Anda di halaman 1dari 27

2.

Pengertian Body Mekanik

Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk
menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika
tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
2.2

Prinsip-prinsip Body Mekanik

Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan
mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah
kecacatan.
Perawat menggunakan berbagai kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti
berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien,
dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan
tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat.
Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat,
memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan
tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip yang
digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh
dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat
tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat
untuk menopang atau menahan tubuh

Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan
posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda
yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
] Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :
Gerakan ( ambulating ).
Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan
pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah
stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan
dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi
kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang
akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
Menahan ( squating ).
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang
yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan
posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi
yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat
untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
Menarik ( pulling ).
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya ketinggian, letak benda
( sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik ), posisi kaki dan tubuh dalam menarik
( seperti condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak tangan dan lengan atas di bawah
pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul,
lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
Mengangkat ( lifting ).
Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot otot besar dari tumit,
paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada
daerah tubuh bagian belakang.
Memutar ( pivoting ).

Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang
belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam
pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.
2.3

Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi

Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari hari dan lain lainnya.
Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.
Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi
yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri
rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda
berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan
besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu
koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan
perubahan mekanika tubuh.
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan
menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.
2.4

Akibat Body Mekanik Yang Buruk

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah
adalah sbb :
Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskulusletal.
Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok
atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal,
misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
2.5
Aktivitas

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan

Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
1.

Pengkajian

A.

Riwayat Keperawatan

Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai
adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi
berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan
posisi. Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam mekanika tubuh pada saat duduk,
berakivitas, atau saat pasien menglami pergerakan serta pengkajian terhadap status ambulasi.
Kemudian, menilai gaya berjalan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan dengan cara
mengamati apakah gaya berjalan pasien ( mantap atau tegak lurus ), ayunan lengan atas
( pantas atau tidak ), kaki ikut siap pada saat ayunan atau tidak, langkah jatuh jauh dari garis
gravitasi atau tidak, serta berjalan apakah diawali dan diakhiri dengan mudah atau tidak.
B.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh,
cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak,
kekuatan dan massa otot, serta toleransi aktivitas.
v Kesejajaran tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring.
Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan
perkembangan.
Mengdentifikasi penyimpanan kesejajaran tubuh yang disebabkan fostur yang buruk.
Memberi kesempatan klien untuk mengopservasi posturnya.
Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan kejajaran tubuh yang benar.
Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.
Memperoleh informasi mengenai factor-faktor lain yang mempengaruhi kesejajaran yang
buruk, seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, anterior, dan
posterior guna mengamati apakah:
-

Bahu dan pinggul sejajar

Jari-jari kaki mengarah ke depan

Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain

Langkah pertama mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien pada posisi istirahat
sehingga tidak tampak dibuat-buat atau posisi kaku. Jika mengkaji kesejajaran tubuh pasien
imobilisasi atau pasien tidak sadar maka bantal dan alat penopang di angkat dari tempat tidur
lalu klien diletakkan pada posisi telentang.
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang berdiri
sesuai hal hal berikut :
Kepala tegak dan midline
Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus
Ketika klien dilihat dari arah lateral, Kepala tegak dan garis tulang belakang digaris dalam
pola S terbaik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung, tulang belakang
lumbal pada arah anterior adalah cembung.
Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut
pergelangan kaki agak melengkung. Orang tampak nyaman dan tidak sadar akan lutut dan
pergelangan kaki yang fleksi.
Lengan klien nyaman di samping.
Kaki di tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari jari kaki
menghadap ke depan.

Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di tengah tubuh, dan garis
gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua kaki. Bagian
lateral garis gravitasi dimulai secara vertikal dari tengah tengkorak sampai sepertiga kaki
bagian posterior.
Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal hal
sebagai berikut :
Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus.
Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
Paha sejajar dan berada pada potongan horisontal.
Kedua kaki di topang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan dan
pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
Jarak 2 4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan
lutut bagian posterior. Jarak ini menjamin tidak ada tekanan pada arteri popliteal atau saraf
untuk menurunkan sirkulasi atau mengganggu fungsi saraf.
Lengan bawah klien ditopang pada penganan tangan, di pangkuan, atau di atas meja depan
kursi.
Hal penting mengkaji kesejajaran dalam posisi duduk yaitu pada klien yang mempunyai
kelemahan otot, paralisis otot, atau kerusakan saraf. Karena perubahan ini, klien mengalami
pengurangan sensasi di area yang sakit dan tidak mampu menerima tekanan ataupun
penurunan sirkulasi. Kesejajaran yang tepat ketika duduk mengurangi risiko kerusakan sistem
muskuloskeletal pada klien itu.
Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal terhadap
tekanan. Sehingga merekabiasa merasakan posisi nyaman ketika berbaring. Karena rentang
gerak, sensasi dan sirkulasi pada orang sadar berada dalam batas normal, mereka mengubah
posisi ketika mereka merasakan ketengangan otot dan penurunan sirkulasi.
Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan
menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur. Tubuh harus
ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus
tanpa ada lengkungan yang terlihat. Pengkajian ini memberi data dasar mengenai kesejajaran
tubuh klien.
Cara berjalan
Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya saat berjalan
( Fish & Nielsen,1993 ). Siklus berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu tungkai dan
berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama. Interval ini sama dengan 100% siklus
gaya berjalan dan berlangsung 1 detik untuk kenyamanan berjalan ( Lehman et al, 1992 ).

Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan
tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.
Pengkajian cara berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera
akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh kurang lebih 10 kaki di
dalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut :
Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
Tumit menyentuh tanah lebih dahulu daripada jari kaki
Kaki dorsofleksi pada fase ayunan
Lengan mengayun ke depan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke sisi minimal dan
tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai.
Kecepatan berjalan (normalnya 70-100 langkah per menit)
Penampilan dan pergerakan sendi
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada
salah satu dari tiga potongan tubuh, sagital, tfrontal, dan tranversal. Mobilisasi sendi tiap
potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah
spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakanya adalah fleksi dan ekstensi
( jari jari tangan dan siku ) dan hiperekstensi ( pinggul ). Pada potongan frontal gerakanya
adalah abduksi dan adduksi ( lengan dan tungkai ) dan eversi dan inverse ( kaki ). Pada
potongan tranversal, gerakanya adalah pronasi dan supinasi ( tangan ),rotasi internaldan
eksternal ( lutut ),dan dorsifleksi dan plantarfleksi ( kaki ).
Ketika mengkaji rentang gerak,perawat menanyakan pertanyaan yang mengobservasi dalam
mengumpulkan data tentang kekuatan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasn gerak dan
ketidakmampuan atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya
imobilisasi yang dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak pasif.
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang
gerak pasif. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
Adanya kemerahan atau pembengkakan sendi
Adanya deformitas
Perkembangan otot yang terkait dengan masing-masing sendi
Adanya nyeri tekan
Krepitasi
Peningkatan temperatur di sekitar sendi

