Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

“ TRANSPORTASI DAN EVAKUASI KORBAN BENCANA ”

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. H AMANDUS, M. PH

KELOMPOK 1 :

Ahmad Nurfadillah 191121002 Monica 1911210429


Dea Destin 191121009 Nelsa Harista 191121057
Dea Tri Natalia 191121010 Ni Nyoman Sintia D 191121034
Faturrohman 191121017 Nurbaita 191121036
Gusfihanni Ammalia H 191121018 Nurlaily Aulia 191121037
Isro Andria 191121022 Putri Oliva Sahrani 191121039
Lilis Atika Sari 191121025 Riska Desiani 191121046
Masjidiliah Aqsha 191121027 Rizki Rahmi Nabilah 191121047
Muhammad Iqbal 191121030

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS PONTIANAK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN 2020/2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................1
C. TUJUAN PEMBAHASAN.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Definisi Tranportasi dan Evakuasi pada Bencana............................................................2
B. Konsep Transportasi dan Evaluasi...................................................................................4
C. Tindakan Keperawatan pada Evakuasi dan Tranpostasi Korban Bencana..............10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................12
A. Kesimpulan........................................................................................................................12
B. Saran..................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas  berkat dan
rahmat-Nya kami penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Transportasi Dan
Evakuasi Korban Bencana”. Adapun penyusunan makalah ini dilakukan guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Manajemen Bencana di Jurusan Sarjana Terapan Keperawatan Dan Ners Poltekkes
Kemenkes Pontianak. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan  baik materi maupun motivasi.

Namun begitu, kami menyadari masih banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Hal ini dikarenakan, masih terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karenanya, kami tim penyusun meminta maaf atas kesalahan dan kekurangan makalah ini.
Kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat  bagi pembaca.

Pontianak, Maret 2021


Kelompok 1

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meningkatnya kejadian bencana beberapa tahun belakangan akibat perubahan


kondisi alam maupun perbuatan manusia, melahirkan banyak gagasan dalam upaya
penyelamatan jiwa dari dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Proses evakuasi
merupakan salah satu kajian strategis dalam perencanaan transportasi dan pemodelan
lalulintas. Beberapa metode telah dikembangkan menjadi satu konsep yang dapat
digunakan dalam mengoptimalkan evakuasi, termasuk mengenai pemilihan rute
perjalanan, pemilihan moda, serta kesiapan infrastruktur jalan untuk memberikan
pelayanan pada pelaku evakuasi agar dapat selamat sampai ke tujuan.
Ketika proses evakuasi bencana berlangsung, perencanaan model transportasi
untuk evakuasi memberikan dampak besar terhadap kesuksesan upaya pengurangan
risiko korban jiwa, evakuasi adalah proses di mana penempatan orang dari tempat-tempat
berbahaya ke tempat-tempat yang lebih aman untuk mengurangi gangguan kesehatan dan
kehidupan masyarakat yang rentan terkena dampak. Penulusuran konsep mengenai model
transportasi untuk evakuasi yang telah dikembangkan sejauh ini, sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil pergerakan evakuasi pengungsi yang optimal guna memberikan
alternatif pemecahan masalah kebencanaan terutama dalam meminimalkan korban jiwa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi transportasi dan efakuasipasa bencana


2. Apa konsep transportasi dan evakuasi pada bencana
3. Apa tindakan keperawatan pada evakuasi dan transportasi korban bencana

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Mengetahui definisi transportasi dan efakuasipasa bencana


2. Mengetahui konsep transportasi dan evakuasi pada bencana

1
3. Mengetahui tindakan keperawatan pada evakuasi dan transportasi korban bencana

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tranportasi dan Evakuasi pada Bencana


