Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

BODY MOVEMENT, AMBULASI DINI, FIKSASI DAN IMOBILISASI,


ROM EXERCISE
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III

Disusun Oleh:
Ermawati : 12210079
Rahmawati : 12210106
Siti Mariam : 12210124

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA WIRAUTAMA
2023-2024
KATA PENGANATAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “Body Movement,
Ambulasi Dini, Fiksasi dan Imobilisasi, Rom Exercise” dengan baik. Selesainya
penyusunan ini berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk, dari berbagai
pihak.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
dosen Ns. Asep Solihat, S.Kep., M.Kep yang telah membimbing kami dan tidak
lupa teman-teman yang senan tiasa kami banggakan yang semoga kita selalu dalam
lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.

Bandung, 10 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Body Movement ................................................................................ 3
B. Ambulassi Dini ................................................................................ 8
C. Fiksassi dan Imobilisasi ..................................................................... 23
D. ROM Exercise ................................................................................... 26
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 32
A. Simpulan ........................................................................................... 32
B. Saran ................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal
untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Prinsip mekanika tubuh,
pergerakan dasar dalam mekanika tubuh merupakan kebutuhan mekanika
tubuh dan ambulasi. Untuk menilai kemampuan pasien dalam penggunaan
mekanika tubuh dengan baik, penggunaan alat bantu gerak, cara menggapai
benda, naik/turun dan berjalan adalah dengan cara melakukan proses
keperawatan pada pasien melalui pengkajian, diagnosa, intervensi dan tindakan
keperawatan.
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari
tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan
kondisi pasien (Asmadi, 2008). Hal ini harusnya menjadi bagian dalam
perencanaan latihan untuk semua pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya
tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di
tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan tanda
peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier 2005 ambulasi adalah aktivitas
berjalan.
Dengan adanya proses keperawatan pada pasien dengan gangguan
ambulasi ditujukan untuk menjaga keamanan ambulasi, meningkatkan
kekuatan otot dan mobilitas, mencegah komplikasi dari imobilitas dan
meningkatkan harga diri serta kemandirian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Body Movement ?
2. Apa yang dimaksud dengan Ambulasi Dini ?

1
3. Bagimana cara Fiksassi dan Imobilisasi ?
4. Bagaimana cara ROM Exercise ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah sebagai
berikut :
1. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Body Movement.
2. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Ambulasi Dini.
3. Untuk Mengetahui bagimana cara Fiksassi dan Imobilisasi.
4. Untuk Mengetahui bagaimana cara ROM Exercise.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Body Movement
1. Pengertian
Body Movement (Body Mekanik) adalah usaha mengkoordinasi
sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan, postur
dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkus, bergerak, dan
melakukan aktivitas sehari hari (Pottery & Perry, 2010)
Mekanika tubuh/Body mechanic merupakan penggunaan tubuh yang
efisien, terkoordinir aman untuk menghasilkan pergerakan dan
mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas (Kozier, 2010).
Body movement digunakan untuk menggambarkan efesiensi
pergerakan tubuh seseorang yang digunakan untuk memindahkan tubuh
orang lain atau benda. Mekanika tubuh dini merupakan bagian dari
kebutuhan aktivitas manusia dan dikoordinasikan oleh sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf.
Body Movement meliputi tiga elemen dasar yaitu:
a. Body Aligment (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan
bagian tubuh yang lain.
b. Balance (Keseimbangan)
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line
gravity, dan base of support.
c. Koordinated Body Movement (Gerakan Tubuh yang Terkoordinir)
Body movement berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan
sistem syaraf.
2. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini
mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar
diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan yang
terjadi pada pasien atau penderita. Perawat menggunakan berbagai

3
kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama
ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan
klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat
mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan
ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar
dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat,
memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan
pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan
kesejajaran tubuh.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai
berikut:
a. Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam
melakukann mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang
gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor
yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
1). Pusat gravitasi (center of gravitasi), titik yang berada
dipertengahan tubuh.
2). Garis gravitasi (Line Of gravitasi), merupakan garis imaginer
vertikal melalui pusat gravitasi.
3). Dasar tumpuan (base of suport), merupakan dasar tempat
seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan
tubuh
b. Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai
dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat
gravitasi dan dasar tumpuan.
c. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan
adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda
akan mempengaruhi mekanika tubuh.