Derajat gerak sendi


Kemampuan dan keterbatasan gerak
Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan
keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan. Hal-hal yang
perlu dikaji antara lain:
Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak.
Adanya hambatan dalam bergerak (misalnya terpasang selang infuys atau gips yang berat)
Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk mengikuti petunjuk
Keseimbangan dan koordinasi klien.
Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat
Derajat kenyamanan klien
Penglihatan
Kekuatan dan masa otot
Sebelum membantu klien mengubah posisi atau berpindah tempat, perawat harus mengkaji
kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini di ambil utnuk menurunkan
risiko tegang otot dan cedera tubuh, baik bagi klien maupun perawat.
Toleransi aktifitas
Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang.
Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan jika ada perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan
rentang gerak, atau aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut atau kronik. Selain itu,
pengetahuan toleransi aktifitas klien dibutuhkan untuk merencanakan terapi keperawatan
lainnya.
Pengkajian toleransi aktivitas meliputi dua fisiologis, emosional, dan tingkat perkembangan.
Pengkajian ini dapat dipakai di semua klinik dan dilengkapi oleh perawat dengan segera.
Faktor yang Mempengaruhi Toleransi Aktivitas

FAKTOR FISIOLOGIS
Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Tipe penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.

Status kardiopulmunar (mis, dispnu, nyeri dada).


Status musculoskeletal (mis,, penurunan massa otot).
Pola tidur.
Keberadaan nyeri, pengontrolan nyeri.
Tanda-tanda vital; frekuensi pernapasan dan nadi kembali ketingkat istirahat dalam 5menit
setelah latihan tekanan darah kembali setelah latihan tekanan darah kembali seperti semula dalam
5-10 menit setelah latihan.
Tipe dari frekuensi aktivitas latihan.
Kelainan hasil labolatorium, seperti penurunan konsentrasi oksigen arteri, penurunan kadar
hemoglobin, kadare elektrolit yang tidak normal.
FAKTOR EMOSIONAL
Suasana hati (mood); depresi, cemas.
Motivasi.
Ketergantunagan zat kimia(mis., obat-obatan, alcohol, nikotin).
Gambaran diri.
FAKTOR PERKEMBANGAN
Usia.
Jenis kelamin.
Kehamilan
Perubahan massa otot karena perubahan perkembangan,
Perubahan system skeletal karena perubahan perkembangan.
Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatakan kemandirian klien yang
mengalami :
Disabilitas kardiovaskular dan respiratorik
Imobilisasi komplet dalam waktu yang lama
Penurunan massa otot atau gangguan muskuloskeletal
Tidur yang tidak mencukupi
Nyeri

Depresi,cemas, atau tidak termotivasi.


Alat ukur yang paling bermanfaat untuk meperkirakan toleransi klien terhadap aktivitas
adalah frekuensi, kekuatan, dan iramama denyut jantung; frekuensi, kedalaman, dan irama
pernapasan serta tekanan darah.
Masalah terkait mobilitas
Pengkajian ini dilakukan melalui metode inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pemeriksaan hasil
tes laboratorium; serta pengukuran berat badan, asupan cairan, dan haluaran cairan.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan segera setelah klien mengalalmi imobilisasi. Data yang
diperoleh tersebut kemudian menjadi standar yang akan dibandingkan dengan data selama
periode imobilisasi.
2.

Penetapan Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara
lain :
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme
muskulusletal pada ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu
dalam waktu lama.
Resiko cedera berhubungan dengan adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil, atau
penggunaan tongkat yang tidk benar.
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA untuk Ketidaktepatan Mekanika Tubuh dan
Hambatan Mobilisasi
Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan :
Kesejajaran tubuh yang buruk
Penurunan mobilisasi
Risiko cedera yang berhubungan dengan :
Ketidaktepatan mekanika tubuh
Ketidaktepatan posisi
Ketidaktepatan teknik pemindahan
Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :
Penurunan rentang gerak
Tirah baring

Penurunan kekuatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan :
Statis sekresi paru
Ketidaktepatan posisi tubuh
Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan :
Penurunan pengembangan paru
Penumpukan sekresi paru
Kertidaktepatan posisi tubuh
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :
Pola napas tidak efektif
Penurunan pengembangan paru
Penumpukan sekresi paru
Gangguan integritas kulit atau resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan :
Keterbatasan mobilisasi
Tekanan permukaan kulit
Gaya gesek
Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :
Keterbatasan mobilisasi
Risiko infeksi
Retensi urine
Risiko infeksi yang berhubungan dengan :
Statisnya sekresi paru
Kerusakan integritas kulit
Statisnya urine
Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
Perubahan pola eliminasi
Keterbatasan mobilisasi

Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :


Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan :
Pengurangan tingkat aktifitas
Isolasi sosial
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
Keterbatasan mobilisasi
Ketidaknyamanan
3.

Perencanaan

Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh saat melakukan aktivitas sehari-hari.


Memulihkan dan memperbaiki ambulasi.
Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh.

4.

Implementasi

Dalam mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangkat klien dengan
benar, menggunakan teknik posisi tepat, dan memindahkan klien dengan aman dari tempat
tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar. Prosedur-prosedur tersebut digambarkan
dalam bagian ini sebagai prinsip mekanika tubuh yang diperlukan untuk menjaga atau
memperbaiki kesejajaran tubuh.
Teknik Mengangkat. Angka cedera dalam pekerjaan meningkat pada tahun-tahun terakhir,
dan lebih dari setengahnya adalah cedera punggung yang langsung akibat teknik mengangkat
dan membungkuk yang tidak tepat (Owen dan Garg, 1991). Kebanyakan cedera punggung
yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot lumbal, termasuk otot disekitar vertebra
lumbal (Owen dan Garg, 1991). Cedera otot di area ini berpengaruh pada kemampuan
membungkuk kedepan, kebelakang, dan kesamping. Selain itu, kemampuan memutar pinggul
dan punggung bagian bawah menurun.
Perawat berisiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau
mengubah posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji
kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria
dasar cara mengangkat sebagai berikut :