1. Penegertian Transportasi dan Evakuasi pada Bencana
Transportasi adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut penderita/korban
dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai.Transportasi pasien adalah
sarana yang digunakan untuk mengangkut penderita/korban dari lokasi bencana ke
sarana kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita
ke sarana kesehatan yang memadai.
Evakuasi adalah pemindahan korban atau massa dari lokasi bencana atau daerah
bahaya ke tempat yang lebih aman sesuai dengan prosedur dan teknik yang tepat.
2. Prinsip Dasar Evakuasi
Dalam melakukan proses evakuasi terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan
agar proses ini dapat berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan masalah yang
lebih jauh lagi. Prinsip - prinsip itu antara lain :
a. .Lokasi Kejadian
Tempat kejadian tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan lebih lanjut
sehingga tindakan evakuasi diperlukan agar korban dapat diselamatkan dan tidak
mengalami cidera yang lebih serius.
b. Kondisi Korban
Dalam melakukan evakuasi, evaluasi terhadap kondisi korban yang ditemukan
harus diperhatikan agar proses evakuasi dapat berjalan dengan lancar. Kondisi
yang perlu untuk diperhatikan antara lain :
1) Kondisi korban dapat bertambah parah ataupun dapat menyebabkan kematian
2) Tidak terdapat trauma tulang belakang ataupun cedera leher
3) Jika terdapat patah tulang pada daerah yang lain maka hendaknya dilakukan
immobilisasi pada daerah tadi
4) Angkat Tubuh korban bukan tangan/kaki (alat gerak)

2
5) Jangan menambah parab kondisi korban
c. Peralatan
Dalam melakukan suatu proses evakuasi penggunaan peralatan yang memadai
perlu diperhatikan. Hal ini penting karena dengan adanya peralat yang memadai
proses evakuasi dapat lebih dipermudah dan cidera lebih lanjut yang mungkin
terjadi pada korban dapat lebih diperkecil kemungkinanannya. Penggunaan
peralatan ini juga harus disesuaikan dengan kondisi medan tempat korban
ditemukan contoh peralatan evakuasi bencana seperti: tandu, perahu karet dan
dayung, dan tenda darurat.
d. Pengetahuan dan Keterampilan perorangan
Pengetahuan yang dimiliki dan kemampuan dari orang yang akan melakukan
proses evakuasi juga menjadi faktor penting karena dengan pengetahuan dan
keterampilan ini semua masalah yang dapat timbul selama proses evakuasi dapat
ditekan. Sebagai contoh, dengan keterampilan yang ada seseorang dapat
melakukan evakuasi dengan alat seadanya. Dalam melakukan evakuasi,
keselamatan penolong haruslah diutamakan.
3. Tahap - Tahap Evakuasi
Evakuasi adalah suatu proses dimana terdapat tahapan - tahapan di dalamnya.
Tahapan itu antara
a. Aktualisasi
1) Telah Melalui tahapan initial assesment
2) Penanganan awal korban saat ditemukan
b. Mobilisasi
1) Penggunaan teknik evakuasi yang sesuai
2) Pemilihan jalur evakuasi
3) Tempat tujuan evakusi
4. Teknik Evakuasi
Terdapat berbagai macam teknik dalam melakukan evakuasi dimana tekniknya
disesuaikan dan dikembangkan menurut kondisi yang ada, teknik dalam melakukan
evakusi sebagai berikut :
a. Dengan alat

3
Dalam mengangkut korban dengan menggunakan tandu, biasanya I regu penolong
terdiri dari enam sampai tujuh orang, dengan tugas masing-masing:
1) Pimpinan/ Komandan Regu : memberi komando, mengatur pembagian kerja
pada saat mengangkat berhadapan dengan wakil dan anggotanya, tempat
waktu mengusung : kanan depan tandu
2) Wakil pimpinan regu : membantu pimpinan dan mengobati pasien, waktu
mengangkat : bagian bawah kaki, tempat mengusung : kiri depan tandu.
3) Anggota A : Mengobati dan membalut, waktu mengangkat : bagian badan dan
punggung, tempat waktu mengusung : kanan belakang tandu.
4) Anggota B : Membantu anggota C mengatur tandu dan membalut, waktu
mengangkat : bagian kepala dan dada. tempat waktu mengusung : kiri
belakang tandu.
5) Anggota C : Mengatur tandu dan menyiapkan obat dan alat yang digunakan,
waktu mengangkat : mengumpulkan alat-alat P3K dan barang milik pasien,
memantau kondisi pasien selama proses evakuasi.
6) Angggota D : Menjadi Pemandu atau pembuka jalur dan memeriksa situasi
dan kondisi jalur yang akan atau sedang dilewati, mencatat hal-hal penting.
b. Tanpa alat
1) Membopong (cradle)
2) Menggendong (pick a back)
3) Menyeret (one rescuer drags)
4) Fireman lift
5) Memapah
6) Mengangkat
Penggolongan korban trauma didasarkan pada kondisi ABC ( airway, breating,
circulation)

