Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH RANGE OF MOTION

DAN POSISI

Disusun Oleh :

Danti Rahmawati (88223033)

Muhammad Aditya Putra Sulaeman (88223023)

Najwa Sabrina

Nova Mutiara (88223031)

Syifa Nururohmah (88223039)

ARS UNIVERSITY

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

izin-Nya juga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Mobilisasi

Posisi Range Of Motion”. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas dari mata

kuliah Konsep Dasar Keperawatan.

Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Ibu

SRI HAYATI.,S.KEP.,M.KEP atas bimbingan dan arahan dalam penulisan tugas ini.

Juga kepada rekan-rekan yang telah membantu baik materi maupun moril sehingga

tugas ini dapat terselesaikan.

Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat membuat penyususn

dan pembaca lebih memahami tentang fungsi dan tujuan mobilisasi dan pengaturan

posisi sebagai ketrampilan dasar yang sangat dibutuhkan bagi tenaga paramedis.

Memang tugas ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih

baik.

Bandung, 21 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….……….………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..……..

ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………….…………………..…….

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….....

1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………..... 2

1.3 Tujuan……………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………. 7

1.1 Mobilisasi……………………………………………………………………

2.1.1 Pengertian Mobilisasi……………………………………….…………..

2.1.2 Tujuan Mobilisasi…………………….…………………………………

2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi……………………... 7

2.2 Range Of Motion…………………………………………….……………...

9
2.2.1 Pengertian ROM…….…………………………………………………..

2.2.2 Tujuan ROM……………….…………………………………………....

2.2.3 Jenis – Jenis ROM………………………………………………………

2.3 Pengaturan Posisi……………………………………………………...……

16

2.3.1 Posisi Fowler…………………………………………………………..

16

2.3.2 Posisi Sim……………………………………………………………...

16

2.3.3 Posisi Lateral…………………………………………………………..

18

2.3.4 Posisi Trendelenburg…………………………………………………..

19

2.3.5 Posisi Dorsal Recumbent………………………………………………

20

2.3.6 Posisi Litomi……………………………………….…………………..

21

2.3.7 Posisi Genu Pektoral……………………….……………………….….

22
2.3.8 Posisi Orthopnea……………………….………………………………

23

BAB IV KESIMPULAN……………………….………………………………..

24

BAB V DAFTAR PUSTAKA………………….……………………………….

25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG.

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan

hidupnya. Untuk mempertahankan keseimbangan tersebut manusia

mempunyai kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dengan baik.

Pada dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan

tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut

berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan

prioritas yang ada.

Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan

kebutuhan yang paling mendasar yang harus terpenuhi agar kelangsungan

hidup bisa bertahan. Ada beberapa kebutuhan fisik manusia yang akan

dibahas yaitu Mobilisasi yang merupakan suatu kemampuan individu untuk

bergerak secara bebas, mudah dan teratur serta pengaturan posisi sebagai

salah satu cara mengurangi resiko menghindari terjadinya dekubitus / pressure

area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh dan Mempertahankan

posisi tubuh dengan benar sesuai dengan body aligmen (Struktur tubuh).

Salah satu tehnik mobilisasi yaitu latihan Range Of Motion.


1.2. PERUMUSAN MASALAH

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini

penulis memperoleh hasil yang di inginkan, maka penulis mengemukakan

beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan Mobilisasi ?

2. Apakah yang dimaksud dengan ROM ?

3. Apa saja bentuk pengaturan Posisi?

1.3. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan tugas ini antara lain:

1. Untuk memenuhi apa dan bagaimana mobilisasi sesuai dengan ketrampilan

dasar praktik klinik.

2. Untuk mengetahui ROM dalam Ketrampilan dasar praktik klinik.

3. Untuk mengetahui pengaturan posisi dan fungsi posisi dalam Ketrampilan

dasar praktik klinik.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mobilisasi

2.1.1. Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan

kegiatan dengan bebas, mudah dan teratur (kosier, 1989).

2.1.2. Tujuan dari mobilisasi

1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

2. Mencegah terjadinya trauma

3. Mempertahankan tingkat kesehatan

4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari

5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh ketahanan otot dan

kekuatan otot.

2.1.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Mobilisasi

a. Gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas

seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku dan kebiasaan.

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat

meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan

kesehatan tetang mobilisasi seseorang akan senantiasa melakukan


mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan

dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

b. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi

mobilisasinya karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh misalnya;

seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas.

Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri

mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus

istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA

yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

4. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan

aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari

akan berebda mobilisasinya dengan anak kota yang biasa pakai mobil

dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilisasinya

dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.

5. Tingkat energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang

lagi sakit akan berbeda mobilisasinya di bandingkan dengan orang sehat

apalagi dengan seorang pelari.

