Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makalah ASKEB Nifas dan Menyusui Ambulasi” dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan sebagai sarana untuk
menambah pengetahuan serta wawasan.

Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :


1. Siti Suciati S.SiT M.Keb., selaku ketua Program Studi DIII Kebidanan Universitas
Tulungagung.
2. Ernik Rustiana S.ST M.Keb selaku dosen pengajar ASKEB Nifas dan Menyusui yang
telah memberikan wawasan kepada kami.
3. Serta teman-teman Program Studi DIII Kebidanan Universitas Tulungagung yang
telah mendukung dan membantu kami.

Kami sadar bahwa makalah ini masih mempunyai kelemahan dan kekurangan. Oleh karena
itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan dapat berfungsi sebagai mana
mestinya.

Tulungagung, 27 September 2015

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………...1

Daftar Isi……………………………………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……..……...…………………………………………………………
3
B. Rumusan masalah….…...……………………………………………………………3
C. Tujuan masalah….…...………………………………………………………………3

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi
Ambulasi…………………………………………………………………….5
B. Tujuan Ambulasi……………………………………….…………………………….5
C. Keuntungan Ambulasi……………………………………..………………....………5
D. Tindakan-Tindakan Ambulasi…………………………………………………..……5
E. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi………………………………
8
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan
Ambulasi…………………………..8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan….…………………….…………..……………………………………10
B. Saran ……………………………………………………………………..…………10

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….........…….11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat sering kali mendefinisikan kesehatan dan kebugaran fisik mereka
berdasarkan aktivitas mereka karena kesejahteraan mental dan efektivitas fungsi tubuh
sangat bergantung pada status mobilitas mereka. Misalnya, saat seseorang berdiri tegak,
paru lebih muda untuk mengembang, aktivitas usus (peristaltik) menjadi lebih efektif,
dan ginjal mampu mengosongkan kemih secara komplet. Selain itu, pergerakan sangat
penting agar tulang dan otot befungsi sebagaimana mestinya.
Mobilitas, kemampuan untuk bergerak dengan bebas, mudah , berirama, dan terarah di
lingkungan adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Individu harus
bergerak untuk melindungi diri dari trauma dan untuk memenuhi kebutuhan dasar
mereka. Mobilitas amat penting bagi kemandirian individu yang tidak mampu bergerak
secara total sama rentan dan bergantungnya dengan seorang bayi.
Kemampuan untuk bergerak juga mempengaruhi harga diri dan citra tubuh. Bagi
sebagian besar orang, harga diri bergantung pada rasa kemandirian atau perasaan
berguna atau merasa dibutuhkan. Orang yang mengalami gangguan mobilitas dapat
merasa tidak berdaya dan membebani orang lain. Citra tubuh dapat terganggu akibat
paralisis, amputasi, atau kerusakan motorik lain. Reaksi orang lain terhadap gangguan
mobilitas dapat juga mengubah atau mengganggu harga diri dan citra tubuh secara
bermakna.
Ambulasi adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya gangguan mobilitas karena
dengan ambulasi dapat memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis
vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi,
mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi. (kozier,
2010).

B. Rumusan Masalah

3
1. Apa konsep dasar ambulasi ?
2. Apa saja tindakan-tindakan ambulasi ?
3. Apa saja alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi ?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi ambulasi ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami konsep dasar ambulasi
2. Untuk memahami tindakan-tindakan ambulasi
3. Untuk memahami alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi
4. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi ambulasi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Ambulasi

Ambulasi merupakan upaya sesorang untuk melakukan latihan jalan atau berpindah
tempat.
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi
dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan
dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Asmadi, 2008).
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien.
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari latihan
berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien
menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier 2005 ambulasi
adalah aktivitas berjalan.

B. Tujuan Ambulasi
1. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerpurium
2. Mempercepat involusi uterus
3. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal dan alat kelamin
4. Meningkatkan kelancaran perdaran darah dan pengeluaran sisa metabolism
5. Mempercepat pola BAB

C. Keuntungan Ambulasi
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik
3. Kesempatan yang baik untuk mengajarkan ibu merawat anaknya

5
4. Mencegah pendarahan yang abnormal
5. Tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomy atau luka di perut
6. Tidak memperbesar kemungkinan prolapse atau retroflexio.

