PEMINDAHAN DARURAT
DOSEN PENGAMPU:
Amyadin, SKM, M.Si
Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Iin Huntoyungo
2. Agnes Hingkua
3. Hakim Setiawan
4. Hendra H. Laruni
5. Minarni M. Matolai
6. Wiwit Afrisa
7. AGIL
8. Juhri Latae
9. Rahmayani
10.Nurwatini
11.Putri Rahmatia
12.Ririn
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia-nya, sehingga kami
kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah Keperawatan gawat darurat yang berjudul “PEMINDAHAN
DARURAT” dengan tepat waktu tanpa halangan suatu apapun. Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan dan
informasi kepada pembaca tentang perkembangan keperawatan gawat darurat dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana pun kami telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun tidak ada kesempurnaan
dalam karya manusia. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini akan menjadi ilmu yang
bermanfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................................................................4
B. Tujuan.............................................................................................................................................................................5
C. Rumusan Masalah...........................................................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................................................................................6
A. Memindahkan Korban.....................................................................................................................................................6
a) Pemindahan Darurat....................................................................................................................................................6
b) Pemindahan Biasa.......................................................................................................................................................7
B. Faktor Penentu Keberhasilan........................................................................................................................................10
C. Alat transport.................................................................................................................................................................10
D. Peralatan Medis/Non Medis..........................................................................................................................................11
E. Persyaratan Yang Harus Dipenuhi pada Evakuasi........................................................................................................12
BAB III........................................................................................................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................................................13
B. SARAN.........................................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evakuasi adalah pemindahan korban atau orang yang terancam keselamatan jiwanya dari tempat yang
berbahaya atau berpotensi bahaya menuju ke tempat yang aman serta untuk mendapatkan pertolongan medis yang
lebih lengkap.
Kecepatan merupakan salah satu tujuan penting dalam pertolongan gawat darurat. Pada keadaan yang
berbahaya mungkin penolong harus segera memutuskan tempat aman sesuai dengan bahaya atau yang ada di lokasi
kejadian, tempat aman juga harus
berlawanan dengan arah angin. Supaya terhindar dari bergeraknya bahaya ke tempat korban yang sedang
ditolong.
Bila lokasi kejadian tidak berbahaya, aman untuk pasien dan penolong sebaiknya korban tidak dipindah –
pindah dengan terburu – buru, sebaiknya lakukan pemeriksaan dini dan tindakan pertolongan sampai pasien siap
untuk dipindah atau bantuan datang. Pada situasi berbahaya tindakan yang tepat, cepat dan waspada sangatlah
penting, cepat tidak berarti boleh salah. Penolong mungkin berpikir harus memindahkan korban secepat mungkin
sehingga dapat terjadi kesalahan atau kelalaian.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
4. Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
5. Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
Hal – hal tersebut diatas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang
paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang.
Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi. Mekanika tubuh yang baik tidak
akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
Setelah melakukan penilaian keadaan dan penilaian dini, selanjutnya kita menentukan prioritas pemindahan
penderita. Beberapa pertanyaan yang mungkin terjadi adalah:
6. Jaga keseimbangan.
7. Rapatkan tubuh penderita dengan tubuh penolong saat memindahkan dan mengangkat korban.
Tidak ada definisi yang pasti kapan seorang penderita harus dipindahkan. Sebagai pedoman dapat dikatakan
bahwa bila tidak ada bahaya berikan pertolongan dulu baru pindahkan penderita. Bila situasi dan kondisi di lapangan
relative tidak aman mungkin harus dilakukan pemindahan korban terlebih dahulu.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui pengertian memindahkan korban
b. Untuk mengetahui faktor penentu keberhasilan
c. Untuk mengetahui alat transport
d. Untuk mengetahui peralatan medis/non medis
e. Untuk mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi pada evakuasi
C. Rumusan Masalah
a. Apa itu pengertian memindahkan korban?
b. Apa saja faktor penentu keberhasilan?
c. Apa saja alat transport?
d. Apa saja peralatan medis/non medis?
e. Bagaimana persyaratan yang harus dipenuhi pada evakuasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memindahkan Korban
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya
maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat. Berdasarkan keselamatan penolong dan penderita,
pemindahan penderita digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu:
a) Pemindahan Darurat
Pemindahan darurat dilakukan bila ada bahaya yang mengancam bagi penderita dan penolong. Contoh:
a. Ancaman kebakaran
b. Ancaman ledakan
c. Ancaman bangunan runtuh
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi dengan
melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin.