4
3. Tujuan Body Mekanik
Tujuan body movement sebagai berikut; (Pottery & Perry, 2010)
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dan terjadinya trauma
b. Mempertahankan tingkat kesehatan
c. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari
d. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
4. Pergerakan Dasar Dalam Body Mekanik.
Mekanika tubuh merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa
pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
a. Gerakan (Ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh.
Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang
berjalan kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah stabil
dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan
terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan
pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan
terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang
akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
b. Menahan (Squating)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang
yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk.
Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi
yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan dasar
tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan
gerakan yang akan dilakukan.
c. Menarik (Pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk
memindahkan benda. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
untuk menarik benda, di antaranya ketinggian, letak benda (sebaiknya
berada di depan orang yang akan menarik), posisi kaki dan tubuh

5
dalam menarik (seperti condong kedepan dari panggul), sodorkan
telapak tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan
atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut
dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan
otot–otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut
dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian
belakang.
e. Memutar (privoting)
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh
dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik
memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak
memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.
5. Pengaturan posisi pasien di tempat tidur
a. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.
Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi kenyamanan pasien, Melakukan aktivitas tertentu, Mengatasi
kesulitan pernafasan & kapasitas vital pernafasan pasien. Fowler : 45
– 900 dan Semi fowler : 15 – 450
b. Posisi Semi fowler
Adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-450. Dengan tujuan
sebagai berikut :
1). Mengurangi sesak napas
2). Memberikan rasa nyaman
3). Membantu memperlancar keluarnya cairan, misalnya pada WSD
4). Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
Dilakukan pada :
1). Pasien sesak napas
2). Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik atau bila

6
pasien sudah sadar.
c. Posisi Dorsal recumben
Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami
elevasi diatas bantal, kedua lengan berada di samping sisi tubuh,
posisi kaki fleksi dengan telapak kaki datar diatas tempat tidur.
Tujuannya untuk memeriksa daerah genetalia, pasang kateter, serta
pada proses persalinan.
d. Posisi Trendelenburg
Adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala
lebih rendah dari pada bagian kaki. Tujuannya untuk Melancarkan
peredaran darah ke otak
e. Posisi Anti Trendelenberg
Adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan kaki lebih
tinggi dari kepala. Tujuan : tindakan menurunkan tekanan intrakranial
pada pasien trauma kapitis.
f. Posisi Pronasi/ tengkurap
Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesalah satu sisi. Kedua lengan fleksi disamping kepala.
Posisi ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :
1). Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2). Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.
3). Membantu drainase dari mulut
g. Posisi Lateral (side lying)
Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk
fleksi pada pinggul dan lutut bagian atas dan meletakkannya lebih
depan dari bagian tubuh yang lain dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan
punggung, Baik untuk posisi tidur & istirahat, Membantu
menghilangkan tekanan pada sakrum.
h. Posisi Supine/ terlentang
Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan kepala dan
bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal. Posisi pasien harus

7
di tengah-tengah tempat tidur, sekitar tiga inci di bawah kepala tempat
tidur. Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal, Mengatasi
masalah yg timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.
i. Posisi Sim’s
Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.
Tujuan posisi ini :
1). Untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria).
2). Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar
3). Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter mayor pada
klien paralisis
4). Memudahkan pemeriksaan perineal
5). Untuk tindakan pemberian enema
j. Posisi Genu pectoral/knee chest position
Posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Tujuan : Memeriksa daerah
rectum dan sigmoid
k. Posisi Litotomi
Posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya keatas bagian perut Tujuan : Merawat atau memeriksa
genetalia pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi
l. Posisi Orthopneik
Posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di tempat tidur atau
tepi tempat tidur dengan meja yang menyilang diatas tempat tidur
(900) Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg
ekspansi dada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalas.

B. Ambulasi dini
1. Pengertian
Ambulasi adalah latihan dimana pasien yang dirawat di rumah sakit
dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi pasien.

8
Ambulasi adalah kegiatan berjalan.Ambulasi dini pasca bedah dapat
dilakukan 6 -10 jam setelah sadar dengan gerakan miring kiri dan kanan
pertama setelah 24 jam pembedahan pasien dengan bantuan perawat dapat
bangun dari tempat tidur dengan perlahan dan sekurang-kurangnya dua
kali (Kozier, et al, 2010).
Menurut Kozier 2005 ambulasi adalah aktivitas berjalan. Hal ini
harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien.
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan
dari latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan
pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas
Ambulasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien pasca operasi dimulai dari bangun, dan duduk di sisi tempat tidur
hingga pasien turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan.
2. Tujuan Ambulasi
Ambulasi dini bertujuan untuk membantu proses penyembuhan pasien
pasca pembedahan untuk menghindari terjadinya infeksi, konstipasi
(sembelit), serta kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh
tubuh.Membalik-balikan badan membantu mencegah stasis vena,
tromboflebitis, pembentukan ulkus dekubitus dan komplikasi respiratorik
(Black & Hawks, 2014).
3. Manfaat Ambulasi Dini
Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi adalah
a. Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
1). Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi,
sirkulasi yang terlambat yang menyebabkan terjadinya Atropi akut
dan perubahan turgor kulit.
2). Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan
beban kerja jantung, hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.
3). Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi
volunter maksimal, penurunan ventilasi/perfusi setempat,
mekanisme batuk yang menurun.
4). Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.

