Anda di halaman 1dari 11

BODY MEKANIK DAN MOBILISASI

A. Pengertian Body Mekanik


Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk
menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Istilah body
mekanik pada umumnya digunakan untuk menggambarkan efesiensi pergerakan tubuh
seseorang yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain atau benda. Mekanika tubuh
dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body Aligement (Postur Tubuh): Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam
hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
2. Balance / Keseimbangan: Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity,
line gravity dan base of support.
3. Coordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir): Dimana body mekanik
berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
Tujuan melakukan mobilisasi adalah
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Mencegah terjadinya trauma
3. Mempertahankan tingkat kesehatan
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
5. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

B. Prinsip-prinsip Body Mekanik


Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan
mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah
kecacatan yang terjadi pada pasien atau penderita. Perawat menggunakan berbagai kelompok
otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan,
memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik
dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar,
kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat
mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi
klien. Perawat juga menggabungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis
pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1. Gravitasi: Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan
mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam
pergerakan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
Pusat gravitasi (Center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
Garis gravitasi (Line Of gravitasi), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
Dasar tumpuan (Base of suport), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan
istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
2. Keseimbangan: Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.

3. Berat: Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat atau
bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh.
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :
1. Gerakan (ambulating). Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai
contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda.
Orang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada
posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat
gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase
menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
2. Menahan (squating). Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan
tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat
diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan
gerakan yang akan dilakukan.
3. Menarik (pulling). Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya
ketinggian, letak benda (sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik), posisi kaki
dan tubuh dalam menarik (seperti condong kedepan dari panggul), sodorkan telapak
tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan
pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan
penarikan.
4. Mengangkat (lifting). Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot –
otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
5. Memutar (pivoting). Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur
gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh

C. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi


a. Status kesehatan.
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
b. Nutrisi.
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan
lebih mudah mengalami fraktur.
c. Emosi.
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan
ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat,
dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan
ambulasi.
d. Situasi dan Kebiasaan.
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang misalnya, sering mengangkat benda-
benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
e. Gaya Hidup.
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan
besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu
koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan neurologi, yang akhirnya akan
mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
f. Pengetahuan.
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan
menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskuloskeletal.

D. Akibat Body Mekanik Yang Buruk


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah
adalah sbb :
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam
sistem muskuloskeletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskuloskeletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskuloskeletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

E. Pengaturan Posisi Berbaring Pasien.

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas (pengangkutan


penderita) disesuaikan dengan tingkat gangguan seperti :
a. Posisi Fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernafasan pasien. Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk
posisi semi fowler (30-45’) dan untuk fowler (90’)
4. njurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
b. Posisi Sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberi obat per anus (supositoria). Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengah telungkup dan kaki kiri lurus, lutut dan paha kanan ditekuk diarahkan ke
dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan di atas tempat
tidur.
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan
lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri di atas tempat
tidur.
c. Posisi Trendelenburg
Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari
bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredarahan darah ke otak. Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, letakkan bantal diantara kepala dan
ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus
dengan meninggikan bagian kaki.
d. Posisi dorsal recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genitalia serta pada proses persalinan. Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka
3. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur, dan
renggangkan kedua kaki
4. Pasang selimut
e. Posisi litotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan pemasangan alat kontrasepsi. Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua pahanya dan
tarik ke arah perut
3. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
4. Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
5. Pasang selimut
f. Posisi Genu Pektoral
Posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada kasur tempat tidur
3. Pasang selimut pada pasien.
g. Posisi terlentang (supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu
sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan :
1. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
2. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak
tepat.
Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan
Prosedur kerja
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body aligment
yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana.
Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan
yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi
lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak
kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada
lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
h. Posisi Orthopnea
Posisi orthopnea merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed
atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
Tujuan :
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada
yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien
merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
3. Naikkan kepala bed 90
4. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan
yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya
hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.
6. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi.
Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut
membantu klien supaya tidak melorot kebawah.
7. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi
pada pinggul.
8. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
i. Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesamping.
Tujuan :
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau
tenggorokan.
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus
dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar.
Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase
dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau
hiperektensi vertebra cervical.
5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara
pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa
klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan
dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar
fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah
tekanan yang berlebihan pada patella.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisis pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah
tekanan yang berlebihan pada patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak
diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
j. Posisi lateral (side lying)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
1. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
2. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
3. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi
klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
3. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
4. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment,
mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
5. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada
bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
6. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu
serta penekanan pada dada.
7. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara
paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki.
Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah.
8. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.
Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan
mencegah rotasi tulang belakang.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

