Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TRANSPORTASI PASIEN GAWAT DARURAT

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH


“Ns. LISAVINA JUWITA, S.Kep., M.Kep”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. NILA AZRITORA (2014201108)
2. DINALIZA UTAMI (2014201100)
3. AHDA PEBRI AYU (2014201098)
4. YULI MARTINI (2014201111)
5. RAHMAN KURNIAWAN (2014201118)

UNIVERSITAS FORT DE KOCK


PRODI S-1 KEPERAWATAN
TH 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar terciptanya makalah
yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan pembaca.

Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………….....

Daftar Isi……………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………

C. Tujuan…………………………………………………………………………...

1. Tujuan Umum …………………………………………………………….....


2. Tujuan Khusus………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN…………………………………………………………….
B. PERSIAPAN TRANSPORTASI………….……………………………………
C. PRINSIP DASAR PEMINDAHAN PENDERITA GAWAT DARURAT…...
D. JENIS-JENIS PEMINDAHAN…………………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………
ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di rumah sakit, sering dijumpai pemandangan seperti mengangkat pasien yang


darurat. Karena itu, pengangkatan pasien membutuhkan cara-cara tersendiri. Setiap hari banyak
pasien yang diangkat dan dipindahkan, begitu juga dengan petugas paramedic yang cidera saat
mengangkat. Keadaan dan cuaca yang menyertai pasien beraneka ragam dan tidak ada satu
rumus pasti bagaimana cara mengangkat dan memindahkan pasien.

Transportasi bukanlah sekedar alat mengantar pasien ke rumah asakit. Serangkaian


tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke ambulans hingga diambil alih oleh pihak
petugas rumah sakit.

Begitu pun pasien rawat inap di rumah sakit, pasti akan mengalami proses
pemindahan dari ruang perawatan ke ruang lain seperti untuk keperluan medikal check up.
Ruang operasi, dll. Hal ini akan mengakibatkan resiko kesehatan lainnya, baik bagi pasien
maupun bagi petugas.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, makalah ini akan sedikit membahas tentang transportasi
pasien gawat darurat.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengertian transportasi pada pasien gawat darurat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui persiapan transportasi pasien gawat darurat.
b. Memahami prosedur transportasi pasien gawat darurat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Transportasi pasien gawat darurat adalah sarana yang digunakan untuk memindahkan
atau mengangkut penderita dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman
tanpa memberat keadaan penderita. Transportasipasien harusnya dilakukan oleh perawat atau
orang yang telah mendapatkan pelatihan dan harus sesuai dengan standar prosedur operasional
sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengancam jiwa penderita (Kurniawan, 2017).

Penderita gawat darurat adalah penderita dengan suatu penyebab, jika tidak segera
ditolong akan mengalami kecacatan, kehilangan organ tubuh, atau meninggal, prinsip
pertolongan yaitu waktu adalah nyawa (Montjai et al., 2017).

B. PERSIAPAN TRANSPORTASI

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan transportasi terhadap
penderita, diantaranya:

1. Penderita

Penderita gawat darurat dapat ditransportasikan dengan memenuhi syarat seperti:

a. Gangguan respirasi dan kardiovaskuler telah ditanggulangi, resusitasi bila diperlukan.


b. Perdarahan dihentikan.
c. Luka ditutup.
d. Patah tulang difiksasi.
2. Tempat tujuan

Tempat tujuan harus jelas.


3. Sarana alat
Peralatan pertolongan pertama yang ada harus lengkap.

4. Personil
Pada setiap alat transportasi minimal terdiri dari dua orang paramedis, satu pengemudi, dan
apabila memungkinkan ada satu orang dokter.
5. Penilaian layak pindah
Kondisi stabil dengan memperhatikan:

a. AIRWAY (Jalan Napas)