Posisi beban.
Beban yang akan diangkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada
keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek
berada dalam potongan sama (Stams, 1989).
Tinggi objek.
Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertikal adalah sedikit di atas jari tengah
seseorang dengan lengan tergantung di samping (Owen dan Garg, 1991).
Posisi tubuh.
Ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka
petunjuk umum berikut mampu dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan
dengan tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja sama dengan cara yang
sinkron.
Berat maksimum.
Setiap perawat harus mengetahui berat maksimum yang aman untuk diangkat-aman bagi
perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih 35%
berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak
mencoba mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun nampaknya perawat
mungkin mampu melakukannya, hal ini akan berisiko klien jatuh atau menyebabkan cedera
punggung perawat.
Ketika mengangkat, perawat harus mengikuti prosedur yang dibuat untuk melindungi sistem
muskuloskeletal.
Mengangkat objek dari tempat tidur tinggi meningkatkan resikio karena lebih sulit
mempertahankan keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada diatas kepala, orang
sering berdiri berjinjit dengan kakinya bersama sehingga menurunkan dasar topangan,
menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka.
Teknik mengubah posisi. Klien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau
otot dan meningkatkan kelemahan serta kekuatan biasanya membutuhkan bantuan perawat
untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau
duduk. Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh
klien yang baik selama diposisikan.
Mengangkat Yang Tepat

LANGKAH

RASIONAL

Kaji berat posisi, tinggi objek, posisi tubuh, dan Menentukan

apakah

anda

dapat

berat maksimum.

melakukanya sendiri atau membutuhkan


bantuan.

Angkat objek dengan benar dari bawah pusat Memindahkan pusat gravitasi lebih dekat
gravitasi:
ke objek.
Dekatkan pada objek yang akan dipindahkan.

Mempertahankan keseimbangan tubuh


lebih baik, sehingga mengurangi risiko
Perbesar
dasar
dukungan
anda
dengan
jatuh.
menempatkan kedua kaki agak sedikit terbuka.
Meningkatkan keseimbangan tubuh dan
Turunkan pusat gravitasi anda ke objek yang akan
memungkinkan
kelompok
otot-otot
diangkat.
bekerja sama dengan cara yang sinkron.
Pertahankan kesejajaran yang tepat pada kepala dan
Mengurangi risiko cedera vetebra lumbal
leher dengan veterbrae, jaga tubuh tetap tegak.
dan kelompok otot.
Angkat objek dengan benar dari atas pusat gravitasi
Mencapai pusat gravitasi lebih dekat ke
tempat tidur:
objek.
Gunakan alat melangkah yang aman dan stabil,
Meningkatkan
keseimbangan
tubuh
jangan berdiri diatas tangga teratas.
selama mengangkat.
Berdiri sedekat mungkin ke tempat tidur.
Mengurangi
bahaya
jatuh
dengan
Pindahkan berat objek dari tempat tidur dengan memindahkan objek yang diangkat dekat
dengan pusat gravitasi diatas dasar
cepat pada lengan dan diatas dasar dukungan.
dukungan.
Bantal siap dipakai di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika
klien di rumah, persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus
menentukan apakah ukuranya tepat. Bantal tebal di bawah kepala klien meningkatkan fleksi
servikal. Bantal tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol tidak adekuat melindungi kulit
dan jaringan dari kerusakan akibat tekanan. Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau
jika ukuranya tidak tepat, perawat dapat melipat seprai, selimut, atau handuk sebagai ganti
bantal.
Papan kaki (footboard) diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh
permukaan bawah kaki klien.Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan kaki
dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkanya di atas tempat tidur, perawat perlu
menentukan apakah penempatanya benar, dengan kaki klien berada di papan dengan
pas.Posey footguard dengan merupakan alat bantu yang menggunakan struktur busa untuk
mempertahankan posisi kaki klien dorsifleksi. Cara lain yang umum adalah menggunakan
tekhnik high-top tennis shoes.
Trochanter roll mencegah rotasi luar pada tungkai ketika klien berada posisi supine. Untuk
membentuk trochanter roll,selimut mandi katun dilipat panjang kain untuk lebar yang akan
melebar dari trochanter femur terbesar sampai batas bawah ruang popliteal. Selimut

diletakkan di bawah bokong dan kemudian digulung berlawanan dengan jalan jarum jam
sampai paha berada posisi netral atau rotasi dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tercapai,
maka patella langsung menghadap ke atas.
Bantal pasir (sandbags) adalah tabung-tabung plastik berisi pasir yang dapat membentuk
sesuai bentuk tubuh. Sanbag dapat digunakan di tempatnya atau sebagai tambahan untuk
Trochanter roll. Alat-alat tersebut mengimobilisasi ekstremitas atau mempertahankan
kesejajaran tubuh.
Gulungan tangan (hand rolls) mempertahankan ibu jari sedikit aduksi dan berada berlawanan
dengan jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam posisi
fungsional. Perawat mengevaluasi hand roll untuk meyakinkan bahwa tangan benar-benar
berada dalam posisi fungsional.
Pembebat pergelangan tangan (hand wrist splints) adalah pembentuk individual bagi klien
untuk mempertahankan kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi) dan pergelangan
tangan (sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh klien dimana pembebat
tersebut dibuat untuknya.
Trapeze bar adalah alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas kepala
yang di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan klien menarik dengan ekstremitas atasnya
untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu memindahkan dari tempat tidur ke kursi
roda, atau melakukan latihan lengan atas.
Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk imibilisasi, terutama pada klien binging atau
disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah jaket posey. Ketika memakaikan
jaket pada klien, perawat menyusun satu sisi diatas sisi lain menyilang di punggung klien.
Tali diletakkan dibawah ikatan jaket dan diikat ke pinggir tempat tridur, kursi, atau kursi
roda. Restrain jangan pernah diikat ke sisi bergerak karena klien dapat cedera jika sisi
bergerak lebih rendah dari tempat restrain.
Pagar tempat tidur, pegangan diletakan sepanjang ssisi tempat tidur , memungkinkan klien
aman dan juga berguna meningkatkan metabolisme. Selain itu, memungkinkan klien lemah
untuk berputar dari sisi ke sisi atau di atas tempat tidur.
Papan tempat tidur adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras.
Papan ini berguna untuk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggungng, khususnya
matras lunak.
Meskipun setiap prosedur mempunyai petunjuk khusus, ada beberapa langkah umum yang
harus perawat ikuti untuyk klien yang memerlukan bantuan dalam mengubah posisi. Petunjuk
berikut ini mengurangi resiko cedera sistem muskuloskeletal ketika klien duduk atau
berbaring. Persendian yang tidak disokong akan mengganggu kesejajaran. Demikian juga,
jika persendian berada pada posisi tidak sedikit fleksi, maka mobilisasi menurun. Selama
mengatur posisi perawat juga mengkaji titik-titik tekan. Apabila terdapat area tekanan yang
aktual atau potensial, maka intervensi keperawatan meliputi penghilangan tekanan yang
menurunkan resiko dikubitus dan trauma sistem muskuloskeletal lebih jauh.