B. Konsep Transportasi dan Evaluasi


1. Perencanaan Transportasi untuk Evakuasi Fokus pada Pengungsi
a. Model dengan Pendekatan Multiobjektif

4
Pendekatan model multiobjektif bertujuan untuk menentukan jumlah dan lokasi
dari tempat pengungsian dan jalur yang harus diambil oleh korban dari gedung
menuju ke tempat pengungsian yang telah ditetapkan pada saat terjadi kasus
berupa bencana yang membutuhkan evakuasi. Terjadinya bencana mungkin
membuat jalur evakuasi menjadi tidak dapat dilalui, sehingga perlu dibuat jalur
cadangan pada setiap bangunan. Karena adanya masalah kerumitan perhitungan
lokasi, agregasi permintaan sering digunakan untuk mengurangi dimensi dan
waktu (Coutinho-Rodrigues, et al., 2012). Masing-masing individu merupakan
refleksi dari penduduk yang akan dievakuasi, selanjutnya pemberian agregasi
permintaan (keinginan individu untuk melakukan evakuasi) salah satu indikator
yang digunakan dalam simulasi. Model matematika yang dibangun menganggap
seluruh rangkaian rencana individu menghasilkan non-dominated solution. Setiap
solusi adalah bagian dari rangkaian rencana individu secara keseluruhan, di mana
rencana individu yang unik dibuat pada masing-masing tahapan pemodelan.
b. Model dengan Pemanfaatan Jaringan Sosial untuk Efisiensi Evakuasi
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kinerja evakuasi adalah waktu
keberangkatan yang dipilih oleh pengungsi. Keberangkatan pengungsi yang
simultan dapat mengakibatkan penuhnya jaringan jalan yang menyebabkan
kemacetan. Pada beberapa kasus ketika pengungsi terkena sedikit atau tidak ada
sama sekali dampak paparan evakuasi (juga dikenal sebagai evakuasi bayangan)
dengan pengungsi yang terkena risiko tinggi dari ancaman merupakan sesuatu
yang menarik untuk dikembangkan. Salah satu alasannya, keberangkatan
pengungsi yang saling berkorelasi dirasakan memiliki risiko ancaman yang
menyebar melalui kontak sosial lebih tinggi. Sebuah pengembangan skenario
evakuasi pada sebuah wilayah dengan risiko tinggi dan area sekitar dengan risiko
yang rendah terhadap paparan bencana menjadi bahasan yang menarik untuk
dikembangkan dalam bentuk model (Madireddy, et al., 2015).
c. Model Berbasis Multiagen
Model evakuasi berbasis multiagen merupakan penggabungan perilaku panik
setiap individu pengungsi di tempat-tempat umum dengan skala besar (Wang, et
al., 2015). Dalam proses evakuasi normal, semua individu yang akan melakukan