9
5). Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi
Urine, infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria
6). Sistem MuskuloSkeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis,
pemendekan serat otot
7). Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan
syaraf pada bagian distal, nyeri yang hebat.
Kato, Miyata, &Kamei (2015) melakukan penelitian pada 38 pasien
post operasi dengan hasil keseimbangan nitrogen meningkat, retensi cairan
meningkat, mempercepat pemulihan, menghindari atrofi otot skeletal,
kekebalan tubuh ditingkatkan melalui ambulasi dini dan rehabilitasi
perioperatif, sedangkan disfungsi hati terjadi 1 minggu setelah operasi
pada pasien yang tidak melakukan ambulasi dini dan rehabilitasi
perioperatif. Penelitian lain dilakukan oleh Adogwa et al., (2017) dengan
hasil ambulasi dini setelah operasi secara signifikan mengurangi kejadian
komplikasi perioperatif, mempersingkat durasi rawat inap di rumah sakit,
dan berkontribusi terhadap peningkatan status fungsional.
4. Alat-alat yang digunakan dalam Pelaksanaan Ambulasi
a. Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan
permanen untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh
dalam keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan
lofstrand
b. Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi
pinggang yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan
sehat. Meliputi tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan
tongkat berkaki segi empat (quad cane).
c. Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat
penyangga yang kokoh digunakan pada pasien yang mengalami
kelemahan umum, lengan yang kuat dan mampu menopang tubuh.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien
Pasca Operasi
Masalah yang sering terjadi ketika pasien merasa terlalu sakit atau
nyeri dan faktor lain yang menyebabkan pasien tidak mau melakukan

10
mobilisasi dini dan memilih untuk istirahat di tempat tidur (Black &
Hawks, 2010). Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
ambulasi dini pasien paska operasi, seperti kondisi kesehatan pasien,
nutrisi, emosi, situasi dan kebiasaan. keyakinan dan nilai dukungan sosial,
gaya hidup dan pengetahuan (Lewis et al., 2014).
a. Kesehatan Umum Penyakit, kelemahan, penurunan aktivitas,
kurangnya latihan fisik dan lelah kronik menimbulkan efek yang tidak
nyaman pada fungsi musculoskeletal. (Kozter, 1987)
b. Tingkat Kesadaran Pasien dengan kondisi disorienrtasi, bingung atau
mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak mampu melakukan
ambulasi dini pasca operasi.
c. Nutrisi Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atropi otot,
penurunan jaringan subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Pasien juga akan mengalami defisisensi protein,
keseimbangan nitrogen dan tidak ada kuatnya asupan vitamin C (Patter
& Perry, 2006).
d. Emosi Perasaan nyaman, kebahagiaan, kepercayaan dan penghargaan
pada diri sendiri akan mempengaruhi pasien untuk melaksanakan
prosedur ambulasi (Kozier, 1987)
e. Tingkat Pendidikan Pendidikan menyebabkan perubahan pada
kemampuan intelektual, mengarahkan pada ketrampilan yang lebih
baik dalam mengevaluasi informasi (Goldman 2002). Pendidikan
dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan
mereka, untuk mematuhi saran-saran kesehatan
f. Pengetahuan Hasil penelitian mengatakan bahwa perilaku yang di
dasari oleh pengetahuan akan bertahan lama dari pada yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo – 1993)
6. Kontra Indikasi Ambulasi Dini
Ambulasi dini tidak dilakukan oleh semua pasien post operasi. Latihan
ambulasi dini sebaiknya tidak diberikan pada klien yang merasakan nyeri
hebat post operasi abdomen, ketidak stabilan sistem kardiovaskuler dan
klien yang memiliki tanda-tanda vital abnormal (Smeltzer et al., 2010).

11
7. Persiapan Ambulasi Dini
Persiapan Iatihan fisik yang diperlukan pasien hingga memiliki
kemampuan ambulasi, antara lain :
a. Latihan otot-otot Quadriceps Femoris dan otot-otot Gluteal : Kerutkan
otot-otot quadriaps sambil berusaha menekan daerah popliteal, seolah-
olah ia menekan lututnya ke bawah sampai masuk ke lutut sementara
kakinya naik ke atas. Hitung sampai hitungan kelima. Ulangi latihan
ini 10 – 15 kali.
b. Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstrimitas atas dan lingkar bahu
:
1). Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang
berat traksi atau benda yang beratnya berangsur-angsur ditambah
dan junlah pengulangannya. Ini berguna untuk menambah kekuatan
otot ekstrimitas atas.
2). Menekan balon karet. Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan
genggaman.
3). Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan
tangan sejauh mungkin.
4). Duduk di tempat tidur, angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama
beberapa menit (Asmadi), 2008)
8. Tahapan Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasca Operasi
Tahap-tahap mobilisasi atau ambulasi pada pasien pasca operasi menurut
Cetrione (2009) meliputi:
a. Melakukan ambulasi pada 6-8 jam pertama pasca pembedahan dengan
menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk dan diluruskan,
mengkontraksikan otot-otot kaki dan tangan dan mengajarkan miring
kekiri atau ke kanan.Latihan dilakukan selama 45 menit.
1). Pada 15 menit pertama setelah 6-8 jam pasca pembedahan pasien
diajarkan menggerakkan kaki dan tangan dengan ditekuk dan
diluruskan sebanyak 5 kali pada masing-masing ekstremitas.
2). Pada 15 menit kedua setelah 6-8 jam pasca pembedahan pasien
diajarkan mengkontraksikan otot-otot kaki dan tangan sebanyak 5