Jalan napas penderita harus terbuka atau lancer untuk mempermudah pernapasan.
Pengelolaan sederhana untuk mempertahankan airway dengan metode chin lift dan jaw
thrust.
Langkah mempertahankan airway:
1) Penderita diterlentangkan di tempat yang datar, jika masih bayi, satu tangan petugas
dapat dijadikan sebagai alas.
2) Segera bersihkan mulut penderita dan jalan nafas dengan menggunakan jari.
3) Bebaskan jalan napas dengan metode chin lift dan jaw thrust.
 Chin Lift
 Letakkan tangan pada dahi penderita.
 Tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan penolong.
 Letakkan ujung jari tangan lainnya di bawah ujung tulang rahang penderita.
 Tengadahkan kepala dan tahan dahi penderita bersamaan dengan kepala pada
posisi ekstensi.
 Jaw Thrust
 Letakkan kedua siku penolong sejajar dengan posisi penderita.
 Kedua tangan memegang sisi kepala penderita.
 Penolong memegang kedua sisi rahang dan menggerakkan ke depan secara
perlahan.
 Pertahankan posisi mulut pasien tetap terbuka.
b. BREATHING (Pernafasan)
Terdiri dari dua tahap:
1) Memastikan penderita tidak bernafas
Dengan cara melihat naik turunnya dada, mendengar bunyi nafas, merasakan
hembusan nafas, dengan mendekatkan telinga pada hidung dan mulut penderita yang
dilakukan tidak lebih dari 10 detik.

2) Memberikan bantuan nafas


Bantuan nafas dapat diberikan melalui mulut ke mulut, sebanyak dua kali hembusan
dengan waktu setiap kali hembusan 1,5-2 detik. Pada saat memberikan, penolong
menarik nafas dan menutup seluruhnya ke mulut penderita, dan hidung penderita
harus ditutup dengan telunjuk dan ibu jari penolong.
c. CIRCULATION (Aliran Darah)
Memastikan ada tidaknya denyut jantung penderita dengan meraba arteri karotis dengan
dua atau tiga jari penolong selama 5 - 10 detik. Apabila teraba, periksa pernafasan
penderita, apabila tidak ada nafas, berikan bantuan nafas 12 kali/ menit. Bila ada nafas
pertahankan airway penderita.

d. DISABILITY (Kesadaran)
Prosedur untuk transportasi penderita, antara lain:
1) Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas
tanpa kesulitan setelah diletakkan di atas usungan. Jika penderita tidak sadar dapat
menggunakan alat bantu jalan nafas.
2) Amankan posisi penderita. Pastikan selalu penderita dalam posisi aman selama
perjalanan.
3) Selama memindahkan penderita harus diamankan dengan kuat.
4) Pastikan pasien terikat dengan baik saat dipindahkan ke transportasi.
5) Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi penderita
cenderung ke henti jantung, letakkan spinal board atau papan RJP Di bawah matras.
6) Melonggarkan pakaian yang ketat.
7) Periksa perban jika ada luka.
8) Periksa bidai.
9) Ajak keluarga yang menemani.
10) Bawa barang-barang pribadi pendrita.
11) Tenangkan penderita.

C. PRINSIP DASAR PEMINDAHAN PENDERITA GAWAT DARURAT

Ada banyak prinsip yang dapat dijadikan panduan, namun aspek yang utama adalah
do not furtherharm atau jangan membuat cidera semakin parah,yang dicetus oleh Hypocrates
dan dijadikan panduan hingga pasien pulang. Syarat utama dalam mengangkat penderita tentulah
fisik yang prima dan terlatih. Jika melakukan pemindahan yang kurang tepat dapat
mengakibatkan cidera pada penolong.

Prinsip melakukan pemindahan pada pasien yang aman dan efektif membutuhkan
keputusan yang hati-hati, pengankatan penderita harus diperhitungkan rencana pengangkutan
termasuk komunikasi, petugas yang menangani, pasien yang stabil dan transportasi (Suciana,
2012).
Prinsip dasar tersebut adalah:

1. Posisi tulang punggung tetap lurus/ tegak, apabila miring akan menyebabkan gangguan pada
tulang punggungg.
2. Gunakan otot paha untuk mengangkat, bukan otot punggung, otot paha adalah otot kuat dan
lebih aman.
3. Gunakan otot fleksor untuk menekuk, otot fleksor lengan dan tungkai lebih kuat pada otot
ekstensor.
4. Jarak antara kedua lengan dan tungkai selebar bahu, apabila kedua kaki jaraknya terlalu dekat
akan mengurangi stabilitas, dan terlalu lebar akan mengurangi tenaga.
5. Dekatkan beban dengan badan, menghindari cidera punggung karena menggapai dengan
jarak jauh.