5
evakuasi atau dikenal dengan agen hanya perlu untuk tiba di pintu keluar secepat
mungkin dan tidak ada yang saling mendahului. Dalam proses evakuasi kondisi
kemacetan, beberapa agen ingin menuju ke pintu keluar secepat mungkin
mendahului kerumunan agen lainnya. Pada keadaan di bawah tekanan yang
intens, orang-orang mencoba untuk bergerak lebih cepat daripada kondisi
biasanya, menyalip dan biasanya fenomena korban akan muncul. Dalam beberapa
literatur yang ada, kegiatan evakuasi dianggap dalam kondisi normal sedangkan
beberapa literatur mempertimbangkan kemacetan dan fenomena terjadinya
korban. Pemodelan berbasis agen sering dilakukan dengan simulasi evakuasi
pejalan kaki di dalam bangunan publik dengan banyak pintu keluar dan
penghalang, mirip dengan model Cellular Automaton, misalnya ruangan dibagi
menjadi beberapa segiempat yang seragam ukuran untuk setiap selnya, tipikal
permukaan.
2. Perencanaan Transportasi untuk Evakuasi Fokus pada Kinerja Jaringan Jalan
a. Model dengan Penggunaan User Equilibrium (UE)
Pengembangan model proses evakuasi dengan memanfaatkan algoritma cepat
untuk mensimulasikan pergerakan lalulintas selama evakuasi dengan program
komputer evakuasi massa MASSVAC versi 3.0 dan versi 4.0 (Hobeika dan Kim,
1998). UE assignment didasarkan pada konsep bahwa untuk setiap Pasangan OD
(asal-tujuan), waktu perjalanan pada semua jalur yang digunakan adalah sama dan
lebih singkat dari waktu perjalanan yang akan dialami oleh kendaraan pada setiap
jalur yang tidak terpakai. Ini juga mengasumsikan bahwa pengendara akan
mencoba untuk meminimalkan waktu perjalanan mereka di setiap kemungkinan
rute. Selain itu, diasumsikan bahwa pengendara secara konsisten membuat
keputusan yang benar mengenai pilihan rute dan bahwa semua individu identik
dalam perilaku mereka.
b. Pengukuran kerentanan jaringan mempertimbangkan peningkatan kemampuan
pelayanan link penting.
Sebagian besar indeks yang dirancang selama ini digunakan untuk mengukur
kerentanan aksesibilitas lebar jalan di jaringan regional dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan pelayanan jalur yang penting dalam

6
jaringan jalan perkotaan yang padat. Sejumlah indeks kerentanan dari beberapa
literatur, digunakan untuk mengukur jaringan perkotaan yang terganggu akibat
bencana banjir. Pengembangan indeks kerentanan baru dengan
mempertimbangkan kemampuan pelayanan dari ruas jalan dan menggambarkan
perhitungannya dilakukan pada jaringan jalan perkotaan yang terganggu tersebut
(Balijepalli dan Oppong, 2014). Indeks kerentanan yang dimaksud dinotasikan
dengan Indeks Kerentanan Jaringan (NVI) yang memperhitungkan pelayanan dan
pentingnya setiap ruas jalan pada jaringan selanjutnya.
c. Penilaian strategis untuk kerentanan jalan.
Pengembangan metodologi untuk analisis kerentanan jaringan jalan, berdasarkan
pertimbangan dampak sosial-ekonomi degradasi jaringan dan pencarian untuk
menentukan lokasi yang paling penting sebagai akibat dari kegagalan jaringan.
Penilaian kerentanan dalam hal proses perencanaan sistem di mana kinerja
komponen jaringan diuji terhadap kriteria kinerja yang ditetapkan (Taylor, et al.,
2006). Sebuah pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kemudian cara
mengidentifikasi lokasi penting dalam jaringan. Misalnya, jaringan jalan besar,
luas, dan beragam di lapangan. Apakah ada lokasi atau fasilitas tertentu dalam
jaringan yang mana kerugian atau kerusakan bagian jalan tertentu (link) akan
memiliki dampak yang signifikan? Bagaimana seharusnya dampak tersebut
dinilai? Jadi, terdapat kebutuhan untuk mengembangkan metode untuk menilai
risiko dan kerentanan jaringan transportasi.
d. Ukuran efisiensi jaringan transportasi untuk menilai performa.
Sebuah ukuran efisiensi jaringan transportasi yang dapat digunakan untuk menilai
performa sebuah jaringan transportasi dan di mana hasil ini berbeda dengan
usulan ukuran lainnya, termasuk ukuran jaringan kompleks, yang di dalamnya
terdapat arus, biaya, dan informasi perilaku perjalanan, sepanjang topologi yang
ada. Pengukuranefisiensi jaringan transportasi yang baru memungkinkan satu cara
untuk menentukan kekritisan sejumlah node (sebaik seperti link) melalui definisi
sebuah komponen jaringan penting, yang mana telah didefinisikan dengan baik
meski jika jaringan menjadi terputus (Nagurney dan Qiang, 2007).
e. Konsep jalur penting dan paparannya pada anilisis jaringan jalan.