12
kali pada masing-masing ekstremitas.
3). Pada 15 menit ketiga setelah 6-8 jam pasca pembedahan pasien
diajarkan miring ke kanan dan ke kiri.
b. Melakukan ambulasi pada 12-24 jam berikutnya pasien sudah
diperbolehkan untuk duduk baik bersandar atau tidak dan fase
selanjutnya duduk diatas tempat tidur dengan kaki dijatuhkan sambil
digerak-gerakkan selama 15 menit.
c. Pada hari kedua pasca operasi, pasien yang dirawat di kamar atau
bangsal sudah tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, pasien sudah
bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya
ke toilet atau kamar mandi sendiri.
9. Standar Operasional Prosedur: Ambulasi
a. Posisi Duduk di Tempat Tidur
PENGERTIAN Tindakan keperawatan berkaitan dengan
ambulasi untuk membantu duduk
TUJUAN Melatih agar pasien dapat mobilisasi bertahap
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
1. Lakukan verifikasi program pengobatan
pada klien
2. Cuci tangan
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam dan identifikasi pasien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada klien / keluarga
3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan klien
sebelum tindakan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Jaga privasi klien
2. Tempatkan klien pada posisi terlentang
dan tinggikan bed pasien setara tinggi
pusar perawat
3. Pindahkan semua bantal

13
4. Posisi menghadap kepala tempat tidur
5. Regangkan kedua kaki perawat dengan
kaki paling dekat ke kepala tempat tidur di
belakang kaki yang lain.
6. Tempatkan tangan yang lebih jauh dari
klien di bawah bahu klien, sokong
kepalanya dan vetebra servikal.
7. Tempatkan tangan perawat yang lain pada
permukaan tempat tidur.
8. Angkat klien ke posisi duduk dengan
memindahkan berat badan perawat dari
depan kaki ke belakang kaki.
9. Dorong melawan tempat tidur dengan
tangan di permukaan tempat tidur
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan
2. Pamitan dengan klien
3. Informasikan tindakan selanjutnya
4. Cuci tangan
5. Catat tindakan keperawatan dalam CPPT
(catatan perkembangan pasien
terintegrasi).

b. Duduk di Tepi Tempat Tidur


PENGERTIAN Tindakan keperawatan berkaitan dengan
ambulasi untuk membantu duduk di tepi tempat
tidur
TUJUAN Melatih agar pasien dapat mobilisasi bertahap
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
1. Lakukan verifikasi program pengobatan
pada klien
2. Cuci tangan

14
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam dan identifikasi pasien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada klien / keluarga
3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan klien
sebelum tindakan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Jaga privasi klien
2. Tempatkan pasien pada posisi miring,
menghadap perawat di sisi tempat tidur
tempat ia akan duduk.
3. Pasang pagar tempat tidur pada sisi 2.
yang berlawanan.
4. Tinggikan kepala tempat tidur pada
ketinggian yang dapat ditoleransi pasien.
5. Berdiri pada sisi panggul klien yang
berlawanan.
6. Balikkan secara diagonal sehingga
perawat berhadapan dengan pasien dan
menjauh dari sudut tempat tidur.
7. Regangkan kaki perawat dengan kaki
paling dekat ke kepala tempat tidur di
depan kaki yang lain
8. Tempatkan lengan yang lebih dekat ke
kepala tempat tidur di bawah bahupasien,
sokong kepala dan lehernya
9. Tempat tangan perawat yang lain di atas
paha pasien.
10. Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki
ke tepi tempat tidur.
11. Tempatkan poros ke arah belakang kaki,
yang memungkinkan tungkai atas pasien

15
memutar ke bawah.
12. Pada saat bersamaan, pindahkan berat
badan perawat ke belakang tungkai dan
angkat pasien.
13. Tetap didepan pasien sampai mencapai
keseimbangan.
14. Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki
menyentuh lantai
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan
2. Pamitan dengan klien
3. Informasikan tindakan selanjutnya
4. Cuci tangan
5. Catat tindakan keperawatan dalam CPPT

c. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi Roda


PENGERTIAN Tindakan keperawatan berkaitan dengan
ambulasi untuk memindahkan pasien dari tempat
tidur ke kursi roda
TUJUAN A. Melatih agar pasien dapat mobilisasi bertahap
B. Pasien diperlukan untuk advise program
tertentu
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
1. Lakukan verifikasi program pengobatan
pada klien
2. Cuci tangan
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam dan identifikasi pasien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada klien / keluarga
3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan klien
sebelum tindakan dilakukan

16
C. Tahap Kerja
1. Jaga privasi klien
2. Bantu pasien ke posisi duduk di tepi
tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut
450 terhadap tempat tidur. Jika
menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa
kusi roda dalam posisi terkunci.
3. Pasang sabuk pemindahan bila perlu,
sesuai kebijakan lembaga.
4. Yakinkan bahwa klien menggunakan
sepatu yang stabil dan antislip.
5. Regangkan kedua kaki perawat.
6. Fleksikan panggul dan lutut perawat,
sejajarkan lutut perawat dengan pasien
7. Pegang sabuk pemindahan dari bawah
atau gapai melalui aksila pasien dan
tempatkan tangan pada skapula pasien.
8. Angkat pasien sampai berdiri pada
hitungan 3 sambil meluruskan panggul
dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi.
9. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah
atau sejajarkan dengan lutut perawat.
10. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari
kursi, pindahkan pasien secara langsung
ke depan kursi.
11. Instruksikan pasien untuk menggunakan
penyangga tangan pada kursi untuk
menyokong.
12. Fleksikan panggul perawat dan lutut saat
menurunkan pasien ke kursi.
13. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
14. Stabilkan tungkai dengan selimut mandi

17
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan
2. Pamitan dengan klien
3. Informasikan tindakan selanjutnya
4. Cuci tangan
5. Catat tindakan keperawatan dalam CPPT

d. Membantu Berjalan
PENGERTIAN Tindakan keperawatan berkaitan dengan
ambulasi untuk membantu berjalan
TUJUAN Melatih agar pasien dapat mobilisasi bertahap
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
1. Lakukan verifikasi program pengobatan
pada klien
2. Cuci tangan
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam dan identifikasi pasien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada klien / keluarga
3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan klien
sebelum tindakan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Jaga privasi klien
2. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan
di samping badan atau memegang telapak
tangan perawat.
3. Berdiri di samping pasien dan pegang
telapak dan lengan bahu pasien.
4. Bantu pasien berjalan
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan
2. Pamitan dengan klien

18
3. Informasikan tindakan selanjutnya
4. Cuci tangan
5. Catat tindakan keperawatan dalam CPPT
e. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Brancard
PENGERTIAN Tindakan keperawatan dengan cara
memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak
boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke
branchard.
TUJUAN A. Melatih agar pasien dapat mobilisasi bertahap
B. Pasien diperlukan untuk advise program
terterntu
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
1. Lakukan verifikasi program pengobatan
pada klien
2. Cuci tangan
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam dan identifikasi pasien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada klien / keluarga
3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan klien
sebelum tindakan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Jaga privasi klien
2. Atur posisi branchard dalam posisi
terkunci
3. Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
4. Berdiri menghadap pasien
5. Silangkan tangan di depan dada
6. Tekuk lutut anda, kemudian masukkan
tangan ke bawah tubuh pasien.
7. Perawat pertama meletakkan tangan di
bawah leher/bahu dan bawah pinggang,
perawat kedua meletakkan tangan di

19
bawah pinggang dan pinggul pasien,
sedangkan perawat ketiga meletakkan
tangan di bawah pinggul dan kaki.
8. Angkat bersama-sama dan pindahkan ke
branchard
D. Tahap Terminasi
3. Evaluasi hasil tindakan
4. Pamitan dengan klien
5. Informasikan tindakan selanjutnya
6. Cuci tangan
7. Catat tindakan keperawatan dalam CPPT
f. Membantu Berjalan dengan Menggunakan Alat Bantu Jalan
PENGERTIAN Tindakan keperawatan meningkatkan mobilitas
pasien denan melatih berjalan dengan
menggunakan alat bantu jalan.
TUJUAN Melatih agar pasien dapat mobilisasi bertahap
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
1. Lakukan verifikasi program pengobatan
pada klien
2. Cuci tangan
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam dan identifikasi pasien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada klien / keluarga
3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan klien
sebelum tindakan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Kruk
a). Ukur panjang kruk 3 sampai 4 jari
lebar dari aksila ke arah lateral tumit
klien
b). Posisikan pegangan kruk dengan siku

