Anda di halaman 1dari 16

KONSEP BODY MECHANICS

Disusun oleh :

Estu Ifadillah 230103039

Fahnida Fathiyah 230103040

Fahrizal Eko Prasetyo 230103041

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

PROGRAM SARJANA FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2023

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam hidup ini manusia perlu mempertahankan keseimbangan tubuh. Akan


tetapi, terkadang manusia juga mengalami penurunan dalam mempertahankan
keseimbangan tubuh. Maka dari itu, kita perlu mempelajari kebutuhan mekanika tubuh.
Mekanika tubuh merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Mekanika tubuh
meliputi pengetahuan tentang cara kerja kelompok otot tertentu yang digunakan untuk
menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Sehingga perlu mengerti
pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengkoordinasikan gerakan
tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf.
Dalam makalah ini, kami akan membahas bagaimana cara memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam mempertahankan keseimbangan tubuh di kehidupan sehari-hari. Disini
juga kami akan membahas tentang macam-macam pengaturan posisi yang benar untuk
meningkatkan efensiesi kerja.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mekanika tubuh?
2. Apa saja prinsip mekanika tubuh?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh?
4. Apakah struktur abnormal yang mempengaruhi pergerakan dan ambulasi?
5. Bagaimanakah diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan?

Tujuan

1. Mampu memahami pengertian mekanika tubuh.


2. Mampu memahami prinsip mekanika tubuh.
3. Mampu memahami faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh.
4. Mampu memahami struktur abnormal yang mempengaruhi pergerakan dan
ambulasi.
5. Mampu memahami diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan.

2
PEMBAHASAN

Definisi Mekanika Tubuh


Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf
untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh
adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan
tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam menggerakan dan mempertahankan
keseimbanangan selama beraktivitas. Tujuan utama mekanika tubuh yaitu menfasilitasi
penggunaan kelompok otot yang tepat secara aman dan efisien guna menjaga
keseimbangan, mengurangi energi yang digunakan, menurunkan keletihan dan
menurunkan resiko cedera. Kebutuhan bergerak sangat dibutuhkan karena pergerakan
dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dan melindungi diri dari kecelakaan, seperti
jatuh.
Prinsip Mekanika Tubuh

a. Gravitasi. Merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan dalam


melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai
sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam
gravitasi :
1. Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh.
2. Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imajiner vertikal melalui
pusat gravitasi.
3. Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang
dalam posisi istirahat untuk menopang atau menahan tubuh.
b. Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan
cara mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan dasar
tumpuan.
c. Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh, yang sangat diperhatikan adalah berat
atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda tersebut akan
memengaruhi mekanika tubuh.

Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh


Mekanika tubuh merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, di antaranya:
a. Gerakan (ambulating)
3
Gerakan yang benar dapat membantu dalam mempertahankan
keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan
saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil
dibandingkan dengan orang yang berjalan karena pada saat berjalan terjadi
perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu dan pusat gravitasi selalu berubah pada
posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase, yaitu fase menahan berat dan fase
mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
b. Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai
contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok, dan
tentunya berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan,
sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan
memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
c. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan dalam memindahkan benda.
Terdapat beberapa hal yang diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya :
1. Ketinggian.
2. Letak benda (sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik).
3. Posisi kaki dan tubuh dalam menarik (seperti condong ke depan dari panggul).
4. Sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien.
5. Lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, serta pinggul,
lutut dan pergelangan kaki ditekuk.
d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan cara pergerakan dengan menggunakan daya tarik ke
atas. Ketika melakukan pergerakan ini, gunakan otot-otot besar dari tumit, paha
bagian atas, kaki bagian bawah, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit
pada daerah tubuh bagian belakang.
e. Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk berputarnya anggota tubuh dengan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik adalah dengan
memerhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi
pengaruh buruk pada postur tubuh.

4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh
Adapun menurut Alimul A. Aziz. (2006 p.97) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
mekanika tubuh adalah :
1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain.
2. Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang
dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkann kelemahan otot
dan memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh : tubuh yang kekurangan kalsium
akan lebih mudah mengalami fraktur.
3. Emosi
Kondisi psikologis memengaruhi perubahan dalam perilaku indivisu sehingga dapat
menjadi penyebab menurunnya kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri
yang rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4. Situasi dan kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering mengangkat benda-
benda berat akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
5. Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan besar akan
menimbulkan kecerobohan dan beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi
antara sistem muskuloskeletal dan saraf. Hal tersebut pada akhirnya akan
mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
menggunakannya secara benar, sehingga akan mengurangi energi yang telah
dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan
mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko mengalami gangguan koordinasi
system musculoskeletal dan saraf.