1)Cara pemindahan darurat
a. Tarikan Lengan
Berdirilah pada sisi kepala korban, selipkan lengan kanan anda dibawah ketiak kanan korban dan pegang lengan
bawah kanan korban, lakukan hal yang sama dengan lengan kiri. Silangkan lengan korban didepan dada, lalu tarik
korban ke belakang.
b. Tarikan Bahu
Berlututlah dibagian kepala korban, masukan ke-2 tangan anda dibawah kedua ketiak korban, cengkram lalu
tariklah ke arah belakang. Cara ini juga berbahaya.
c. Tarikan Baju
Untuk melakukan penarikan baju, sebelumnya ikat tangan korban atau pergelangan dengan longgar dengan 2
kain segitiga (mitela) atau kasa untuk perlindungan selama memindahkan. Kemudian cengkram bahu dari baju
korban. Menarik baju ke bawah kepala korban untuk membentuk penyokong.
Lalu gunakan ujung baju ini sebagai gagang untuk menarik korban kearah anda. Hati – hati untuk tidak
mencekik korban. Penarikan baju ini sebaiknya dilakukan dengan menarik baju pada ketiak korban, bukan leher.
d. Tarikan Selimut
Bila korban sudah tertidur di atas selimut (atau alas lainnya) peganglah bagian selimut yang berada dikepala
korban, lalu tariklah korban ke belakang. Jangan lupa untuk menyimpul selimut pada bagian kaki, agar korban tidak
bergeser kebawah.
b) Pemindahan Biasa
Apabila lokasi kejadian sudah dipastikan aman dan tidak ada kemungkinan bahaya susulan maka pengangkatan
dan pemindahan penderita harus dialkukan setelah stabilisasi penderita atau dengan memperhatinkan masalah, cidera
dan perlukaannya. Kesalahan dalam pengangkatan pada cidera tertentu misalnya: patah tulang leher dan tulang
belakang akan berakibat fatal dan mengancam nyawa penderita.
Pengangkatan pada kondisi yang aman harus direncanakan dengan baik. Keamanan dan keselamatan penolong
pada saat akan melakukan pengangkatan hatrus dilakukan. Jangan pernah ragu untuk meminta bantuan apabila
kemampuan menolong dirasakan belum memadai.
Beritahukan penderita apa yang anda akan kerjakan, dan usahakan agar penderita harus tetap tenang demi
keseimbangan penolong. Letakkan lengan penderita di atas dadanya jika memungkinkan.
Untuk melakukan pengangkatan langsung dari tanah ikuti langka-langkah berikut ini:
a. Pengangkatan ini membutuhkan paling tidak 3 orang penolong, ketiga orang penolong tersebut berada pada
salah satu sisi penderita, jika memungkinkan, beradalah pada sisi yang paling sedikit cidera.
b. Berlutut pada posisi awal, lebih baik pada lutut yang sama utuk semua penolong.
c. Penolong pertama mengunci kepala penderita dengan meletakkan satu lengan di bawah leher dan bahu. Dia harus
meletakkan lengan yang laindi bawah pungung bawah penderita.
i. Korban dimiringkan kea rah dada penolong (perintah: ”siap putar?, putar!”), dengan gerakan lembut, putar
korban secara bersamaan kea rah dada penolong sehingga korban terletak miring di lekukan siku penolong.
a. Petugas yang satu mengambil posisi di atas kepala penderita, dan yang satunya berada di bagian bawah
(memegang bagian lutut).
b. Petugas yang di bagian atas memegang bagian bahu penderita dan menahan penderita.
c. Petugas kedua memegang bagian lutut penderita dan menjaga bagian bawah
penderita
a. Ketiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita, jika memungkingkan beradalah pada sisi yang paling
sedikit cedera.
b. Penolong pertama menyisipkan satu lengan dan bahu, lengan yang satu disisipkan dibawah punggung penderita.
c. Penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan bokong
penderita.
d. Penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan dibawah lutut penderita.
g. Sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh penolong yang lain.
h. Letakkan kembali penderita diatas tandu dengan satu perintah yang tepat.
i. Jika akan berjalan tanpa memakai tandu, dari langkah f teruskan dengan memiringkan penderita ke dada
penolong.
Log Roll
Log roll adalah cara memutar korban seolah-olah mengguling battang kayu utuh
(log)
Untuk mencapai tujuan ini seorang penolong ditempatkan khusus untuk memegang kepala korban dan penolong
lainnya di daerah badan korban
Mengatur posisi korban.
2) Korban yang pingsan dan bukan karena cidera sebaiknya dalam posisi normal.
3) Korban cedera berat sebaiknya posisi netral-segaris. Posisi netral: kepala tidak ditekuk dan tidak diluruskan
(tidak fleksi/ekstensi). Posisi segaris: kepala segaris dengan sumbu tubuh.
4) Kalau ditemukan korban trauma (cidera) dalam keadaan darurat yang mengancam nyawa, jangan dipindahkan.
5) Korban yang menunjukkan tanda-tanda syok baringkan pada posisi syok, yaitu korban terlentang, tinggikan
kakinya sekitar 20-30cm dari tanah. Hati-hati dalam melakukan tindakan ini, jangan sampai memperparah cedera
tungkai atau tulang belakang.