20
fleksi pada sudut 200- 250˚ harus
dipastikan dengan goniomete
c). Pastikan bahwa jarak antara bantalan
kruk dan aksila adalah selebar 3-4 jari
d). Pastikan klien dalam keadaan
seimbang sebelum melakukan
mobilisasi
e). Instruksikan klien melakukan langkah
tiga poros dibentuk dengan cara kruk
diletakkan 15 cm disamping kaki klien
f). Gunakan kaki terkuat sebagai
tumpuan
g). Ayunkan kruk kedepan sejauh 15 cm
sejajar dengan kaki terkuat baru
diikuti dengan kaki yang lemah
h). Lakukan berulang secara bertahap
i). Observasi TTV setelah latihan
pergerakan
2. Walker
a). Ukur panjang dan lebar walker sesuai
dengan pegangan tangan klien
b). Pastikan klien dalam keadaan
seimbang sebelum melakukan
mobilisasi
c). Gunakan kaki terkuat sebagai
tumpuan
d). Ayunkan walker kedepan sejauh 15
cm sejajar dengan kaki terkuat dan
baru diikuti dengan kaki yang lemah
e). Lakukan berulang secara bertahap
f). Observasi TTV setelah latihan
3. Paralel Bar

21
a). Sesuaikan parallel bar dengan
pegangan tangan klien
b). Pastikan klien dalam keadaan
seimbang sebelum melakukan
mobilisasi
c). Gunakan kaki terkuat sebagai tumpua
d). Kedua tangan berpegangan pada
parallel bar
e). Majukan pegangan tangan secara
bergantian dan diikuti kaki maju ke
depan
f). Observasi TTV setelah melakukan
tindakan
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan
2. Pamitan dengan klien
3. Informasikan tindakan selanjutnya
4. Cuci tangan
5. Catat tindakan keperawatan dalam CPPT

C. Fiksasi dan Imobilisasi


1. Pengertian
Fiksasi dan imobilisasi atau disebut juga sebagai prosedur pembalutan
dan pembidaian merupakan sebuah cara untuk penanganan umum area
trauma ekstremitas menggunakan alat yang bersifat keras untuk
meminimalisir efek dari trauma tersebut. Pembalutan dan pembidaian
yang tepat akan menjaga posisi anatomis dari organ, sehingga akan
memberikan kenyamanan pada pasien.
2. Tujuan Fiksasi dan Imobilisasi
a. Mempertahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak bergerak
(menghindari cidera lebih berat);
b. Memberikan tekanan (menekan perdarahan);

22
c. Melindungi bagian tubuh yang cidera (terutama organ lunak);
d. Memberikan penyokong pada bagian tubuh yang cidera (stabilisasi);
e. Mencegah terjadinya pembengkakan;
f. Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi;
g. Memudahkan dalam transportasi pasien.
3. Prinsip Fiksasi dan Imobilisasi
Berikut ini adalah beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
melakukan fiksasi dan imobilisasi:
a. Bahan yang digunakan sebagai bidai tidak mudah patah dan tidak
lentur/ fleksibel
b. Panjang bidai harus mencakup 2 sendi
c. Ikatan pada bidai paling sedikit 2 sendi terikat
d. Dianjurkan lebih dari 2 ikatan
e. Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar
f. Jika dilakukan pada pasien dengan fraktur, maka perhatikan:
1). Pertahankan posisi
2). Cegah infeksi dengan memakai bahan-bahan yang bersih
3). Atasi perdarahan dengan prinsip balut tekan
4). fiksasi dengan baik
4. Macam-Macam Alat Pembidaian
a. Spalk kayu
b. Pneuma splint
c. Traksi
d. Vacuum matras
e. Servical collar
5. Prosedur Pembidaian
a. Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan
b. Lepas sepatu, jam atau asesoris pasien sebelum memasang bidai
c. Pembidaian melalui 2 sendi, sebelumnya diukur panjang bidai pada sisi
kontralateral pasien yang tidak mengalami kelainan
d. Pastikan bidai tidak terlalu ketat ataupun longgar
e. Bungkus bidai dengan pembalut sebelum digunakan

23
f. Ikat bidai pada pasien dengan pembalut di sebelah proksimal dan distal
dari tulang yang patah
g. Setelah penggunaan bidai cobalah mengangkat bagian tubuh yang
dibidai
6. Aplikasi Bidai
Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi dari pembidaian:
a. Fraktur Humerus
1). Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap
ke dalam
2). Pasang bidai dari siku sampai ke atas bahu
3). Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah
4). Lengan bawah digendong
5). Jika siku juga patah dan tangan tidak dapat dilipat, pasang spalk ke
lengan bawah dan biarkan tangan tergantung tidak usah digendong
6). Bawa korban ke rumah sakit
b. Fraktur Antebrachii
1). Letakkan tangan pada dada
2). Pasang bidai dari siko sampai punggung tangan
3). Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah
4). Lengan digendong
5). Bawa korban ke RS
c. Fraktur Femur
1). Pasang bidai (melewati 2 sendi) dari proksimal sendi panggul hingga
melalui lutut
2). Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang
patah.
3). Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan pembalut untuk
mengurangi pergerakan
4). Bawa korban ke RS
d. Fraktur Cruris
1). Pasang bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai yang patah
2). Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas

24
3). Bidai dipasang mulai dari sisi proksimal sendi lutut hingga distal
dari pergelangan kaki
4). Bawa korban ke RS

D. ROM Exercise
1. Pengertian
ROM Exercise atau latihan lingkup gerak sendi adalah suatu bentuk
latihan yang dapat mengembalikan luas gerak sendi seseorang demi
tercapainya fungsional yang lebih baik.
Range Of Motion (ROM) merupakan latihan fisik menggerkkan
anggota badan dan anggota gerak secara teratur baik dibantu maupun
secara mandiri yang berguna untuk melatih otot-otot (Madara B, Denino
VP, 2008).
Latihan aktif dan pasif/ ROM adalah suatu kebutuhan manusia untuk
melakukan pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara
bebas. Latihan aktif dan pasif dapat dilakukan kapan saja dimana keadaan
fisik tidak aktif dan disesuaikan dengan keadaan pasien (Lewis S.L,
Dirksen S. R, Heitkemper M.M, Bucher L, Harding M. M, 2014).
2. Tujuan ROM
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi dan otot
c. Mempelancar sirkulasi darah
d. Memperbaiki tonus otot
e. Meningkatkan mobilisasi sendi
f. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
(Sjamsuhidajat R. & Jong, D., 2011)
3. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
1). Pasien dengan penurunan kesadaran, kelumpuhan atau bed rest total
2). Pasein memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan
persendian sepenuhnya

25
3). Pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.
b. Kontraindikasi
1). ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu
proses penyembuhan cedera
2). Terdapatnya banyak gerakan yang salah, termasuk tanda-tanda
meningkatkan rasa nyeri dan peradangan
3). ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan
4). Trmbusa atau emboli pada pembuluh darah
5). Kelainan sendi dan tulang
6). Pasien pase imobilisasi karena penyakit jantung
4. Jenis – Jenis ROM
Range of Motion dibagi menjadi dua sebagai berikut; (Madara B, Denino
VP, 2008).
a. ROM Aktif
ROM aktif adalah gerakan yang dilakukan oleh seseorang
(pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan
secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan ototototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan
pada ROM aktif adalah sendi diseluruh tubuh dan kepala sampai ujung
jari kaki oleh klien sendiri secara aktif.
b. ROM Pasif
ROM pasif adalah energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal
dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan
gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klien pasif).
5. Prinsip Dasar ROM
Sujono Riyadi S.M (2011) memaparkan prinsip dasar latihan range of

26
motion, sebagai berikut:
a. ROM harus diulangi sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
b. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien
c. Dalam merencakan program latihan ROM, dengan memperhatikan
umur pasien, diagnosis, tanda vital dan lamanya tirah baring
d. ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh ahli
fisioterapi
e. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit atau pergelangan kaki.
6. Standar Operasional Prosedur ROM
PENGERTIAN range of motion (ROM) adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus
otot (Potter & Perry, 2005).
TUJUAN 1. Meningkatkan atau mempertahankan
fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsang sirkulasi darah
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan
kontraktur

PROSEDUR A. INTERAKSI
- Salam terapeutik
- Memperkenalkan diri perawat ke pasien
- Validasi status pasien
LEHER
a) Fleksi : Menggerakkan dagu menempel ke
dada

27
b) Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi
tegak
c) Hiperekstensi : Menekuk kepala ke
belakang sejauh mungkin.
d) Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh
mungkin ke arah setiap bahu
e) Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin
dalam gerakan sirkuler
BAHU
a) Fleksi : Menaikkan lengan dari posisi di
samping tubuh ke depan ke posisi di atas
kepala
b) Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi
di samping tubuh
c) Hiperekstensi : Menggerakkan lengan ke
belakang tubuh, siku tetap lurus
d) Abduksi : Menaikkan lengan ke posisi
samping di atas kepala dengan telapak
tangan jauh dari kepala
e) Adduksi : Menurunkan lengan ke samping
dan menyilang tubuh sejauh mungkin
e) Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar
bahu dengan menggerakkan lengan sampai
ibu jari menghadap ke dalam dan ke
belakang
f) Rotasi luar : dengan siku fleksi,
menggerakkan lengan sampai ibu jari ke
atas dan samping kepala
g) Sirkumduksi : menggerakkan lengan
dengan lingkaran penuh
SIKU

