Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. PROSES PERJALANAN PENYAKIT BRONKIEKTASIS
A. Pengertian Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi
bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Bronkiektasis berarti
suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh
episode pneumonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa
yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi ( Hudak & Gallo,1997).
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih
cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).
Bronkietaksis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin
disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus,
aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernafasan atas,
dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan pembesaran
nodus limfe. Individu mungkin mempunyai predisposisi terhadap bronkietaksis
sebagai akibat infeksi pernafasan pada masa kanak-kanaknya, campak, influenza,
tuberkulosis,

dan

gangguan

immunodefisiensi.

Setelah

pembedahan,

bronkiektaksis dapat terjadi ketika pasien tidak mampu untuk batuk secara efektif,
dengan akibat lender menyumbat bronchial dan mengarah pada atelektasis.
B. Klasifikasi Bronkiektasis
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi
menjadi 3 yaitu :
1. Bronkiektasis silindris
2. Bronkiektasis fusiform
3. Bronkiektasis kistik atau sakular.
C. Etiologi Bronkiektasis
Bronkiektasis biasanya didapat pada masa anak-anak. Kerusakan bronkus
pada penyakit ini hampir selalu disebabka oleh infeksi, penyebab infeksi tersering
adalah H. Influenza dan P. Aeruginosa. Dan infeksi oleh bakteri lain, seperti
klebsiela dan stanphylococus Aureus disebabkan oleh absen atau terlambatnya
pemberian antibiotik pada pengobatan pneumonia. Bronkiktasis ditemukan pula

pada pasien dengan infeksi HIV atau virus lainnya, seperti adenovirus atau virus
influenza.
Faktor penyebab noninfeksi yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah
paparan substansi toksik, misal terhirup gaas toksik (amonia, aspirasi asam dari
cairan lambung dan lain-lain). Kemungkinan adanya faktor imun yang terlibat
belum diketahui dengan pasti karena bronkektasis dapat ditemukan pula pada
pasien kolitis ulsaratif, reumathoid artritis, dan sindrom sjorgen.
Faktor predisposisi terjadi bronkiektasis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau kongenital, biasanya
kelainan imunologi berupa kekurangan globulin gamma atau kelainan
imunitas selular atau kekurangan alfa-1 antitripsin.
2. Kelainan skruktur kongentinal seperti fibrrosis kistik, sindrom kartagener,
kekurangan kartilago bronkus, dan kifoskoliosis kongenital.
3. Penyakit paru primer seperti tumor paru, benda asing atau tuberkulosis paru.
D. Manifestasi Klinis
1. Batuk kronik karena pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat
banyak. Spesimen sputum akan secara khas membentuk lapisan menjadi
tiga lapisan dari atas: lapisan atas berbusa, lapisan tengah yang bening, dan
lapisan bawah berpartikel tebal. Bronkiektaksis tidak mudah didiagnosis
karena gejala-gejalanya dapat tertukar dengan bronchitis kronik.
2. Sejumlah besar dari pasien mengalami hemoptisis
3. Batuk semakin memburuk jika pasien berbaring miring.
4. Jari tabuh (clubbing fingers) karena insufiensi pernafasan. Pasien hampir pasti
mengalami infeksi paru berulang.
5. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari,
setelah tiduran dan berbaring.
6. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak
ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
7. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih
300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan,
anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan
sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.
8. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.
9. Sesak nafas
10. Penurunan berat badan
11. Lelah

