Disusun oleh :
2023
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mekanika tubuh?
2. Apa saja prinsip mekanika tubuh?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh?
4. Apakah struktur abnormal yang mempengaruhi pergerakan dan ambulasi?
5. Bagaimanakah diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan?
Tujuan
2
PEMBAHASAN
4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh
Adapun menurut Alimul A. Aziz. (2006 p.97) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
mekanika tubuh adalah :
1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain.
2. Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang
dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkann kelemahan otot
dan memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh : tubuh yang kekurangan kalsium
akan lebih mudah mengalami fraktur.
3. Emosi
Kondisi psikologis memengaruhi perubahan dalam perilaku indivisu sehingga dapat
menjadi penyebab menurunnya kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri
yang rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4. Situasi dan kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering mengangkat benda-
benda berat akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
5. Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan besar akan
menimbulkan kecerobohan dan beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi
antara sistem muskuloskeletal dan saraf. Hal tersebut pada akhirnya akan
mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
menggunakannya secara benar, sehingga akan mengurangi energi yang telah
dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan
mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko mengalami gangguan koordinasi
system musculoskeletal dan saraf.
5
Sedangkan menurut Wartonah,Tarwoto (2006 p.92) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan adalah :
1. Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkan perkembangan Neuron faskuler dan tubuh secara
proporsional, postur, pergerakan, dan refleks akan berfungsi secara optimal.
2. Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh dan imobilitas akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
3. Keadaan Nutrisi
Kurangnya Nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat
menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.
4. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi ativitas tubuh seseorang. Keresahan dan
kesusahan dapat menghilangkan semangat, yang kemudian sering dimanivestasikan
dengan kurangnya aktivitas.
5. Kelemahan Neuromuskuler dan skeletal
Adanya abnormal postur seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis dapat berpengaruh
terhadap pergerakan tulang.
6. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas dibandingkan dengan
petani atau buruh.
8
tonus otot secara adekuat, dan menunjang keseimbangan. Pengkajian kesejajaran tubuh
dapat dilakukan pada pasien yang berdiri, duduk, atau berbaring.
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada pasien yang
berdiri sesuai hal-hal berikut :
a. Kepala tegak dan midline
b. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
c. Ketika dilihat dari posterior, tulang belakang lurus.
d. Ketika pasien dilihat dari arah lateral, kepala tegak dan garis tulang belakang di
garis dalam pola S terbalik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah
cembung, dan tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung.
e. Lengan pasien nyaman disamping.
f. Kaki ditempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang dan jari-jari
menghadap ke depan.
Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada pasien yang duduk dengan
menobservasi hal-hal sebagai berikut :
a. Kepela tegak, leher dan tulang belakang berada pada kesejajaran yang lurus.
b. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
c. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal.
d. Kedua kaki ditopang di lantai. Pada pasien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan
dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
e. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada
permukaan lutut bagian posterior.
f. Lengan bawah pasien ditopang pada pegangan tangan, di pangkuan atau di atas
meja depan kursi.
Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal
terhadap tekanan. Sehingga mereka biasa merasakan posisi nyaman ketika berbaring.
Pemgkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada pasien
dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya di angkat dari tempat tidur.
Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada dalam
kesejajaran lurus tanpa ada lekungan yang terlihat.
9
2. Keseimbangan tubuh
Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan ini, pusat
gravitasi akan berubah, menyebabkan peningkatan gaya gravitasi, sehingga
menyebabkan risiko jatuh dan cedera. Keseimbangan tubuh diperoleh jika dasar
penopang luas, pusat gravitasi berada pada dasar penopang, dan garis vertikal dapat
ditarik dari pusat gravitasi ke dasar penopang, keseimbangan tubuh juga dapat
ditingkatkan dengan postur dan merendahkan pusat gravitasi, yang dfapat dicapai
dengan posisi jongkok. Semakin sejajar postur tubuh, semakin besar keseimbangannya
(Perry dan Potter, 1994).
Keseimbangan diperlukan untuk mempertahankan posisi, memperoleh kestabilan
selama bergerak dari satu posisi ke posisi lain, melakukan aktivitas hidup sehari-hari,
dan bergerak bebas di komunitas. Kemampuan untuk mencapai keseimbangan
dipenagruhi oleh penyakit, gayaberjalan yang tudak stabil pada todler, kehamilan,
medikasi, dan proses menua. Gangguan pada kemampuan ini merupakan ancaman
untuk keselamatan fisik dan dapat menyebabkan ketakutan terhadap keselamatan
seseorang dan membatasi diri dalam beraktivitas (Berg et al, 1992).