5
Sedangkan menurut Wartonah,Tarwoto (2006 p.92) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan adalah :
1. Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkan perkembangan Neuron faskuler dan tubuh secara
proporsional, postur, pergerakan, dan refleks akan berfungsi secara optimal.
2. Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh dan imobilitas akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
3. Keadaan Nutrisi
Kurangnya Nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat
menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.
4. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi ativitas tubuh seseorang. Keresahan dan
kesusahan dapat menghilangkan semangat, yang kemudian sering dimanivestasikan
dengan kurangnya aktivitas.
5. Kelemahan Neuromuskuler dan skeletal
Adanya abnormal postur seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis dapat berpengaruh
terhadap pergerakan tulang.
6. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas dibandingkan dengan
petani atau buruh.

Mekanika Tubuh Untuk Asisten Keperawatan


Banyak dari pekerjaan perawat yang memerlukan usaha fisik. Memindahkan pasien,
membawa peralatan dan mendorong kursi roda membutuhkan kekuatana otot.
1. Postur Tubuh.
Mekanika tubuh yang baik berawal dari postur tubuh yang tepat. Postur tubuh yang
tepeat bearti terdapat keseimbangan antara kelompok-kelompok otot dan bagian-bagian
tubuh dalam kesejajaran (posisi) yang baik. Postur tubuh yang benar adalah sama dalam
semua posisi-berdiri, duduk dan berbaring. Postur tubuh yang baik membuat tubuh
berfungsi dengan baik dalam semua aktifitas. Postur yang benar embuat gerakan
mengangkat, mearik dan mendorong menjadi lebih mudah (Hegner & Esther. 2003. p.
194).
6
2. Menggunakan Tubuh Secara Efektif
Ada 10 aturan dasar yang harus diingat yang dapat membantu otot-otot bekerja dengan
baik, yaitu:
1. Pertahankan punggung agar tetap lurus.
2. Rentangkan kaki agar dapat menjadi landasan penunjang yang baik.
3. Membungkung dari pinggul dan lutut agar lebih dekat dengan objek . jagan
membungkuk dari pinggang.
4. Gunakan berat badan untuk membantu mendorong atau menarik objek.
5. Gunakan otot terkuat untuk melakukan pekerjaan.
6. Hindari memutar sebagian badan ketika bekerja dan membungkuk dalam waktu
lama. Putar seluruh badan.
7. Pegang dan tahan objek yang berat dekat dengan tubuh .
8. Dorong atau tariklah daripada mengangkatnya.
9. Selalu mintalah bantuan bila pasien atau benda terlalu berat untuk digerakkan
sendiri.
10. Serempakkan gerakan. Siapkan pasien dan aggota staf yang lain dengan
memberitahikan mereka bila sudah siap, atau dengan hitungan samapi tiga dan semua
bergerak serentak pada hitungan ketiga.
Catatan. Bersedialah untuk membantu orang lain. Jangan mengambil resiko. Berbagai
macam peralatan mekanis tersedia untuk membantu memindahkan pasien yang tidak
berdaya atau pasien berat. Jika menggunakan satu alat penggerak mekanis, pastika
bahwa tali-tali penyangga di tempatkan dengan baik di bawah pasien. Periksalah untuk
memastikan bahwa semua bagian dari alat tersebut aman da siap pakai.

Mekanika Tubuh Untuk Pasien


Mekanika tubuh untuk pasien yang ambulasi sama dengan mekanika tubuh untuk tim
perawatan. Ketika pasien tidak mengangkat sesuatu yang berat ataupun ringan,
kebiasaan postur tubuh yang baik tidak boleh diabaikan.Postur tubuh yang baik untuk
pasien bearti berdiri, berjalan dan berubah posisi dengan cara yang mantap dan aman.
Pasien-pasien tirah baring terkadang sukar untuk menn posisi karena mereka cnderung
turun ke ujung bawah tempat tidur bila bagian kepala tempat tidur di naikkan. Paisen-
pasien yang tidak mampu tidak akan dapat mengubah posisi badan mereka. Mereka pun
7
tidak mampu membantu perawata memindahkan posisi badan mereka. Pasien tirah
baring memerlukan bantuan ekstra untuk memperoleh dan memepertahankan kejajaran
tubuh yang tepat.
Ingat bila memungkinkan :
1. Minta bantuan.
2. Gunakan seprai yang diangkat atau dibalik.
3. Gunakan alat-alat mekanik.
4. Ubah posisi pasien sesering mungkin. Paling sedikit 2 jam sekali.
Kesejajaran tubuh. Kesejajaran (posisi) tubuh pasien yang tepat harus dilakukan
denga hati-hati. Kesejajaran tubuh yang tepat beearti menjaga seseorang berada pada
posisi di mana tubuh dapat berfungsi sebaik-baiknya. Lekukan tubuh ayang alami perlu
ditunjang pada posisi alaminya dengan bantal dan handuk yang digulung. Posisi yang
tepat adalah :
1. Membantu pasien merasa lebih nyaman.
2. Mengurangi ketegangan.
3. Membantu tubuh agar berfungsi lebih efisien.
4. Mencengah deformitas dan komplikasi, seperti kontraktur dan dekubitus.