Posisi Penyokong Fowler. Pada posisi penyokong fowler, bagian kepala tempat tidur
ditinggikan 450 -600 dan lutut kilen sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk membatasi
sirkulasi dibawah tungkai. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta lamanya klien paxda posisi
Fowler dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi klien secara keseluruhan. Penyokong harus
menjadi pinggs menjadi pinggul maupun lutut fleksi, dan tepatnya kesejajaran garis vertebra
servikal, torakal, dan lumbal yang normal. Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien
dengan posisi Fowler:
Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke
depan.
Ekstensi lutut memungkinkan klien meluncur kebagian kaki tempat tidur.
Tekaknan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki.
Rotasi luar pada pinggul.
Lengan menggantung di sisi klien tanpa disokong.
Kaki yang tidak tersokong.
Titik penekanan di sakrum atau di tumit yang tidak terlindungi.
Posisi terlentang. Posisi terlentang dengan klien menyandarkan punggungnya disebut posisi
dorsal rekumben. Pada posisi terlentang hubunganya dengan antar-bagian tubuh pada
dasarnya sama dengan kesejajajaran berdiri yang baik kecuali tubuh berada p-ada potongan
horisontal. Bantal trochanter roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan digunakan untuk
meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit maupun meukuloskeletal.
Mataras harus cukup kuat untuk menyokong vertebra ser roll dan gulungan tanagn atau
pembebat lengan digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera
sisitem kulit maupun meukuloskeletal.
Mataras harus cukup kuat untuk menyokong vertebra servikal, torakal dan lumbal. Bahu yang
disokong dan siku sedikit fleksi mengontrol posisi bahu. Penyokong kaki digunakan untuk
mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran tepat. Berikut ini bebrapa masalah
umum yang terjadi pada posisi terlentang:
Bantal di kepala terlalu tebal dapat meningkatkan fleksi pada servikal.
Kepala datar pada matras.
Bahu tidak disokong dan berotasi dalam.
Siku melebar.
Ibu jari tidak berlawanan dengan jari-jari lain.
Pinggul berotasi luar.

Tidak tersokongnya pinggul.


Titik penekanan di bagian oksiput kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak
terlindungi.
Posisi Telungkup. Klien berada pada posisi telungkup adalah berbaring dengan wajah
menghadap kebawah. Bantal kepala harus cukup tipis mencegah fleksi maupun ekstensi
servikal dan mempertahankan kesejajaran servikal lumbal. Penempatan bantal dibawah
tungkai bawah memungkinkan pergelangan kaki menjadi dorsifleksi di atas ujung matras.
Perawat harus menkaji dan memperbaiki potensial masalh yang terjadi, berikut ini:
Hiperekstensi leher.
hiperekstensi spinal lumbal.
Plantar fleksi pergelangan kaki.
Titik penekanan di dagu, siku, pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
Posisi Miring. Pada posisi miring ( lateral) klien bersandar disamping, dengan sebagian besar
berat tubuh berada pada pinggul dan bahu. Kesejajran tubuh harus sama ketika berdiri.
Contohnya, struktur tulang belakang harus dipertahankan, kepala harus disokong pada garis
tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari. Berikut ini masalah umum yang
terjadi pada posisi miring :
Flesi lateral pada leher.
Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran normal.
Persendian bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
Kurangnya sokongan kaki.
Titik penekanan di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi.
Posisi Sims. Posisi sims berbeda dengan posisi mirirng pada distribusi berat badan klien.
Pada posisi Sims berat badab berada pada tulang ilium anterior, humerus dan klavikula.
Masalah umum pada posisi Sims adalah sebagai berikut :
Fleksi lateral pada leher.
Rotasi dalam, adduksi, atau kurang soskongan di bahu dan pinggul.
Kurang sokongan di kaki.
Kurang perlindungan dari titik pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut dan
pergelangan kaki.
Teknik Mmindahkan. Perawat harus memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus
diubah psisis, dipindahkan di atas tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke

kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk
menggerakan, mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi
perawat dari cedera muskuloskeletal. Meskipun perawat menggunakan bebagai teknik
memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan
pada setiap prossedur memindahkan :
Naikan sisi bergerak [ada posisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk
mencegah jatuh dari tempat tidur.
Tinggikan tempat tidur pada ketingian yang nyaman.
Kaji mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan
saat memindahkan.
Tentukan kebutuhan akan bantuan.
Jelaskan kaji kesejajajran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali
memindahkan.
Perawat yang melakukan teknik memindahkan atau menggerakan untuk pertama kalinya
harus meminta pertolongan untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat. Perawat
juga harus mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan klien imobilisasi
sendirian merupakan hal yang sulit dan berbahaya.
Memindahkan Klien. Klien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengankat
dari tempat tidur, menggerakan ke posisi miring atau duduk di sisi tempat tidur. Contoh,
wanita muda dan sehatmembutuhkan sedikit bantuan untuk duduk pertam kali di sisi tempat
tidur setelah melahirkan, sedangkan lakitua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih
perawat untuk melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendik tomi.
Untuk menentukan apakah klien mampu melakukan sendiri dan beberapa banyak orang yang
dibutuhkan untuk membantu mengankat klien diatas tempat tidur, perawat mengkaji klien
untuk menentukan apakah penyakit klien .
Ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti penyakit kardiovaskuler). Kemudian,
perawat menentukan apakah klien memahami apa yang diharapkan. Contohnya, klien yang
baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk mengerti
instruksi, sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat untuk menggerakkan
klien diatas tempat tidur. Perawat kemudian menentukan tingkat kenyamanan klien. Perawat
juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan pengetahuan prosedur. Pada akhirnya perawat
menentukan apakah klien terlalu berat atau tidak bisa bergerak sehungga perawat
menyelesaikan prosedur sendirian. Pada kasus yang meragukan, perawat harus selalu
meminta bantuan orang lain.
Memindahakan Klien dari Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan klien dari tempat tidur ke
kursi oleh perawat membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan Pada klien yang tidak
dapat membantu. Perawat menejlaskan prosedur pada klien sebelum pemindahan.

