AMBULASI
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat dan
rahmat serta hidayah-Nya yang memungkinkan kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Nama makalah yang dimaksud adalah “ Ambulasi “
Kami berharap melalui tulisan ini dapat memberikan sedikit wawasan dan
memperluas pengetahuan kita. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. semua pihak
demi makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Untuk itu kami membuat makalah ini agar dapat membantu tata cara dasar
ambulasi yang benar.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari ambulasi.
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan dari ambulasi.
1.3.3 Untuk mengetahui tindakan – tindakan yang berhubungan
dengan ambulasi.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja alat-alat yang dipergunakan dalam
pelaksanaan ambulasi
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja factor yang mempengaruhi
4
Ambulase.
1.3.6 Untuk mengetahui tahapan pelaksanaan ambulasi pada ibu yang bersalin
normal & Post SC.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ambulasi
Ambulasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien pasca operasi dimulai dari bangun, duduk di sisi tempat tidur hingga
pasien turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan.
Ambulasi dini masa nifas (early ambulation) adalah mobilitas segera
setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat
tidurnya. Ibu post partum di perbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-28
jam setelah melahirkan.
Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah
flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi
immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltic usus,
mempercepat pasien pasca operasi (Hinchliff, 1999; Craven dan Hirnle,2009).
Sedangkan menurut Asmadi (2008) manfaat ambulasi adalah:
1). Mencegah dampak immobilisasi pasca operasi meliputi :
a. Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti abrasi, sirkulasi yang
terlambat yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahan turgor
kulit.
b. Sistem Kardiovaskuler : penurunan kardiak reserve, peningkatan beban
kerja jantung, hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.
c. Sistem Respirasi : penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi volunter
maksimal, penurunan ventilasi/perfusi setempat, mekanisme batuk yang
menurun.
d. Sistem Pencernaan : anoreksia-konstipasi, penurunan metabolism.
e. Sistem Perkemihan : menyebabkan perubahan pada eliminasi urine, infeksi
saluran kemih, hiperkalsiuria.
f. Sistem Muskuloskeletal : penurunan masa otot,osteoporosis, pemendekan
serat otot.
g. Sistem Neurosensoris : kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan saraf
pada bagian distal, nyeri yang hebat.
6
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua
pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari
Latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien
menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier (1995 dalam
Asmandi, 2008) ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini merupakan tahapan
kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai
pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan
kondisi pasien.
2.2. Tujuan Ambulasi
Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
Memenuhi kebutuhan ambulasi
Mempertahankan kenyamanan
Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
Mempertahankan control diri pasien
Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
7
B. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
1. Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi
kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi
roda, yakinkan bahwa kusi roda dalam posisi terkunci.
2. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
3. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip.
4. Regangkan kedua kaki perawat.
5. Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat
dengan pasien.
6. Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila pasien dan
tempatkan tangan pada skapula pasien.
7. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul
dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi.
8. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut perawat.
9. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara
langsung ke depan kursi.
10. Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk
menyokong.
11. Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.
12. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
13. Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
14. Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk kemajuan dan
penampilannya.
C. Bantu berjalan
1. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2. Letakkan tangan pasien di samping badan atau memegang telapak tangan anda
3. Berdiri di samping pasien serta pegang telapak dan lengan tangan pada bahu
pasien
4. Bantu pasien untuk berjalan perlahan-lahan
9
2.4 Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi
Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen
untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam keseimbangan
pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang
yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi tongkat
berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi empat (quad
cane).
Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang
kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang kuat
dan mampu menopang tubuh.
10
5. Gaya Hidup.
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan
besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat
mengganggu koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan neurologi, yang
akhirnya mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6. Pengetahuan.
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan
mendorong sescorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
menguranngi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pcngetahuan yang kurang
memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang
berisiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurolobri dan
muskuloskcletal.
2.6 Tahapan Pelaksanaan ambulasi pada ibu yang bersalin normal & Post SC
a). Pada ibu yang bersalin normal
Menurut Bahiyatun (2008),pada persalinan normal, ibu di perbolehkan
mandi dan ke WC dengan bantuan orang lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah
persalinan jika ibu belum melakukan rentang gerak dala tahapan mobilitas dini
selama 1 atau 2 jam setelah persalinan, ibu nifas tersebut belum mlakukan
mobilitas secara dini(Early Ambulation). Beberapa Gerakan dalam tahapan
mobilitas pada ibu nifas yang bersalin normal antara lain: Miring ke-kiri dan
kanan, menggerakkan kaki, duduk, berdiri, atau turun dari tempat tidur ke kamar
mandi dengan berjalan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur
dan mulai berjalan.
2. Tujuan ambulasi adalah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatan pasien
3. Latihan ambulasi seperti duduk di atas tempat tidur, turun dan berdiri dari
tempat tidur, membantu berjalan, dan memindahkan pasien dari tempat tidur
ke branchard.
3.2 Saran
Sebagai bidan kita harus memahami serta mempelajari bagaimana
menerapkan Teknik Ambulase yang benar pada pasien. Karena ini merupakan
hal dasar bagaimana merawat pasien kita.
Makalah ini memang belum sempurna Segala usaha telah kami
lakukan.Namun dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat memerlukan kritik dan saran saudara (i) demi
kesempurnaan kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14