Dampak Mekanika Tubuh


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Menurut Alimul Hidayat, A. Aziz (2006. p.98) kesalahan dalam penggunaan
mekanika tubuh dapat menimbulkan dampak sebagi berikut :
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam
system musculoskeletal.
2. Risiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskuloskeletal. Apabila seseorang salah
dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam
struktur muskuloskeletal. Misalnya kelainan pada tulang vertebrae.
Untuk mempermudah pembahasan body mechanic maka perlu dipahami juga:
1. Kesejajaran Tubuh/ Postur (Body Alignment)
Kesejajaran tubuh dan postur merupakan istilah yang sama, dan mengacu pada posisi
sendi, tendon, ligamen, dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring. Kesejajaran tubuh
yang benar mengurangi ketegangan pada struktur muskulosmkeletal, mempertahankan

8
tonus otot secara adekuat, dan menunjang keseimbangan. Pengkajian kesejajaran tubuh
dapat dilakukan pada pasien yang berdiri, duduk, atau berbaring.
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada pasien yang
berdiri sesuai hal-hal berikut :
a. Kepala tegak dan midline
b. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
c. Ketika dilihat dari posterior, tulang belakang lurus.
d. Ketika pasien dilihat dari arah lateral, kepala tegak dan garis tulang belakang di
garis dalam pola S terbalik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah
cembung, dan tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung.
e. Lengan pasien nyaman disamping.
f. Kaki ditempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang dan jari-jari
menghadap ke depan.
Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada pasien yang duduk dengan
menobservasi hal-hal sebagai berikut :
a. Kepela tegak, leher dan tulang belakang berada pada kesejajaran yang lurus.
b. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
c. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal.
d. Kedua kaki ditopang di lantai. Pada pasien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan
dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
e. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada
permukaan lutut bagian posterior.
f. Lengan bawah pasien ditopang pada pegangan tangan, di pangkuan atau di atas
meja depan kursi.
Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal
terhadap tekanan. Sehingga mereka biasa merasakan posisi nyaman ketika berbaring.
Pemgkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada pasien
dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya di angkat dari tempat tidur.
Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada dalam
kesejajaran lurus tanpa ada lekungan yang terlihat.

9
2. Keseimbangan tubuh
Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan ini, pusat
gravitasi akan berubah, menyebabkan peningkatan gaya gravitasi, sehingga
menyebabkan risiko jatuh dan cedera. Keseimbangan tubuh diperoleh jika dasar
penopang luas, pusat gravitasi berada pada dasar penopang, dan garis vertikal dapat
ditarik dari pusat gravitasi ke dasar penopang, keseimbangan tubuh juga dapat
ditingkatkan dengan postur dan merendahkan pusat gravitasi, yang dfapat dicapai
dengan posisi jongkok. Semakin sejajar postur tubuh, semakin besar keseimbangannya
(Perry dan Potter, 1994).
Keseimbangan diperlukan untuk mempertahankan posisi, memperoleh kestabilan
selama bergerak dari satu posisi ke posisi lain, melakukan aktivitas hidup sehari-hari,
dan bergerak bebas di komunitas. Kemampuan untuk mencapai keseimbangan
dipenagruhi oleh penyakit, gayaberjalan yang tudak stabil pada todler, kehamilan,
medikasi, dan proses menua. Gangguan pada kemampuan ini merupakan ancaman
untuk keselamatan fisik dan dapat menyebabkan ketakutan terhadap keselamatan
seseorang dan membatasi diri dalam beraktivitas (Berg et al, 1992).
3. Koordinasi Gerakan Tubuh
Berat adalah gaya pada tubuh yang digunakan terhadap gravitasi. Ketika suatu objek
diangkat, pengangkat harus menguasai berat objek dan mengetahui pusat gravitasi. Pada
objek yang simetri pusat gravitasi berada tepat pada pusat objek. Karena manusia tidak
mempunyai bentuk geosimetris yang sempurna, maka pusat gravitasinya biasa berada
pada 55% sampai 57% tinggi badannya ketika berdiri dan berada di tengah. Gaya berat
selalu mengarah ke bawah, hal ini menjadi alasan mengapa objek yang tidak seimbang
itu jatuh. Pasien yang tidak stabil itu jatuh karena pusat gravitasinya tidak seimbang,
gaya gravitasi berat mereka yang akhirnya menyebabkan mereka jatuh. Oleh karena itu,
perawat perlu mengatur irtervensi keperawatan yang melindungi pasien dari jatuh dan
menjamin keselamatannya.
Friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang berlawanan dengan
gerakan benda. Jika perawat bergerak, berpindah, atau menggerakkan pasien di atas
tempat tidur maka akan terjadi friksi. Perawat dapat mengurangi friksi denagn
mengikuti beberapa prinsip dasar. Semakin besar area permukaan suatu objek yang
bergerak, semakin besar friksi. Jika pasien tidak mampu pindah sendiri di tempat tidur
10
maka lengan pasien diletakkan menyelang di dada. Hal ini meminimalkan permukaan
tubuh dan mengurangi friksi.
Pasien pasif atau immobilisasi akan menghasilkan friksi yang lebih besar untuk
bergerak, kemudian, bila memungkinkan, perawat menggunakan kekuatan dan gerakan
paien saat mengangkat, memindahkan, atau menggerakkan pasien di atas tempat tidur.
Hal ini dilakukan dengan penjelasan tentang prosedur dan memberitahu pasien ketika
pasien akan bergerak. Hasilnya harus menjadi gerakan sinkron yang mana pasien dapat
berpatisipasi dan friksi dapat dikurangi.
Friksi dapat juga dikurangi dengan mengangkat bukan mendorong pasien.
Mengangkat merupakan kompenen gerakan ke atas dan mengurangi tekanan antara
pasien dan tempat tidur atau kursi.