7
Keandalan dan kerentanan infrastruktur penting telah menarik banyak perhatian.
Langkah-langkah operasional diperlukan dalam rangka menilai masalah ini secara
kuantitatif. Langkah-langkah tersebut juga dapat digunakan sebagai pedoman
untuk administrasi jalan pada prioritas pemeliharaan dan perbaikan jalan-jalan
tersebut, serta untuk menghindari penyebab gangguan yang tidak perlu dalam
perencanaan perbaikan jalan. Konsep jalur penting dan paparan suatu tempat
diperkenalkan. Beberapa indeks pentingnya jalur dan indeks letak paparan
dibangun berdasarkan peningkatan biaya perjalanan umum ketika jalur ditutup.
Langkah-langkah ini dibagi menjadi dua kelompok: satu menggambarkan sebuah
“perspektif kesempatan yang sama”, dan yang lainnya “perspektif efisiensi sosial”
(Jenelius, et al., 2006).
f. Indeks kekokohan jaringan.
Perubahan mendasar dalam filosofi desain jaringan jalan sangat diperlukan.
Jaringan transportasi seharusnya tidak hanya memenuhi permintaan asal-tujuan
(OD), tetapi harus menyediakan konektivitas yang cukup sehingga tidak terlalu
rentan terhadap gangguan pada segmen tertentu dalam sistem. Hal ini secara
langsung mendukung pentingnya konsep fleksibilitas dan kehandalan transportasi.
Ukuran baru yang dibangun untuk mengidentifikasi jalur jaringan penting dan
mengevaluasi kinerja jaringan yang menganggap tidak hanya arus lalulintas dan
kapasitas, tetapi juga konektivitas jaringan. Menguji seberapa baik ukuran
perbandingan kinerja dengan rasio tradisional V/C dengan menggunakan tiga
jaringan hipotetis, yang masing-masing ditandai dengan tingkat yang berbeda dari
konektivitas. Pendekatan ini akhirnya dikenal sebagai Indeks Ketahanan Jaringan,
hasil yang berbeda untuk solusi perencanaan rasio V/C. Selain itu, solusi ini
menghasilkan manfaat sistem yang jauh lebih luas, yang diukur dengan
penghematan waktu perjalanan, daripada solusi diidentifikasi dengan rasio V/C
(Scott, 2006).
3. Penerapan Konsep Model Transportasi untuk Evakuasi
Gangguan bencana seperti banjir, gempa bumi, letusan gunung, dan lainnya akan
mempengaruhi perjalanan pada jaringan. Biasanya, pemodelan kinerja jaringan dalam
kondisi terdegradasi difokuskan pada pengaturan rute lalulintas daripada pergeseran

