PEMBAHASAN
2.1. PROSES PERJALANAN PENYAKIT BRONKIEKTASIS
A. Pengertian Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi
bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Bronkiektasis berarti
suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh
episode pneumonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa
yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi ( Hudak & Gallo,1997).
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih
cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).
Bronkietaksis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin
disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus,
aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernafasan atas,
dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan pembesaran
nodus limfe. Individu mungkin mempunyai predisposisi terhadap bronkietaksis
sebagai akibat infeksi pernafasan pada masa kanak-kanaknya, campak, influenza,
tuberkulosis,
dan
gangguan
immunodefisiensi.
Setelah
pembedahan,
bronkiektaksis dapat terjadi ketika pasien tidak mampu untuk batuk secara efektif,
dengan akibat lender menyumbat bronchial dan mengarah pada atelektasis.
B. Klasifikasi Bronkiektasis
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi
menjadi 3 yaitu :
1. Bronkiektasis silindris
2. Bronkiektasis fusiform
3. Bronkiektasis kistik atau sakular.
C. Etiologi Bronkiektasis
Bronkiektasis biasanya didapat pada masa anak-anak. Kerusakan bronkus
pada penyakit ini hampir selalu disebabka oleh infeksi, penyebab infeksi tersering
adalah H. Influenza dan P. Aeruginosa. Dan infeksi oleh bakteri lain, seperti
klebsiela dan stanphylococus Aureus disebabkan oleh absen atau terlambatnya
pemberian antibiotik pada pengobatan pneumonia. Bronkiktasis ditemukan pula
pada pasien dengan infeksi HIV atau virus lainnya, seperti adenovirus atau virus
influenza.
Faktor penyebab noninfeksi yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah
paparan substansi toksik, misal terhirup gaas toksik (amonia, aspirasi asam dari
cairan lambung dan lain-lain). Kemungkinan adanya faktor imun yang terlibat
belum diketahui dengan pasti karena bronkektasis dapat ditemukan pula pada
pasien kolitis ulsaratif, reumathoid artritis, dan sindrom sjorgen.
Faktor predisposisi terjadi bronkiektasis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau kongenital, biasanya
kelainan imunologi berupa kekurangan globulin gamma atau kelainan
imunitas selular atau kekurangan alfa-1 antitripsin.
2. Kelainan skruktur kongentinal seperti fibrrosis kistik, sindrom kartagener,
kekurangan kartilago bronkus, dan kifoskoliosis kongenital.
3. Penyakit paru primer seperti tumor paru, benda asing atau tuberkulosis paru.
D. Manifestasi Klinis
1. Batuk kronik karena pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat
banyak. Spesimen sputum akan secara khas membentuk lapisan menjadi
tiga lapisan dari atas: lapisan atas berbusa, lapisan tengah yang bening, dan
lapisan bawah berpartikel tebal. Bronkiektaksis tidak mudah didiagnosis
karena gejala-gejalanya dapat tertukar dengan bronchitis kronik.
2. Sejumlah besar dari pasien mengalami hemoptisis
3. Batuk semakin memburuk jika pasien berbaring miring.
4. Jari tabuh (clubbing fingers) karena insufiensi pernafasan. Pasien hampir pasti
mengalami infeksi paru berulang.
5. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari,
setelah tiduran dan berbaring.
6. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak
ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
7. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih
300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan,
anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan
sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.
8. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.
9. Sesak nafas
10. Penurunan berat badan
11. Lelah
200 -
12. Wheezing
13. Pucat
14. Bau mulut
15. Demam berulang
16. Ronki
E. Pemeriksaan penunjang
1. laboraturium
Hb bisa rendah (anemia) bisa pula tinggi
Leukositosis dengan laju endap darah tinggi
Sputum berlapis tiga : pus, sereus, pus dan sel-sel yang rusak serta sputum
yang berbau busuk
Pemeriksaan darah, urine, dan EKG dalam batas normal
2. Radiologis
Foto thorax : carakan paru kasar dan batas-batas carawan kabur, daerah
corakan tampak mengelompok, terdapat garis-garis batas permukaan udara
cairan
Brokografi : terdapat kelainan rutasi pada seluran pernafasan
Bronkoskopi : untuk mengetahui adanya tumor atau benda asing, sumber
hemaptoe atau asal sputum
Pemeriksaan : untuk melihat akibat yaitu reskritif atau obstruktif.
F. Patofiologi Bronkiektasis
Infeksi merusak dinding bronchial, menyebabkan kehilangan struktur
pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat
bronki. Dinding bronchial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.
Infeksi meluas ke jaringan peribronkial, sehingga alam kasus bronkiektasis
sakuar, setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah abses paru, yang
eksudatnya mengalir bebas melalui bronkus. Bronkiektaksis biasanya setempat,
menyerang lobus atau segmen paru. Lobus yang paling bawah lebih sering
terkena. Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkannya pada akhirnya
menyebabkan alveoli di sebelah distal obstruksi mengalami kolaps (atelektasis).