Macam-Macam Pengaturan Posisi

a. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Cara pelaksanaan:
1. Jelaskan pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Dudukkan pasien.
3. Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi
fowler (90˚) dan semifowler (30-45˚).
4. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

Gambar 2.1 : Posisi fowler.

11
b. Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat (Supositoria) melalui anus.
Cara pelaksanaan:
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring. Kemudian apabila dimiringkan ke kiri dengan
posisi badan setengah telungkup, maka lutut kaki kiri diluruskan serta paha
kanan ditekuk diarahkan ke dada. Tangan kiri di belakang punggung dan tangan
kanan di depan kepala.
3. Bila pasien miring ke kanan, posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan
lurus, sedangkan lutut dan paha kiri ditekuk dan diarahkan ke dada. Tangan
kakan di belakang punggung dan tangan kiri di depan kepala.

Gambar 2.2 : Posisi Sim.

c. Posisi Trendelenburg
Posisi trendelenburg adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Cara pelaksanaan:
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang. Letakkan bantal di antara kepala dan
ujung tempat tidur pasien, serta berikan bantal di bawah lipatan lutut.
3. Pada bagian kaki tempat tidur, berikan balok penopang atau atur tempat tidur
secara khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

12
Gambar 2.3 : Posisi Trendelenburg.

d. Posisi Dorsal Recumbent


Posisi dorsal recumbent adalah posisi berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi
(ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan.
Cara pelaksanaan:
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka.
3. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan
renggangkan kedua kaki.
4. Pasang selimut.

Gambar 2.4 : Posisi Dorsal Recumbent.

e. Posisi Litotomi
Posisi litotomi adalah posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki
dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
genetalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

13
Cara pelaksanaan:
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan
tarik ke arah perut.
3. Tungkai bawah membentuk sudut 90˚ terhadap paha.
4. Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi.
5. Pasang selimut.

Gambar 2.5 : Posisi Litotomi.

f. Posisi Genu Pektoral


Posisi genu pektoral adalah posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada bagian atas tempat tidur. Posisi ini dilakukkan unutuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara pelaksanaan:
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Anjurkan pasien untuk berada dalam posisi menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada kasur kasur tempat tidur.
3. Pasang selimut pada pasien.

Gambar 2.6 : Posisi Genu Pektoral.

14
PENUTUP

Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Mekanisme tubuh merupakan cara
menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan
selama aktivitas. Prinsip-prinsip mekanika tubuh meliputi gravitasi, keseimbangan dan
berat. Dalam mekanika tubuh juga memiliki faktor-faktornya dan dasar-dasar
pergerakan. Mekanika tubuh juga memiliki dampak jika terjadi kesalahan dalam
penerapannya. Dalam perawatan pasien, mekanika tubuh juga digunakan dengan
melakukan berbagai macam pengaturan posisi.

Saran
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Uliyah, M., Hidayat, A. Azis Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika

16

Anda mungkin juga menyukai