D. Tindakan-Tindakan Ambulasi

a. Duduk diatas tempat tidur


1. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2. Tempatkan klien pada posisi terlentang
3. Pindahkan semua bantal
4. Posisi menghadap kepala tempat tidur
5. Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala tempat tidur di
belakang kaki yang lain.
6. Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah bahu klien, sokong
kepalanya dan vetebra servikal.
7. Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan tempat tidur.
8. Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan perawat
dari depan kaki ke belakang kaki.
9. Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di permukaan tempat tidur.

b. Duduk di tepi tempat tidur


1. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2. Tempatkan pasien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi tempat tidur
tempat ia akan duduk.
3. Pasang pagar tempat tidur pada sisi 2. yang berlawanan.
4. Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi pasien.
5. Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
6. Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan pasien dan menjauh
dari sudut tempat tidur.
7. Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat ke kepala tempat tidur di depan
kaki yang lain
8. Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah bahu pasien,
sokong kepala dan lehernya
9. Tempat tangan perawat yang lain di atas paha pasien.

6
10. Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur.Tempatkan poros ke
arah belakang kaki, yang memungkinkan tungkai atas pasien memutar ke bawah.
11. Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang tungkai
dan angkat pasien.
12. Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
13. Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki menyentuh lantai

c. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi


1. Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45
derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kusi
roda dalam posisi terkunci.
2. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
3. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip.
4. Regangkan kedua kaki perawat.
5. Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat dengan pasien
6. Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila pasien
dan tempatkan tangan pada skapula pasien.
7. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul
dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi.
8. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut perawat.
9. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara langsung
ke depan kursi
10. Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk
menyokong.
11. Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.
12. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
13. Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
14. Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk kemajuan dan
penampilannya.

d. Membantu Berjalan
7
1. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang
telapak tangan perawat.
2. Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
3. Bantu pasien berjalan

e. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Brancard


Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat
atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
1. Atur posisi branchard dalam posisi terkunci
2. Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
3. Berdiri menghadap pasien
4. Silangkan tangan di depan dada
5. Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.
6. Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher/bahu dan bawah
pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan pinggul
pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
7. Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard

f. Melatih Berjalan dengan menggunakan Alat Bantu Jalan


Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas pasien. Melatih
berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan merupakan kewenangan team fioterapi.
Namun perawat tetap bertanggungjawab untuk menindaklanjuti dalam menjamin
bahwa perawatan yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan.

E. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi


a. Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen
untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam keseimbangan
pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
b. Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang
yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi
tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi
empat (quad cane).

8
c. Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang
kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang
kuat dan mampu menopang tubuh.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi


a. Kesehatan Umum
Penyakit, kelemahan, penurunan aktivitas, kurangnya latihan fisik dan lelah
kronik menimbulkan efek yang tidak nyaman pada fungsi musculoskeletal.
b. Tingkat Kesadaran
Pasien dengan kondisi disorienrtasi, bingung atau mengalami perubahan tingkat
kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.

c. Nutrisi
Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atropi otot, penurunan jaringan
subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien
juga akan mengalami defisisensi protein, keseimbangan nitrogen dan tidak ada
kuatnya asupan vitamin C.
d. Emosi
Perasaan nyaman, kebahagiaan, kepercayaan dan penghargaan pada diri sendiri
akan mempengaruhi pasien untuk melaksanakan prosedur ambulasi.
e. Tingkat Pendidikan
Pendidikan menyebabkan perubahan pada kemampuan intelektual, mengarahkan
pada ketrampilan yang lebih baik dalam mengevaluasi informasi. Pendidikan
dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka,
untuk mematuhi saran-saran kesehatan.
f. Pengetahuan
Hasil penelitian mengatakan bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan
akan bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan. (Kozier,
2010)

9
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Ambulasi merupakan upaya sesorang untuk melakukan latihan jalan atau berpindah
tempat.
Tujuan ambulasi adalah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatan pasien
Latihan ambulasi seperti duduk di atas tempat tidur, turun dan berdiri dari tempat tidur,
membantu berjalan, dan memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard.

II. Saran
Segala usaha telah kami lakukan. Namun dalam pembuatan makalah ini terdapat
kekurangan . Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran saudara(i) demi
kesempurnaan kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2008). Keterampilan Dasar Praktik untuk


Kebidanan (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika

Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Asmadi ,(2008). Tehnik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba medika

Brunner & Sudart (2002). Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah.( Alih Bahasa Rini, MA).
Jakarta: EGC.

Nanny Lia Dewi, Vivian dkk.2011.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Jakarta:Penerbit


Salemba Medika

11

Anda mungkin juga menyukai