Jaringan parut atau fibrosis akibat reaksi inflamasi menggantikan jaringan paru
yang berfungsi. Pada waktunya pasien mengalami infusiensi pernafasan dengan
penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume
residual terhadap kapasitas paru total. Terjadi kerusakan campuran gas yang di
inspirasi (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksemia.
G. Masalah yang lazim muncul
1.
2.
3.
4.
H. Discharge planning
1. Makan makanan yang berisi sehingga meningkatkan kekenalan tubuh
2. Hindari paparan dengan asap rokok dan zat toksik lainnya yang dapat terhirup
3. Ketahui tanda dan gejala penyakit dan cara penanganan pertamanya
4. Konsultasikan dengan dokter jika gejala semakin parah
5. Biasakan hirup udara bersih dan sehat
6. Istirahat yang cukup
I. Penatalaksanaan Bronkiektasis
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainase sekret dan mengobati
infeksi. Objektif dari pengobatan adalah untuk mencegah dan mengontrol infeksi
serta untuk meningkatkan drainase bronchial untuk membersihkan bagian paru
yang sakit atau paru-paru dari sekresi yang berlebihan.
1. Infeksi dikendalikan dengan terapi antimikroba didasarkan pada hasil
pemeriksaan sensitivitas pada organisme yang di kultur dari sputum. Pasien
mungkin dimasukkan ke dalam regimen antibiotic yang berbeda pada interval
yang bergantian. Beberapa dokter meresepkan antibiotic sepanjang musim
dingin atau ketika terjadi infeksi saluran pernafasan atas. Pasien harus
divaksinasi terhadap influenza dan pneumonia pneumokokus.
2. Drainase postural dari tuba bronchial mendasari semua rencana pengobatan
karena drainase area bronkiektaksis oleh pengaruh gravitasi mengurangi
jumlah sekresi dan tingkat infeksi. (kadang-kadang sputum mukopurulen
harus dibuang dengan bronkoskopi). Daerah dada yang sakit mungkin
diperkusi atau di tepuk-tepuk untuk membantu melepaskan sekresi.
Drainase postural pada awalnya dilakukan untuk periode
singkat dan
dengan
tindakan
aerosolized
nebulizier
dan
dengan
J. Web Of Caution
Bronkiektasis
Kekurangan
mekanisme
pertahanan yang
didapat congenital (ig
gama Antitipin alfa)
Pnumio berulang
Kerusakan permanen
pada dinding bronkus
Ketidakefektifan
batuk
Ketidakefektifan
pola nafas
Kelainan sktruktu
congenital (fibrosis kistik,
sindroma kartagener,
kurangnya kartilago
bronkus)
Terkumpulnya sekret
Penyakit paru
primer (tumor paru,
benda asing, TB
paru)
Obstruksi saluran
nafas
Atelektasis,
penyerapan udara di
parenchim dan
sekitarnya tersumbat
Peningkatan suhu
tubuh
hipertermi
Kemampuan mengeluarkan
secret menurun
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Bronkiektasis yang
menetap
Resiko infeksi
hidrostatik,tekanan koloid,dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kemabli oleh
kapiler paru dan pleura viserlalis, sebagai kecil lainnya (10- 20 % ) mengalir ke dalam
pembulu limpe sehingga pasasedisini mencapai 1 liter sehari.
B. Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya efusi pleura menurut Wim de jong , 2005 dibagi menjadi
dua , yaitu :
1. Infeksi
a. Tuberkulosis
b. Pneumonitis
c. Abses paru
d. Perforasi esophagus
e. Abses subfrenik
2. Non infeksi
a. Karsinoma paru
b. Karsinoma pleura
1) Primer
2) Sekunder
c. Gagal hati
d. Gagal ginjal
e. Gagal jantung
f. Kilotoraks
Tabel 1.1 Tampilan cairan efusi pleura
Jernih, kekuningan ( tanpa darah )
Tumor jinak
Tumor ganas
Seperti susu
- Tidak berbau
- Berbau (nanah)
Hemoragik
Tuberculosis
Pascatrauma
Emplema
Keganasan
Trauma
dengan plasama (eksudat )sedangakan yang timbul pada pleura normal merupakan
ultrafiltrat plasma ( transudat ). Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis
disebabkan oleh peningkatan permeabiliitas pleura parietalis sekunder ( efek samping
dari ) peradangan neoplasma . efusi pleura dapat juga disebabkan oleh gagal jantung
kongestif . ketika jantung tidak dapat memompakan darahnya secara maksimal ke
seluruh tubuh terjadilah peningkatan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya
menyebabkan hipertensi kapiler sistematik. Cairan yang ada dalam pembulu darah
pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan masuk kedalam pleura. Peningkatan
pembentukan cairan dari pleura parietalis kareana hipertensi kapiler sistematik dan
penuruna reabsorsi. Hal tersebut berdasarkan adanya penurunan pada tekanan onkotik
intravaskuler ( tekana osmotic yang dilakukan oleh protein ). Luas efusi pleura dapat
mengakibatkan bertambahnya volume paru dan membuat pergerakan dinding dada
bertamba berat. Dalam batas pernafasan normal, dinding dada cendrung rekoil
kedalam ( paru paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan cendrung
mengempis ).
2. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut suzanne & brenda, 2002 yang dapat ditemukan
pada efusi pleura adalah pada efusi pleura adalah :
a. Demam
b. Mengigil
c. Nyeri dada pleuritis
d. Dispnea
e. Batuk
f. Suara nafas ronci
3. Konflikasi
a. Edema paru
b. Kolaps paru
c. Gagal nafas
d. Pneumonia
e. Pnumotoraks
D. Pengkajian keperawatan
Pengkajian
Menurut dongoes marlyn E,2000 data yang perlu dikaji pada pasien efusi pleura:
a. Pengkajian awal
1) Aktivitas dan istirahat
Gejala : keluhan umum dan kelemahan , nafas pendek karena
kerja,kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari
( carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari orang lain).
Tuberculosis paru, infrak paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin.
Gagal jantung
kiri
Obstruksi vena
cavasuperior
Asites pada
sirosis hati
Dialisis peritonial
Obstruksi fraktus
urinarius
Peradangan pleura
Permeabel
membran kapiler
Terdapat jaringan
nekrotik pada septa
Kongesti pada
pembuluh limfe
Reabsorbsi cairan
terganggu
Peningkatan
tekanan
kapiler
Penurunan
tekanan
koloid
osmotif dan
pleura
Penurunanan
tekanana
Konsentrasi protein
cairan pleura
mengingkat
Eksudat
Gangguan
tekananan kapiler
Transudat
Ketidakefektifan
pola nafas
Ekspansi
paru
Sesak nafas
Penumpukan
cairan
Ketidakseimbangan
pada
rongga
pleura
Penekanan
Anoreksia
pd
Intereransi
Energi
Gangguan
berkurang
aktivitas
Insulfisiensi
oksigen
nutrisi
kurang
dari
tinggi
NyeriResiko
: terhadapan
tindakan
Dralnase
terhadap
dralnase
tindakan
Defisit
Ganguan
Resiko
Suplai
perawatan
rasa
Infeksi
c2
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, amin huda dan hardi Kusma.2013. Aplikasi auhan keperawatan berdasarkan
Jakarta
Doengoes, Marilynn E, (2000), Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.................................................................................................................................Proses
Perjalanan Penyakit Bronkiektasis.........................................................................3
2.2.................................................................................................................................Proses
Perjalanan Penyakit COPD/PPOK ........................................................................10
2.3.................................................................................................................................Proses
Perjalanan Penyakit Efusi Pleura............................................................................11
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................12
3.2 Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang MENJELASKAN FATOFISIOLOGI
DAN WOC ( WEB OF CAUTION ) dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah ini mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan
bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
PENYUSUN
1. BUDI IRAWAN (BRONKIEKTASI)
2. FAIZAH LUDDIANA SARI ( EFUSI PLEURA)
3. YULFITRIA ( COPD/PPOK)
P05152021 003
P05152021 009
P05152021 030
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bronkiektasis adalah suatu perusakan atau pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran
pernapasan yang besar. Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi
melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai
dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem
pertahanannya. Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau
dua tempat.
Secara khusus, bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada bronkus yang berukuran
sedang. Tetapi bronkus yang berukuran kecil yang berada dibawahnya sering membentuk
jaringan parut dan menyempit. Kadang-kadang bronkiektasis terjadi pada bronkus yang
lebih besar, seperti yang terjadi pada aspergilosis bronkopulmoner alergika (suatu
keadaan akibat respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).
1.2.
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil adalah :
1. Bagaimana proses perjalanan penyakit
2. Bagaimana proses perjalanan penyakit COPD/PPOk?
3. Bagaiman proses perjalanan penyakit efusi pleura ?
1.3.
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan menyelesaikan tugas kuliah dan
untuk mengetahui materi terkait proses perjalanan sebuah penyakit .
1.2.2
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang proses perjalanan penyakit
b. Untuk mengetahui peroses penindak lanjutan penanganan penyakit
c. Untuk mengetahui pembuatan WOC
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih
cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998). PPOK Sebagai penyakit atau
gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa obstruksi saluran
pernapasan yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible.
Dari beberapa pernyataan diatas ditarik kesimpulan bahwa efusi pleura
adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan (5 20 ml ) di dalam
rongga pleura yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan
pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya
tekanan hidrostatik,tekanan koloid,dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap
kemabli oleh kapiler paru dan pleura viserlalis, sebagai kecil lainnya (10- 20 % )
mengalir ke dalam pembulu limpe sehingga pasasedisini mencapai 1 liter sehari.
3.2.
Saran
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat
mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga
maupun masyarakat.