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkanbila semuanya telah siap, baru
biasa dipindahkan ke rumah sakit setelah penolongmelakukan:
C. Alat transport
1. Darat
a. Tradisional; kereta kuda, tandu
2. Laut
1.Scoop Strecher
Hanya untuk memindahkan pasien (dari branchart ke tempat tidur atau sebaliknya). Bukan alat untuk imobilisasi
pasien, bukan alat transportasi dan jangan mengangkat scoop strecher hanya pada ujungnya saja karena dapat
menyebabkan scoop melengkung di tengah bahklan sampai patah.
Tandu yang terdiri dari dua ( kadang-kadang 4) belahan, yang masing-masing diselipkan dari satu sisi penderita,
dan kemudian diselipkan masing-masing di bawah satu sisi penderita, dan kemudian dapat dikunci. Sangat ideal untuk
mengangkat dari ruangan yang sempit.
Pada saat mengangkat penderita sebaiknya 4 penolong, satu di bagian kepala, satu di kaki dan masing-masing
satu di kiri dan kanan. Ingat ; tandu scoop hanya dipakai untuk mengangkat dan memindahkan, bukan transportasi.
Anda dapat membuat tandu sendiri dengan dua tongkat dan satu selimut.
2) Tempatkan satu tongkat sejajar dengan panjang selimut, pada tepi selimut.
3) Lipatkan tepi selimut di atas tongkat sampai 30cm dari tepi selimut.
4) Lakukan pada sisi yang lain.
5) Ketika korban ditempatkan di atas selimut, berat dari tubuh akanmengunci tepi selimut ke tongkat.
Tandu juga dibuat dari tiga atau empat mantel autau jaket. Pertama menggulung lengan baju secara terbalik lalu
kencangkan jaket dengan lengan baju bagian dalam mantel. Tempatkan tongkat melalui tiap-tiap lengan baju.
2. Branchart
Sebuah tandu yang mempunyai kaki-kaki yang beroda. Tandu ini ada yang dapat dilipat kakinya sehingga
dapat masuk kedalam ambulance. Alat ini harus dilatih dalam pemakaiannya.
Alat ini biasanya terbuat dari kayu atau fiber yang tidak menyerap cairan. Biasanya ada lubang di bagian
sisinya untuk tali pengikat. Indikasi: untuk pasien yang dicurigai cidera tulang belakang. Jangan meletakkan
pasien di atas LSB terlalu lama ( > 2 jam ).
Papan punggung panjang (long spine board) adalah sepanjang tubuh korban dan dipakai bila ada kecurigaan
cedera tulang belakang. Setelah berada di atas papan
punggung panjang, korban tidak akan dipindah lagi (yang dipindah adalah papannya), sehingga tidak
menambah cedara, kadang-kadang di RS pun korban akan tetap berada di atas papan ini.
Papan punggung pendek hanya sampai pinggul korban, dan dapat menstabilkan korban sampai pinggul. Ini
digunakan untuk menstabilkan seorang korban yang berada pada posisi duduk dengan kecurigaan ada cedera
tulang belakang. Alat ini dipakai sebelum korban di rujuk ke RS dan bermanfaat pada keadaan tertentu, misalnya;
mengeluarkana pengendara mobil dari mobil yang bertabrakan. Mengeluarkan korban dengan cara ini dikenal
sebagai ekstrikasi.
Pada papan yang panjang maupun yang pendek, korban akan diikat di atas papan (dilakukan stripping).
5. Vacuum Matrass
6. Papan, Daun Pintu dll
A. KESIMPULAN
Proses pemindahan pasien adalah suatu kegiatan yang dilakan pada klien dengankelemahan kemampuan
fungsional untuk berpindah posisi dari brankar ke meja operasi dandari meja operasi ke brankar.Berdasarkan
masalah keselamatn, pengangkatan dan pemindahan pasien dibagi menjadi2 macam, yatu pemindahan darurat dan
pemindahan tidak darurat. Pemindahan daruratadalah pemindahan yang hanya jika ada bahaya segera terhadap
pasien maupun penolong.pemindahan ini juga dapat menimbulkan resiko bertambah parahnya cedera penderta
terutama penderita yang mengalami cedera spinal. Pemindahan biasa adalah pemindahan yang dapat dilakukan
ketika pasien dilakukan penilaian awal, denyut nadi dannafas stabil, perdarahan sudah dikendalikan, tidak ada
cedera leher.
B. SARAN
Agar setiap perawat dapat mengenal dan mengetahui tata cara pemindahan pasien darimeja operasi ke
brankar atau sebaiknya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Diklat Keperawatan. 2014. Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS). Jakarta: Rumah Sakit
Haji Jakarta
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan . 2007. Kurikulum
& Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dalam Pengembangan Desa Siaga. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) Basic Trauma and Cardiac Life Support (BTCLS).
Pusbankes – 118 Baker PGDM PERSI cabang DIY.