8
moda dan pilihan tujuan atau pendekatan dengan pengaturan lalulintas yang
melibatkan pemilihan rute pengemudi, sehingga perilaku pemilihan rute dari
pengemudi dalam situasi tertentu mengikuti beragam keseimbangan. Namun untuk
kasus evakuasi bencana, pemilihan rute oleh pengemudi biasanya mengikuti
keseimbangan pengguna yang dalampemodelan dikenal dengan user optimized serta
keseimbangan sistem yang dikenal dengan system optimized.
Ketika bencana melanda, semua orang yang berada pada wilayah terdampak akan
melakukan pergerakan seketika dan bersamaan dalam kepanikan yang tinggi,
sehingga jaringan jalan seringkali tak mampu memberikan pelayanan maksimal,
kondisi inilah pada akhirnya banyak menimbulkan korban jiwa. Penerapan model
transportasi evakuasi berbasis kinerja jaringan jalan sangat dibutuhkan untuk
mengoptimalkan peran rute evakuasi dalam melayani pengungsi. Bagaimana peran
tersebut dalam proses evakuasi selengkapnya ditampilkan pada Gambar 3. Pada
Gambar 3 terlihat bahwa model transportasi berperan sangat penting untuk
mengoptimalkan kinerja rute yang dilewati pengungsi ketika evakuasi. Jaringan jalan
dengan kinerja paling optimal dapat ditetapkan sebagai rute evakuasi yang tangguh
untuk menghadapi bencana di masa-masa mendatang, tentunya dengan regulasi dan
aturan yang jelas pada tingkat pengoperasiannya.
Merujuk pada berbagai kasus bencana di Indonesia, misalnya bencana tsunami
Aceh dan gunung merapi Yogyakarta yang terjadi beberapa waktu lalu. Ada banyak
langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi dampak, seperti
penetapan rute evakuasi dengan memanfaatkan jaringan jalan yang ada. Kesesuaian
model dalam perencanaan transportasi evakuasi pada beberapa kasus bencana di
Indonesia tidak terlepas dari karakteristik bencana itu sendiri serta kombinasi
terhadap beberapa kearifan lokal seperti budaya kepatuhan masyarakat terhadap
pemimpin. Menariknya, kondisitersebut sangat menguntungkan terutama bagi
pemerintah, karena dalam proses evakuasi pengungsi dapat dengan mudah diarahkan
menuju titik berkumpul tertentu.
Dalam model transportasi fenomena semacam ini disebut system optimized, yaitu
setiap pengungsi diarahkan melewati rute tertentu. Namun terkadang, pada situasi
dengan kepanikan yang tinggi, pengungsi seringkali mengambil inisiatif sendiri untuk

9
melakukan pergerakan tanpa memperdulikan adanya arahan atau perintah evakuasi.
Kondisi demikian dalam pemodelan transportasi disebut sebagai user optimized atau
dapat diartikan bahwa pengungsi memilih rute sendiri yang dianggap lebih cepat
menuju tempat penampungan. Dengan demikian, system optimized dan user
optimized merupakan bagian dari skenario dalam pemodelan transportasi evakuasi
untuk memilih rute paling optimal dari sisi kinerja dalam melayani pengungsi pada
berbagai kasus kebencanaan di Indonesia.

C. Tindakan Keperawatan pada Evakuasi dan Tranpostasi Korban Bencana


1. Penyelamatan dan Evakuasi Korban Bencana.
Kemungkinan besar bencana tersebut menimbulkan korban yang dapat segera
ditemukan, namun tidak jarang pula korban terjebak atau tertimbun reruntuhan
sehingga diperlukan upaya keras untuk dapat menyelamatkannya.
a. Pemenuhan kebutuhan dasar;
Dalam kondisi bencana, kemungkinan besar semua sarana umum, sanitasi dan
logistik mengalami kehancuran atau sekurangnya terputus. Untuk itu, salah satu
langkah yang harus dilakukan adalah memberikan layanan kebutuhan dasar
seperti pangan dan papan.
b. Pelindungan terhadap kelompok rentan
Salah satu prioritas dalam penyelamatan korban bencana adalah kelompok yang
dikategorikan rentan, isalnya anak-anak, orang tua, cacad, pasien di rumah sakit,
dan kaum lemah lainnya. Mereka perlu dibantu lebih dahulu dan dievakuasi ke
tempat yang lebih aman sehingga tidak menambah jumlah korban bencana.
c. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Tim tanggap darurat juga bertugas untuk segera memulihkan kondisi
prasarana yang mengalami kerusakan akibat bencana seperti saluran air minum
listrik, dan telepon.Sarana vital ini sangat menentukan dalam men- dukung upaya
pemulihan dan penyelamatan korban bencana.
2. Peran Perawat di Pusat Evakuasi
Di pusat evakuasi perawat mempunyai peran sebagai :