Lingkungan juga dipersiapkan dengan memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan


dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur.
Penempatan kursi memungkinkan perawat berputar dengan klien dan memindahkan berat
badan klien dengan cepat.
Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama. Perawat yang ragu-ragu dengan
kekuatannya ataupun kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien
harus duduk dan menjutaikan kakinya di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga
klien dapat dengan cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau
pingsan.
Ketika memindahkan klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus
menggunakan mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh
sebanyak mungkin dari klein.
Memindahkan Klien dari Tempat Tidur ke Brankar. Klien imobilisasi yang dipindahkan dari
tempat tidur ke brankar atau dari tempat tidur ke tempat tidur harus membutuhkan tiga orang
pengangkat. Tekinik ini bagus dilakukan jika orang-orang memindahkan mempunyai
kesamaan tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim.
Cara lain memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang
ditempatkan dibawah klien. Kain pengangkat berguna sebagai ayunan ketika klien
dipindahkan ke brankar. Pada tekinik ini, perawat perlu berada di sisi berlawanan dari tempat
tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengang cepat dan mudah
dengan menggunkan kain perangkat.
Klien harus dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan, contoh,
dnegan melipat lengan diatas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan alat-alat
yang tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar harus ditempatkan seudut
kanan tempat tidur sehinggan pengangkat dapat berputar ke depan brankar dan memindahkan
klien dengan cepat.
Pada semua prosedur, keamanan merupaka proiritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga
orang pengangkat apabila bekerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus memimpin.
v Mobilisasi Sendi
Untuk menjamin keadekuatan mobilitas sendi maka perawat dapat mengajarkan klien latihan
ROM. Apabila klien tidak mempunyai kontrol motorik volunter maka perawat melakukan
latihan gerak rentang gerak pasif. Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan berjalan.
Kadang kadang klien membutuhkan alat bantu seperti kruk untuk membantu berjalan.
Latihan rentang gerak. Klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak mandiri. Keterbatasan ini dapat
diidentifikasi pada klien yang salah satu ekstremitas mempunyai keterbatasan gerakan atau
klien mengalami gangguan mobilisasi aktual atau potensil maka perawat menyusun intervensi
yang langsung mempertahankan mobilisasi sendi maksimum. Salah satu intervensi
keperawatan adalah latihan rentang gerak.

Untuk menjamin klien mendapatka latihan yang rutin, perawat membuat jadwal pada waktu
tertentu, mungkin bersamaan aktivitas keperawatan lain, seperti saat memandikan klien. Hal
ini memungkinkan perawat mengkaji secara sistematik dan meningkatkan rentang gerak
klien. Selain iti, memandikan atau mandi di tempat tidur selalu membutuhkan pemberian
rentang gerak penuh pada ekstremitas dan sendinya.
Latihan rentang gerak dapat aktif ( klien mengerakan semua sendinya degan rentang gerak
tanpa bantuan)pasif ( klien tidak dapat mengerakan secara mandiri sehimgga dibantu oleh
erawat) atau berada diantaranya. Contoh pada klien lemah perawat hanya memberi
sokokngan semantara klien melakukan sebagian besar gerakan, atau klien mampu
mengerakan aktiif beberapa sendi sementara perawat mengerakan yang lain secara pasif.
Ertama kali perawat mengkaji kemampuan klien melakukan latihan rentang gerak aktif dan
kebutuhan bantuan perawat. Pada umumnya latihan harus aktif pada kesehatan dan mobilisasi
yang memungkinkan. Kontraktur dapat terjadi pada sendi yang tidak digerakan secara
periodik dan rentang gerak penuh.
Kecuali kontraindikasi, rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstermitas klien
dengan rentang gerak penuh. Latihan gerak pasif harus dimulai segerah pada kemampuan
klien mengerakan ekstremitas atau sendi menghilang. Pergerakan dilakukan secara perlahan
dan lembut sehingga tidak menimbutkan nyeri. Perawat jangan memaksakan sendi melebihi
kemampuan ya. Setiap gerakan harus di ulang 5 kali setiap bagian.
Ketika melakukan latihan rentang gerak pasiv,perawat berdiri disamping tempat tidur yang
terdekat dengan sendi yang dilatih. Jika ekstremitas digerakkan atau diangkat,perawat
menempatkan tangan dengan posisi seperti mangkok dibawah sendi untuk
menyokongnya,menyokong sendi dengan memegang bagian distal dan proksimal yang
berdekatan,atau menyokong sendi dengan satu tangan dan mengayun bagian distal
ekstremitas dengan lengan lainnya. Berikut ini menggambarkan gerakan yang khusus untuk
sendi utama tubuh.
Leher. Rentang gerak untuk leher dimungkinkan oleh fleksibilitas vertebra servikal dan
perputaran hubungn antara kepala dan leher. Kecuali kontra indikasi karena bedah
spinal,trauma medula spinalis,atau trauma saraf pusat lain,latihan gerak rentangharus
dilakukan oleh klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi leher. Ketika terjadi kontraktur
fleksi dileher,maka klien leher menjadi fleksi permanen dengan dagu berada dekat atau
terlihat menyentuh dada. Sehingga kesejajaran tubuh berubah,lapang pandang berubah,dan
tingkat fungsi kemandirian terganggu.
Bahu. Satu keistimewaan bahu disbanding sendi lain dalam tubuh adalah otot terkuat untuk
mengontrol,deltoid,berada dalam pemajangan penuh pada posisi normal. Tidak ada otot lain
yang menggunakan kekuatan penuh ketika berada dalam pemajangn penuh. Sehingga melatih
bahusecara efektif meningkatkan kekuatan deltoid dan rentang gerak. Untuk
menyempurnakan hal ini maka pertama kali bahu di abduksi.