6. Usia dan status perkembangan


Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilisasiny

dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa

pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan

dengan anak yang sering sakit.

2.2 RANGE OF MOTION

2.2.1. Pengertian ROM

Range Of Motion (ROM) adalah latihan menggerakkan bagian tubuh untuk

memelihara fleksibilitas dan kemampuan gerak sendi. Latihan range of motion

(ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki

tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan

lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

2.2.2. Tujuan ROM

1. Mencegah Ke kakuhan Sendi

2. Mempercepat Pemulihan

3. Meningkatkan Fungsi Fisik

4. Mengurangi Rasa Sakit

5. Mempertahankan Keseimbangan

2.2.3. Jenis - jenis ROM

Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat

digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).

Mobilsasi yang dilakukan pada tubuh pasien berdasarkan:


A. Aktive Room

a. Leher

 Fleksi: kepala digerakan

menunduk kedepan 90 derajat dengan dagu diatas dada.

 Ekstensi: Kepala digerakan 90 derajat keatas dengan posisi lurus

dengan badan

 Hypereksitensi : kepala ditarik kebelakang 90 derajat dengan

posisi mengadah keatas

 Lateral fleksi: kepala ditekukan kesamping 90 derajat menuiu bahu

 Rotasi: kepala digerakan dalam posisi melingkar 90 derajat

kekanan dan 90 derajat kekiri dan depan dari belakang.

b. Bahu

 Fleksi : lengan ditingkat 180 derajat dan samping menuju keatas

sampai diatas kepaia

 Ekstensi : digerakan keposisi istirahat disamping badan

 Hyperekstensi: lengan digerakan kebelakang badan dengan sudut

50 derajat
 Abduksi : lengan ditarik keatas samping badan dengan punggung

tangan diaias, digerakan kesisi badan 180 derajat keposisi diatas

kepala

 Rotasi Eksterna : dengan lengan disamping, tekukan siku, lengan

digerakkan kedepan dan kebelakang 90 derajat sehingga telepak

tangan menghadap kedepan.

 Rotasi interna : dengan lengan disamping tekukan siku, lengan

digerakkan kebelakang 90 derajat sehingga felapak tangan

menghadap kebelakang.

 Sinkumduksi : lengan digerakan dengan lingkaran 360 derajat

diputar sepanjang sisi badan.

c. Siku

 Fleksi : siku ditekuk dengan telapak tangan menghadap muka,

dengan sudut 150 derajat menuju bahu

 Ekstensi: siku dari posisi fleksi diluruskan kembali

d. Lengan Bawah

 Supinasi: lengan bawah diputar 90 derajat sampai telapak tangan

menghadap kebawah

 Pronasi: lengan bawah diputar 90 derajat sampai telapak tangan

kanan mengahadap kebawah.


e. Pergelangan Tangan

 Fleksi: Tangan ditekuk 90 derajat kebawah dengan telapak tangan

mengahadap kebawah

 Ekstensi: tangan digerakan 90 aerajat dengan posisi lurus dengan

lengan

 Hyperekstensi: tangan ditekuk keatas, punggung tangan diatas

dengan sudut 90 derajat.

 Abduksi: pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk

keluar menuju ula

 Abduksi: pergelangan tangan dengan jari-jari dirapatkan ditekuk

ke depan menuju radius.

f. Jari dan Ibu Jani

 Fleksi: Jari-jari digenggamkan

 Ekstensi: Jari digerakan 90 derajat lurus dengan lengan dengan

telapak tangan menghadap ke bawah.

 Hyperekstensi : jari-jari dengan felapak tangan kebawah, ditekuk

keatas menuju punggung tangan 45 derajat

 Abduksi: jan dan ibu /ari dibentangkan/direngangkan 30 derajat

 Abduksi: jari dan ibu jari dirapatkan bersama 30 derajat

 Posisi Ibu jari : ibu jari ditekuk kedalam memutar menuju

kelingking dikuti oleh jari-jari yang lain.