F. Latihan Mobilisasi

Pada Klien Fraktur

Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan bisa
komplet atau inkomplet
Kondisi fraktur akan mendapat tindakan medis sesuai tingkatan keparahan. Fraktur yang
memerlukan tindakan pembedahan, memerlukan pedoman latihan mobilisasi sesuai dengan
pedoman pada pasien post pembedahan pada poin 1.

Pada fraktur yang penyembuhannya tanpa tindakan invasif, misalnnya cukup dilakukan
imobilisasi seperti dengan gips atau bidai, perlu diawasi kondisi vaskularisasi di area distal
dari fraktur. Mobilisasi pasif pada persendian di area distal atau proksimal dari fraktur perlu
dilakukan untuk mencegah kontraktur. Mobilisasi aktif dilakukan bertahap ketika kekuatan
otot dan tulang sudah adekuat. Biasanya pada orang dewasa, penyatuan tulang ekstremitas
atas terjadi dalam 2 bulan, dan pada ekstremitas bawah dalam 4-6 bulan. Tapi untuk
memastikan apakah telah terjadi penyatuan tulang, perlu dilakukan rontgen. Mobilisasi aktif
dilakukan dengan menggerakkan area fraktur, kemudian bertahap dilakukan untuk Activity
Daily Living sesuai kekuatan area fraktur.

Pada Pasien Pasca Serangan Stroke

Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang disebabkan oleh pemulihan
sistem saraf pada daerah otak yang terkena. Pemulihan motorik sangat bervariasi, banyak
diantara mereka yang mengalami pemulihan lengkap (recovery completely) namun tidak
sedikit pula yang harus berlatih keras guna memperoleh kembali kemampuan fungsionalnya
atau bahkan banyak diantaranya harus menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.
Pemulihan motorik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu

(1) resolusi dari faktor – faktor lokal yang merusak dan ini biasanya merupakan pemulihan
spontan yang umumnya berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan. Bahkan proses ini bisa
hanya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem
lokal, perbaikan sirkulasi darah lokal dan penyerapan jaringan yang rusak

(2) Neuroplastisitas yang terjadi pada stadium lanjut, penderita stroke mempunyai hubungan
bermakna terhadap reorganisasi yang disebut “Neural Plasticity” dalam proses perbaikan
sistem sarafnya. penyembuhan saraf penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh
sejak fase awal hingga fase penyembuhan salah satu pendekatannya adalah pendekatan fisik
(physical therapy), seperti latihan mobilisasi. ( Purbo kuntono, 1997)

Maka perbaikan fungsi pada penderita post stroke dapat dilakukan melalui dua cara :

(1) Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk mempengaruhi fasilitas dan mendidik kembali
fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi

(2) Latihan untuk mempengaruhi gerak kompensasi sebagai pengganti daerah yang lesi.

Pada fase penyembuhan ini latihan sangat berpengaruh dalam derajat maupun kecepatan
perbaikan fungsi. Mobilisasi pasien stroke dapat dilakukan dengan :

(1) Latihan pasif yaitu anggota gerak klien digerakkan oleh orang lain untuk merangsang
aliran darah dan merangsang kontraksi otot

(2) Latihan aktif yaitu klien mencoba menggerakkan tubuhnya sendiri

Latihan sedini mungkin yang dilakukan serta berulang-ulang akan menjadi gerak yang
terkontrol atau terkendali.

https://youtu.be/gFyrb3v2ZgM video ambulasi dini

https://youtu.be/BwrhygRTO34?si=NDhkEMgd02mzE5Ot video cara menggunakan kruk

https://youtu.be/4Na7JaLM2as?si=NGwj_vXQ1aiC7lRO video alat bantu jalan

https://youtu.be/gf1M_HACxG8?si=YFxSrF_XnSphxZbM video ROM

https://youtu.be/urbTlxucSoA?si=dnScKbM-D5_pRGJW video pemasangan spalk

https://youtu.be/kC4051iUrAU?si=_JqKpjD4nhYevXtT video pembidaan

Anda mungkin juga menyukai