Tujuan tindakan pada bahu adalah rentang gerak penuh. Gerakan bahu meliputi
fleksi,ekstensi,hiperekstensi,abduksi,adduksi,rotasi dalam maupun luar,dan sirkumduksi.
Rentang gerak penuh harus dipertahan kana tau dicapai untuk menghindari nyeri.
Ketika merawat klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi bahu,perawat harus menyusun
intervensi untuk menempatkan dan menyokong bahu dalam posisi adduksi. Hal ini dapat
dicapai dengan menggendong tangan jika klien berdiri atau duduk atau member bantal ketika
klien berada ditempat tidur. Memposisikan bahu dengan benar mencegah nyeri,dislokasi
sendi,dan perubahan kesejajaran tubuh lebih lanjut.
Siku. Fungsi optimal siku berada disudut 900 . siku yang tetap berada pada posisi yang
ekstensi penuh membuat ketidakmampuan dan membatasi kemandirian klien.
Lengan bawah. Sebagian besar fungsi tangan dilakukan oleh lengan bawah dalam posisi
setengah pronasi. Ketika lengan bawah tetap berada posisi supinasi penuh maka penggunaan
tangan klien terbatas. Untuk fungsi optimal maka lengan bawah harus mampu berputar drai
supinasi ke pronasi.
Pergelangan Tangan. Fungsi utama pergelangn tangan adalah memposisikan tangan sedikit
dorsifleksi yaitu posisi yang berfungsi. Oleh karena itu rentang gerak penuh tidak sebesar
prioritas seperti mempertahan kan pergelangan tangan pada posisi fungsional. Ketika
pergelangan tangan tetap berada posisi sedikit fleksi maka genggaman melemah. Pada klien
imobilisasi,posisi funsional pergelanagan tangan dapat di capai dengan menggunakan
gulungan tangan dan pembebat.
Jari tangan dan ibu jari. Rentang gerak pada jari tanagan dan ibu jari memampukan klien
melakukan aktivitas sehari hari dan aktivitas yang membutuhkan keterampilan motorik halus
seperti pekerjaan tukang kayu, menjahit, menggambar, dan melukis. Po0sisi fungsional jari
tanagan dan iu jari adalah ibu jari sedikit fleksi berlawana dengan jari tanagan. Pada klien
yang mengalami keterbatasan mobilisasi, gulungan tangan membantu memprtahankan posisi
itu.
Pinggul. Karena ekstremitas bawah penting sebagai daya penggerak dan pembawa berat
badan, sehingga stabilitas sendi pinggul lebih penting daripada mobilisasinya. Sebagai
contoh, apabila salah satu pinggul tidak bergerak tetapi tetap berada posisi netral dan ekstensi
penuh, hal ini memungkinkan berjalan tanpa pincang yang bermakna.
Bagaimanapun, kontraktur sering menetap pada pinggul dalam posisi defernitas. Abduksi
yang berlebihan membuat kaki sakit tanpak terlalu panjang, sedangkan adduksi yang
berlebihan membuat kaki sakit tampak terlalu pendek. Pada kasus lain, klien memiliki daya
penggerak yang terbatas dan berjala dengan pincang. Kontraktur fleksi menyebabakan
lordosis keyika orang tersebut berdiri. Kontraktur rotasi dalam dan luar menyebabkan gaya
berjalan yang tidak normal dan tidak seimbang.
Lutut. Fungsi utama lutut adalah stabilitas, yang di capai oleh rentang gerak, ligament, dan
otot. Bagaimanapun, lutut tidak bertahan stabil dalam kondosi menyangga berat badan

kecuali ada kekuatan quadrisep yang adekat untuk mempertahankan lutut ekstensi penuh.
Latihan rentang gerak harus termasuk menahan lutut ke dalam ekstensi penuh.
Sendi lutut yang tidak bergerak menyebabkan ketidakmampuan yang serius. Derajat ketidak
mampuan tergantung posisi dimana lutut menjadi kaku. Jika lutut tetap berada ekstensi penuh
maka orang harus duduk dengan tungkai lurus ke depan. Ketika utut fleksi maka orang itu
akan pincang jika berjalan. Semakin besar fleksinya maka semakin besar kepincangan.
Kontraktur fleksi penuh mencegah seseorang berjalan tanpa walker atau kruk.
Pergelangan kaki dan kaki. Selama berjalan pergerakan sendi pergelangan kaki minimal.
Bagaimanapun sendi harus stabil dan dapat menahan berat badan, jika tidak seseorang akan
jatuh. Jika mobilisasi sendi terbatas, perawat harus mempertahankan sendi dalam posisi yang
diamana berjalan dapat di lakukan dengan gerakan memutar ke depan tumit ke kaki bawah.
Ketika seseorang rileks seperti ketika tidur atau koma maka kaki dalam keadaan rileks dan
berada pada posisi lantarfleksi. Hal ini adalah hasil rileksasi otot gatroknemius dan soleus,
yang mempertahankan dorsifleksi jika kaki tetap berada pada posisi plantarfleksi tanpa
sokongan maka kedua otot yaitu gastronemius dan soleus ini akan memendek dan otot
dorsifleksi akan mencoba mengkompensasi dengan reganagan yang berlebihan. Akibatanya
kakai tetap dalam posisi plantarfleksi (footdrop), yang mengganggu kemampuan berjalan.
Inversi dan eversi juga harus di hindari untukmemeungkinkan kaki menpak di atas lantai.
kaki harus datar sehingga memungkinkan menahan berat badan dan berjalan dengan benar.
Jari kaki . fleksi berlebihan di jari kaki menyebabkan kaki berada pada posisi menckar. Jika
inim menjadi deformitas permanen mka kaki tidak mampu menampak datar diatas lantai dank
lien tidak mampu berjalan dengan tepat. Kontraktur fleksi adalah defernitas paling umum
yang terjadi di kaitkan penururnan mobilitas sendi.
Rentang gerak adekuat member mobilisasi penting untuk melsakukan aktifitas sehari hari,
latihan, dan berhubungan aktifitas relaksasi. Selain itu, rentang gerak adekuat pada ektremitas
bawah akan memudahkan klien berjalan.
v Berjalan
Postur jalan normal adalah kepala tegak, vertebra servikal, thorakal, lumbal sejajar, pinggul
dan lutut berada dalam keadaan fleksi yang sesuai, dan lengan bebas mengayun bersama
dengan kaki. Penyakit atau trauma dapat mengurangi toleransi aktivitas, sehingga
memerlukan bantuan dalam berjalan. Selain itu, kerusakan temporer dan permanen pada
sistem muskuloskeletal dan saraf memerlukan penggunaan alat bantu untuk berjalan.
Membantu klien berjalan. separti prosedur lain,membantu klien untuk berjalan membutuhkan
persiapan. Perawat mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan , nyeri, koordinasi, dan
keseimbangan klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan.