g. Pinggul

 Fleksi : tungkai digerakan keatas kemuka 90 derajat

 Ekstensi : tungkai digerakan kembali ke posisi lurus sejajar dengan

tubuh

 Hyperekstensi: tungkai digerakan kebelakang tubuh 50 derajat

 Sirkumduksi: tungkai digerakan dalam lingkaran 360 derajat

 Abduksi: iungkai digerakan kesamping menjauhi tubuh 45 derajat

 Abduksi: tungkai digerakan kesamping mendekati tubuh 45 derajat

 Rotasi Interna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat

 Rotasi Eksterna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat

h. Lutut

 Fleksi. lutut ditekuk diangkat kebelakang dan atas 90 derajat

 Akstensi : Lutut digerakan kembali sejajar tubuh

i. Pergelangan Kaki

 Planfar Fleksi: kaki digerakan kebawah 45 derajat

 Dorsi Fleksi: kaki digerakan keatas 45 derajat

 Enversi: sisi luar kaki ditekuk kesamping keluar diputar

 Inversi: kaki diputar dengan sisi medial, diputar kedalam

j. Jari Kaki

 FIeksi jari-jari ditekuk kebawah 90 derajat


 Ekstensi : jari-jari sejajar kembali dengan punggung

 Hyperekstensi : jari-jari ditekuk keatas 45 derajat

 Abduksi : jari-jari digerakan menjauhi satu sama lain 15 derajat

 Abduksi : jari-jari digerakan menapat

k. Pinggang

 Fleksi pinggang ditekuk kedepan 90 derajat

 Ekstensi : pinggang diluruskan kembali

 Hyperekstensi: pinggang ditarik kebelakang 30 derajat

 Lateral Fleksi: tubuh ditarik kekedua sisi 45 derajat

 Rotasi : tangan dipinggang digerakan melingkar 360 derajat

B. PASSIVE ROOM

Posisi Supinasi
a. Lengan dan Bahu

Lengan klien disamping tubuh, tangan kanan penolong memegang

pergelangan tangan pasien dan tangan kiri disiku pasien.

 Fleksi dan rotasi eksternai bahu

 Abduksi dan rotasi eksternai bahu

 Abduksi bahu

 Rotasi interna dan eksterna bahu

 FIeksi dan ekstensi siku

 Pronasi dan supinasi lengan bawah

b. Tangan dan pergelangan tangan

Tangan kiri penolong diatas punggung tangan, tangan kanan

memegang jari-jari tangan :

 Hyperekstensi pergelangan tangan, fleksi jari-jari

 Hyperekstensi pergelangan tangan, ekstensi jari-jari

c. Pinggul dan Tungkai

Tangan kiri perawat dibawah lutut pasien dan memegangnya, tangan

kanan perawat ditumit pasien untuk plantar fleksi, tangan kiri perawat

diats pergelangan kaki pasien dan tangan kanan memegang jari kaki

 Plantar fleksi kaki

 Inversi dan eversi kaki

 Fleksi dan ekstensi jari kaki


Posisi telungkup dan miring

 Hyperekstensi Bahu

 Hyperekstensi pinggul

2.3 PENGATURAN POSISI

Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika

mendapatkan perawatan, dengan tujuan untuk kenyamanan pasien,

pemudahan perawatan dan pemberian obat, menghindari terjadinya pressure

area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh tertentu.

2.3.1 Posisi Fowler

Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih

tinggi atau dinaikkan. Untuk fowler (45°-90°) dan semifowler(15°-45°).

Dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi

pernapasan, dan untuk pasien pasca bedah.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Dudukkan pasien

c. Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk

posisi untuk fowler ( 900) dan Semifowler ( 30 – 450 ).

d. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.


Gambar Cara posisi fowler

2.3.2 Posisi Sim

Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi

kenyamanan dan untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau

pemberian huknah atau obat-obatan lain melalui anus.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Pasien dalam keadaan berbaring. Kemudian apabila dimiringkan kekiri

dengan posisi badan setengah telungkup, maka lutut kaki kiri diluruskan

serta paha kanan ditekuk diarahkan ke dada. Tangan kiri di belakang

punggung dan tangan kanan didepan kepala.


c. Bila pasien miring kekanan, posisi bdan setengah telungkup dan kaki

kanan lurus, sedangkan lutut dan paha kiri ditekuk dan diarahkan ke dada.

Tangan kanan dibelakang punggung dan tangan kiri didepan kepala.


Gambar Cara Posisi Sim

2.3.3 Posisi Lateral (Side-Lying)

Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagian tubuh

dengan kepala menoleh ke samping. Posisi lateral bertujuan untuk mengurangi

lordosis dan meningkatkan kelurusan punggung yang baik, baik untuk posisi tidur

dan membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.

Cara Pelaksanaan :

a. pasien dibaringkan pada sisi kiri atau sisi kanan tubuh mereka.

b. Bantal dapat ditempatkan di bawah kepala untuk mendorong posisi

tulang belakang yang selaras dan memberikan kenyamanan lebih

besar.
Gambar Cara Posisi Lateral

2.3.4 Posisi Trendelenburg

Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih

rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan peredaran darah

ke otak, dan pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang skintraksi pada

kakinya.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang. Letakkan bantal di antara

kepala dan ujung tempat tidur pasien, serta berikan bantal dibawah lipatan

lutut.

c. Pada bagian kaki tempat tidur, berikan balok penopang atau atur tempat

tidur secara khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.