10
a. Koordinator, berwenang untuk: mengkoordinir sumberdaya baik tenaga
kesehatan, peralatan evakuasi dan bahan logistik, mengkoordinir daerah yang
menjadi tempat evakuasi
b. Sebagai pelaksana evakuasi: perawat harus melakukan transportasi pasien,
stabilisasi pasien, merujuk pasien dan membantu penyediaan air bersih dan
sanitasi di daerah bencana.
3. Pengkajian Airway, Breathing dan Circulation kegawatdaruratan
a. Pengkajian Airway (Jalan Nafas)
Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan nafas paten (longgar) atau
mengalami obstruksi total atau partial sambil mempertahankan tulang servikal.
Sebaiknya (perawat) membantu untuk mempertahankan tulang servikal. Pada
kasus non trauma dan korban tidak sadar, buatlah posisi kepala headtilt dan chin
lif (hiperekstensi) sedangkan pada kasus trauma kepala sampai dada harus
terkontrol atau mempertahankan tulang servikal posisi kepala. Pengkajian pada
jalan nafas dengan cara membuka mulut korban dan lihat: Apakah ada vokalisasi,
muncul suara ngorok; Apakah ada secret, darah, muntahan; Apakah ada benda
asing seperti gigi yang patah; Apakah ada bunyi stridor (obstruksi dari lidah).
Apabila ditemukan jalan nafas tidak efektif maka lakukan tindakan untuk
membebaskan jalan nafas.
b. Pengkajian Breathing (Pernafasan)
Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah penilaian jalan nafas.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi. Bila diperlukan
auskultasi dan perkusi. Inspeksidada korban: Jumlah, ritme dan tipepernafasan;
Kesimetrisan pengembangan dada; Jejas/kerusakan kulit; Retraksi intercostalis.
Palpasi dada korban: Adakah nyeri tekan; Adakah penurunan ekspansi paru.
Auskultasi: Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau vesikuler menurun); Adakah
suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, pleural friksionrub. Perkusi,
dilakukan di daerah thorak dengan hati hati, beberapa hasil yang akan diperoleh
adalah sebagai berikut: Sonor (normal); Hipersonor atau timpani bila ada udara di
thorak; Pekak atau dullnes bila ada konsolidasi atau cairan.
c. Pengkajian Circulation (Sirkulasi)

11
Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan menilai kemampuan
jantung dan pembuluh darah dalam memompa darah keseluruh tubuh. Pengkajian
sirkulasi meliputi: Tekanan darah; Jumlah nadi; Keadaan akral: dingin atau
hangat; Sianosis; Bendungan vena jugularis

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah evakuasi dapat diartikan luas atau sempit, istilah evakuasi korban
diartikansebagai upaya memindahkan korban ke pusat pelayanan kesehatan atau tempat
rujukanlainnya agar korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut.
Evakuasi korbanmerupakan kegiatan memindahkan korban dari lokasi kejadian menuju
ke tempat aman,sehinggga akhirnya korban mendapatkan perawatan dan pengobatan
lebih lanjut.
Upaya ini dalam situasi dan keadaan tertentu sangat penting, misalnya saat
evakuasikorban gawat darurat, ketika korban harus mendapatkan perawatan dan
pengobatan dirumah sakit sehingga evakuasi korban harus dilakukan nsecara cepat dan
dan waspada sertadiusahakan tidak memperburuk keadaaan korban atau menambah
cidera baru.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah Transportasi Dan Evakuasi Korban Bencana ini,
diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman
yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan
manajemen bencana pada Transportasi Dan Evakuasi Korban Bencana.

12
DAFTAR PUSTAKA

Soehatman Ramli. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta : Dian Rakyat

Muthohar, Imam. 2016. Konsep Pemodelan Transportasi Untuk Evakuasi


Bencana.https://www.researchgate.net/publication/339899002_KONSEP_PEMODELAN_TRA
NSPORTASI_UNTUK_EVAKUASI_BENCANA. Diakses pada 28 maret 2021.

Putri, Novitha. 2017. Evakuasi Dan Transportasi.


https://www.scribd.com/presentation/359908562/EVAKUASI-DAN-TRANSPORTASI-pptx .
Diakses pada 28 maret 2021.

Ramadani, Rizki. 2019. Evakuasi Dan Transportasi Klien Gawat Darurat.


https://www.coursehero.com/file/43545914/258776200-TRANSPORTASI-DAN-EVAKUASI-
KLIEN-GAWAT-DARURAT-pdfpdf/ . Diakses pada 28 maret 2021

13

Anda mungkin juga menyukai