dilakukan sesuai kondisi korban, penanganan atau tindakan yang
diberikan sesuai dengan masalah/keluhan pasien. Kepuasan korban harus dicapai,
kepuasan korban menunjukkan teratasinya masalah. Dokumentasi dengan benar,
dokumentasi yang benar merupakan sarana komunikasi antar tim gawat darurat
dan merupakan aspek legal.
Anda telah memahami tentang prinsip triage, sekarang Anda akan belajar
tentang klasifikasi triage. Klasifikasi ini penting untuk menseleksi korban yang
datang sehingga keselamatan korban segera ditolong. Klasifikasi ini dibagi
menjadi 3 yaitu :
Prioritas 1 (Emergensi) warna/ label: Merah
Prioritas 2 (Gawat) warna/ label: Kuning
Prioritas 3 (Tidak Gawat) warna/ label: Hijau
C. Proses Triage
Ketika Anda melakukan triage,waktu yang dibutuhkan adalah kurang dari 2
menit karena tujuan triage bukan mencari diagnose tapi mengkaji dan
merencanakan untuk melakukan tindakan.
D. Pengkajian Dan Setting Triage
1. Ada beberapa petunjuk saat Anda melakukan pengkajian triage yaitu: Riwayat
pasien, karena sangat penting dan bernilai untuk mengetahui kondisi pasien;
2. Tanda, keadaaan umum pasien seperti tingkat kesadaran, sesak, bekas injuri
dan posisi tubuh;
3. Bau, tercium bau alkohol, keton dan melena;
4. Sentuhan (palpasi), kulit teraba panas, dingin dan berkeringat, palpasi nadi dan
daerah yang penting untuk dikaji serta sentuh adanya bengkak;
5. Perasaan (commonsense), gunakan perasaan dalam memutuskan jawaban yang
relevan dengan kondisi pasien.
26
I: Implementation
E: Evaluation
Macam Bencana
Dari uraian di atas kita dapat memahami definisi atau pengertian bencana.
Selanjutnya, bila kita lihat kembali UU No. 24 tahun 2007 bencana dapat digolongkan
27
menjadi tiga macam, yaitu bencana alam, bencana non-alam dan bencana sosial. Di
bawah ini akan diuraikan macam-macam bencana yaitu sebagai berikut:
1. Bencana alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Di
bawah ini akan diperlihatkan gambar tentang bencana alam yang telah terjadi di
Indonesia.
2. Bencana non-Alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit. Bencana non-alam termasuk terorisme biologi dan biokimia, tumpahan
bahan kimia, radiasi nuklir, kebakaran, ledakan, kecelakaan transportasi, konflik
bersenjata, dan tindakan perang. Sebagai contoh gambar 3 adalah gambaran
bencana karena kegagalan teknologi di Jepang, yaitu ledakan reaktor nuklir
3. Bencana Sosial
Bencana karena peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh
manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas.
Misalnya konflik sosial antar suku dan agama di Poso.
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di
dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak
bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan
lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa
gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi
(BMKG, 2017). Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang
menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh
bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan
runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa (BNPB, 2012).
Gempa bumi dibagi menjadi lima jenis, antara lain:
a. Gempa bumi vulkanik (kegunungapian)
Gempa bumi vulkanik terjadi karena aktivitas vulkanisme atau kegunung
apian. Gempa bumi vulkanik terjadi karena adanya ativitas magma. Aktivitas
magma ini terjadi pada saat gunung berapi akan erupsi, maka dari itu gempa ini
dinamakan sebagai gempa vulkanik. Apabila magma yang ada di dalam gunung
tersebut tingkat keaktifannya semakit tinggi, maka akan menimbulkan ledakan
yang pada akhirnya juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi.
b. Gempa bumi tektonik
Gempa bumi tertonik merupakan gempa yang terjadi akibat adanya aktivitas
tektonisme, yakni pergeseran lempeng- lempeng tektonik secara mendadak yang
mana mempunyai kekuatan yang sangat kecil hingga yang besar. Kerusakan yang
ditimbukan oleh gempa bumi tektonik, seperti rusaknya bangunan, pasar, dan lain
sebagainya.
c. Gempa bumi tumbukan
28
Gempa bumi tumbukan merupakan gempa bumi yang disebabkan oleh
jatuhnya meteor, asteroid maupun benda langit lainnya ke permukaan Bumi.
Tumbukan benda langit tersebut dengan permukaan Bumi akan menghasilkan
getaran yang pada akhirnya disebut dengan gempa.
d. Gempa bumi runtuhan
Gempa bumi runtuhan merupakan jenis gempa bumi yang terjadi akibat
adanya runtuhan material- material bumi. Gempa bumi runtuhan ini biasanya
terjadi di daerah kapur, maupun daerah pertambangan. Besar gempa bumi
runtuhan ini tidaklah besar, biasanya hanya dirasakan di daerah- daerah lokal saja,
atau yang berada di sekitaran daerah runtuhan tersebut.
e. Gempa bumi buatan
Seperti yang kita ketahui bersama mengenai penyebab gempa bumi tidak
semuanya bersifat alami. Beberapa penyebab gempa bumi ini berasal dari
manusia. salah satunya adalah yang menyebabkan gempa bumi buatan. Gempa
bumi buatan merupakan jenis gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitasaktivitas
manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir maupun palu yang dipukulkan ke
permukaan Bumi.
Siklus Bencana Dan Penanggulangan Bencana
Siklus bencana dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra bencana, fase
bencana dan fase pasca bencana. Fase pra bencana adalah masa sebelum terjadi
bencana. Fase bencana adalah waktu/saat bencana terjadi. Fase pasca bencana adalah
tahapan setelah terjadi bencana. Semua fase ini saling mempengaruhi dan berjalan
terus sepanjang masa.
Penanganan bencana bukan hanya dimulai setelah terjadi bencana. Kegiatan
sebelum terjadi bencana (pra-bencana) berupa kegiatan pencegahan, mitigasi
(pengurangan dampak), dan kesiapsiagaan merupakan hal yang sangat penting untuk
mengurangi dampak bencana. Saat terjadinya bencana diadakan tanggap darurat dan
setelah terjadi bencana (pasca-bencana) dilakukan usaha rehabilitasi dan
rekonstruksi.Berikut rincian tentang kegiatan penanggulangan bencana sesuai siklus
bencana.
1. Pra Bencana
a. Pencegahan
Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk
menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari
ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan.
Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan
cara mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan energi atau material ke
wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang (Smith, 1992).
Cuny (1983) menyatakan bahwa pencegahan bencana pada masa lalu
cenderung didorong oleh kepercayaan diri yang berlebihan pada ilmu dan
teknologi pada tahun enam puluhan; dan oleh karenanya cenderung menuntut
ketersediaan modal dan teknologi. Pendekatan ini semakin berkurang
peminatnya dan kalaupun masih dilakukan, maka kegiatan pencegahan ini
diserap pada kegiatan pembangunan pada arus utama.
b. Mitigasi
29
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada
pengurangan dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian mengurangi
kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah langkah-langkah yang
dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis
akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan
lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab
ancaman dengan cara mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan energi
atau material ke wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih
panjang (Smith, 1992). Kejadian bencana terhadap kehidupan dengan cara-
cara alternatif yang lebih dapat diterima secara ekologi (Carter, 1991).
Kegiatan-kegiatan mitigasi termasuk tindakantindakan non-rekayasa seperti
upaya-upaya peraturan dan pengaturan, pemberian sangsi dan penghargaan
untuk mendorong perilaku yang lebih tepat, dan upaya-upaya penyuluhan dan
penyediaan informasi untuk memungkinkan orang mengambil keputusan yang
berkesadaran. Upaya-upaya rekayasa termasuk pananaman modal untuk
bangunan struktur tahan ancaman bencana dan/atau perbaikan struktur yang
sudah ada supaya lebih tahan ancaman bencana (Smith, 1992).
c. Kesiapsiagaan Fase
Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik
dengan memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yang
ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat
melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi
bencana. Tindakan terhadap bencana menurut PBB ada 9 kerangka, yaitu 1.
pengkajian terhadap kerentanan, 2. membuat perencanaan (pencegahan
bencana), 3. pengorganisasian, 4. sistem informasi, 5. pengumpulan sumber
daya, 6. sistem alarm, 7. mekanisme tindakan, 8. pendidikan dan pelatihan
penduduk, 9. gladi resik.
2. Saat Bencana
Saat bencana disebut juga sebagai tanggap darurat. Fase tanggap darurat atau
tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata untuk
menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Aktivitas yang dilakukan secara
kongkret yaitu: 1. instruksi pengungsian, 2. pencarian dan penyelamatan korban,
3. menjamin keamanan di lokasi bencana, 4. pengkajian terhadap kerugian akibat
bencana, 5. pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat, 6.
pengiriman dan penyerahan barang material, dan 7. menyediakan tempat
pengungsian, dan lain-lain.
Dari sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih dipersempit lagi dengan
membaginya menjadi “Fase Akut” dan “Fase Sub Akut”. Dalam Fase Akut, 48
jam pertama sejak bencana terjadi disebut “fase penyelamatan dan
pertolongan/pelayanan medis darurat”. Pada fase ini dilakukan penyelamatan dan
pertolongan serta tindakan medis darurat terhadap orang-orang yang terluka akibat
bencana. Kira-kira satu minggu sejak terjadinya bencana disebut dengan “Fase
Akut”. Dalam fase ini, selain tindakan “penyelamatan dan pertolongan/pelayanan
medis darurat”, dilakukan juga perawatan terhadap orang-orang yang terluka pada
saat mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan tindakan-tindakan terhadap
munculnya permasalahan kesehatan selama dalam pengungsian.
30
3. Setelah Bencan
a. Fase Pemulihan
Fase Pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan,
tetapi fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan
kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala
(sebelum terjadi bencana). Orang-orang melakukan perbaikan darurat tempat
tinggalnya, pindah ke rumah sementara, mulai masuk sekolah ataupun bekerja
kembali sambil memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. Kemudian mulai
dilakukan rehabilitasi lifeline dan aktivitas untuk membuka kembali usahanya.
Institusi pemerintah juga mulai memberikan kembali pelayanan secara normal
serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi sambil terus
memberikan bantuan kepada para korban. Fase ini bagaimanapun juga hanya
merupakan fase pemulihan dan tidak sampai mengembalikan fungsi-fungsi
normal seperti sebelum bencana terjadi. Dengan kata lain, fase ini merupakan
masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang.
b. Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi
Jangka waktu Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi juga tidak dapat
ditentukan, namun ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat
berusaha mengembalikan fungsifungsinya seperti sebelum bencana dan
merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas. Tetapi, seseorang atau
masyarakat tidak dapat kembali pada keadaan yang sama seperti sebelum
mengalami bencana, sehingga dengan menggunakan pengalamannya tersebut
diharapkan kehidupan individu serta keadaan komunitas pun dapat
dikembangkan secara progresif.
31
DAFTAR PUSTAKA
32