Gambar. Posisi Trendelenburg

2.3.5 Posisi Dorsal Recumbent

Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau

direnggangkan) diatas tempat tidur. Dilakukan untuk merawat dan memeriksa

genetalia serta proses persalinan.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, pakaian bawah di buka

c. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur

dan renggangkan kedua kaki.

d. Pasang selimut

Gambar. Dorsal Recumbent


2.3.6 Posisi Litotomi

Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan

menariknya ke atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada

proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, angkat kedua paha dan tarik

kearah perut.

c. Tungkai bawah membentuk sudut 900 terhadap paha.

d. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi

e. Pasang selimut

Gambar. Posisi Litotomi

2.3.7 Posisi Genu Pektoral


Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel

pada bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan

sigmoid dan untuk membantu merubah letak kepala janin pada bayi yang

sungsang.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Anjurkan pasien untuk berada dalam posisi menungging dengan kedua

kaki ditetuk dan dada menempel pada kasur tempat tidur

c. Pasang selimut pada pasien

Gambar. Posisi Genu Pektoral

2.3.8 Posisi Orthopnea

Pengertian Orthopnea Posisi orthopnea adalah menempatkan pasien dalam

posisi duduk di tempat tidur atau di sisi tempat tidur dengan meja di atas (over

bed table) untuk bersandar dan beberapa bantal di atas meja untuk beristirahat.

Cara Pelaksanaan :
1. persiapan pasien

2. lalu minta klien untuk memfleksikan lutut 3.sebelum kepala dinaikkan,

letakkan dua bantal diatas meja paha pasien

4. pastikan area popliteal tidak terkena dan lutut tidak fleksi

5. lakukan selama 3-5 menit jika mampu lakukan 15-30 menit

Gambar. Posisi Orthopnea

BAB IV
KESIMPULAN

Dalam dunia perawatan kesehatan, pemahaman yang mendalam tentang teknik

mobilisasi, pengukuran ROM, dan pemilihan posisi yang tepat merupakan aspek

penting dalam merawat pasien. Mobilisasi membantu menjaga fleksibilitas sendi dan

otot, ROM adalah indikator penting kesehatan sendi, sementara posisi tubuh yang

benar dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan kenyamanan pasien.

Dengan memadukan pengetahuan tentang ketiga aspek ini, para profesional kesehatan

dapat memberikan perawatan yang lebih efektif kepada pasien. Mereka dapat

menghindari komplikasi, merencanakan intervensi yang lebih baik, dan mendukung

pemulihan pasien dengan lebih baik. Oleh karena itu, pemahaman yang kuat tentang

mobilisasi, ROM, dan posisi memiliki dampak positif pada kualitas perawatan

kesehatan secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA
Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed, 1986, Chlinical

Nursing Prosedurs, California Jones and Bardlett Publishers Inc.

Diana Hestings. RGN RCNT. 1986, The Machmillan Guide to home Nursing

London, Machmillan London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980

editor lilian juwono Jakarta, Arcan.

Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983, Fundamental of Nursing, california Addison –

Wesly publishing Division.

Barbara Koezeir, Glenora Erb, Oliveri, 1988, Fundamental of Nursing, Philadelpia

Addison Wesly publishing Division.

Republika. Dekubitus. Available at: www.republika.co.id. Acessed Desember 2006.

Sanada, H. Pressure ulcers management.

http://square.umin.ac.jp/sanada/english/show-e.html. Accessed Desember

2006

Sato M., Sanada H., Konya C., et al. Prognosis stage I and related factors.

International Wound Journal. 2006;3:335-362

Sugama., J., Sanada, H., Kanagawa, K., et al . Risk factors of pressure sore

development, intensive care unit, Pressure – relieving care, the Japanese

version of the Braden Scale. Kanazawa Junior Collage, 1992, 16, 55-59
Suriadi, Sanada H, Kitagawa A, et.al. Study of reliability and validity of the braden

scale translated into indonesia. 2003. Master thesis. Kanazawa University,

Japan

Sussman, C. & Bates-Jensen, B.M.. Wound Care: a collaborative practice manual for

physical therapist and nurses. Second Edition. Gaithersburg: AN Aspen

publication, 2001,235 – 260

http://yuwielueninet.wordpress.com/2008/03/25/KDPK/

http://xa-dewie.blogspot.com/2009/10/Prinsip kebutuhan dasar manusia.html

http://irm4chimut.wordpress.com/mobilisasi pasien dalam Ketrampilan dasar praktik

kebidanan.html

http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/05/217/

Anda mungkin juga menyukai