28
a) Fleksi : Menekuk siku sehingga lengan
bawah bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu
b) Ekstensi : Meluruskan siku dengan
menurunkan lengan
LENGAN BAWAH
a) Supinasi : Memutar lengan bawah dan
tangan sehingga telapak tangan menghadap
ke atas
b) Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga
telapak tangan menghadap ke bawah
PERGELANGAN TANGAN
a) Fleksi : Menggerakkan telapak tangan ke
sisi bagian dalam lengan bawah
b) Ekstensi : Menggerakkan jari-jari sehingga
jari-jari, tangan, dan lengan bawah berada
dalam arah yang sama
c) Hiperekstensi : Membawa permukaan
tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin
d) Abduksi : Menekuk pergelangan tangan
miring ke ibu jari
e) Adduksi : Menekuk pergelangan tangan
miring ke arah lima jari
JARI-JARI TANGAN
a) Fleksi : Membuat genggaman
b) Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan
c) Hiperekstensi : Menggerakkan jari-jari
tangan ke belakang sejauh mungkin
d) Abduksi : Merenggangkan jari-jari tangan
yang satu dengan yang lain
e) Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari
tangan

29
IBU JARI
a) Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap
jari-jari tangan pada tangan yang sama
PINGGUL
a) Fleksi : Menggerakkan tungkai ke depan
dan ke atas
b) Ekstensi : Menggerakkan kembali ke
samping tungkai yang lain
c) Hiperekstensi : Menggerakkan tungkai ke
belakang tubuh
a) Abduksi : Menggerakkan tungkai ke
samping menjauhi tubuh
b) Adduksi : Menggerakkan kembali tungkai
ke posisi medial dan melebihi jika
mungkin
c) Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai
ke arah tungkai lain
d) Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai
menjauhi tungkai lain
e) Sirkumduksi : Menggerakkan tungkai
melingkar
KAKI
a) Inversi : Memutar telapak kaki ke samping
dalam (medial)
b) Eversi : Memutar telapak kaki ke samping
luar (lateral)
JARI-JARI KAKI
a) Fleksi : Melengkungkan jari-jari kaki ke
bawah
b) Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki
c) Abduksi : Merenggangkan jari-jari kaki
satu dengan yang lain

30
d) Adduksi : Merapatkan kembali bersama-
sama

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem
saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan
ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak
banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan
dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas
Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur
dan mulai berjalan Tujuan ambulasi adalah untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatan pasien. Latihan ambulasi seperti
duduk di atas tempat tidur, turun dan berdiri dari tempat tidur, membantu
berjalan, dan memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard.
Fiksasi dan imobilisasi atau disebut juga sebagai prosedur pembalutan
dan pembidaian merupakan sebuah cara untuk penanganan umum area trauma
ekstremitas menggunakan alat yang bersifat keras untuk meminimalisir efek
dari trauma tersebut. Pembalutan dan pembidaian yang tepat akan menjaga
posisi anatomis dari organ, sehingga akan memberikan kenyamanan pada
pasien.
ROM Exercise atau latihan lingkup gerak sendi adalah suatu bentuk
latihan yang dapat mengembalikan luas gerak sendi seseorang demi
tercapainya fungsional yang lebih baik. Latihan pasif dan pasif/ ROM adalah
suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan dimana pergerakan
tersebut dilakukan secara bebas. Latihan aktif dan pasif dapat dilakukan kapan
saja dimana keadaan fisik tidak aktif dan disesuaikan dengan keadaan pasien.

B. Saran
Sebagai penyusun, kami mengaharapkan saran dan kritik dari para
pembaca kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekuranngannya maka kami berterimakasih apabila para pembaca

32
memberikan saran dan kritiknya dan semoga makalah yang kami buat bisa
menambah ilmu bagi para pembaca sekalian, sekian dan terimakasih.

33
DAFTAR PUSTAKA

Haryono Rudi, 2018. Keperawatan Medical Bedah 2. Jogjakarta : Pustaka Baru


Press
Sujiono, 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, S, & Bare. 2009. Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing.
Philadelpia : Lippin cott
Asmadi ,(2008). Tehnik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba medika
Pranata Eka Andi, 2016. SOP Fiksasi dan Imobilisasi. https://id.scribd.com/document/
510144784/SOP-Fiksasi-Dan-Imobilisasi diakses pada hari minggu tanggal
10 september 2023
Fitriyanti Ana, 2018. Modul KMB 3 Lengkap https://id.scribd.com/document/459284
734/MODUL-KMB-3-LENGKAP diakses pada hari minggu tanggal 10
september 2023
poltekkes Nursetrisi, 2017. BodyMovement https://www.academia.edu/40182255/BO
DY_MOVEMENT diakses pada hari minggu tanggal 10 september 2023

34

Anda mungkin juga menyukai