Perawat menjelaskan seberapa jauh klien mencoba berjalan, siapa yang akan membantu,
kapan dilakukan kegiatan berjalan, dan mengapa berjalan itu penting. Selain itu perawat dank
lien menentukan berapa banyak kemandirian klen dapat berikan.
Perawat juga memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan dijalan klien.
Kursi, penutup meja tempat tidur, kursi rida disingkirkan dari jalan sehingga klien memiliki
ruangan yang luas untuk berjalan.
Sebelum memulai, menentukan tempat berisitirahat pada kasus dengan perkiraan kurang
toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing. Misalnya, jika diperlukan kursi dapat di
tempatkan diruangan yang dapat digunakan klien beristirahat.
Untuk mencegah hipotensi ortostatik, klien harus di bantu untuk duduk di sisi tempat tidur
dan harus beristirahat selama 1 sampai 2 menit sebelum berdiri. Demikian juga pada saat
klien setelah berdiri, klien harus tetap berdiri 1 sampai2 menitr sebelum bergerak.
Keseimbangan klien harus stabil sebelum berjalan. Sehingga perawat dapat dengan segera
membawa klien yang pusing kembali ke tempat tidur. Periode imobelitas yang lama
memperbesar resiko hipotensi ketika klien berdiri.
Perawat harus memberikan sokongan pada pinggang sehingga pusat gravitasi klien tetap
berada di garis tengah.hal ini dapat dicapai ketika perawat menempatkan kedua tangannya
pada pinggang klien atau menggunakan ikat pinggang berjalan(walking belt). walking belt
adalah ikat pinggang kulit yang melingkari pinggang klien dan memiliki pemegang yang
dibuat bagi perawat untuk dipegang.selama berjalan,klien seharusnya tidak bersandar di satu
sisi karena hal ini mengganggu pusat gravitasi,mengubah keseimbangan dan meningkatkan
risiko jatuh.
Klien yang terlihat tidak siap atau mengeluh pusing harus dikembalikan ke tempat tidur atau
kursi terdekat.jika klien pingsan atau mulai jatuh,perawat harus memberikan sokongan
dengan dasar lebar yaitu satu kaki berada di depan yang lain,sehingga menyangga berat
badan klien.kemudian perawat harus menurunkan klien secara perlahan-lahan ke
lantai,melindungi kepala klien.meskipun menurunkan klien ke lantai tidaklah sulit,mahasiswa
harus mempraktekkan teknik tersebut dengan kawan atau dengan teman kelas sebelum
mencoba pada situasi klinik.
Klien hemiplegia(paralisis pada satu sisi)atau hemiparesis(kelemahan pada satu sisi)sering
memerlukan bantuan berjalan.perawat selalu berdiri di samping bagian tubuh klien yang sakit
dan menyokong klien dengan satu lengan memeluk pinggang klien dan lengan lain
mengelilingi lengan bagian inferior klien sehingga tangan perawat berada di bawah aksila
klien.memberikan sokongan dengan memegang lengan klien adalah salah,karena perawat
tidak mudah menyokong berat untuk menurunkan klien ke lantai jika klien pingsan atau
jatuh.selain itu,jika perawat memegang lengan klien yang jatuh dapat menyebabkan dislokasi
sendi bahu.
Perawat yang tidak kuat dan tidak mampu memindahkan klien sendirian harus membutuhkan
bantuan.metode dua perawat membantu untuk mendistribusikan berat klien secara rata.dua

perawat berdiri di setiap sisi klien.setiap lengan terdekat perawat memeluk pinggang
klien,dan lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior sehingga kedua tangan perawat
menyokong aksila klien.
Metode yang kedua membutuhkan perawat dank lien yang mempunyai kesamaan
tinggi.perawat berdiri di setiap sisi klien dengan lengan terdekatnya menyelip di bawah
lengan klien ke arah punggung.perawat kemudian menggenggam lengan klien lain.lengan
klien diletakkan di atas bahu perawat,dan perawat menstabilkan tangan klien yang lain
dengan tangannya yang bebas.teknik ini efektif untuk klien yang lemah atau klien yang berat.
Menggunakan Alat Bantu Berjalan.walker adalah suatu alat yang sangat ringan,mudah
dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari pipa logam.walker mempunyai empat penyangga
dan kaki yang kokoh.klien memegang pemegang tangan pada batang di bagian
atas,melangkah,memindahkan walker lebih lanjut,dan melangkah lagi.
Tongkat adalah alat yang ringan,mudah dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari kayu atau
logam.dua tipe tongkat umum adalah tongkat berkaki panjang lurus dan tongkat kaki bersegi
empat.tongkat berkaki lurus lebih umum dan digunakan untuk sokongan dan keseimbangan
klien yang kekuatan kakinya menurun.tongkat ini harus di pakai di sisi tubuh yang
terkuat.untuk sokongan maksimum ketika berjalan,klien menempatkan tongkat berada depan
15-25 cm,menjaga berat badan pada kedua kaki klien.kaki yang terlemah bergerak maju
dengan tongkat sehingga berat badan dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat.kaki yang
terkuat maju setelah tongkat sehingga kaki yang terlemah dan berat badan disokong oleh
tongkat dan kaki terlemah.untuk berjalan,klien mengulangi tahap ini secara terus
menerus.klien diajarkan bahwa kedua titik penopang tersebut,seperti dua kaki atau satu kaki
dan tongkat,akan muncul di setiap waktu.
Tongkat empat kaki memberi sokongan yang terbesar dan digunakan pada kaki yang
mengalami sebagian atau Keseluruhan paralisis ataupun hemiplegia. Tiga tahap yang sama
digunakan oleh tongkat berkaki lurus diajarkan pada klien.
Kruk sering digunakan untuk meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat temporer,
seperti pada setelah kerusakan ligamen di lutut. Kruk dapat digunakan permanen (mis. Klien
paralisis ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu atau logam. Ada dua tipe kruk,
kruk lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan bawah dan kruk aksila terbuat dari
kayu. Kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan tangan dan pembalut logam yang pas
mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya yaitu pembalut logam dan pegangan tangan diatur
agar sesuai dengan tinggi klien. Kruk aksila mempunyai garis permukaan yang seperti
bantalan pada bagian atas, dimana bereda tepat dibawah aksila. Pegangan tangan berbentuk
batang yang dipegang setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Kruk harus diukur
panjang yang sesuai, dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman,
mencapai kestabilan gaya berjalan, naik dan turun tangga dan bangkit dari duduk.
Mengukur kruk. Kruk aksila lebih umum digunakan. Ketika mempersiapkan klien
menggunakan kruk, perawat juga harus mengajarkan penggunaan kruk yang aman dan
mengukur kruk klien dengan benar. Pengukuran kruk meliputi tiga area: tinggi klien, jarak