D. JENIS-JENIS PEMINDAHAN

Berdasarkan keselamatan penolong dan penderita, pemindahan penderita


digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Pemindahan Darurat
Dilakukan apabila ada bahaya yang mengancam bagi penderita dan penolong.contoh
seperti bahaya ancaman kebakaran, ketidakmampuan menjaga penderita di tempat TKP,
lokasi yang tidak memungkinkan untuk RJP.

1. Satu orang penolong


a) Tarikan bahu
b) Tarikan lengan, caranya berdiri pada sisi kepala penderita dan masukkan lengan di
bawah ketiak penderita, silangkan kedua lengan penderita ke depan dada, tarik penderita
ke belakang
c) Tarikan selimut, apabila penderita tertidur, baringkan dia atas selimut/ mantel kemudian
lipat selimut yang berada di kepala dan tarik penderita ke belakang.
d) Tarikan kain
e) Merangkak
f) Tarikan baju, sebelumnya ikat tangan pasien agar tidak tersangkut, tarik baju di bagian
bahu ke arah penolong.
g) Tarikan pemadam kebakaran, menggendong pada punggung dengan menopang
penderita.

2. Teknik log roll


Maneuver mengangkat dan memindahkan penderita ke LSB (Long Spinal Board).
Apabila teknik ini dilakukan dengan baik, kelurusan tulang belakang penderita tetap
terjaga

3. Pemindahan tidak Darurat


Pada situasi yang tidak membahayakan, perawatan darurat dan pemerikasaan tanda
vital telah dilakukan.
a) Pemindahan tidak darurat oleh satu orang penolong
 Human Crutch (Memapah), berdiri pada sisi tubuh yang lemah dan tangan yang satu
merangkul penderita dari belakang.
 Cara Cradle (membopong), satu lengan merangkul di bawah punggung, tangan yang
satu di lipatan lutut.
 Cara pick a back (menggendong), jongkok dengan punggung menghadap penderita,
minta penderita merangkul bahu penolong

b) Pemindahan tidak darurat oleh dua orang penolong


 Ditandu, kedua penolong jongkok saling berhadapan, lengan penolong di punggung
penderita. Tangan yang lain di bawah lipatan lutut dengan saling mengait. Penolong
semakin mendekat dan atur posisi punggung agar tetap lurus.

 The fore and aft carry, dudukkan penderita, kedua lengan menyilang di dada dan
rangkul dengan menyusupkan lengan di bawah ketiak penderita, penolong lain
jongkok di depan penderita dan mengangkat paha penderita.
c) Pemindahan dengan tiga penolong

Penolong pertama menyusupkan tangan satu di punggung, satu di leher, tangan penolong
kedua di punggung dan bokong,penolong ketiga tangannya di bawah bokong dan lutut
penderita, angkat dengan satu aba-aba dengan mengangkat penderita di atas lutut smua
penolong, letakkan penderita di atas tandu, apabila tidak ada tandu, pada langkah ke
enam, miringkan penderita pada dada penolong.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Transportasi pasien gawat darurat adalah sarana yang digunakan untuk memindahkan
atau mengangkut penderita dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman
tanpa memberat keadaan penderita. Transportasipasien harusnya dilakukan oleh perawat atau
orang yang telah mendapatkan pelatihan dan harus sesuai dengan standar prosedur operasional
sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengancam jiwa penderita. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan saat melakukan transportasi terhadap penderita, diantaranya penderita, empat
tujuan, sarana alat, personil, penilaian layak pindah.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
melaksanakan tugas keperawatan, sehingga terciptanya pelayanan efektif dan efisien. Selain itu,
penulis juga berharap kritik dan saran yang membangun agar dapat terciptanya makalah yang
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, R. (2017). Penatalaksanaan Transportasi Pasien Di Instalasi Gawat Darurat Rumah


Sakit. Gaster : Jurnal Kesehatan, 15(1), 44–52.

Montjai, S., Mulyadi, N., & Lolong, J. (2017). Gambaran Ketepatan Personil Pendamping Dan
Ambulans Yang Digunakan Dalam Merujuk Pasien Gawat Darurat Di Instalasi Gawat
Darurat Rsup Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 108440.

Suciana, F. (2012). Gambaran Pelaksanaan Transportasi Pasien Cidera Kepala Berat di Instalansi
Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Klaten. TRIAGE Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of
Nursing Science), 4(1), 1–13.
http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/triage/article/view/155

Anda mungkin juga menyukai