200 -

12. Wheezing
13. Pucat
14. Bau mulut
15. Demam berulang
16. Ronki
E. Pemeriksaan penunjang
1. laboraturium
Hb bisa rendah (anemia) bisa pula tinggi
Leukositosis dengan laju endap darah tinggi
Sputum berlapis tiga : pus, sereus, pus dan sel-sel yang rusak serta sputum
yang berbau busuk
Pemeriksaan darah, urine, dan EKG dalam batas normal
2. Radiologis
Foto thorax : carakan paru kasar dan batas-batas carawan kabur, daerah
corakan tampak mengelompok, terdapat garis-garis batas permukaan udara
cairan
Brokografi : terdapat kelainan rutasi pada seluran pernafasan
Bronkoskopi : untuk mengetahui adanya tumor atau benda asing, sumber
hemaptoe atau asal sputum
Pemeriksaan : untuk melihat akibat yaitu reskritif atau obstruktif.
F. Patofiologi Bronkiektasis
Infeksi merusak dinding bronchial, menyebabkan kehilangan struktur
pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat
bronki. Dinding bronchial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.
Infeksi meluas ke jaringan peribronkial, sehingga alam kasus bronkiektasis
sakuar, setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah abses paru, yang
eksudatnya mengalir bebas melalui bronkus. Bronkiektaksis biasanya setempat,
menyerang lobus atau segmen paru. Lobus yang paling bawah lebih sering
terkena. Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkannya pada akhirnya
menyebabkan alveoli di sebelah distal obstruksi mengalami kolaps (atelektasis).
Jaringan parut atau fibrosis akibat reaksi inflamasi menggantikan jaringan paru
yang berfungsi. Pada waktunya pasien mengalami infusiensi pernafasan dengan
penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume
residual terhadap kapasitas paru total. Terjadi kerusakan campuran gas yang di
inspirasi (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksemia.
G. Masalah yang lazim muncul

1.
2.
3.
4.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Resiko infeksi
Hipertermi
Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, penekanan dinding paru, penurunan ekspansi paru

H. Discharge planning
1. Makan makanan yang berisi sehingga meningkatkan kekenalan tubuh
2. Hindari paparan dengan asap rokok dan zat toksik lainnya yang dapat terhirup
3. Ketahui tanda dan gejala penyakit dan cara penanganan pertamanya
4. Konsultasikan dengan dokter jika gejala semakin parah
5. Biasakan hirup udara bersih dan sehat
6. Istirahat yang cukup
I. Penatalaksanaan Bronkiektasis
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainase sekret dan mengobati
infeksi. Objektif dari pengobatan adalah untuk mencegah dan mengontrol infeksi
serta untuk meningkatkan drainase bronchial untuk membersihkan bagian paru
yang sakit atau paru-paru dari sekresi yang berlebihan.
1. Infeksi dikendalikan dengan terapi antimikroba didasarkan pada hasil
pemeriksaan sensitivitas pada organisme yang di kultur dari sputum. Pasien
mungkin dimasukkan ke dalam regimen antibiotic yang berbeda pada interval
yang bergantian. Beberapa dokter meresepkan antibiotic sepanjang musim
dingin atau ketika terjadi infeksi saluran pernafasan atas. Pasien harus
divaksinasi terhadap influenza dan pneumonia pneumokokus.
2. Drainase postural dari tuba bronchial mendasari semua rencana pengobatan
karena drainase area bronkiektaksis oleh pengaruh gravitasi mengurangi
jumlah sekresi dan tingkat infeksi. (kadang-kadang sputum mukopurulen
harus dibuang dengan bronkoskopi). Daerah dada yang sakit mungkin
diperkusi atau di tepuk-tepuk untuk membantu melepaskan sekresi.
Drainase postural pada awalnya dilakukan untuk periode

singkat dan

kemudian ditingkatkan dengan pasti.


3. Bronkodilator dapat diberikan pada individu yang juga mengalami penyakit
obstruksi jalan nafas. Pasien dengan bronkiektasis hampir selalu mempunyai
kaitan dengan bronchitis. Simpatomimetik, terutama Beta-adrenergik, dapat
digunakan untuk meningkatkan transfort sekresi mukosiliaris.

4. Untuk meningkatkan pengeluaran sputum, kandungan air dari sputum


ditingkatkan

dengan

tindakan

aerosolized

nebulizier

dan

dengan

meningkatkan masukan cairan peroral. Face tent baik untuk member


kelembaban ekstra terhadap aerosol. Pasien harus tidak merokok, karena
merokok merusak drainase bronchial dengan melumpuhkan aksi siliaris,
meningkatkan sekresi bronchial, dan menyebabkan inflamasi membrane
mukosa, mengakibatkan hyperplasia kelenjar mukosa.
5. Intervensi bedah, meski tidak sering dilakukan, mungkin diperlukan bagi
pasien yang secara kontinu mengeluarkan sputum dalam jumlah yang sangat
besar dan mengalami penyakit pneumonia dan hemoptisis berulang meskipun
kepatuhan pasien terhadap regimen pengobatan. Namun demikian, penyakit
harus hanya mengenai satu atau dua daerah paru yang dapat diangkat tanpa
menyebabkan insufiensi pernafasan. Tujuan tindakan pembedahan dalah untuk
menjaga jaringan paru normal dan menghindari komplikasi infeksius. Semua
jaringan yang sakit diangkat, sehingga fungsi paru pascaoperatif akan adekuat.
Mungkin ada baiknya untuk mengangkat suatu segmen lobus (reseksi
segmental), lobus (lobektomi), atau keseluruhan paru (pneumonnektomi).
Reseksi segmental adalah pengangkatsubdivisi anatomi dari lobus paru.
Keuntungan utama dari tindakan iini adalah bahwa hanya jaringan yang sakit
saja yang diangkat dan jaringan paru yang sehat terpelihara. Bronkografi
membantu dalam menggambarkan segmen paru. Pembedahan didahului
dengan periode persiapan operasi yang cermat. Tujuannya adalah untuk
memungkinkan agar percabangan trakeobronkial kering (sekering mungkin)
untuk mencegah komplikasi (atelektasis, pneumonia, fistula bronkopleura, dan
emfisema). Tujuan ini dicapai dengan cara drainase postural atau tergantung
pada letak abses, dengan suksion langsung melalui bronkoskop. Serangkaian
terapi abtibakterial mungkin diresepka

J. Web Of Caution

Bronkiektasis

Kekurangan
mekanisme
pertahanan yang
didapat congenital (ig
gama Antitipin alfa)
Pnumio berulang
Kerusakan permanen
pada dinding bronkus

Ketidakefektifan
batuk

Ketidakefektifan
pola nafas
Kelainan sktruktu
congenital (fibrosis kistik,
sindroma kartagener,
kurangnya kartilago
bronkus)
Terkumpulnya sekret

Penyakit paru
primer (tumor paru,
benda asing, TB
paru)
Obstruksi saluran
nafas

Kuma berkembang dan


infeksi bakteri pada
dinding bronkus

Atelektasis,
penyerapan udara di
parenchim dan
sekitarnya tersumbat

Kerusakan pada jaringan


otot dan elastin

Peningkatan suhu
tubuh

Kerusakan bronkus yang


menetap

hipertermi

Kemampuan bronkus untuk


kontraksi berkurang dan
selama ekspirasi
menghilang
Inhalasi uap dan gas,
aspirasi cairan
lambung

Kemampuan mengeluarkan
secret menurun

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

Mudah terjadi infeksi

Tekanan inta pleura


lebih negative dari
atmosfer
Bronkus dilatasi
Pengumpulan secret,
infeksi sekunder dan
terjadi sirklus

Bronkiektasis yang
menetap

Resiko infeksi

2.2.PROSES PERJALANAN PENYAKIT COPD/PPOK


A.
COPD / PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
a. Patofisiologi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinsikan sebagai penyakit
atau gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa obstruksi saluran
pernapasan yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible.
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah
partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas
ini termasuk, asap rokok (perokok aktif dan perokok pasif), polusi udara (polusi di
dalam ruangan- asap rokok - asap kompor dan polusi di luar ruangan- gas buang
kendaraan bermotor- debu jalanan), polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat
iritasi, gas beracun), asthma, PPOK juga bisa disebabkan karena Bronkitis Kronis,
Empisema, maupun gabungan dari keduanya.
Dimana PPOK itu sendiri memiliki beberapa gejala klinis berupa
peningkatan volume sputum, sesak nafas yang progresif , dada terasa sesak ( chest
tightness ), sputum yang purulen , meningkatnya kebutuhan bronkodilator ,lemah,
lesu , mudah lelah.
b. WOC (Web Of Caustion)

2.3. PROSES PERJALANAN PENYAKIT EFUSI PLEURA


A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah suatu proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleura mengandung sejumlah kecil cairan ( 5 20 ml ) berfungsi sebagai plumas yang
memungkin permukan pleura bergerak tanpa adanya friksi ( Suzanne & Brenda ,2002)
Efusi pleura berasal dari dua kata , yaitu efusion yang berarti ektravasasi cairan ke
dalam jaringan atau rongga tubuh , sedangkan pleura yang berarti memberan tipis yang
terdiri dari dua lapisan , yaitu pleura viselaris dan pleura prietalis . sehingga dapat
disimpulakan efusi pleura adalah ekstravasasi cairan yang terjadi di antara lapisan
viseralis perietalis( sudoya, 2006 )
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam
rongga pleura ( somantri irman, 2007)
Dari beberapa pernyataan diatas ditarik kesimpulan bahwa efusi pleura adalah
suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan (5 20 ml ) di dalam rongga pleura
yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.
Cairan ini dihasilkan oleh kapiler

pleura parietalis karena adanya tekanan

hidrostatik,tekanan koloid,dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kemabli oleh

kapiler paru dan pleura viserlalis, sebagai kecil lainnya (10- 20 % ) mengalir ke dalam
pembulu limpe sehingga pasasedisini mencapai 1 liter sehari.
B. Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya efusi pleura menurut Wim de jong , 2005 dibagi menjadi
dua , yaitu :
1. Infeksi
a. Tuberkulosis
b. Pneumonitis
c. Abses paru
d. Perforasi esophagus
e. Abses subfrenik
2. Non infeksi
a. Karsinoma paru
b. Karsinoma pleura
1) Primer
2) Sekunder
c. Gagal hati
d. Gagal ginjal
e. Gagal jantung
f. Kilotoraks
Tabel 1.1 Tampilan cairan efusi pleura
Jernih, kekuningan ( tanpa darah )

Tumor jinak
Tumor ganas

Seperti susu
- Tidak berbau
- Berbau (nanah)
Hemoragik

Tuberculosis
Pascatrauma
Emplema
Keganasan
Trauma

Sumber : ilmu bedah dejong


Menurut somantri, 2007 secara patologis :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik ( misalnya akibat gagal jantung )
2. Menurunnya tekanan osmatik koloid plasma ( misalnya hipooroteinmia )
3. Meningkatnya permeabilitas kapiler ( misalnya infeksi bakteri)
4. Berkurangnya absorbsi limpatik
C. Patofisiologi
1. Proses perjalanan penyakit

pada umumnya, efusi

terjadi kareana penyakit pleura hamper sama

dengan plasama (eksudat )sedangakan yang timbul pada pleura normal merupakan
ultrafiltrat plasma ( transudat ). Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis
disebabkan oleh peningkatan permeabiliitas pleura parietalis sekunder ( efek samping
dari ) peradangan neoplasma . efusi pleura dapat juga disebabkan oleh gagal jantung
kongestif . ketika jantung tidak dapat memompakan darahnya secara maksimal ke
seluruh tubuh terjadilah peningkatan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya
menyebabkan hipertensi kapiler sistematik. Cairan yang ada dalam pembulu darah
pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan masuk kedalam pleura. Peningkatan
pembentukan cairan dari pleura parietalis kareana hipertensi kapiler sistematik dan
penuruna reabsorsi. Hal tersebut berdasarkan adanya penurunan pada tekanan onkotik
intravaskuler ( tekana osmotic yang dilakukan oleh protein ). Luas efusi pleura dapat
mengakibatkan bertambahnya volume paru dan membuat pergerakan dinding dada
bertamba berat. Dalam batas pernafasan normal, dinding dada cendrung rekoil
kedalam ( paru paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan cendrung
mengempis ).
2. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut suzanne & brenda, 2002 yang dapat ditemukan
pada efusi pleura adalah pada efusi pleura adalah :
a. Demam
b. Mengigil
c. Nyeri dada pleuritis
d. Dispnea
e. Batuk
f. Suara nafas ronci
3. Konflikasi
a. Edema paru
b. Kolaps paru
c. Gagal nafas
d. Pneumonia
e. Pnumotoraks
D. Pengkajian keperawatan
Pengkajian
Menurut dongoes marlyn E,2000 data yang perlu dikaji pada pasien efusi pleura:
a. Pengkajian awal
1) Aktivitas dan istirahat
Gejala : keluhan umum dan kelemahan , nafas pendek karena
kerja,kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari

Tanda : kelelahan otot, nyeri dan sesak


2) Integritas ego
Gejala : adanya faktor setreslama maslah keluarga,perasaan tidak
Berguna atau tidak ada harapan
3) Makan dan cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan,tidak dapat mencern, penurunan berat
badan
Tanda : turgor kulit kering
4) Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri pada daerah dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : gelisah
5) Pernafasan
Gejala : nafas pendek,riwaya tuborkolosis
Tanda : peningkatan prekuensi pernafasan, pengembangan dada tidak
sistematis
b. Pemeriksaan fisik
1). Inspeksi
Dengan melihat keadaan fisik yang kusus serta kehilangan kondisi
yang lemah, bernafas cepat dan dangkal, serta penurunan eksanpasi paru.
2). Auskultasi
Adanya suara nafas ronci (+) dan adnya krepitasi
3). Perkusi
Adanya suara redup balikan pekak di atas efusi pleura
4). Palpasi
Fremitus melemah
c. Pemeriksaan diagnostik
1). Pemeriksaan radiologik ( rontgen dada ), pada permulaan didapati
menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak
cairan dengan permukaan melengkung, mungkin terdapat pergeseran di
mediatinum
2). Ultrasonografi merupakan untuk menentukan adanya cairan dalam
rongga pleura
3). Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengatahui kejernihan , waran,
biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Fungsi pleura diantara linea
aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang

mungkin serosa (serotorak ), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau


kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat ( hasil
bendungan ) atau eksudat ( hasil radang ).
4). Cairan pleura diananalisis dengan kultur bakteri, pewarna gram, basil
tahan asam ( untuk TBC ), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan
kimiawi ( glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein),
analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
E. Diaknosa keperawatan
1. Ketidak efektifan pola nafas b.d

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap

penampakan cairan dalam rongga pleura


2. Ketidak seimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme
tubuh , penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekundar terhadap penekanan
struktur abdomen.
3. Nyeri b.d proses tindakan drainase
4. Gangguan rasa nyaman b.d batukyang menetap dan sesak nafas serta perubahan
suasana lingkungan,
5. Resiko infeksi
6. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai aoksigen dengan kebutuhan,
dyspneu setelah beraktivitas.
7. Deficit perawatan diri.
F.Discharge Planning
1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2. Kebutuhan istirahat terpenuhi. Pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam
perhari.
3. Anjurkan jika mengalami gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak nafas,
nyeri dada segera kedokter atau perawat yang merawatnya.
4. Menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.
5. Tidak melakukan kebiasaan yang tidak menguntungkan bagi kesehatan seperti
merokok, minum-minuman beralkohol.
6. Menjaga kebersihan luka post WSD.
7. Menjaga kebersihan ruang tempat tidur, udara dapat bersikulasi dengan baik.
8. Memberikan pendidikan kepada keluarga pembukaan cairan di paru-paru bisa
disebabkan dari beberapa penyakit seperti gagal jantung, adanya neoplasma

( carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari orang lain).
Tuberculosis paru, infrak paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin.