antara bantalan kruk dan aksila dan sudut fleksi siku.pengukuran dilakukan dengan satu dari
dua metode berikut, dengan klien berada pada posisi supinase atau berdiri. Pada posisi
telentang-ujung kruk berada 15 cm di samping tumit klien. Tempatkan ujung pita pengukur
dengan lebar tiga sampai empat jari (4-5 cm) dari aksila dan ukur sampai tumit klien. Berdiriposisi kruk dengan ujung kruk berada 14-15 cm di samping dan 14-15 cm di depan kaki
klien. Dengan metoda lain, siku harus difleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku diperiksa
dengan menggunakan goniometer. Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm) dibawah
aksila.
Mengajarkan gaya berjalan dengan kruk. Gaya berjalan dengan kruk dimaksudkan menopang
berat pada satu atau kedua kaki dan pada kruk secara bergantian. Perawat pada pemeriksaan
bergantian. Gaya berjalan yang digunakan klien telah ditentukan oleh pengkajian perawat
pada pemeriksaan fisik, kemampuan fungsional, dan penyakit atau cedera.
Cara berdiri cara kruk adalah posisi tripod, dengan cara menemppatkan kruk 15 cm di depan
dan 15 cm di samping setiap kaki klien. Posisi ini memberikan keseimbangan dengan dasar
sokongan lebih luas. Kesejajaran tubuh pada posisi untuk tripod meliputi kepala dan leher
tegak, vertebrata lurus,pinggul lutut dan lutut fleks. Berat badan tidak boleh ditahan aksila.
Posisi tripod sebelum kru berjalan.
Empat titik bergantian atau gaya berjalan empat titik memberikan kestabilan tetapi
memerlukan penopang berat badan dikedua kaki. Tiga titik penopang selalu berada di lantai.
Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan klien yang berlawanan (mis. Kruk
Dengan kedua kruk di satu tangan klien menyokong berat badannya di kaki yang tidak sakit
dan kruk. Selama masih memegang kruk klien memegang lengan kursi dengan menahan
tangannya dan menurunkan tubuh. Untuk berdiri, maka prosedur dibalik dan klien ketika
telah lurus harus berada pada posisi tripod sebelum berjalan.

Mengintegrasikan Latihan Aktif Kedalam Aktifitas sehari-hari

Menganggukkan kepala ya melatih leher (fleksi dan ekstensi).


Mengelengkan kepala tidak melatih leher (rotasi).
Mengerakan telinga kanan kebahu kanan melatih leher (fleksi lateral).
Mengerakan telinga kiri kebahu kiri melatih leher (fleksi lateral).
Meraih untuk menghidupkan lampu diatas kepala melatih bahu (abduptus).
Menggaruk punggung melatih bahu (hiperekstensi dan rotasi dalam).
Memutar bahu kearah dada melatih bahu.

Memutar bahu kearah punggung melatih bahu.


Makan, mandi,mencukur, dan berpakaian melatih siku (fleksi ektensi).
Semua aktivitas yang memerlukan koordinasi motorik baik seperti menulis dan makan,
melatih jari dan ibu jari (fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, oposisi).
Berjalan melatih pinggul (fleksi, ekstensi, hiperekstensi).
Memutar ujung kaki kearah dalam melatih pinggul (rotasi dalam).
Memutar ujung kaki kearah luar melatih pinggul (rotasi luar).
Berjalan melatih lutut (fleksi, ekstensi).
Berjalan melatih pergelangan kaki (dorsi fleksi, pelantar fleksi).
Mengarahkan ujung kaki kearah kepala tempat tidur melatih pergelangan kaki (dorsifleksi).
Mengarahkan ujung kaki kearah kaki tempat tidur melatih pergeangan kaki (plantarfleksi).
Berjalan melatih kaki (ekstensi, hiperekstensi).
Mengayun jari melatih jari (abduksi, adduksi).
Latihan rentang gerak aktif mempertahankan fungsi system muskulu sekeletal. Perawat juga
harus merencanakan interfensi untuk mengembalikan mobilisasi pada klien yang mampu
melaksanakan aktifitas normal bertahap.
Program latihan progresif digunakan untuk klien yang mengalami gangguan muskulo
sekeletal, neurologi, kardiopulmonal,ginjal,dan penyakit kronik lain. Sebelum melakukan
program lakukan latihan pemanasan kecuali pada mereka yang kontra indikasi.
System integument. Seperti yang telah di diskusikan sebelumnya, resiko utama pada kulit
akibat keterbatasan mobilisasi adalah dekubitus. Oleh karena itu interfensi keperawatan
berfokus pada pencegahan dan penatalaksanaan.
System eliminasi. Interfensi keperawatan untuk mempertahankan fungsi obtimal pada
perkemihan adalah menjaga hidrasi klien demgan baik tanpa menyebabkan distensi kandung
kemih dan setatis urine, terbentuk batu, dan infeksi.
Hidrasi yang adekuat mencegah pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Klien
dengan hidrasi baik harus berkemih sejumlah urine. Apabila klien jiga mengalami
inkontinensia maka perawat harus memodifikasi rencana keperawatan untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan eliminasi urine.
Untuk mencegah distensi kandung kemih, perawat mengkaji frekuensi dan jumlah haluaran
urine. Klien dengan urine ysng menetes terus menerus dan kandungnkemih yang distensi
menunjukkan inkontinensia overflow. Jika klien imibilisasi tidak dapat mengontrol eliminasi

urinenya secara sadar maka perawat harus memasukkan kateter sementara atau menetap
untuk mencegah distensi.
Peawat juga harus mencatat frekuensi dan konsistensi defikasi. Diet kay buah buahan,sayur
sayuran dalam jumlah banyak mendukung peristaltic normal. Jika klien tidak mampu
mempertahankan pola eliminasi bowel noemal maka dokter memberikan pelunak feses,
katartik, atau enema.
Tindakan Pencegahan latihan Lansia
Pastikan intensitas latihan rendah, 40%-70% dari perdiksi maksimun denyut jantung dan
kemajuan latihan sangat perlahan lahan.
Gunakan usaha melatih irama jantung untuk memantau intensitas latihan.
Latihan bertahap, perbanyak latihan pemanasan dan pendinginan untuk menurunkan resiko
hipotensi postural maupun arirmia jantung.
Gunakan mekanika tubh yang benar, gunakan pakaian yang sesuai, sepatu latuhan khusus,
dan cukup hidrasi.
Hundari gerakan memutar yang tiba tiba, gerakan cepat, dan gerakan transisi yang cepat dari
gerakan satu ke gerakan yang lain.
Hindari gerakan mengganggu penglihatan dan keseimbangan.
Hindari kontraksi isometric, yang bertahan lebih lama dari 10 detik.
Hindari latiahan selama infeksi virus akut.
Hentikan latihan jika terjadi angina, kontraksi ventricular, premature, atau sesak napas yang
berlebihan.
Dapatkan persetujuan dokter dan program tertulis untuk pembatasan latihan fisik spesifik
sebelum memulai program latihan fisik.
5.

Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah mekanika
tubuh dan ambulasi adalah unyuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan mekanika
tubuh dengan baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik atau turun,
dan berjalan

Anda mungkin juga menyukai