3. Koordinasi Gerakan Tubuh
Berat adalah gaya pada tubuh yang digunakan terhadap gravitasi. Ketika suatu objek
diangkat, pengangkat harus menguasai berat objek dan mengetahui pusat gravitasi. Pada
objek yang simetri pusat gravitasi berada tepat pada pusat objek. Karena manusia tidak
mempunyai bentuk geosimetris yang sempurna, maka pusat gravitasinya biasa berada
pada 55% sampai 57% tinggi badannya ketika berdiri dan berada di tengah. Gaya berat
selalu mengarah ke bawah, hal ini menjadi alasan mengapa objek yang tidak seimbang
itu jatuh. Pasien yang tidak stabil itu jatuh karena pusat gravitasinya tidak seimbang,
gaya gravitasi berat mereka yang akhirnya menyebabkan mereka jatuh. Oleh karena itu,
perawat perlu mengatur irtervensi keperawatan yang melindungi pasien dari jatuh dan
menjamin keselamatannya.
Friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang berlawanan dengan
gerakan benda. Jika perawat bergerak, berpindah, atau menggerakkan pasien di atas
tempat tidur maka akan terjadi friksi. Perawat dapat mengurangi friksi denagn
mengikuti beberapa prinsip dasar. Semakin besar area permukaan suatu objek yang
bergerak, semakin besar friksi. Jika pasien tidak mampu pindah sendiri di tempat tidur
10
maka lengan pasien diletakkan menyelang di dada. Hal ini meminimalkan permukaan
tubuh dan mengurangi friksi.
Pasien pasif atau immobilisasi akan menghasilkan friksi yang lebih besar untuk
bergerak, kemudian, bila memungkinkan, perawat menggunakan kekuatan dan gerakan
paien saat mengangkat, memindahkan, atau menggerakkan pasien di atas tempat tidur.
Hal ini dilakukan dengan penjelasan tentang prosedur dan memberitahu pasien ketika
pasien akan bergerak. Hasilnya harus menjadi gerakan sinkron yang mana pasien dapat
berpatisipasi dan friksi dapat dikurangi.
Friksi dapat juga dikurangi dengan mengangkat bukan mendorong pasien.
Mengangkat merupakan kompenen gerakan ke atas dan mengurangi tekanan antara
pasien dan tempat tidur atau kursi.
a. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Cara pelaksanaan:
1. Jelaskan pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Dudukkan pasien.
3. Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi
fowler (90˚) dan semifowler (30-45˚).
4. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
11
b. Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat (Supositoria) melalui anus.
Cara pelaksanaan:
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring. Kemudian apabila dimiringkan ke kiri dengan
posisi badan setengah telungkup, maka lutut kaki kiri diluruskan serta paha
kanan ditekuk diarahkan ke dada. Tangan kiri di belakang punggung dan tangan
kanan di depan kepala.
3. Bila pasien miring ke kanan, posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan
lurus, sedangkan lutut dan paha kiri ditekuk dan diarahkan ke dada. Tangan
kakan di belakang punggung dan tangan kiri di depan kepala.
c. Posisi Trendelenburg
Posisi trendelenburg adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Cara pelaksanaan:
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang. Letakkan bantal di antara kepala dan
ujung tempat tidur pasien, serta berikan bantal di bawah lipatan lutut.
3. Pada bagian kaki tempat tidur, berikan balok penopang atau atur tempat tidur
secara khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.
12
Gambar 2.3 : Posisi Trendelenburg.
e. Posisi Litotomi
Posisi litotomi adalah posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki
dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
genetalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
13
Cara pelaksanaan:
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan
tarik ke arah perut.
3. Tungkai bawah membentuk sudut 90˚ terhadap paha.
4. Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi.
5. Pasang selimut.
14
PENUTUP
Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Mekanisme tubuh merupakan cara
menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan
selama aktivitas. Prinsip-prinsip mekanika tubuh meliputi gravitasi, keseimbangan dan
berat. Dalam mekanika tubuh juga memiliki faktor-faktornya dan dasar-dasar
pergerakan. Mekanika tubuh juga memiliki dampak jika terjadi kesalahan dalam
penerapannya. Dalam perawatan pasien, mekanika tubuh juga digunakan dengan
melakukan berbagai macam pengaturan posisi.
Saran
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebih baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Uliyah, M., Hidayat, A. Azis Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika
16