WOC : Patofisiologi Efusi Pleura

Gagal jantung
kiri
Obstruksi vena
cavasuperior
Asites pada
sirosis hati
Dialisis peritonial
Obstruksi fraktus
urinarius

Peradangan pleura
Permeabel
membran kapiler

Terdapat jaringan
nekrotik pada septa
Kongesti pada
pembuluh limfe

Reabsorbsi cairan
terganggu

Peningkatan
tekanan
kapiler
Penurunan
tekanan
koloid
osmotif dan
pleura
Penurunanan
tekanana

Cairan protein dari geda


bening masuk rongga
pleura

Konsentrasi protein
cairan pleura
mengingkat
Eksudat

Gangguan
tekananan kapiler
Transudat

Ketidakefektifan
pola nafas
Ekspansi
paru
Sesak nafas

Penumpukan
cairan
Ketidakseimbangan
pada
rongga
pleura
Penekanan
Anoreksia
pd
Intereransi
Energi
Gangguan
berkurang
aktivitas
Insulfisiensi
oksigen
nutrisi
kurang
dari

tinggi
NyeriResiko
: terhadapan
tindakan
Dralnase
terhadap
dralnase
tindakan
Defisit
Ganguan
Resiko
Suplai
perawatan
rasa
Infeksi
c2

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, amin huda dan hardi Kusma.2013. Aplikasi auhan keperawatan berdasarkan

diagnosa medis NANDA NIC- NOC jilid 1. Jakarta : mediaction


Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC,

Jakarta
Doengoes, Marilynn E, (2000), Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.


www.penyakit bronkiektasis.com (internet)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1.................................................................................................................................Proses
Perjalanan Penyakit Bronkiektasis.........................................................................3
2.2.................................................................................................................................Proses
Perjalanan Penyakit COPD/PPOK ........................................................................10
2.3.................................................................................................................................Proses
Perjalanan Penyakit Efusi Pleura............................................................................11
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................12
3.2 Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang MENJELASKAN FATOFISIOLOGI
DAN WOC ( WEB OF CAUTION ) dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah ini mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan
bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran


dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini dan dapat mengetahui tentang proses keperawatan. Kami mohon maaf apabila makalah ini
mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat
diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini
bermanfaat bagi pembaca maupun kami.

MAKALAH KELOMPOK III C


MENJELASKAN FATOFISIOLOGI DAN WOC
( WEB OF CAUTION )

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU 2015

PENYUSUN
1. BUDI IRAWAN (BRONKIEKTASI)
2. FAIZAH LUDDIANA SARI ( EFUSI PLEURA)
3. YULFITRIA ( COPD/PPOK)

P05152021 003
P05152021 009
P05152021 030

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Bronkiektasis adalah suatu perusakan atau pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran
pernapasan yang besar. Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi
melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai
dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem

pertahanannya. Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau
dua tempat.
Secara khusus, bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada bronkus yang berukuran
sedang. Tetapi bronkus yang berukuran kecil yang berada dibawahnya sering membentuk
jaringan parut dan menyempit. Kadang-kadang bronkiektasis terjadi pada bronkus yang
lebih besar, seperti yang terjadi pada aspergilosis bronkopulmoner alergika (suatu
keadaan akibat respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).
1.2.

Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil adalah :
1. Bagaimana proses perjalanan penyakit
2. Bagaimana proses perjalanan penyakit COPD/PPOk?
3. Bagaiman proses perjalanan penyakit efusi pleura ?

1.3.

Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan menyelesaikan tugas kuliah dan
untuk mengetahui materi terkait proses perjalanan sebuah penyakit .
1.2.2

Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang proses perjalanan penyakit
b. Untuk mengetahui peroses penindak lanjutan penanganan penyakit
c. Untuk mengetahui pembuatan WOC

BAB III
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih
cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998). PPOK Sebagai penyakit atau
gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa obstruksi saluran
pernapasan yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible.
Dari beberapa pernyataan diatas ditarik kesimpulan bahwa efusi pleura
adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan (5 20 ml ) di dalam
rongga pleura yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan
pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya

tekanan hidrostatik,tekanan koloid,dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap
kemabli oleh kapiler paru dan pleura viserlalis, sebagai kecil lainnya (10- 20 % )
mengalir ke dalam pembulu limpe sehingga pasasedisini mencapai 1 liter sehari.
3.2.

Saran
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat
mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga
maupun masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai