Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Pertama – tama penulis ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena
dengan bimbingan dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Keperawatan
Medikal Bedah “ merupakan salah satu bahasa yang menarik. Meskipun sudah cukup banyak
diskusi dan pembahasan mengenai teori keperawatan , namun penulis ingin memperdalam
pembahasan dan pembelajaran dalam pendidikan.

Selain itu penulis berusaha menulis makalah yang dapat diemplementasikan secara
nyata sesuai dengan teori dan untuk memenuhi tugas kuliah .Atas terselesaikannya makalah
“Keperawatan Medikal Bedah ” ini, penulis berterima kasih kepada Ibu., selaku dosen
pembimbing, beserta pihak-pihak lain yang telah membantu dan mendukung atas
terselesaikannya ini.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun tulisan. Kekurangan-kekurangan tersebut
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga kami dapat berbenah diri dan dapat
memberikan yang terbaik

Mojokerto, 29 November 2019

Penulis

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................
1

DAFTAR ISI.................................................................................................................................
2

LAMPIRAN..................................................................................................................................
3

BAB I (PENDAHULUAN)

1.1.Latar Belakang…………………………………………………………………………….4

1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………………………………4

1.3.Tujuan……………………………………………………………………..………………4

BAB II (TINJAUAN TEORI)

1.1. Body Mekanik Dan Mobilisasi…………………………………………………………..5

1.2. Manfaat Ambulasi Dini………………………………………………………………….13

BAB III (PENUTUP)

1.1.Kesimpulan……………………………………………………………………………….20
1.2. Saran……………………………………………………………………………………..20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...21

2|Page
Lampiran 2. Lembar Pernyataan (dilampirkan dalam makalah)

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bias kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto, 29 November 2019

Nama Nim Tanda Tangan Mahasiswa


Lufi Vita Hapsari 0117051
Sofiari N F R 0117066
Sofia krismunika 0117065

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan dalam upaya memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-
hari.guna mempertahankan kesehatannya
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot
tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam
menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang
pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi
integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot
tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk
postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan
nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebu tuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan
kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf,
otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan mobilitas?


2. Apa saja jenis-jenis mobilitas?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas?

4. Apa saja manfaat mobilitas?

5. Apa yang dimaksud dengan body mekanik?

6. Apa yang dimaksud ambulasi dini ?

7. Apa saja manfaat ambulasi dini ?

1.3 Tujuan
4|Page
1. Mendeskripsikan tentang pengertian mobilitas

2. Mendeskripsikan jenis-jenis mobilitas

3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas

4. Mendeskripsikan manfaat mobilitas

5. Mendeskripsikan tentang pengertian body mekanik

6. Mendiskripsikan tentang ambulasi dini

7. Mendiskripsikan manfaat ambulasi dini

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 BODY MEKANIK DAN MOBILISASI


A. Pengertian Body Mekanik
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman
untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Istilah
body mekanik pada umumnya digunakan untuk menggambarkan efesiensi pergerakan tubuh
seseorng yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain atau benda. Mekanika tubuh
dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
 Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang
lain.
 Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
 Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
B. Tujuan Mobilisasi
• Memenuhi kebutuhan dasar manusia
• Mencegah terjadinya trauma
• Mempertahankan tingkat kesehatan
• Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
• Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
C. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan
mencegah kecacatan yang terjadi pada pasien atau penderita. Perawat menggunakan berbagai
kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan,
memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik
dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar,
kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat
mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi
klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis
pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.

6|Page
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
 Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh
dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
a. Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
b. Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
c. Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan
istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
 Keseimbangan

Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan


posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.

 Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.

Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh.


Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, di antaranya :
 Gerakan ( ambulating ).Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh.
Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki
berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan,
karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang
lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua
fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus
dan berirama.
 Menahan ( squating ).Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan
tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan
sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan
memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
 Menarik ( pulling ) Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya
ketinggian, letak benda ( sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik ), posisi
7|Page
kaki dan tubuh dalam menarik ( seperti condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak
tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan
pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan
penarikan.
 Mengangkat ( lifting ).Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan
otot – otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
 Memutar ( pivoting ).Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur
gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh

D. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik


a. Status kesehatan.
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
b. Nutrisi.
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan
lebih mudah mengalami fraktur.
c. Emosi.
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan
ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat,
dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan
ambulasi.
d. Situasi dan Kebiasaan.
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-
benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
e. Gaya Hidup.
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan
besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu
koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan
perubahan mekanika tubuh.
f. Pengetahuan.
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan

8|Page
menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.

E. Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh


Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, di antaranya :
1. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai contoh,
keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda. Orang berdiri
akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi
berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat
gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase
menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
2. Menahan (squating)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi
orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan tentunya juga berbeda
dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk
memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan dasar
tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan
dilakukan.
3. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya ketinggian, letak
benda (sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik), posisi kaki dan tubuh dalam
menarik (seperti condong kedepan dari panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas
di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat
tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
4. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot – otot besar dari
tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa
sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
5. Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada
tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi
dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.
F. Konsekuensi Body Mekanik Yang Buruk
1. Jatuh

9|Page
2. Cidera belakang (Harber (1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang
paling sering terjadi pada perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
a. Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
b. Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
c. Memindahkan bed (27%)
d. Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
3. Akibat body mekanik yang buruk
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi
secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh
yang salah adalah sbb :
a. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam
sistem muskulusletal.
b. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
G. Organ Yang Terkait Dengan Body Mekanik
1. Mekanika tubuh
Merupakan usaha untuk mengkoordinasi sistem muskuluskeletal dan syaraf sehingga
individu bergerak, mengangkat, duduk, berdiri, berbaring dan melakukan aktivitas sahari-
hari dengan sempurna.
a. Skelet
Skelet mendukung struktur penyokong tulang untuk bergerak, menghubungkan
ligamen dan otot, melindungi organ penting mengatur produksi kalsium dan sel darah
merah.
b. Sistem saraf
Mendukung gerakan awal dan kontrol gerakan volunter
2. Organ yang terkait
a. Tulang
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat
menyimpan mineral kususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai
kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam.
b. Otot dan tendon
Tubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya tulang, serta dihubungkan
dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada
tempat insersinya tulang
c. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen
pada lutut merupakan penjaga stabilitas.
10 | P a g e
d. Sistem syaraf
Syaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (percabangan
dari syaraf pusat). Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada
syaraf pusat seperti kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum,
sedangkan kerusakan saraf tepi menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan
kerusakan pada saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan sensorik di
daerah radial tangan.
e. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.

H. Tindakan-tindakan Body Mekanik

1. Cara berdiri yang benar


a. Berdiri dengan kaki terbuka selebar bahu
b. Biarkan lutut kita sedikit menekuk alami
c. Kedua tangan kita tergantung di sisi tubuh dengan santai
d. Berdiri dengan tegak secara alami
e. Tegakkan bahu dengan santai
2. Cara duduk yang benar
a. Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu ke belakang
b. Tekuk lutut pada sudut yang benar
c. Hindari menyilangkan kaki
d. Letakkan kursi dekat dengan meja
e. Istirahatkan lengan dan siku
f. Jangan melintir punggung
3. Posisi mengemudi yang benar
a. Gunakan pengganjal punggung (roll punggung ) pada lekukan punggung, lutut sejajar
atau lebih tinggi dari pinggul
b. Pindahkan tempat duduk dekat dengan kemudi untuk mendukung lekukan punggung,
tempat duduk harus cukup dekat untuk memungkinkan lutut menekuk dan kaki mencapai
pedal.

11 | P a g e
c. Jika kendaran dilengkapi dengan kantong udara, sangat penting untuk memakai sabuk
bahu dan sabuk pangkuan.
4. Cara mengangkat benda yang benar
a. Jika harus mengangakat benda jangan coba untuk mengangkat benda-benda yang
melebihi 20 kilogram.
b. Sebelum mengangkat benda pastikan pijakan kaki cukup kokoh.
c. Untuk mengambil benda yang lebih rendah dari pinggang, jaga punggung lurus dan tekuk
lutut dan pinggul. jangan membungkuk kedepan pada pinggang dengan lutut lurus.
5. Menjangkau benda diatas kepala
a. Gunakan kursi untuk mencapai benda yang ingin diraih.
b. Dekatkan tubuh sedekat mungkin kebenda yang dibutuhkan.
c. Pastikan berat benda yang akan diangkat.
d. Gunakan kedua tangan untuk mengagkat.
6. Posisi tidur dan berbaring
Posisi berbaring atau posisi tidur yang terbaik mungkin bervariasi. Adpun posisi
berbaring bantal harus dibawah kepala, tapi tidak bahu, dan harus dengan ketebalan yang
memungkinkan kepala berada dalam posisi normal untuk menghindari punggung tegang.
Bisa juga menempatkan bantal diantara bantal sebagai ganjal.
a. Telentang dengan kedua tangan lurus di samping badan
Posisi ini dianggap paling baik untuk kesehatan tulang belakang dan tulang leher.
Namun, hindari menggunakan bantal yang tinggi atau menumpuk banyak bantal. Posisi
bantal tinggu bisa membuat leher tertekuk ke depan, selain tidak nyaman juga bisa
memicu dengkuran.
b. Telentang dengan tangan terentang ke atas
Posisi tidur ini bagus untuk kesehatan punggung, juga menghindari kerutan atau jerawat
di wajah.
c. Posisi tidur tengkurap
Posisi tidur ini baik untuk kesehatan pencernaan, pastikan Anda bisa bernapas dengan
lancar. Jika tidur tengkurap terasa menyesakkan, sebaiknya hindari posisi ini.
d. Meringkuk seperti janin dalam kandungan
Posisi tidur sehat yang satu ini paling cocok untuk para bumil. Karena bisa
meningkatkan sirkulasi darah ibu juga janin dalam kandungan. Tidur meringkuk dengan
miring ke sisi kiri, akan mencegah rahim menekan jantung atau hati. Posisi ini juga
disarankan bagi mereka yang punya masalah tidur mendengkur.
e. Berbaring menyamping dengan tangan lurus
Posisi ini bermanfaat mencegah naiknya asam lambung, kondisi tulang belakang yang
lurus akan membuat Anda terhindar dari keluhan sakit punggung atau leher. Saluran
napas yang lebih terbuka membuat masalah mendengkur bisa diatasi. Bagi mereka yang
menderita sleep apnea, posisi ini direkomendasikan untuk dicoba.
f. Tidur menyamping tangan ke depan

12 | P a g e
Sama seperti poin sebelumnya, posisi ini baik untuk kesehatan tulang belakang. Juga
mengatasi masalah gangguan tidur seperti mendengkur dan sleep apnea. Posisi ini juga
disarankan bagi Anda yang bertubuh gemuk. Kondisi tangan yang ke depan, tidak akan
memberi tekanan pada bagian tubuh yang lain.
g. Posisi tidur sehat dengan miring ke sebelah kiri
Michael Breus, seorang psikolog klinis menyatakan bahwa tidur miring ke sebelah
kanan kurang baik untuk kesehatan, karena bisa membuat sirkulasi drah tidak lancar.
Tidur pada posisi miring kanan bisa juga membuat Anda jadi sering bergerak dalam tidur
dan tidurpun menjadi tidak nyenyak. Selain itu, dokter juga biasanya menyarankan para
ibu hamil untuk tidur dengan miring ke sebalah kiri, karena bisa melancarkan sirkulasi
darah ke janin. Namun, bagi Anda yang memiliki masalah asam lambung naik (GERD),
disarankan untuk tidur miring ke sebelah kanan.

1.2 Pengertian Ambulasi Dini


Ambulasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca
operasi dimulai dari bangun, dan duduk di sisi tempat tidur hingga pasien turun dari
tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan.
Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis
(thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi,
mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi (Hinchliff,
1999; Craven dan Hirnle, 2009).
Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena jika pasien
membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi
pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan (Kozier, 1989).
Menurut Kozier dan Erb (1987), factor yang mempengaruhi ambulasi adalah kondisi
kesehatan pasien, nutrisi, emosi, situasi dan kebiasaan serta gaya hidup dan pengetahuan.
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien.
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari latihan
berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan
tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier (1995 dalam Asmandi, 2008)
ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang
dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari
tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien.
A. Tujuan Ambulasi Dini
1. Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
13 | P a g e
2. Memenuhi kebutuhan ambulasi
3. Mempertahankan kenyamanan
4. Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
5. Mempertahankan control diri pasien
6. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
B. Sedangkan Menurut Asmadi (2008) Manfaat Ambulasi Adalah :
1. Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a. Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi (cedera superfisial pada
kulit), sirkulasi yang terlambat yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahan
turgor kulit.
b. Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban kerja jantung,
hipotensi ortostatic (penurunan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba),
phlebotrombosis (trombosis dalam vena akibat aliran darah yang lambat).
c. Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital (keluar masuknya udara secara maksimal),
Penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan ventilasi / perfusi setempat,
mekanisme batuk yang menurun.
d. Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
e. Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine, infeksi saluran
kemih, hiperkalsiuria
f. Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot
g. Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan syaraf pada bagian
distal, nyeri yang hebat.
2. Depresi
3. Perubahan tingkah laku
4. Perubahan siklus tidur
5. Perubahan kemampuan pemecahan masalah
a. Mengurangi komplikasi respirasi dan sirkulasi
b. Mempercepat pemulihan peristaltik usus dan kemungkinan distensi abdomen
c. Mempercepat proses pemulihan pasien paska operasi
d. Mengurangi tekanan pada kulit/dekubitus
C. Alat Yang Digunakan Untuk Ambulasi
1. Kruk sering digunakan untuk meningkatkan mobilisasi, terbuat dari logam dan kayu dan
sering digunakan permanen, misalnya Conventional, adjustable dan lofstrand. Kruk
biasanya digunakan pada pasien fraktur hip dan ekstremitas bawah, kedua lengan yang
benar-benar kuat untuk menopang tubuh, pasien dengan keseimbangan yang bagus
2. Canes (tongkat) adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang terbuat
dari kayu atau logam, digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat,
meliputi tongkat berkaki panjang lurus (single straight-legged) dan tongkat berkaki segi
empat (Quad cane)
3. Walkers adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang dan
terbuat dari logam, walker mempunyai empat penyangga yang kokoh. Klien memegang
pemegang tangan pada batang dibagian atas, melangkah memindahkan walker lebih
14 | P a g e
lanjut, dan melangkah lagi. Digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum,
lengan yang kuat dan mampu menopang tubuh, usila, pasien dengan masalah gangguan
keseimbangan, pasien dengan fraktur hip dan ekstremitas bawah (Gartland, 1987; Potter
& Perry, 1999).
D. Persiapan Ambulasi Dini
Persiapan Iatihan fisik yang diperlukan pasien hingga memiliki kemampuan ambulasi,
antara lain :
1. Latihan otot-otot Quadriceps Femoris dan otot-otot Gluteal :
a. Kerutkan otot-otot quadriaps sambil berusaha menekan daerah popliteal, seolah-olah ia
menekan lututnya ke bawah sampai masuk ke lutut sementara kakinya naik ke atas.
b. Hitung sampai hitungan kelima.
c. Ulangi latihan ini 10 – 15 kali.
2. Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstrimitas atas dan lingkar bahu :
a. Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang berat traksi atau benda
yang beratnya berangsur-angsur ditambah dan junlah pengulangannya. Ini berguna untuk
menambah kekuatan otot ekstrimitas atas.
b. Menekan balon karet. Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan genggaman.
c. Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan sejauh mungkin.
d. Duduk di tempat tidur, angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama beberapa menit
(Asmadi), 2008)
E. Prinsip-Prinsip Yang Harus Diperhatikan Oleh Perawat Dalam Membantu Pasien
Ambulasi Adalah Sebagai Berikut:
1. Ketika merencanakan untuk memindahkan pasien, atur untuk bantuan yang adekuat.
Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi
a. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan
b. Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki lurus. Cegah terpelintir
c. Fleksikan lutut, buat kakai tetap lebar
d. Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)
e. Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)
f. Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei.
g. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak
h. Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimping seseorang
dengan menghitung sampai tiga.(Narko Wiyono, 2002).
2. Struktur abnormal yang mempengaruhi pergerakan dan ambulasi
Beberapa gangguan pada muskuloskeletal dapat merangsang pergerakan:
a. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
b. Compression fraktur pada vertebra
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
c. Osteoartritis

15 | P a g e
Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi),
adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena
gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.
Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan nama kartilago
biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang disebut
cairan sinovial terletak di antara tulang-tulang tersebut dan bertindak sebagai bahan
pelumas yang mencegah ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu
sama lain.
Pada kondisi kekurangan cairan sinovial lapisan kartilago yang menutup ujung tulang
akan bergesekan satu sama lain. Gesekan tersebut akan membuat lapisan tersebut semakin
tipis dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri.
d. Osteomyelitis
Adalah peradangan sumsum tulang dan jaringan tulang disekitarnya yang di sebabkan
oleh infeksi mikroganisme pathogen (yang dapat menyebabkan penyakit), umunya oleh
jenis staphylococcus bakteri biasanya mencapai tulang secara langsung melalui luka
terbuka tapi dapat pula melalui hematogen (penyebaran melalui peredaran darah)
osteomyelitis banyak terjadi pada anak.
e. Ankylosing spondilitis
Merupakan penyakit jaringan ikat yang ditandai dengan peradangan pada tulang
belakang dan sendi-sendi yang besar, menyebabkan kekakuan dan nyeri. Penyebabnya
tidak diketahui, tetapi penyakit ini cenderung menyerang anggota keluarga, menunjukkan
adanya peran dari genetik.
f. Rhematoid artritis
Merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh
sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama
pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang
ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot
dan penipisan tulang. RA dapat mengakibatkan nyeri, kemerahan, bengkok dan panas di
sekitar sendi. Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria
dengan rasio kejadian 3 : 1.
Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan,
bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain
yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang
darah. Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus

16 | P a g e
Rheumatoid Arthritis diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan
0,3% dari jumlah penduduk Indonesia.
g. Skoliosis
Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang
belakang. Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang
tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek
samping yang diakibatkan karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot,
sindrom Marfan, sindrom Down, dan penyakit lainnya. Berbagai kelainan tersebut
menyebabkan otot atau saraf di sekitar tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan
menyebabkan bentuk tulang belakang menjadi melengkung.
Ahli bedah tulang (ortopedi) mengklasifikasikan idiofatik skoliosis ke dalam empat
kategori berdasarkan usia penderita ketika kelengkungan tulang terlihat untuk pertama
kalinya. Keempat kategori tersebut adalah skoliosis idiofatik anak-anak, remaja, pada
remaja yang berada di sekitar masa pubertas, dan dewasa.
h. Atropi otot
Atrofi (bahasa Inggris: atrophy) merupakan simtoma penyusutan jaringan atau organ.
Atrofi berkemungkinan berlaku akibat tindak balas adaptasi terhadap tekanan sehingga isi
padu sel mengerut dan seterusnya keperluan tenaga diturunkan ke tahap yang minimum.
penyebab lain yang mungkin ialah sel kurang digunakan seperti dalam otot rangka. selain
penurunan keperluan sesuatu fungsi, kekurangan bekalan oksigen atau nutrisin, inflamasi
kronik dan proses penuaan juga menyumbang kepada fenomena atropi. Begitu juga
dengan gangguan isyarat dalam tindakan hormon berakibat fungsi sesuatu organ
berkurangan.
i. Ketegangan dan keseleo.
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini
1. Kesehatan Umum
Penyakit, kelemahan, penurunan aktivitas, kurangnya latihan fisik dan lelah kronik
menimbulkan efek yang tidak nyaman pada fungsi musculoskeletal. (Kozter, 1987)
2. Tingkat Kesadaran
Pasien dengan kondisi disorienrtasi, bingung atau mengalami perubahan tingkat
kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.
3. Nutrisi
Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atropi otot, penurunan jaringan subkutan
yang serius, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien juga akan
mengalami defisisensi protein, keseimbangan nitrogen dan tidak ada kuatnya asupan
vitamin C (Patter & Perry, 2006)
4. Emosi

17 | P a g e
Perasaan nyaman, kebahagiaan, kepercayaan dan penghargaan pada diri sendiri akan
mempengaruhi pasien untuk melaksanakan prosedur ambulasi (Kozier, 1987)
5. Tingkat Pendidikan
Pendidikan menyebabkan perubahan pada kemampuan intelektual, mengarahkan pada
ketrampilan yang lebih baik dalam mengevaluasi informasi (Goldman 2002). Pendidikan
dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka, untuk
mematuhi saran-saran kesehatan.
6. Pengetahuan
Hasil penelitian mengatakan bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan
bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo – 1993)
G. Dampak Ambulasi Yang Salah
Penggunaan ambulasi yang salah akan menimbulkan dampak :
1. Keteregangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskuloskeletal
2. Resiko kecelakaan pada sistem muskoloskeletal
H. Tindakan-Tindakan Ambulasi Dini
1. Duduk di atas tempat tidur
a. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
b. Tempatkan klien pada posisi terlentang
c. Pindahkan semua bantal
d. Posisi menghadap kepala tempat tidur
e. Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala tempat tidur di
belakang kaki yang lain.
f. Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah bahu klien, sokong kepalanya dan
vetebra servikal.
g. Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan temapt tidur.
h. Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan perawat dari depan kaki
ke belakang kaki.
i. Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di permukaan tempat tidur.

Posisi perawat saat menggerakkan kaki pasien ke tepi tempat tidur dan perawat tetap
didepan pasien, hingga seimbang.
2. Duduk di tepi tempat tidur
a. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
b. Tempatkan klien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi tempat tidur tempat ia
akan duduk.
c. Pasang pagar tempat tidur pada sisi yang berlawanan.
d. Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi pasien.
18 | P a g e
e. Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
f. Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan pasien dan menjauh dari
sudut tempat tidur.
g. Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat ke kepala tempat tidur di depan kaki
yang lain.
h. Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah bahu pasien, sokong
kepala dan lehernya
i. Tempat tangan perawat yang lain di atas paha pasien.
j. Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur.
k. Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan tungkai atas pasien
memutar ke bawah.
l. Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang tungkai dan angkat
pasien.
m. Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
n. Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki menyentuh lantai.
3. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
a. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
b. Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat
terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kusi roda dalam
posisi terkunci.
c. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
d. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip.
e. Regangkan kedua kaki perawat.
f. Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat dengan pasien.
g. Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila pasien dan tempatkan
tangan pada skapula pasien.
h. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul dan kaki,
pertahankan lutut agak fleksi.
i. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut perawat.
j. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara langsung ke
depan kursi.
k. Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong.
l. Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.
m. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
n. Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
o. Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk kemajuan dan
penampilannya.
4. Membantu berjalan
a. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang telapak
tangan perawat.
b. Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
c. Bantu pasien berjalan

19 | P a g e
5. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat
atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
a. Atur posisi branchard dalam posisi terkunci
b. Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
c. Berdiri menghadap pasien
d. Silangkan tangan di depan dada
e. Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.
f. Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher/bahu dan bawah pinggang,
perawat kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan pinggul pasien, sedangkan
perawat ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
g. Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard
h. Atur posisi pasien di branchard.

6. Melatih berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan


Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas pasien. Melatih
berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan merupakan kewenangan team fioterapi.
Namun perawat tetap bertanggungjawab untuk menindaklanjuti dalam menjamin bahwa
perawatan yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan.

20 | P a g e
BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan
cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan
selama aktivitas.

Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, di antaranya :

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara

Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska
operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan.
Tujuan ambulasi adalah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatan pasien. Latihan ambulasi seperti duduk di atas tempat tidur, turun dan berdiri
dari tempat tidur, membantu berjalan, dan memindahkan pasien dari tempat tidur ke
branchard.

1.2. Saran

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika


Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi
Bab 37).Jakarta:EGC
Craven F.R & Hirnle J.C. (2009). Fundamentals of Nursing: Human, Health and
Function. (6th edition). USA. Lippincott Williams & Wilkins.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Alih bahasa
Rini, M.A). Jakarta: EGC.
Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Asmadi ,(2008). Tehnik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba medika

Brunner & Sudart (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.( Alih Bahasa Rini,
MA). Jakarta EGC.

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai